Home / Pernikahan / Istri Kedua Sang CEO / 3. Meyakinkan Shiera

Share

3. Meyakinkan Shiera

Author: Rich Mama
last update Last Updated: 2024-06-29 15:36:40

Eliana mencoba meyakinkan Shiera. Ia berkata dengan lirih. “Kamu tidak perlu memikirkan hal itu, Shiera. Aku yakin River pasti mau menerima pernikahan ini.”

“Aku akan memikirkannya,” ucap Shiera berbisik. Suaranya terdengar ragu.

Eliana tersenyum, tapi kali ini senyumannya tampak lebih hangat dan penuh pengharapan.

“Terima kasih, Shiera. Aku hanya bisa berharap padamu.”

Shiera hanya terdiam. Ia tak lagi membantah ucapan sahabatnya itu.

Eliana segera bangkit dari duduknya. Ia keluar dari ruangan itu untuk menyusul kepergian suaminya.

Sementara Shiera juga melangkah pergi dan masuk ke dalam kamarnya sendiri.

Tiba di kamar Shiera langsung terduduk lemas di tepi ranjang. Ia tidak pernah menyangka akan diminta menjadi istri kedua dari seorang lelaki yang tidak pernah mencintainya.

Pikirannya berkecamuk. Setiap langkahnya terasa berat. Seolah-olah ada beban besar yang menekan pundaknya.

Bayangan Eliana yang menangis terus terngiang di benaknya, membuat hatinya semakin bimbang.

Shiera bangkit dari duduknya. Mencoba mencari jawaban atas kebingungannya. Gadis itu berdiri di depan cermin, menatap dirinya sendiri.

Bagaimana mungkin ia bisa menikah dengan River? Bagaimana mungkin ia bisa menjalani hidup dengan suami sahabatnya sendiri? Pertanyaan-pertanyaan itu terus menghantui pikirannya.

Seharian itu Shiera mencoba memikirkan solusi yang terbaik. Ia masih berusaha untuk menolak permintaan Eliana. Hingga tiba-tiba ponselnya berdering.

Beberapa pesan dari adiknya masuk sekaligus. Shiera mengernyit heran. Tidak biasanya adik laki-lakinya itu menghubunginya.

[Kak Shiera, Ibu penyakitnya kambuh. Tadi Ibu tidak sadarkan diri dan di bawa ke rumah sakit. Ibu harus menjalani operasi.]

[Untung sekali ada Kak Eliana, sahabat Kakak yang menolong dan membiayai semua perawatan Ibu.]

[Sekarang Ibu sudah siuman. Ibu merasa sangat berhutang budi kepada sahabat Kakak.]

DEG !

Hati Shiera merasa semakin gelisah membaca semua pesan dari adiknya. Ia tidak tahu apa penyebab ibunya kaget hingga membuat penyakitnya kambuh.

“Jangan-jangan Ibu mengetahui rencana Ayah untuk menjualku kepada orang kaya. Pasti Ibu sangat sedih.”

Shiera berjalan mondar-mandir sendirian. Lagi-lagi Eliana telah menolongnya. Gadis itu semakin tak kuasa untuk menolak permintaan sahabatnya.

“Ya, aku harus melakukannya. Aku harus berkorban untuk Eliana.”

Shiera bertekad untuk menyanggupi permintaan Eliana.

***

Di dalam kamar, Eliana berusaha membujuk River. Bagaimana pun caranya ia harus berhasil.

River menatap Eliana dengan tatapan tak percaya. “Apa kamu sudah gila, Eliana?”

“Ini tidak akan lama, River. Aku tahu kamu bisa melakukannya untukku.”

River menggeleng pelan. Ia sungguh tidak percaya dengan semua ide gila dari istrinya. Bahkan River tidak pernah punya niat sekalipun untuk menduakan Eliana.

“Eliana, kamu tidak berpikir jernih! Kamu meminta Shiera untuk menikah denganku, ini bukan hal yang bisa kita anggap sepele!” jelas River. Suaranya bergetar oleh emosi yang tertahan.

Eliana tetap duduk di tempatnya. “Aku tahu ini sulit, tapi kita tidak punya pilihan lain. Kamu harus mengerti, River.”

River berhenti berjalan, berbalik dan menatap Eliana dengan intens. “Mengerti? Bagaimana kamu bisa meminta aku untuk mengerti sesuatu yang begitu gila?”

Tangannya terangkat, menekan pelipisnya seolah berharap bisa meredakan sakit kepala yang tiba-tiba datang. Ia merasa seolah-olah berada di bawah tekanan yang luar biasa, antara kesetiaannya pada istrinya dan kewarasannya sendiri.

Eliana mencoba mendekati River, namun lelaki itu mundur selangkah, mengangkat tangan seolah meminta jarak.

“Eliana, kita harus menemukan cara lain. Ini tidak masuk akal.”

Ekspresi wajah River semakin keruh. Ia memutar tubuhnya, tangannya kini memijat tengkuknya yang tegang. Keringat dingin mulai membasahi dahinya, meskipun ruangan itu tidak panas.

“Eliana, tolonglah. Pikirkan lagi. Ini bukan hanya tentang kita, tapi juga tentang Shiera. Kamu tidak bisa memaksakan ini padanya,” kata River, suaranya lebih pelan namun sarat dengan ketegangan.

“River, kita sudah membicarakan semua opsi lain. Ini yang terbaik.”

River merasa dirinya hampir meledak. Ia merasakan ketegangan yang tak tertahankan di seluruh tubuhnya. Dengan tatapan tajam, lelaki itu melihat langsung ke mata Eliana.

“Eliana, aku tidak akan melakukan ini. Tidak peduli berapa kali kamu meminta.”

Wajah Eliana mengeras, menunjukkan kekecewaan yang mendalam. “Kamu tidak mengerti, River. Kamu tidak pernah mengerti.”

River mengepalkan tangan lagi, kali ini ia tidak bisa menahan kemarahannya lebih lama. “Aku tidak mengerti? Aku mencoba yang terbaik untuk kita! Tapi permintaan ini di luar batas, Eliana!”

“Jika kamu tidak mau melakukannya, lebih baik aku mati saja!” ancam Eliana kepada suaminya.

River mendesah pelan. Ia tidak mau dicap sebagai lelaki yang tidak punya perasaan. Lagi pula mama dan mertuanya juga terus mendesaknya agar memberikan seorang cucu laki-laki.

CEO tampan itu mengusap rambutnya dengan kasar. Walau bagaimanapun ia tidak ingin menyakiti perasaan Eliana meski pernikahan mereka terjadi karena sebuah kesalahpahaman.

“Terserah kamu.”

Hanya dua kata itu yang mampu River katakan. Lelaki itu segera melangkah pergi meninggalkan Eliana. Ia masuk ke dalam kamar mandi dan menutup pintu dengan cukup keras.

“Kamu tidak perlu khawatir, River. Aku pastikan Eliana segera mengandung dan melahirkan anak untuk kita. Setelah itu ia akan angkat kaki dari rumah ini.”

Di dalam kamar mandi, River berdiri di bawah pancuran air, mencoba menenangkan pikirannya.

Ia memejamkan mata, membiarkan air mengalir membasahi tubuhnya, berharap bisa menghilangkan semua keraguan dan kebingungan yang menguasai pikirannya.

Namun bayangan wajah Eliana terus menghantui benaknya. Membuat lelaki itu merasa terjebak dalam situasi yang tak terelakkan.

Sementara itu Eliana mengambil segelas air dan meminumnya perlahan. Ia menatap pintu kamar mandi dengan pandangan penuh rencana.

Di dalam pikirannya sudah merencanakan segalanya dengan matang. Ekspresi wajahnya berubah dari senyum lembut menjadi tatapan tajam penuh ambisi.

Saat River akhirnya keluar dari kamar mandi, Eliana segera menunjukkan perhatian dan kasih sayangnya. Wanita itu menyambut River dengan senyuman manis dan berjalan mendekatinya.

Tangannya yang lembut menyentuh lengan suaminya, mencoba menenangkan kegelisahan yang jelas terlihat di wajah River.

“Terima kasih River,” katanya dengan suara yang penuh kehangatan.

Eliana mulai menggoda River. Ia ingin membuat sang suami melupakan kegelisahan di hatinya.

“Kepalaku pusing, El.” River mencoba mengelak. Ia tahu ini bukan saat yang tepat untuk bersenang-senang.

“Baiklah. Kamu hanya perlu beristirahat dan tidur.”

Related chapters

  • Istri Kedua Sang CEO   4. Butuh Waktu

    Malam harinya Shiera memutuskan untuk menemui Eliana di ruang kerjanya. “Aku setuju Eliana,” ucap Shiera dengan suara yang hampir tak terdengar. “Aku bersedia untuk menikah dengan River.” Wajah Eliana seketika berseri-seri. Ia segera menghampiri Shiera dan memeluknya erat-erat. “Terima kasih, Shiera. Aku tahu kamu adalah sahabat terbaik yang pernah aku miliki.” Eliana segera mengatur segalanya. Semua dokumen telah lengkap. Pernikahan Shiera dan River terlaksana dengan baik. Shiera tidak bisa menutupi segala perasaannya. Semua terasa campur aduk. Di satu sisi Shiera merasa aneh dan tak nyaman, tetapi di sisi lain ia melihat kebahagiaan di wajah Eliana. Sahabatnya itu tampak lebih tenang dan penuh harapan. Setelah pernikahan selesai, Shiera dan River diminta untuk menandatangani surat perjanjian pernikahan kontrak yang telah disiapkan. Perjanjian itu menyatakan bahwa pernikahan hanya akan berlangsung sampai Shiera melahirkan bayi laki-laki untuk Eliana dan River. Setela

    Last Updated : 2024-06-29
  • Istri Kedua Sang CEO   5. Bukan Urusanku

    Shiera merasakan hatinya sakit mendengar ucapan Eliana. “Bagaimana mungkin? Tidak seharusnya aku merasakan perasaan ini,” lirihnya. Ia berusaha menahan air matanya dan tetap tersenyum. Setelah Eliana keluar dari dapur, Shiera kembali fokus pada masakannya, berusaha menyingkirkan pikiran-pikiran yang mengganggunya. Shiera menyiapkan makanan di atas meja yang masih kosong. Pagi itu tampak sepi. Ia tidak melihat keberadaan River di sana. Hanya Eliana yang turun dari tangga dengan wajah penuh kesibukan. “Shiera, maaf ya, pagi ini aku tidak bisa menemanimu makan pagi,” kata Eliana dengan nada terburu-buru. Pekerjaan membuat Shiera selalu disibukkan dengan syuting dan pemotretan. Kadang ia juga tidak bisa pulang dan harus menginap di lokasi syuting. “Oh, iya. River juga harus berangkat pagi tadi. Kalau ada apa-apa kamu bisa menghubungiku.” Eliana segera berjalan cepat menuju mobilnya, meninggalkan Shiera yang merasa semakin kesepian. “Tapi, El—” kata Shiera, tapi Eliana

    Last Updated : 2024-06-29
  • Istri Kedua Sang CEO   6. Dingin dan Angkuh

    Shiera mencoba untuk memejamkan kedua matanya, berharap bisa terlelap dan melupakan semua yang terjadi hari ini. Namun pikirannya terus berkelana, tidak memberi ruang bagi ketenangan. Tiba-tiba ponselnya berdering, mengejutkannya dari lamunan. “Kenapa dia meneleponku? Ada apa?” lirih Shiera tak tenang. Ia segera menerima panggilan itu. “Shiera, kamu di mana? Ayahmu mencari kamu di rumahku. Dia marah besar,” ungkap seorang lelaki di seberang sana. “Adnan, aku bisa jelaskan semuanya. Tolong jangan katakan apa pun kepada ayahku,” Shiera memohon, suaranya terdengar putus asa. “Baiklah. Apakah besok kita bisa bertemu? Aku ada kabar lain. Kabar baik.” Shiera setuju untuk bertemu dengan sahabat dekatnya itu sebelum mematikan panggilan. ‘Kabar baik? Jangan-jangan Adnan mau menikah?’ Wanita itu bertanya-tanya dalam hatinya. Keesokan paginya, Shiera terbangun dengan kepala cukup berat. Ia memandang langit-langit kamar, mencoba mengumpulkan kekuatan untuk menghadapi hari itu. Ma

    Last Updated : 2024-07-10
  • Istri Kedua Sang CEO   7. Malaikat Penolong

    Ternyata pesan dari adik Shiera yang mengatakan bahwa ibunya sudah diperbolehkan untuk pulang. Shiera merasakan gelombang bersalah menyapu dirinya. Ia belum sempat mengunjungi sang ibu saat masih di rumah sakit. Wanita itu justru menikah secara diam-diam tanpa sepengetahuan keluarganya sama sekali “Sebaiknya aku ke rumah Ibu terlebih dahulu, baru kemudian menemui Adnan.” Setelah bersiap-siap dengan cepat, Shiera memilih untuk naik ojek ke rumah ibunya. Dalam perjalanan, pikirannya terus melayang, mencoba memprediksi apa yang akan terjadi. Shiera mampir ke toko buah-buahan untuk membeli oleh-oleh bagi ibunya. Ketika Shiera tiba di rumah ibunya, wanita paruh baya itu menyambutnya dengan senyum hangat. Mereka berpelukan erat, merasakan kehangatan yang telah lama dirindukan. “Ibu benar-benar sangat berterima kasih kepada Eliana. Tolong sampaikan hal ini kepadanya ya, Nak. Ibu tahu Nak Eliana sangat sibuk bekerja. Dia juga terlihat lebih cantik.” “Tentu saja, Bu. Nanti aka

    Last Updated : 2024-07-10
  • Istri Kedua Sang CEO   8. Terlonjak Kaget

    Tetapi wanita itu segera menarik tangannya. “Em, aku bisa sendiri.” Adnan melihat sikap aneh Shiera. Tetapi ia tidak mau berprasangka buruk terhadap sahabatnya. Tak butuh waktu lama Shiera pun mulai bekerja di restoran setelah meninggalkan kafe tempat pertemuan mereka. Wanita itu menjalankan tugasnya dengan baik. Di saat jam istirahat makan siang, di sudut restoran, sebuah meja sudah dipesan untuk pertemuan penting antara River dan klien potensialnya. River memasuki restoran dengan penuh percaya diri, mengenakan setelan jas hitam yang elegan. Di sampingnya, seorang wanita muda yang cantik mengikuti langkahnya, mengenakan rok pensil hitam dan blus putih yang rapi. Wanita itu adalah sekretarisnya yang selalu setia mendampinginya dalam setiap pertemuan penting. Mereka berdua berjalan menuju meja yang telah disiapkan, di mana klien mereka, Mr. Smith, sudah menunggu. Mereka mulai membahas tentang peluang kerja sama yang dapat menguntungkan kedua belah pihak. Tak lama kemu

    Last Updated : 2024-07-11
  • Istri Kedua Sang CEO   9. Tinggi dan Tampan

    “Oh, Adnan! Kamu mengejutkanku,” kata Shiera dengan suara sedikit lega setelah melihat sahabatnya berdiri di belakangnya dengan senyuman lebar. “Maaf, Shiera. Aku tidak bermaksud membuatmu kaget. Aku tadi ke toilet sebentar,” kata Adnan sambil menarik kursi dan duduk di seberangnya. “Kamu sudah pesan makanan?” Shiera mengangguk. “Iya, sudah. Kamu mau pesan apa?” Adnan pun ikut memesan makanan dan mereka mulai makan dengan suasana yang sedikit canggung. Adnan tidak bisa mengabaikan raut wajah Shiera yang tampak murung. “Shiera, kenapa kamu terlihat aneh hari ini? Ada sesuatu yang mengganggumu?” Shiera mengerutkan kening, mencoba memahami apa yang dimaksud oleh Adnan. “Aneh? Aku merasa biasa saja, Adnan. Mungkin hanya perasaanmu saja.” Adnan menatap Shiera dengan cermat. “Mungkin, tapi aku tahu kamu cukup lama untuk tahu ada yang tidak beres. Kamu bisa cerita apa saja padaku, Shiera.” Shiera tersenyum tipis, berusaha menenangkan Adnan. “Benar, aku baik-baik saja. Hanya sed

    Last Updated : 2024-07-12
  • Istri Kedua Sang CEO   10. Sangat Keras

    Shiera merasa takut kepada tatapan tajam River. Ia menundukkan kepalanya, mencoba menghindari tatapan yang seolah penuh ancaman itu. Namun wanita tersebut tahu bahwa menghindar tidak akan menyelesaikan apapun. “Ke mana saja kamu?” Suara River terdengar dingin dan penuh tuntutan. Shiera menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab, suaranya bergetar ringan. “Aku menjenguk ibuku yang baru pulang dari rumah sakit karena penyakitnya kambuh.” Di dalam hatinya, River merasa sedikit bersalah. Ia tidak sedikitpun peduli dengan kehidupan Shiera selama ini. Bahkan ia tidak tahu jika ibu Shiera sakit. Tetapi River hanya diam dan masih menunjukkan keangkuhannya, ekspresi wajahnya tetap kaku tanpa emosi. Shiera merasakan ketegangan semakin meningkat. Udara di sekitar mereka terasa semakin menekan. River masih menatapnya dengan pandangan yang tajam, seolah menantang Shiera untuk mengatakan sesuatu yang salah. Setelah beberapa saat berlalu, River akhirnya berbicara lagi. “Eliana ada di mana?

    Last Updated : 2024-07-12
  • Istri Kedua Sang CEO   11. Melakukan Kesalahan

    Di tempat peristirahatan, Eliana baru saja memeriksa ponselnya saat menyelesaikan pekerjaannya. Ia menyandarkan kepalanya di sebuah kursi panjang. “Lelah sekali hari ini.” Eliana melihat seseorang mengulurkan segelas minuman untuknya. “Maxime?” Eliana segera menegakkan tubuhnya. “Mau minuman? Aktingmu luar biasa hari ini. Aku sangat kagum kepadamu.” Eliana merasa tersipu. Ia tidak menyangka Maxime akan memujinya. Setelah memberikan segelas minuman, aktor tampan itu pergi ke toilet. Eliana menikmati minuman itu. Kemudian ia melihat beberapa pesan di ponselnya. “Apa? River tadi datang ke sini? Itu berarti ... tidak. Tidak mungkin. Dia pasti sangat marah jika melihatku bersama Maxime. Aku tidak akan membiarkan ini terjadi. Aku sangat mengagumi Maxime. Aku tidak mungkin bisa menolak permintaan ini.” Eliana berdiri dengan resah. Ia mondar-mandir seorang diri. Memikirkan cara yang tepat agar River tidak marah dan menyuruhnya berhenti sebagai pemain film dewasa. Sementara

    Last Updated : 2024-07-13

Latest chapter

  • Istri Kedua Sang CEO   59. Menenangkan

    Ia tak menyangka bahwa Shiera, yang biasanya selalu sabar dan menerima, kini berani menuntut haknya. “Shiera, aku tidak ingin kamu pergi. Dan sampai kapanpun kamu tidak akan pernah bisa pergi.” “Oh ya? Aku butuh seseorang yang bisa menghargai dan memperjuangkan keberadaanku. Bukan sekadar seseorang yang menganggapku pilihan kedua.” Shiera beranjak menuju jendela, menatap langit. Ia ingin mencari ketenangan. Hening sejenak, sampai River akhirnya bangkit berdiri, mendekati Shiera dan berhenti di sampingnya. “Aku paham, Shiera. Dan mungkin sudah saatnya aku mengambil keputusan. Aku tahu kamu layak mendapatkan cinta yang penuh, bukan yang setengah-setengah. Dan mungkin, selama ini aku terlalu egois mempertahankanmu tanpa benar-benar berusaha mencintaimu seutuhnya.” Shiera menoleh, menatap wajah River yang terlihat begitu terluka. Rasa kasihan dan simpati tiba-tiba muncul di hatinya, meski ia tahu bahwa perasaannya tidak akan mengubah kenyataan pahit yang sedang mereka hadapi. “Jadi,

  • Istri Kedua Sang CEO   58. Untuk Kalian Berdua

    Shiera berusaha menjaga ketenangannya, meski di dalam hatinya ada perasaan gelisah yang semakin kuat. “Kami hanya mengobrol biasa El,” jawab Shiera singkat namun dengan nada tegas, berusaha tidak menunjukkan kelemahan di depan wanita yang tampak seperti menikmati kehadirannya untuk menguji kesabarannya. Eliana tersenyum sinis, lalu melangkah mendekat. Setiap langkahnya penuh percaya diri, seolah ingin menunjukkan bahwa ia yang memegang kendali di sini. “Ah, hanya berbicara, ya? Apakah kamu yakin itu saja, Shiera?” Shiera mengepalkan tangannya di belakang punggungnya, berusaha mengendalikan emosinya yang semakin mendidih. Ia tidak ingin membuat situasi semakin buruk dengan merespons secara emosional. “Aku tidak punya kewajiban untuk menjelaskan apapun padamu, Eliana,” ucapnya tegas, meski hatinya berdebar kencang. “Oh, benar sekali. Tapi, kamu harus ingat, Shiera, kamu hanyalah tamu di rumah ini,” jawab Eliana dengan nada tajam yang terasa menghujam hati Shiera. “Kamu han

  • Istri Kedua Sang CEO   57. Semakin Dekat

    Shiera menarik napas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan keberanian untuk berbicara. “Eliana…” bisiknya lirih. “Bagaimana dengan dia, River? Bagaimana kamu bisa mencintaiku jika dia masih ada di antara kita?” River terdiam, wajahnya menegang sejenak sebelum akhirnya ia menghela napas panjang. “Aku mengerti,” ujarnya dengan suara berat. “Aku tahu, selama ini kehadiran Eliana adalah bayangan yang terus menghantuimu. Tapi percayalah, Shiera … perasaanku padamu tidak bisa diukur dengan perasaan yang pernah kumiliki untuknya.” Ia berhenti sejenak, matanya mengerjap seperti menahan emosi yang bergejolak. “Eliana… mungkin dia adalah masa lalu yang dulu pernah kuanggap segalanya,” lanjutnya dengan suara rendah. “Tapi sekarang, Shiera … yang kuinginkan hanya kamu.” Ia menggenggam tangan Shiera lebih erat, seperti mencoba meyakinkan perempuan itu bahwa setiap kata yang keluar dari bibirnya bukanlah kebohongan. Shiera masih terpaku, hatinya berperang antara rasa bahagia dan ketakutan yang tak te

  • Istri Kedua Sang CEO   56. Meragukan Cintanya

    Shiera mendongak perlahan, menatap mata River yang tampak penuh keraguan namun juga ketulusan yang jarang ia lihat. “Aku sudah terlalu lama memendam ini,” ujar River dengan suara yang sedikit bergetar. “Dan mungkin aku seharusnya mengatakannya lebih cepat.” Ia terdiam sejenak, menarik napas dalam seakan mencari kekuatan untuk melanjutkan. Shiera menatapnya, perasaan campur aduk antara harapan dan ketidakpercayaan. Apa sebenarnya yang ingin dikatakan oleh River? “Shiera, aku …,” River kembali menghela napas panjang, seperti sedang melawan dirinya sendiri. “Aku mencintaimu.” Ucapan itu keluar dengan penuh kesungguhan, namun terasa bagai ledakan di kepala Shiera. Ia terpaku, tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun. Segala amarah, kekecewaan, dan rasa sakit yang ia rasakan beberapa saat lalu mendadak menguap, digantikan oleh rasa terkejut dan kehangatan yang perlahan menyusup ke hatinya. “River … kamu … apa maksudmu?” Shiera bertanya dengan suara bergetar, mencoba memastikan apa yang

  • Istri Kedua Sang CEO   55. Terpukul

    Shiera turun dari mobil dengan penuh kebingungan. Saat kakinya menginjak aspal, mobil River langsung melaju kencang meninggalkannya di pinggir jalan. Shiera hanya bisa menatap punggung mobil suaminya yang semakin menjauh, perasaan kesal dan kecewa bercampur aduk dalam hatinya. “Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa River bersikap seperti ini lagi?” gumamnya, merasa tertekan dan bingung. Tak ingin berlama-lama berdiri sendirian di pinggir jalan, Shiera segera mencari taksi untuk pulang. Di dalam perjalanan, pikirannya terus dipenuhi oleh sikap River yang berubah-ubah. Dari suasana manis dan penuh tawa di pasar tadi, tiba-tiba berubah menjadi sikap dingin yang tak bisa ia pahami. Setibanya di rumah, Shiera mendapati pintu rumah sudah terbuka. Dengan dahi mengerut, ia berpikir mungkin River sudah tiba lebih dulu. Shiera menghela napas dalam-dalam, merasa sedikit lega bahwa River sudah pulang lebih dulu. Ia berharap bisa mendapatkan penjelasan atas sikap suaminya barusan. Namun, saat

  • Istri Kedua Sang CEO   54. Keluar

    “Sayur-sayuran, bumbu dapur, dan mungkin beberapa bahan segar untuk masak nanti,” jawab Shiera riang. River hanya berdiri di belakangnya, tampak bingung namun terhibur melihat antusiasme Shiera. “Kamu kelihatan sangat menikmati ini,” ujarnya. Shiera tertawa kecil. “Tentu saja. Belanja di sini terasa lebih hidup. Setiap bahan yang aku pilih langsung dari sumbernya dan aku bisa tawar-menawar dengan penjualnya,” jawabnya sambil tersenyum. River dan Shiera melangkah lebih jauh memasuki pasar tradisional dengan keramaian dan aroma khas rempah-rempah yang begitu berbeda dari lingkungan kantor atau mall mewah yang biasa dikunjungi River. CEO Tmtampan itu sesekali melirik sekeliling dengan wajah sedikit bingung, sementara Shiera terlihat sangat antusias, langsung menuju lapak sayuran. Mereka berhenti di sebuah kios sayur yang penjualnya tampak ramah menyambut. Shiera mulai memilih sayuran satu per satu. “Yang ini segar, ya, Bu?” tanyanya sambil mengangkat tomat merah. Penjualnya men

  • Istri Kedua Sang CEO   53. Apakah Kamu Mengikutiku?

    Shiera terkejut melihat sosok yang sangat ia kenal itu mendekatinya dengan senyum miring yang penuh maksud. Lelaki itu adalah ayahnya yang tampak jauh lebih berantakan dari terakhir kali ia melihatnya. Rudi berjalan mendekat. Shiera menelan ludah, gugup. “Ayah ... apa yang Ayah lakukan di sini?” Rudi tersenyum sinis, matanya berbinar penuh keyakinan. “Berani sekali kamu kabur dari James. Gara-gara kamu, aku kehilangan tempat tinggal. Kamu pikir bisa seenaknya meninggalkan ayahmu ini, Shiera? Ayo, ikut denganku!” Rudi mencengkeram kuat tangan Shiera, seakan tak peduli bahwa ia sedang di tempat umum. Shiera terperangah, berusaha menarik tangannya. “Tidak, Ayah. Aku tidak mau. Tolong lepaskan aku!” Namun Rudi tidak mendengarkan. Ia menggenggam lebih erat, bahkan dengan tatapan marah. “Kamu yang harus membayarkan semua ini, Shiera. Karena ulahmu, aku kehilangan segalanya. Jangan sok pintar dengan menolak. Ikut denganku!” Wanita muda itu menggigit bibirnya, berusaha mengendalikan d

  • Istri Kedua Sang CEO   52. Diketahui

    River menatap Shiera, lalu menghela napas panjang. “Jangan dengarkan apa yang dia katakan. Vikram memang selalu begitu. Suka bermain-main dengan perasaan orang. Jangan ambil hati, Shiera.” Shiera mengangguk, tetapi perasaan tidak enak masih menghantuinya. Ia tahu bahwa selama Vikram berada di rumah ini, ketenangan mereka tidak akan bertahan lama. Ucapan River tidak membuat Shiera merasa tenang. Tuduhan Vikram tadi benar-benar mengusik, seolah menuduhnya memiliki maksud tersembunyi yang tak ia miliki. “River, aku di sini karena permintaan Eliana. Aku tidak pernah punya niat apa pun selain membantu,” ujarnya pelan, namun cukup terdengar getir. River menggenggam tangannya sebentar, menunjukkan ketulusan dalam sorot matanya. “Aku tahu, Shiera. Kamu tidak perlu membuktikan apa-apa pada siapa pun, apalagi pada orang seperti Vikram.” Nada suara River terdengar penuh kepastian, tetapi Shiera merasa ada sesuatu yang tak tersampaikan di sana. Dengan perlahan Shiera melepaskan genggaman t

  • Istri Kedua Sang CEO   51. Merasa Bingung

    River membawa Vikram masuk ke ruang kerjanya, menutup pintu di belakang mereka. Shiera, yang masih berada di ruang makan, merasa perasaannya campur aduk. Antara lega dan tegang. Ia tahu bahwa kehadiran Vikram bisa menjadi ancaman untuknya, apalagi dengan sikapnya yang seolah ingin mendekatinya tanpa peduli pada perasaan River. Di dalam ruang kerja, River menatap Vikram tajam. “Apa yang kamu lakukan, Vikram?” tanyanya dengan nada rendah namun penuh tekanan. Vikram hanya tersenyum kecil, tidak menunjukkan tanda-tanda rasa bersalah. “Aku cuma bercanda, Bang. Lagipula, Shiera orangnya asyik. Kamu beruntung punya dia di rumah ini.” “Jangan macam-macam dengannya, Vikram!” tegas River, suaranya kini lebih dalam. “Dia bukan orang yang bisa kamu perlakukan seenaknya. Shiera punya harga diri.” Vikram mengangkat bahu, tampak acuh. “Kenapa, Bang? Cemburu? Kalau memang iya, kenapa tidak bilang saja?” River menghela napas panjang, menahan gejolak emosi yang semakin membara. Ia tahu bahwa Vikr

DMCA.com Protection Status