Share

Istri Kedua Sang CEO
Istri Kedua Sang CEO
Penulis: Rich Mama

1. Permintaan Mengejutkan

“Menikahlah dengan suamiku, Shiera. Lahirkan anak untuk kami.”

“A–apa? Menikah?”

Shiera terperanjat. Matanya melebar seiring detak jantungnya yang semakin cepat.

Wanita itu menatap Eliana dengan wajah penuh keterkejutan dan kebingungan. Kata demi kata sahabatnya tersebut terus bergema di kepalanya.

Ruangan yang tadinya terasa hangat dan nyaman seketika berubah menjadi penuh ketegangan.

“Tidak, El. Bagaimana mungkin aku menikah dengan suami sahabatku sendiri? Ini tidak benar.”

Shiera merasa dunia di sekitarnya berputar. Tangannya yang tadi diam di atas meja kini gemetar tak terkendali. Ia meremas ujung pakaiannya dengan erat. Wanita itu segera berdiri dan berusaha mencari pegangan di tengah badai emosi yang melanda.

Lidah Shiera terasa kelu. Sulit baginya menemukan kata-kata yang tepat untuk merespons permintaan yang begitu mendadak dan mengejutkan.

Eliana justru menundukkan kepala. Ia seolah-olah berusaha menahan air mata yang kembali mengalir.

Wanita itu kemudian mengangkat wajahnya dan menatap Shiera dengan mata yang berkaca-kaca. Ia ikut berdiri dan menghampiri sahabatnya.

“Aku tahu ini sulit bagimu, Shiera. Tapi orang tuaku terus mendesak kami untuk memberikan cucu laki-laki. Mereka sangat menginginkan pewaris keluarga kami. Aku ... aku tidak bisa memberikannya.”

Shiera mengernyitkan dahi. “Apa maksudmu, Eliana?”

Eliana menarik napas panjang. Wanita itu berusaha menenangkan dirinya sebelum melanjutkan. Ia tidak mungkin mengatakan alasannya kepada Shiera.

Satu-satunya alasan yang membuat Eliana enggan mengandung dan melahirkan adalah ia tidak mau kariernya hancur berantakan.

Pekerjaan Eliana sebagai seorang aktris dan foto model menuntutnya untuk selalu berpenampilan sempurna. Jika ia hamil dan melahirkan, maka tubuhnya tak lagi indah seperti sebelumnya. Hal itu bisa menyebabkan ia tersisihkan bahkan kehilangan pekerjaan.

Eliana menyeka air matanya yang telah terjatuh. Kemudian ia menggenggam tangan Shiera erat-erat.

“Tolong, Shiera. Kali ini aku memohon kepadamu. Hanya sementara saja. Setelah kamu melahirkan nanti, kamu bisa bebas. Kamu akan bercerai dengan River dan mendapatkan apapun yang kamu mau.”

“Tapi El ... aku tidak membutuhkan apapun itu. Aku—”

“Shiera ... ingatlah bagaimana aku menyelamatkanmu. Aku tidak meminta apa pun saat itu karena kamu adalah sahabatku. Sekarang, aku yang membutuhkanmu. Aku hanya memiliki harapan ini padamu.”

Shiera memejamkan mata sejenak. Eliana memang telah menyelamatkannya dari bahaya yang sangat besar dan wanita itu merasa berhutang budi kepadanya.

Shiera mulai mengingat kembali saat-saat mengerikan dalam hidupnya. Ketika seorang lelaki tua kaya raya yang telah membelinya dari sang ayah hampir saja merenggut kesuciannya.

Eliana datang tepat waktu dan menyelamatkan Shiera. Sejak saat itu, ia berjanji akan melakukan apa saja untuk membalas kebaikan sahabatnya.

Perasaan Shiera semakin terasa campur aduk. Wanita itu mencoba mengatur napasnya yang memburu.

Tatapannya beralih dari Eliana ke sudut ruangan, berharap menemukan sesuatu yang bisa memberinya rasa tenang, tetapi tidak ada yang bisa meringankan kegelisahannya.

Ruangan dengan dinding warna krem itu tiba-tiba terasa sempit dan mencekam. Udara di sekitarnya terasa berat, membuat Shiera sulit untuk bernapas dengan normal.

Wanita itu menelan ludah susah payah. Ia berusaha menghilangkan kekeringan di tenggorokannya, tetapi rasanya tetap kering dan pahit.

“Eliana, ini ... ini terlalu mendadak. Aku ...” Suara Shiera terdengar lirih dan hampir seperti sebuah permohonan. Ia bahkan tidak mampu untuk melanjutkan ucapannya.

“Aku mengerti, Shiera. Ini bukan permintaan yang mudah. Tapi kami benar-benar berharap kamu bisa membantu kami.”

Shiera menggigit bibir bawahnya, mencoba meredakan gemetar yang masih terus mengguncang tubuhnya. Ia meremas ujung gaunnya lebih kuat, seolah pakaian itu bisa memberinya kekuatan.

Kedua mata Shiera kembali menatap Eliana, mencoba mencari kejujuran dan kejelasan di balik tatapan sahabatnya itu.

“Ini bukan solusi yang tepat, El. Aku tidak bisa menikah dengan River. Aku tidak mungkin melakukannya.”

Shiera menggeleng cepat dengan kedua bahunya yang ikut berguncang. Tubuhnya merosot pelan dan terduduk lemas.

“Apa yang dikatakan Shiera itu benar. Aku tidak mungkin menikah lagi, Eliana!” imbuh River dengan suara lantangnya.

Ruangan semakin terasa penuh dengan ketegangan.

Mata Eliana yang sebelumnya penuh harap kini berubah menjadi penuh dengan kebingungan dan kekecewaan. Ia beralih menatap River yang duduk di sofa dengan wajah tegas dan penuh penolakan.

“River, kita sudah membicarakan ini sebelumnya. Kamu tahu betapa pentingnya hal ini bagi kita.” Suara Eliana bergetar dengan campuran frustrasi dan permohonan.

River menghela napas panjang. Ia berusaha menenangkan diri. Lelaki itu tahu bahwa semua percakapan itu terasa sulit baginya. Bahkan River tidak dapat membayangkan bagaimana rumitnya hubungan mereka kelak.

“Eliana, aku mengerti betapa pentingnya ini bagi kamu dan keluarga kita. Tapi menikahi Shiera bukanlah solusi yang tepat.”

“Tapi kita butuh seorang anak, River. Shiera adalah orang yang paling aku percaya bisa melakukannya.”

Eliana masih berusaha meyakinkan River. Ia tidak mau kehilangan kesempatan emas tersebut.

River kemudian berdiri. Tangannya mengepal di sisi tubuhnya. Tatapan matanya lurus ke depan.

“Aku tahu, Eliana. Tapi kita tidak bisa memaksakan hal seperti ini.”

Shiera merasa seperti berada di tengah badai emosi. Ia melihat Eliana yang terlihat kacau. Seseorang yang sangat berarti baginya sedang terlibat dalam konflik yang begitu mendalam.

Shiera merasa simpati dan tertekan oleh permintaan Eliana, namun di saat yang sama ia juga memahami posisi River.

“Eliana, aku menghargai kepercayaanmu padaku. Tapi pernikahan bukanlah sesuatu yang bisa dijadikan solusi instan. Aku tidak bisa melakukan ini,” ungkap Shiera dengan suara gemetar namun tegas.

Eliana menutup matanya, air mata kembali mengalir di pipinya.

“Aku tidak punya pilihan lain. Aku hanya mau kamu, Shiera. Ini hanya sebentar. Tidak akan lama.”

River merasa darahnya mendidih melihat Eliana yang begitu keras kepala. Ketegangan mulai menguasai tubuhnya, membuat otot-otot wajahnya menegang dan rahangnya mengeras.

Lelaki itu menatap Eliana dengan tatapan tajam, berusaha menahan amarah yang terus memuncak.

“Eliana, ini sudah keterlaluan!” Suaranya terdengar lebih keras.

“River, ini satu-satunya cara kita bisa memiliki anak. Kamu tidak akan kehilangan diriku. Setelah ini kita akan bahagia selamanya.”

River menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri meski gagal.

Dengan napas kesal River berbalik arah dan melangkah cepat menuju pintu. Ia merasa dadanya sesak oleh emosi yang tidak tertahankan.

“Aku harap kamu bisa memikirkan hal ini matang-matang.”

River membuka pintu dengan kasar. Suaranya menggema di seluruh ruangan.

Tanpa menoleh lagi River keluar dari ruangan meninggalkan Eliana yang duduk dengan wajah penuh kekecewaan dan kekerasan hati.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Abigail Briel
bagus banget
goodnovel comment avatar
Aira Tsuraya
Seruuu.. Gas, kak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status