Share

Chapter 1 : Harus Menikah Lagi

Penulis: NWC
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Tidak bisakah kau kembali padaku, Ann? Aku sungguh rindu padamu. Aku harus apa sekarang tanpamu, Ann?" lirih seorang pria yang duduk pada kursi roda canggihnya yang menggunakan teknologi terbaru, dan desain hanya untuknya. Matanya memerah dan berair menatap foto besar pernikahannya. Tepat di depan foto itu terdapat guci mewah, untuk menyimpan abu sang istri.

"Ann, aku—" Lelaki itu terisak perih mencengkeram kaos yang ia gunakan. "Bisakah kau bawa aku bersamamu? Bagaimana bisa kau meninggalkan aku disini sendirian? Kau adalah kekuatanku, Ann," lanjutnya.

Lagi. Sudah tak terhitung banyaknya David selalu menangis di depan foto mendiang istrinya. Terus merasa menyesal, frustrasi dan marah karena gagal melindungi istrinya sendiri.

"Kenapa? Kenapa aku tidak bisa lebih tegas lagi? Seharusnya, aku lebih tegas untuk berkata tidak atas keinginanmu yang ingin pergi ke Rusia. Kenapa—kenapa aku—?" racau David lagi dan mulai kembali menangisi kenangan 6 bulan lalu yang terlintas saat Anna—sang mendiang istrinya merengek padanya meminta liburan ke Rusia—kampung halaman keduanya.

David akan terus menangis bahkan hingga matahari kembali terbenam, jika saja ketukan pada pintu tidak masuk ke telinganya. Kepalanya tertoleh dan buru-buru mengusap air matanya. Meskipun tengah frustrasi, tetapi ia tak ingin kehilangan kewibawaannya dihadapan anak buahnya sendiri.

"Masuk!" tegas David.

Seorang pria tinggi berjasa hitam dengan wajahnya datar merunduk memberikan hormat pada David.

"Ada apa, Roland?" tanya David tanpa basa basi.

"Maaf, mengganggumu, Tuan. Aku baru saja menemukan sebuah rekaman suara yang terlempar cukup jauh dari tempat kejadian kecelakaan 6 bulan lalu, Tuan." Roland mengeluarkan sebuah benda hitam seperti radio kecil, dari saku jasnya.

"Aku telah memeriksanya, Tuan. Dan, ada informasi penting yang harus kau ketahui," lanjut Roland.

"Putar sekarang!" titah David dengan wajah datarnya.

Tanpa menyahut lagi, Roland langsung memutar rekaman suara itu. Mulanya, penuh dengan suara bising tidak jelas, sampai mulai terdengar suara dua orang yang mulai berinteraksi. Suara pertama, jelas seorang lelaki, tetapi suara lawan bicaranya tak dapat ia deteksi karena menggunakan alat pengamar suara.

"Tapi, bagaimana dengan aku? Aku takut jika rencana ini gagal, bagaimana?" suara lelaki itu terdengar bergetar jelas melalui rekaman yang tengah di putar.

"Bagaimana? Hahahaha! Maka kau akan mati di tangan David, Bodoh!" Suara asing itu menyahut.

"Tolong, aku tidak ingin mati. Aku mau tetap hidup dan harus tetap hidup. Kumohon..." Terdengar isak tangis mengiringi sahutan lelaki dalam rekaman itu.

"Tidak perlu takut. Jalankan saja sesuai apa yang kukatakan padamu. Tidak akan ada penghalang apapun, jika kau melakukannya sesuai yang kukatakan. Jika kau gagal, itu berarti kau sendiri yang mengacaukannya. Maka, bersiaplah untuk mati!" Suara asing itu terdengar murka menyahut lelaki yang menjadi lawan bicaranya—yang Dagid simpulkan bahwa ia adalah anak buah dari orang asing itu.

"Ba—baik. Akan kulakukan sesuai yang kau katakan. Tapi, siapa dirimu? Apa kau musuh dari Tuan David? Bagaimana bisa kau masuk ke wilayah ini dengan mudah dan merencanakan semua ini?" Lelaki itu terdengar bertanya. Disini, David mulai menyipitkan matanya dan mempertajam pendengarannya.

Suara kresek' terdengar kembali. David makin dibuat penasaran. "Kau seperti—TUNGGU, KAU—" Suara lelaki itu menjerit dengan terkejut membuat David menggeram dalam diam.

"Bagaimana bisa kau melakukan ini pada Tuan David? Kau adalah keluarganya. Kau orang terdekatnya." Suara lelaki dalam rekaman itu melanjutkan perkataannya. David masih menunggu dia mengucapkan sesuatu yang berkaitan dengan pelaku.

"DIAM!" Suara asing samar itu membentak. "Itu bukan urusanmu. Lakukan perintahku, atau kau akan mati disini!" ancam dari seseorang pemilik suara tersamarkan itu.

"David tidak ada apa-apanya dibanding aku. Dia hanyalah mafia bodoh yang otaknya berisi cinta. Akulah mafia yang sebenarnya. Akulah malaikat kematian bagi The Fucking Killer dan perusahaan yang diwariskan padanya," lanjut si pemilik suara samar itu yang membuat David kian bertambah murka hingga kepalan tangannya bergetar.

"Ba—baik. Aku harap, kau tidak menyesal melakukan ini, karena Tuan David sangat—" Ucapan lelaki itu terputus karena suara kresek rekaman itu terdengar dan langsung berakhir begitu saja meninggalkan teka teki dalam pikiran David.

"BAJINGAN!" geram David yang memukul remot kontrol yang menyatu pada kursi rodanya. "Roland, pergi dan cari tahu sekarang siapa yang berani melakukan hal ini padaku. Biarkan tanganku ini meremas jantungnya hingga mati!" David mengangkat tangannya dan bergerak mengatup kuat secara perlahan.

Amarahnya benar-benar memuncak dengan gila. Kecelakaan yang membunuh Anna dan calon anaknya adalah perbuatan orang terdekat David? Sial! Kenapa David tak pernah memikirkan kemungkinan itu? Atau karena ia terlalu larut dalam kesedihannya hingga 6 bulan terakhir ini?

"Baik, Tuan." Roland mengangguk patuh dan pamit undur diri meninggalkan David yang masih dengan amarahnya.

"Aku berjanji atas namamu, Anna, aku akan membunuh dan menghabisi siapapun yang melakukan hal keji menjijikan itu padamu, yang membuat kita harus menderita karena perpisahan ini." David menatap wajah Anna yang terpampang di dinding dengan senyum indahnya. Senyum yang satu kalipun tidak pernah luput dari penglihatan David.

***

"Siang, Tuan. Maaf, mengganggumu. Aku baru saja mendapat informasi mengenai data pribadi seluruh anggota keluargamu. Tapi—" Ronald menggantung perkataannya.

Hal itu membuat David yang tengah memberikan ikannya makan siang, langsung menoleh sejenak pada Ronald yang berada di belakangnya. "Katakan dengan jelas!" geram David yang sangat anti basa-basi.

"Aku telah memeriksa satu demi satu profil pribadi seluruh anggota keluargamu. Mereka semua aman, kecuali keluarga tirimu. Dua Ibu tirimu itu memiliki hubungan khusus dengan mafia lain." Ronald menjelaskan sembari menunjukkan tablet yang berisi file penting itu.

"Zhiro?" David menebak.

"Tidak, tepatnya Zeo. Mafia penjilat Zhiro." Ronald menyahut.

David tersenyum miring. "Bukan lawanku," sahutnya enteng. "Jadi, kau tahu siapa pelakunya?"

"Belum tahu. Tidak ada satupun bukti yang bisa aku temukan mengarah pada salah satu keluarga tirimu, Tuan. Kupastikan, mereka hanya membutuhkan kepuasan dan uang belaka dalam dunia mafia. Tidak ada sangkut paut apapun dengan kecelakaan yang menimpamu, Tuan. Bahkan, aku yakin mereka tidak tahu bahwa kau adalah pemilik The Fucking Killer." Roland menjelaskan.

"Ada info lain?" tanya David yang mulai berbalik menghadap Roland dengan jelas.

Lelaki itu menggeleng sedih dengan pandangan tertunduk di depan David. "Tapi, aku punya saran untukmu, Tuan."

David menyipit. "Katakan!" sentaknya.

"Jika kita belum dapat mengetahui siapa pelakunya melalui pencarian identitas, bukankah kita bisa memancing pelaku untuk menunjukkan dirinya secara langsung?" Roland menjelaskan sembari menatap David dengan pandangan mata serius.

"Kau benar. Kita bisa menariknya untuk lebih dekat padaku dengan rupanya yang asli." David menarik satu sudut bibirnya membentuk senyum mengerikan. "Aku ingin bertemu ayahku. Hubungi dia, dan atur pertemuannya segera," titah David yang langsung mendorong kursi rodanya pergi meninggalkan Roland yang mengangguk patuh.

***

Pagi ini, kediaman milik keluarga Orlando digegerkan dengan kedatangan keturunan sah dan pewaris sah satu-satunya kekayaan milik Thomas Orlando. Bagaimana tidak, David yang beberapa tahun lalu memutus hubungan dengan ayahnya, kembali hadir dengan rupa yang berbeda, sudah tak segagah dan sewibawa dahulu, walaupun mimik menyeramkan itu masih tampak jelas di wajahnya.

Kedatangan David memberikan suasana mencekam di kegiatan sarapan pagi ini. Semua mata menatap nyalang penuh kebencian pada David. Kecuali, Thomas yang tampak senang melihat kehadiran putranya.

"Selamat datang kembali, David? Apa sekarang kau sudah ingat pada rumahmu?" ujar Thomas yang mendekati putranya.

"Aku ingin bicara mengenai hakku sebagai pewaris sah dan satu-satunya di keluarga ini." David berkata dengan menekankan tiap katanya. Matanya melebar menatap tiap dua pelacur ayahnya, beserta anak bawaan mereka dan juga para adik tiri haramnya. Senyum masam tak pernah luntur dari wajahnya saat menatap mereka satu demi satu.

"Tentu. Ikut aku." Thomas mempersilakan.

David dengan senang hati mengikuti kemana Thomas membawanya. Ternyata, lelaki tua yang usianya sudah lebih dari 60 tahun itu, membawanya menuju ruang kerja yang juga termasuk tempat pribadinya.

"Tak menyangka kau berakhir sama sepertiku, Nak...," ejek Thomas menatap David yang terduduk di kursi roda, sama sepertinya.

David memutar bola matanya malas dan tak berniat menyahuti ayahnya yang paling ia benci setelah ibunya sendiri. "Berhenti. Aku sedang tidak ingin bertengkar denganmu, Tommy!"

Thomas tertawa cukup keras dan mendorong dirinya lebih dekat pada Sang putra dengan tangannya yang sudah keriput. "Sudah kuduga, kau kemari untuk meminta sesuatu padaku. Jangan sungkan, aku ayahmu, Dave. Senang bisa melihatmu datang menemuiku."

"Berikan perusahaanmu padaku," ujar David jelas.

Thomas tertawa hingga terbahak. Ia menatap David yang sama sekali tidak bergeming dengan raut wajah datarnya. "Setelah kau memilih memutus hubungan keluarga denganku, kau tiba-tiba datang meminta perusahaanku?"

"Terserah apa katamu. Berikan padaku tanpa pertikaian, atau aku akan merebutnya dengan darah. Itu pilihanku untukmu." David menyahut tegas.

Thomas meraih satu tangan putranya yang langsung ditepis oleh David dengan kasar. "Jangan sentuh aku." David memperingati.

"Dasar Bajingan!" Thomas terkekeh. "Kau tahu aku tidak akan pernah memberikan perusahaan itu dengan mudahnya, tetapi aku juga tidak ingin ada pertumpahan darah antar keluargaku sendiri."

"Kau takut aku membunuh pelacur dan anak harammu itu?" David berdecih geli menatap ayahnya.

"Bukan. Karena hanya kau pewarisku," ungkap Thomas dengan mimik wajah ayah yang merindu anaknya.

"Tidak perlu drama. Katakan apa maumu? Berapa yang harus kubayar?" tanya David.

"Tidak mudah, tapi tidak sulit." Thomas bergumam panjang. "Menikahlah lagi dan berikan aku pewaris."

"APA?!" David membentak.

****

~Bersambung...

Bab terkait

  • Istri Kedua Mafia Lumpuh (Second Wife Mr. Mafia)   Chapter 2 : Mencari Istri

    "Tidak perlu drama. Katakan apa maumu? Berapa yang harus kubayar?" tanya David. "Tidak mudah, tapi tidak sulit." Thomas bergumam panjang. "Menikahlah lagi dan berikan aku pewaris." "APA?!" David membentak dengan keras. Tangannya langsung mengepal menggeram penuh dendam pada ayahnya. Thomas mengangkat kedua bahunya acuh. "Terserah. Itu bukan syarat dariku, tetapi syarat dari pewaris terdahulu. Perusahaan ini hanya akan jatuh ke tangan pewaris sah dari pernikahan yang sah, dengan syarat ia mampu memberikan perusahaan ini pewaris selanjutnya," terang Thomas. "KAU—" David mendengus dan mulai hilang kesabaran. "Aku tidak memaksa, David. Jika kau benar-benar menginginkan perusahaan ini, maka pergi dan temui aku kembali bersama calon istrimu. Jika tidak ... untuk menghancurkan perusahaan ini jauh lebih mudah, Nak. Siapapun bisa melakukannya." Thomas mengulas senyum manis yang berisi ejekan pada putranya. "Aku tidak akan pernah menikah lagi. Cintaku, istriku hanya ada satu dan sel

  • Istri Kedua Mafia Lumpuh (Second Wife Mr. Mafia)   Chapter 3 : Istri Pelacur

    "Apa yang sudah kau temukan, Roland?" tanya David yang langsung menginterupsi asisten pribadinya, bahkan saat Roland belum sempat menyapa. Roland tersentak. Ia merapikan sedikit jasnya dan melangkah mendekati David. "Maaf, Tuan. Penyusup itu berhasil kabur. Ada seseorang yang berusaha menyelamatkannya. Jika kau tetap menginginkan—" "Tidak perlu dikejar. Biarkan dia kembali pada tuannya. Informasi apa yang berhasil kau dapatkan?" David bertanya tanpa mengalihkan perhatiannya dari laptop. "Pelaku yang sudah berusaha menggagalkan rencanamu mencari calon istri adalah kedua ibu turumu sendiri, Tuan. Mereka bersekongkol untuk membuat setiap kandidat trauma. Entah dengan meracuninya, bahkan menculiknya. Sudah kutemukan beberapa kandidat yang hilang begitu saja tanpa kabar." Roland menjelaskan. David mengangguk paham. "Kalau begitu, kau tunggu apa lagi? Culik anak-anak mereka, dan lakukan yang sama persis dengan yang ibu mereka lakukan." David memerintah tegas. "Maksudmu ... kau ingi

  • Istri Kedua Mafia Lumpuh (Second Wife Mr. Mafia)   Chapter 4 : Peringatan David

    "AAAARRRGGHHH! LEPAS!" jerit Alexa yang terus memberontak sekuatnya saat dua lelaki besar menarik tubuhnya keluar dari rumah pelacuran James, menuju sebuah mobil mewah. "Lepaskan aku! Kau tidak bisa membeliku. Aku tidak dijual! LEPAAASSS!" Alexa menangis dalam jeritannya. Sia-sia saja dirinya memberontak dengan gila, sebab tenaganya tak cukup membuatnya lepas, tetapi justru semakin terikat. "Tuan, apa kau yakin dengan pilihanmu? Dia--maksudku Alexa adalah bukun wanita seperti kebanyakan pada umumnya. Coba kau lihat dia, Tuan. Dia adalah pelacurku yang paling tidak menguntungkan sebab wajah jelek, dekil sekali, tidak cantik, apalagi seksi. Dia selalu membuat masalah di tempatku ini. Tapi, kau justru memilihnya. Aku takut, dia akan membuat masalah dan--" "Aku tidak buuh penilaianmu," sentak David. James langsung menunduk seketika dengan mulut terkunci rapat tanpa lem. "Datanglah ke pernikahanku nanti, kau akan lihat bahwa penilaianmu adalah sampah." David menutup pertemuan kedua

  • Istri Kedua Mafia Lumpuh (Second Wife Mr. Mafia)   Chapter 5 : Jangan Mencaritahu Apapun

    "Aku sudah melakukan apa yang kau mau. Kini, saatnya kau berikan apa yang aku mau." David menatap ayahnya dengan serius. Thomas terkekeh masam, memandang remeh putranya. "Kau kira aku bodoh, David? Aku tahu bahwa wanita itu telah kau bayar untuk menjadi istrimu. Kalian bahkan tidak saling mengenal, kan?" "Akkkkhhh! FUCK!" maki David menggebrak meja kerja ayahnya. "Tenanglah... Itu bukan urusanku. Satu-satunya urusanku adalah ... jika kau memang benar menginginkan perusahaan ini, maka menikahlah dan pastikan kau memberikanku keturunan untuk melanjutkan perusahaan ini kedepannya. Aku tidak ingin perusahaan ini hancur atau jatuh ke tangan selain darah dagingku." Thomas menyesap minumannya dengan tenang, menatap David yang masih memandangnya begitu sengit. "Kau akan menyesal telah mempersulit hidupku, Tua Bangka!" maki David lagi yang kemudian meninggalkan ruang kerja ayahnya. Ia mendorong kursi rodanya menuju tempat ia meminta Alexa menunggu. Sayangnya, tempat itu telah kosong t

  • Istri Kedua Mafia Lumpuh (Second Wife Mr. Mafia)   Chapter 6 : 1 Milyar Dolar Untuk Calon Istriku

    "Aku tetap membutuhkan waktu untuk berpikir, Roland." Alexa mendorong pelan dada Roland hingga menjauhinya. Roland memutar bola matanya malas. "Setidaknya, bacalah dahulu perjanjiannya. Ada sedikit keuntungan yang bisa kau dapatkan." "Hanya sedikit." Alexa bergumam pelan sembari membawa dokumen itu lebih dekat padanya. Baru saja membaca beberapa detik, Alexa langsung mendengus kembali. Isinya sungguh tidak masuk akal, seperti tidak masuk akalnya mereka menyuruh Alexa menjadi istri David. PERJANJIAN PERNIKAHAN ALEXA DAN DAVID 1. Alexa dilarang meminta cerai pada David. Seluruh keputusan perpisahan ada di tangan David. Hanya David yang boleh menceraikan Alexa. 2. Alexa tidak boleh keluar atau pergi tanpa izin atau pengawalan David. 3. Alexa dilarang berhubungan dengan lelaki manapun. 4. Alexa wajib meninggalkan seluruh teman, saudara, ataupun keluarganya. 5. Alexa dilarang mengikutcampuri urusan David. 6. Alexa dilarang melanggar ucapan David. 7. Alexa dilarang

  • Istri Kedua Mafia Lumpuh (Second Wife Mr. Mafia)   Chapter 7 : Jatuh Pada Perhatiannya

    "Oke. 500 juta dolar untuk Tuan—" "1 milyar dolar," teriak seseorang dari kegelapan. Semua tersentak. Mereka tidak mengira ada seseorang yang rela mengorbankan 1 milyar dolarnya untuk acara pelelangan ini. Miranda dan Camilla sama-sama menyipitkan matanya menatap kegelapan arah suara itu berasal. Alexa yang penuh ketakutan benar-benar hanya pasrah saja. Baru kali ini, ia menyesali perbuatannya yang kabur dari David. Nyatanya, Roland benar. Tak ada yang bisa kabur dari David. Dan kini, ia benar-benar sudah lemah. "1 milyar dolar untuk calon istriku." Senyum iblis David tampak keluar dari kegelapan. Membuat keadaan yang semula penuh kehebohan, berubah menjadi keheningan dalam sekejap. "Da—vid?" gumam Zeo. "Apa kabar tikus-tikus pengkhianatku?" sapa David dengan senyum remehnya. Detik berikutnya, langsung terdengar suara tembakan secara membabi buta ke segala arah. Kericuhan langsung terjadi dengan teriakan memenuhi tiap ruangan temaram ini. Semua berusaha berhamburan keluar

  • Istri Kedua Mafia Lumpuh (Second Wife Mr. Mafia)   Chapter 8 : Telah Menyukainya

    "Permisi, Tuan." Roland manyapa. "Keluar! Jika kau ingin mengabarkan mengenai kegilaan gadis itu, aku sedang tidak mau dengar. Habisi saja dia," sahut David dan terus memunggungi Roland. Matanya enggan terlepas dari wajah cantik istrinya yang abadi dalam sebuah foto besar yang terkukung dalam bingkai emas asli dan permata sebagai hiasan pada tiap sudutnya. "Tidak, Tuan. Justru, aku ingin memberitahu bahwa Nona Alexa telah menandatangani surat perjanjian itu dan bersedia menikah denganmu," jelas Roland. David berpaling dengan ekor matanya. "Laksanakan pernikahan lusa." "Baik, Tuan." Roland mengangguk patuh dan bersiap meninggalkan ruangan pribadi David. "Roland." David memanggil saat lelaki paling mengenalnya itu menarik pintu. "Jangan lupa untuk memberitahu segala peraturan di rumah ini padanya." "Dimengerti, Tuan." Roland pamit undur diri. Sepeninggal Roland, David memandang sayu foto Anna yang tampak tersenyum manis itu. "Maafkan aku. Aku sungguh mencintaimu." Setetes a

  • Istri Kedua Mafia Lumpuh (Second Wife Mr. Mafia)   Chapter 9 : Penyusup!

    "Bagaimana, Nona? Kau menyukainya?" tanya Emma sembari merapikan gaun putih hasil buatannya sebagai desainer yang cukup tersohor di kota ini. Alexa terdiam cukup lama. Melihat kedatangan Emma ke rumah ini untuk membatu pembuatan gaun pengantin saja sudah membuat gadis itu terkejut. Apalagi saat mencoba gaun putih yang penuh dengan kilauan kemewahannya, membuat Alexa tak pernah percaya bahwa ia akan mencoba gaun seindah dan semahal ini. Bahkan, sepanjang hidupnya, ia tidak pernah memakai pakaian baru. Ini sungguh membuatnya terharu. "Nona?" Emma memanggil sekali lagi. "Hmm?" Alexa terusik dan mulai mengusap air matanya. "Ini sangat indah dan luar biasa, Emma. Aku menyukainya." Emma tersenyum. "Ah, senang sekali aku mendengar itu. Aku merasa terhormat Tuan David menunjukku sebagai desainer untuk pakaian pengantin kalian. Aku sangat yakin betul, Tuan David akan semakin jatuh cinta padamu." Emma tersenyum lebar sambil terus berceloteh mengenai perjuangan dalam membuat gaun ini dala

Bab terbaru

  • Istri Kedua Mafia Lumpuh (Second Wife Mr. Mafia)   Chapter 17 : Alexa's Game

    Alexa berlarian dengan terburu menuju kamar suaminya. Melupakan segala perasaan sakit yang di dapat beberapa menit yang lalu dari suaminya sendiri. Dengan intonasi cepat, Alexa mengetuk pintu kamar suaminya. Pintu itu terbuka dengan sendirinya dan menampilkan David yang tengah disibukkan dengan laptop dan beberapa dokumen di atas kasurnya. "Ada apa lagi?" Wajah datar itu menyapa istrinya dengan malas. Namun, sayang sekali Alexa tak menanggapi itu. Ia masuk dan menutup pintu rapat-rapat. "David, tolong kunci pintunya." Wajah Alexa tampak panik. David berdecih. "Apa sekarang kau akan memulai aksimu sebagai pelacur? Menunjukkan dirimu yang asli? KELUAR! Aku tidak tertarik." David kembali menatap pekerjaannya. "Tidak. Ini tentang Roland. Tolong, aku mohon..." Alexa menyahut dengan frustrasi. Dengan menghela napas, David menuruti kata istri yang tak dianggapnya itu dengan sekali menekan tombol untuk

  • Istri Kedua Mafia Lumpuh (Second Wife Mr. Mafia)   Chapter 16 : Menghabisi David?

    "Bagaimana mungkin mesin pengendali itu menyala?" gumam David dalam hatinya. Meskipun hanya terdengar di dalam hatinya, raut wajah David benar-benar tak mampu menyembunyikan kebingungannya. Roland melihat itu dengan jelas. David menatap kakinya dengan alis yang hampir menyatu. Menandakan lelaki itu tengah berpikir cukup keras. "Tuan, apa yang tengah anda pikirkan? Apa ada masalah?" "Hmm?" David tersentak dan menoleh ke depan pada tempat Roland mengemudi saat ini. "Tidak ada. Hanya tengah memikirkan bagaimana aku bisa menghancurkan bajingan tua itu," dustanya. Roland tersenyum dan memberikan sedikit nasehat. Benar. Hanya Roland satu-satunya orang bisa memberikan nasehat, saran, atau hal-hal lainnya dengan David selain Anna. "Tolong beristirahat dengan baik, Tuan. Kau terlihat sangat lelah." Roland mengangguk hormat setelah ia berhasil mengantar David ke dalam kamarnya. Tanpa menunggu sahutan, Roland segera beranjak pergi. Tidak, ia tidak pergi ke kamarnya, melainkan menuju kamar o

  • Istri Kedua Mafia Lumpuh (Second Wife Mr. Mafia)   Chapter 15 : Terlahir Menjadi Mafia

    "Roland, antar aku ke markas." David berkata. Roland yang tengah mengobrol hal penting langsung menoleh pada ke belakang dan mendapati David melangkah menuju arahnya. "Markas, Tuan?" Roland mengulang. David mengangguk tak terbantahkan. "Sekarang." "Ada apa, Tuan? Apa ada yang mengganggumu?" tanya Roland mendekati tuannya setelah menyuruh penjaga untuk menyiapkan mobil keberangkatan mereka. "Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Karena Bajingan itu keras kepala pada peraturan buatannya sendiri, biar kugunakan caraku," jelas David. "Maksudmu, Tuan Thomas, ayahmu, Tuan?" tanya Roland dengan hati-hati. David memalingkan wajahnya tanpa sahutan. Setiap kali teringat bahwa Thomas adalah ayahnya, David merasa malu. Baginya, adalah hal penuh kesialan menjadi putra seorang Tho

  • Istri Kedua Mafia Lumpuh (Second Wife Mr. Mafia)   Chapter 14 : Ayo Bercerai!

    "Kalau aku menjadi dia, apa kau akan memandangku?" Alexa menantang tanpa peduli air matanya lagi. "Kau bukan Anna. Selamanya tidak akan pernah menjadi Anna. Karena yang aku inginkan hanyalah Anna-ku yang sesungguhnya.." David mebileh pada foto besar di sebelah ranjangnya. "Bukan orang lain yang menjadi dia," lanjutnya dengan nada merendah. Meski begitu, Alexa tetap mendengarnya cukup jelas. "Apa kau akan tetap mencintainya, meskipun dia mengkhianatimu?" sentak Alexa. "Apa maksudmu, hah?!" David menggeram dan seketika merubah mimik wajahnya menjadi murka. "Kuperingatkan padamu, Alexa. Tidak ada siapapun yang diizinkan menghina Anna. Kau mengerti?" David menatap iblis. Alexa terkekeh. "Dunia ini terlalu penuh humor sebab diisi oleh orang-orang yang buta akan cinta. Aku, kau, dan Anna, yang bahkan aku juga tidak mengenalnya. Lagipula—" "Tuan—?" Seseorang datang yang tidak lain adalah Roland. "Ah, maaf mengganggu kalian. Aku akan—" "Tidak, Roland. Aku sudah selesai." Tanpa me

  • Istri Kedua Mafia Lumpuh (Second Wife Mr. Mafia)   Chapter 13 : "Bagaimana jika dia mengkhianatimu?"

    "Cari tahu lebih mendetail mengenai siapa saja yang menyokong para pelacur itu dan—" David tercekat melihat seorang gadis yang berjalan di tengah malam dengan tatapan kosong entah dari mana dan ingin menuju kemana. "Sedang apa dia?" tanya David pada Roland. Roland segera mengalihkan pandangannya pada apa yang dilihat David. Benar, disana Alexa berjalan dengan tertatih bersama dengan matanya yang kosong. "Apa mungkin dia berniat kabur lagi?" "Dia tidak akan bisa kabur dengan tatapan bodoh itu." David menyahut. Keduanya saling terdiam saat dua binar mereka bertemu. Ini kali pertamanya, ada hal yang membuat David menatap Alexa dengan berbeda. Mata itu. Mata yang menyimpan banyak pertanyaan dan hal-hal yang sepertinya tak mampu disampaikan. Oh, apa David menyakitinya begitu keras tadi pagi, hingga membuat Alexa berubah seperti ini? Alexa membeku sejenak di tempatnya berdiri saat melewati David. Bibir itu bungkam, tetapi tatapan berteriak cukup ker

  • Istri Kedua Mafia Lumpuh (Second Wife Mr. Mafia)   Chapter 12 : Anna?!

    "Ada yang ingin kami bicarakan," ujar Camilla menatap suaminya yang langsung mengalihkan pandangannya dari laptop di ruang kerjanya. "Aku harap, ini bukan soal pembagian harta warisan." Thomas menyahut dengan helaan napas. Miranda melirik Camilla untuk membiarkannya mengambil alih. "Bukan soal itu. Tetapi soal kepastian hubungan di antara kau dan kami." "Ada apa lagi? Kalian ingin membeli apa lagi, hm?" sahut Thomas dengan santainya. "Kami menuntut pernikahan. Kau harus menikahi kami, Thomas. Kami tidak bisa lagi menjalani hidup sebagai pelacurmu." Camilla menegaskan. "Cih! Mengaku juga kalian sebagai pelacur." Bukan Thomas yang menyahut, kini seseorang yang tak pernah diundang dalam pembicaraan ini menimbrung begitu saja. Dialah David yang tiba-tiba hadir dengan wajah mengejek lelaki itu. "Kau! Berani-beraninya ikut campur dalam urusan kami! Kau sungguh tidak memiliki sopan satu!" Miranda mencela dengan geram. David tertawa mengejek. "Lalu? Apa yang ingin kau lakukan pad

  • Istri Kedua Mafia Lumpuh (Second Wife Mr. Mafia)   Chapter 11 : "Jauhi Istri Pertamaku!"

    "Da ... vid?" gumam Alexa dalam tidurnya. "Nyonya Alexa, kau mendengarku?" "Da ... vid...," racau gadis itu lagi. "Nyonya!" sentak seorang pelayan yang bertugas menjaga Alexa. Mendengar sentakan itu, Alexa terpaksa membuka matanya dalam keterkejutan. Ia melihat sekitar dan menangkap kamar kemewahan yang membuat Alexa bernapas dan menduga bahwa ia telah kembali ke rumahnya. "David? Bagaimana keadaannya?" tanya gadis itu pada pelayan. "Tuan baik-baik saja, Nyonya." Dengan penuh kelembutan pelayan itu menyahut. Ia tersenyum ramah. "Namaku Arabella. Kau bisa memanggilku Bella, Nyonya. Aku diperintahkan Tuan David untuk menjadi pelayan pribadimu." "David yang menyuruhmu?" tanya Alexa terkejut. Bella mengangguk. "Benar, melalui Tuan Roland, Tuan David menyuruh memilih pelayan yang usianya tidak terlalu berbeda jauh denganmu untuk menjadi pelayan pribadi." "Ah, begitu..." Alexa mengangguk mengerti. "Kalau begitu, kau bisa memanggilku Alexa. Tidak perlu menggunakan Nyonya."

  • Istri Kedua Mafia Lumpuh (Second Wife Mr. Mafia)   Chapter 10 : Guncangan Pernikahan

    Alexa menarik napasnya berulang kali. Tiba-tiba saja muncul banyak keraguan. Tapi ia sadar, sudah tak ada lagi jalan pembatalan ditengah dirinya yang sudah rapih dengan gaun pernikahan dan riasan yang berhasil menyulapnya bak ratu di sebuah kerajaan. Alexa sungguh sangat takut dengan jalan hidupnya di masa depan. Benarkah ia hanya akan seperti ini selamanya? Menyandang gelar istri tak dianggap David, atau suatu saat David akan membuangnya, atau ... mungkinkah suatu saat David akan jatuh cinta lagi? Bagus jika itu dengannya, tapi jika dengan wanita lain bagaimana? Apakah dia akan diduakan? Bahkan diduakan oleh istri David yang telah tiada saja rasanya sudah memberatkan, apalagi dengan manusia secara nyata yang lebih cantik darinya, bukan pelacur, dan sesuai dengan apa yang David inginkan. Atau, yang lebih parah lagi— "Nona, sudah saatnya anda mengucapkan janji suci." Seorang pelayan masuk dan membantu Alexa merapikan gaunnya sebelum melangkah keluar ruangan menemui pendeta juga Davi

  • Istri Kedua Mafia Lumpuh (Second Wife Mr. Mafia)   Chapter 9 : Penyusup!

    "Bagaimana, Nona? Kau menyukainya?" tanya Emma sembari merapikan gaun putih hasil buatannya sebagai desainer yang cukup tersohor di kota ini. Alexa terdiam cukup lama. Melihat kedatangan Emma ke rumah ini untuk membatu pembuatan gaun pengantin saja sudah membuat gadis itu terkejut. Apalagi saat mencoba gaun putih yang penuh dengan kilauan kemewahannya, membuat Alexa tak pernah percaya bahwa ia akan mencoba gaun seindah dan semahal ini. Bahkan, sepanjang hidupnya, ia tidak pernah memakai pakaian baru. Ini sungguh membuatnya terharu. "Nona?" Emma memanggil sekali lagi. "Hmm?" Alexa terusik dan mulai mengusap air matanya. "Ini sangat indah dan luar biasa, Emma. Aku menyukainya." Emma tersenyum. "Ah, senang sekali aku mendengar itu. Aku merasa terhormat Tuan David menunjukku sebagai desainer untuk pakaian pengantin kalian. Aku sangat yakin betul, Tuan David akan semakin jatuh cinta padamu." Emma tersenyum lebar sambil terus berceloteh mengenai perjuangan dalam membuat gaun ini dala

DMCA.com Protection Status