Share

2. Bagaimana dengan River?

Shiera merasa bersalah atas semua hal yang terjadi. Seharusnya ia tidak masuk ke dalam kehidupan rumah tangga Eliana dan suami sahabatnya.

Wanita itu menatap Eliana dengan penuh kekhawatiran. Ia mengenal sahabatnya itu cukup lama. Eliana bisa saja melakukan hal-hal yang membahayakan jika tidak dituruti kemauannya.

Shiera berusaha menenangkan Eliana. Ia merangkul bahu sang sahabat.

“Eliana ... kamu sabar, ya? Kita pasti punya solusi lain.”

Eliana menepis tangan Shiera dengan cukup kasar.

“Tidak, Shiera. Hanya ini satu-satunya cara yang tepat tanpa harus menyakiti perasaan mamaku. Mama tidak mau cucunya lahir dari cara bayi tabung atau yang lainnya. Dia sangat tradisional dan percaya bahwa keluarga harus dibangun dengan pernikahan yang sah dan anak-anak yang lahir dari cinta sejati.”

Shiera terdiam seketika. Mama Eliana adalah orang yang sangat baik. Semenjak kedua orang tua Shiera bercerai dan ia harus tinggal bersama ayahnya, Mama Eliana selalu ada untuknya, menyayangi selayaknya ibu kandung sendiri, dan tidak pernah membeda-bedakan antara dirinya dengan Eliana.

Shiera juga sering menginap di rumah Mama Eliana saat ayahnya sibuk bermain judi dan mabuk-mabukan hingga tidak pernah pulang ke rumah.

Membayangkan hal itu membuat hati Shiera semakin gelisah. Ia juga ingin melihat Mama Shiera bahagia. Eliana adalah putri kandung satu-satunya yang bisa diharapkan. Sementara sahabatnya itu tidak bisa memberikan cucu karena sebuah hal yang tidak bisa ia sampaikan kepada Shiera.

Shiera kemudian menatap Eliana dengan mata penuh rasa kasihan dan bingung.

“Eliana, aku mengerti hal ini. Tapi apakah kita tidak bisa menemukan cara yang lain?”

“Shiera, tolong pahami. Mama adalah segalanya bagiku. Dia sudah tua dan sering sakit-sakitan. Jika Mama tahu kita akan punya cucu dengan cara yang dia tidak setujui, itu bisa menghancurkannya. Aku tidak bisa mengambil risiko itu.”

Shiera merasa hatinya remuk melihat Eliana begitu tertekan. Ia memahami betapa berat beban yang dipikul sahabatnya itu, namun permintaan ini terlalu besar.

“Eliana, aku bersedia membantu dengan cara apa pun, tapi tidak dengan menikah dengan River. Itu akan menghancurkan banyak hati, termasuk hati River dan juga hati kita.”

“Shiera, kamu adalah satu-satunya harapan kami. Kamu tahu bagaimana sifat Mama. Jika dia tahu kita tidak bisa punya anak dengan cara tradisional, dia akan sangat kecewa. Kamu adalah sahabatku dan aku tahu kamu bisa melakukan ini demi aku.”

“Lalu bagaimana kalau Tante Monica tahu jika aku yang menjadi rahim pengganti untukmu? Bagaimana jika Tante Monica tahu bahwa kita telah membohonginya?”

Shiera merasa dadanya sesak oleh emosi. Dia tahu Eliana sangat membutuhkan bantuannya dan ini saatnya ia bisa membalas budi. Tetapi permintaan itu terlalu berat baginya.

“Itu tidak akan mungkin terjadi, Shiera. Mama tidak akan mengetahui hal ini. Kamu bisa pegang semua ucapanku.”

Eliana menggigit bibirnya, berusaha menahan tangis. Ia tidak menyangka jika sahabatnya itu juga keras kepala seperti River, suaminya.

“Shiera, tolonglah. Ini bukan hanya untukku, tapi juga untuk Mama. Kamu tahu betapa dia sudah berjuang untuk membesarkan aku. Dia sudah berkorban banyak hal dan ini adalah satu-satunya cara agar dia bisa melihat cucunya sebelum dia pergi.”

Shiera merasakan air mata mulai menggenang di matanya. Ia tahu betapa besar pengorbanan yang telah dilakukan Eliana untuk keluarganya.

Shiera merasa semakin terjebak antara keinginan untuk membantu sahabatnya dan kenyataan bahwa permintaan ini hampir mustahil untuk dipenuhi.

“Shiera, Mama sangat keras kepala. Dia tidak akan pernah setuju dengan cara lain. Jika kamu menolak, dia mungkin tidak akan pernah melihat cucunya.”

“Eliana, aku mengerti betapa berat bebanmu. Tapi memaksaku menikah dengan River, itu akan menghancurkan semua yang kita miliki. Persahabatan kita, pernikahanmu dengan River, semuanya.”

“Shiera, aku mohon. Hanya ini satu-satunya cara.”

Shiera merasakan dadanya semakin sesak. Ia menundukkan kepala dan merasakan hatinya hancur.

“Eliana, aku ... aku tidak tahu harus bagaimana.” Suara Shiera terdengar serak dan bergetar.

Shiera kembali menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan tangis yang hampir pecah. Ia tidak pernah membayangkan akan berada dalam situasi seperti ini, di mana persahabatan dan cinta diuji dengan cara yang begitu kejam.

Kedua mata Shiera menatap lantai, tidak sanggup melihat wajah sahabatnya yang penuh dengan harapan dan rasa sakit.

Eliana menghela napas panjang, tangannya terulur mencoba meraih tangan Shiera. “Aku tahu kamu peduli kepadaku, Shiera. Aku tahu kamu gadis yang baik.”

Shiera merasakan tangan Eliana yang hangat menggenggam tangannya yang dingin dan gemetar.

Sentuhan itu membuat perasaan bersalahnya semakin dalam. Ia tahu betapa pentingnya ini bagi sahabatnya, tetapi hatinya tidak bisa menerima permintaan tersebut. Pandangannya kabur oleh air mata yang tidak bisa lagi dibendung.

“Shiera, tolonglah. Aku mohon,” ucap Eliana dan terus memohon.

Suasana ruangan terasa semakin berat seolah-olah dindingnya semakin mendekat, menambah rasa sesak yang dirasakan Shiera.

Setiap detik berlalu terasa seperti beban yang tak tertahankan, membuat Shiera semakin sulit berpikir jernih.

“Lalu ... bagaimana dengan River? Dia sangat menentang permintaan ini.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status