Share

BAB 5 | Undangan

Penulis: Yulia Ang
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-25 10:12:21

Anna berulangkali meremas jemarinya dengan gugup. Perasaan Anna campur aduk. Bagamana tidak, tiba-tiba ada laki-laki yang datang ke kos Anna yang mengaku sebagai sopir pribadi Kavi. Khairan diutus untuk menyampaikan berita duka sekaligus menjemput Anna.

Khairan bilang kalau kemarin Erianto meninggal dunia. Hal itu tentu saja membuat hati Anna sakit sekaligus sedih bukan main. Walaupun Anna hanya sekali bertemu dengan Erianto, tapi private dinner Anna waktu itu benar-benar membawa kesan mendalam bagi Anna.

Dalam hidupnya, untuk pertama kalinya Anna merasa didengar. Dan ironisnya itu dilakukan oleh orang asing, yang tak lain adalah kakek penjual steak. Belakangan Anna tahu bahwa Erianto ternyata adalah kakek Kavi.

Anna ingat bagaimana Erianto turut sedih dan prihatin sewaktu Anna menceritakan sepenggal kisah hidupnya. Erianto menunggui Anna menangis dengan sabar sambil memakan steak buatannya.

“Aku merencanakan makan malam ini dari jauh-jauh hari, Kek. Mereka semua senang, tidak sabar ingin ke sini, waktu kuberitahu kalau aku berhasil reservasi di Teras Rumah. Tiba-tiba mereka membatalkannya dan membuat acara sendiri tanpa mengabari aku.” Anna menangis sesenggukan.

“Selama ini aku menganggap mereka keluargaku di kantor. Ternyata aku salah.” Erianto mengambilkan tisu dan diberikan pada Anna. Anna menerimanya lalu menghapus air matanya.

“Aku merasa Tuhan tidak adil, Kek. Terlalu berat cobaan yang Tuhan berikan padaku. Dari kecil aku dan Orion—adikku, sudah menjadi yatim piatu. Kami tinggal bersama kerabat yang merawat kami dengan setengah hati. Karena aku dan Orion sering dipukul atau dicaci maki ketika kami membuat kesalahan yang disengaja maupun tidak.”

“Sampai ketika aku lulus SMP, aku nekat membawa adikku pergi. Kami tinggal di rumah kosong yang isunya terkenal sangat angker. Aku tidak peduli, karena buatku, hidupku lebih menyeramkan. Aku tinggal di rumah itu bersama Orion tanpa listrik dan hanya mengandalkan belas kasihan dari tetangga.”

“Begitu SMA aku mulai kerja sambilan. Sehari aku bekerja di dua tempat. Sempat aku kena tipes, untungnya aku mendapat jaminan kesehatan dari salah satu tempatku bekerja. Di pikiranku, aku hanya ingin mencari uang, uang, dan uang, untuk membiayai hidupku bersama Orion.

“Setelah uangku cukup, aku mencari kos untukku dan Orion. Tapi kami diusir dari kos karena pemilik kos mengira aku dan Orion kumpul kebo. Itu karena umurku dan Orion hanya terpaut satu tahun, jadi kami dikira sebagai sepasang kekasih.”

“Akhirnya Orion bertekat untuk kerja selepas SMA. Sedangkan aku berhasil mendapatkan beasiswa untuk kuliah sampai akhir. Aku mendapatkan pekerjaan, dan dari gaji pertamaku itu, aku pakai untuk membiayai Orion yang baru mulai kuliah.”

“Sampai detik ini aku masih berjuang, Kek. Aku ingin Orion bisa cepat lulus kuliah, mendapat pekerjaan yang mapan dan hidup dengan baik.”

“Jika ditanya apa yang aku mau saat ini, aku hanya ingin uang dan kekuasaan. Karena dengan uang dan kekuasaan, kau akan dianggap oleh orang lain.” Anna melirik Erianto. “Mata duitan sekali ya aku, Kek?” ucap Anna tersenyum miris mengungkapkan isi hatinya pada Erianto.

Erianto hanya diam menatap Anna dengan tatapan teduh dan penuh arti.

“Setiap orang punya jalannya masing-masing. Mungkin sekarang kau diuji oleh ribuan masalah yang tak berkesudahan. Tapi yakinlah, kalau semua masalah itu yang membentuk pribadimu menjadi tangguh dan sekuat sekarang. Kakek yakin, setelah kesulitan akan ada kemudahan. Percayalah, Anna...”

*

Anna tersadar dari lamunannya ketika mobil yang membawa dirinya berhenti di sebuah rumah yang sangat mewah. Pintu gerbang rumah itu membuka otomatis. Khairan melajukan mobilnya hingga berhenti di carport.

Anna masih terkagum-kagum dengan megahnya bangunan rumah Erianto. Rumah berlantai dua bergaya klasik dengan luas bangunan mencapai 1090 m2. Pilar-pilar besar menyangga bagian depan rumah hingga menjulang sampai ke lantai atas. Di halaman depan terdapat air mancur artistik nan cantik.

“Ini benar rumah Kakek Erianto?” tanya Anna pada Khairan.

“Betul, Nona. Teras Rumah hanya sebagai rumah peristirahatan Tuan Besar. Kediaman aslinya di sini, dan ada beberapa lagi di luar kota maupun luar negeri.”

Anna menganga takjub. Siapa sangka kakek penjual steak yang ia temui merupakan salah satu konglomerat yang paling disegani di ibu kota.

Khairan turun dari mobil lalu membukakan pintu untuk Anna.

Di depan rumah, Rendy sudah menunggu Anna.

“Selamat datang di kediaman Tuan Besar Erianto Waradana,” sapa Rendy.

Anna hanya mengangguk canggung. “Kavi dan seluruh keluarga besar Waradana sudah menunggu di dalam. Mereka tidak sabar ingin berkenalan dengan calon istri seorang Bagas Kavi Waradana.”

Sejujurnya Anna tak pernah siap dengan sebutan dirinya sebagai calon istri Kavi. Satu-satunya tujuan Anna datang ke sini hanya untuk mengungkapkan bela sungkawa atas kematian Erianto, sekaligus memenuhi undangan dari kuasa hukum Erianto. Anna tidak tahu apa yang akan ia hadapi nanti.

“Mari kita masuk,” ucap Rendy mempersilakan.

Anna menahan tangan Rendy, tampak sangat gugup. Rendy mengernyit menatap Anna.

“Apa yang harus aku katakan nanti? Aku bingung harus bicara apa. Apa aku harus menyalami semua orang? Ada berapa orang di dalam sana?”

Rendy tersenyum melihat ketakutan berlebihan yang Anna rasakan.

“Tenang saja. Serahkan semua pada Kavi.” Rendy memerhatikan penampilan Anna, dengan tatapan menilai.

“Kenapa? Ada yang salah dengan penampilanku?” Anna protes.

“Ikut saya sebentar.”

“Kemana?”

Rendy tak menjawab. Anna mau tidak mau mengukuti Rendy berjalan memasuki rumah megah tersebut.

*

Ruang pertemuan di rumah Erianto sangatlah luas. Terdapat meja besar memanjang. Kavi duduk paling ujung dekat dengan Harris, pengacara pribadi Erianto. Kursi di sebelah Kavi dibiarkan kosong. Sedangkan di sebelahnya lagi ditempati oleh Devan Jovian Waradana, sepupu Kavi.

Orang tua Devan, Fiki Waradana dan Silvia Karina duduk di sisi lain meja bersama anak bungsu Erianto, yaitu Salma Waradana. Kavi dan Devan adalah cucu Erianto yang hadir di sini.

Seluruh keturunan Erianto berpenampilan elegan memakai baju-baju formal berkelas. Dengan pakaian bernuansa hitam, yang menandakan suasana berkabung atas berpulangnya Erianto. Aura kekayaan mereka menguar sama kuat.

Pintu ruangan dibuka.

“Silakan masuk, Nona Brianna Izara,” ujar Rendy mempersilakan Anna masuk.

Semua mata seketika tertuju pada Anna. Termasuk Kavi yang terdiam menatap Anna. Anna berjalan mendekat. Walau penampilannya kontras dengan semua orang yang ada di sini, Anna berusaha tetap tenang. Anna cukup percaya diri memakai kemeja putih, dengan celana jeans, dan juga sepatu kets.

Rendy mendekati Kavi lalu berbisik, “Calon istrimu lumayan keras kepala. Dia tidak mau berganti baju dengan gaun yang kau belikan.”

Kavi mengangguk kecil lalu berdiri. Kavi menarik kursi di sebelahnya untuk Anna sembari mempersilakan Anna duduk. Anna tersenyum canggung. “Terima kasih,” ucapnya pada Kavi setelah ia duduk.

Begitu berada di tengah-tengah keluarga Waradana, Anna baru merasakan ketegangan yang teramat sangat. Jantung Anna berdegup kencang. Ia berharap keputusannya untuk menghadiri undangan keluarga Waradana merupakan hal yang benar, yang nantinya tidak akan ia sesali. []

Bab terkait

  • Istri Dadakan sang Pewaris   BAB 6 | Surat Wasiat

    Anna meremas-remas ibu jarinya yang ada di atas pangkuan lantaran didera rasa cemas. Terlintas di pikiran Kavi untuk menenangkan Anna. Tangan Kavi nyaris terulur untuk memegang punggung tangan Anna. Tapi Kavi mengurungkan niatnya, ketika Devan lebih dulu menarik atensi Anna.“Hai, aku Devan.” Devan yang duduk di sebelah Anna tiba-tiba mengajak Anna bersalaman. Anna agak terkejut. Ia membalas sapaan itu dengan ramah.“Anna.” Anna tersenyum seraya menyalami Devan.Anna menghela napas panjang. Berusaha untuk mengusir kecemasan. Melihat Anna sudah sedikit lebih tenang, Kavi memberi kode pada Harris dengan menganggukkan kelapanya.Haris yang paham langsung mengeluarkan berkas-berkas dari dalam tasnya. Harris berdeham, membuat perhatian semua orang yang ada di sini tertuju padanya.“Karena semua sudah berkumpul di sini, saya akan langsung membacakan surat wasiat peninggalan mendiang Tuan Erianto Waradana.” Harris memakai kacamata kemudian mulai membaca perlahan-lahan.Semua orang mendengarka

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-07
  • Istri Dadakan sang Pewaris   BAB 7 | Pemakaman

    Rendy menemani Anna hingga sampai ke mobil. Ketika Anna hendak memasuki pintu mobil yang dibukakan oleh Khairan, Devan datang menahan pintu itu. Anna terkejut, sedangkan Rendy keheranan menatap Devan.“Aku yang akan mengantarkanmu pulang,” ucap Devan tiba-tiba.“Tapi tadi Kavi minta...”Ucapan Anna terhenti saat Devan tiba-tiba menarik tangannya.“Mobilku ada di sebelah sana,” tunjuk Devan. Anna yang tidak nyaman perlahan menepiskan tangan Devan. “Kau tidak usah khawatir. Kavi pasti tidak keberatan aku mengantarmu pulang. Lagi pula siapa Kavi, sampai kau harus mengikuti perintahnya?”Anna tidak mengerti apa maksud Devan. Tapi Anna memilih untuk diam mengikuti Devan. Sebenarnya kalau dipikir-pikir omongan Devan ada benarnya juga. Kavi bukan siapa-siapa Anna, jadi Anna tidak punya kewajiban untuk menuruti perintah Kavi.Tak berapa lama, mobil Devan melesat membawa Anna pergi meninggalkan kediaman Waradana. Rendy memerhatikan semua itu dalam diam. Seolah ia yakin kalau bosnya tidak akan

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-10
  • Istri Dadakan sang Pewaris   BAB 8 | Deep Talk

    Kavi melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Anna yang duduk di sebelahnya merasa tidak nyaman dan canggung. Hal itu dirasakan Anna karena Kavi terus saja diam sejak laki-laki itu mengajak Anna pulang dari Plumeria Memorial Park. Terlebih Kavi memiliki aura mengintimidasi yang kuat.Anna merasakan semua itu dari awal pertemuan mereka. Sampai belum lama tadi, saat Kavi tiba-tiba datang ke Plumeria Memorial Park, dan langsung membawa Anna pergi tanpa minta persetujuan Anna terlebih dahulu. Dan lucunya, Anna juga mau-mau saja mengikuti perintah Kavi.Berbeda dari Anna, Kavi justru bersikap sangat tenang dan mengemudi dengan santai.“Kenapa kau pulang bersama Devan? Tadi aku menyuruhmu pulang diantar Khairan?” Kavi bicara tanpa menoleh sedikitpun pada Anna.“Pulang bersama Devan atau Khairan, bukannya sama saja?”“Beda,” jawab Kavi datar. “Devan tertarik padamu,” imbuhnya yang seketika membuat Anna menoleh.Anna tertawa tak percaya. “Jangan konyol. Aku dan Devan tidak saling kenal. Ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-16
  • Istri Dadakan sang Pewaris   BAB 9 | Terdesak

    Anna berlari melintasi jembatan penyeberangan dengan napas memburu. Pikirannya begitu kalut. Satu jam yang lalu tiba-tiba Anna mendapat telepon dari kantor polisi Ibu Kota. Seorang polisi mengabarkan kalau Orion ditangkap atas dugaan penipuan. Anna yakin sekali kalau itu berkaitan dengan utang Orion.Anna langsung mencari taksi dan minta secepat mungkin diantar menuju ke kantor polisi. Tapi sialnya ada kebakaran yang mengakibatkan jalur terdekat menuju kantor polisi macet total. Akhirnya Anna memilih turun dan berlari beberapa blok daripada harus memutar lebih jauh.Begitu sampai di kantor polisi Anna langsung menuju ke sebuah ruangan, tempat Orion berada. Anna terengah-engah. Melihat Orion duduk menunduk memakai baju tahanan dengan kedua tangan diborgol, membuat hati Anna mencelos.Orion mendongak, menatap sang kakak dengan sorot putus asa.Seorang polisi menyapa Anna. “Silakan duduk,” pintanya pada Anna.Anna hanya diam menurut.“Benar Anda wali dari Orion Arsyanendra?” tanya polisi

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-17
  • Istri Dadakan sang Pewaris   BAB 10 | Lady Rose

    Anna menatap pantulan dirinya di cermin ruang ganti. Sedikit pun tak pernah terlintas dalam benak Anna kalau ia akan mengenakan pakaian seterbuka ini. Rok jeans mini yang Anna kenakan hanya menutupi area kewanitaannya saja.Kemeja top crop putih transparan memperlihatkan dengan jelas setiap lekuk tubuh indah Anna, yang hanya dibalut dengan strapless bra berwarna putih.Ada pergolakan besar dalam batin Anna. “Bukannya ini sama saja dengan ia menjual diri?” pikirnya.Anna sudah mengambil keputusan. Saat Sitha menawarinya sebuah pekerjaan, setelah menimbang-nimbang sebentar, Anna langsung menerima tawaran kerja itu. Anna ingat pembicaraannya dengan Sitha beberapa hari yang lalu, ketika ia nyaris diusir dari indekosnya karena terlambat bayar sewa.“Aku turut prihatin dengan masalah yang menimpa adikmu,” kata Sitha dengan tulus saat mengajak Anna makan siang di sebuah restoran mahal.“Terima kasih. Aku hargai kepedulianmu padaku dan Orion. Dan selamat juga atas rumah barumu. Sayang sekali

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-20
  • Istri Dadakan sang Pewaris   BAB 11 | Kesatria Berkuda Putih

    Meeting santai bersama klien dengan ditemani seorang lady companion sudah biasa bagi Kavi. Seringnya klien tertentu memang suka melihat LC cantik melayani mereka minum, atau berkaraoke di sela-sela kesepakatan bisnis yang sedang dibahas.Biasanya Kavi tidak terlalu peduli dengan kehadiran si LC. Namun berbeda dengan hari ini. Saat seorang LC yang disebut Lady Rose masuk ke private lounge tempatnya meeting, Kavi tidak bisa mengalihkan pandangan dari wanita itu. Tentu Kavi tidak menyadari, jika wanita yang ada di balik topeng Lady Rose itu adalah Anna.Anna yang sempat terpaku beberapa detik lantaran melihat kehadiran Kavi, buru-buru mengalihkan pandangan. Ternyata Kavi pun melakukan hal yang sama. Kavi mengobrol dengan ketiga kliennya.Anna sedikit lega. Setidaknya Anna merasa aman dan merasa tidak akan ketahuan. Anna kemudian memulai kerjanya. Ia berdiri membungkuk menuangkan wine ke dalam gelas yang sudah kosong dengan hati-hati. Melihat gesture Anna yang tampak gugup, salah satu k

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-24
  • Istri Dadakan sang Pewaris   BAB 1 | Teras Rumah

    Anna menyukai suasana restoran yang ia kunjungi. Pemilihan nama “Teras Rumah”, secara harfiah merepresentasikan letak restoran yang memang berada di sebuah teras rumah sederhana. Di restoran ini juga hanya terdapat satu meja makan besar dengan delapan kursi yang mengelilingi meja. Anna duduk di salah satu kursi, menunggu kedatangan teman-teman divisinya sembari bermain ponsel.“Saya terkesan sekali, kau hafal dengan detail tingkat kematangan steak yang disukai teman-temanmu. Kalian berenam pasti bersahabat baik.” Suara Erianto, sang empunya restoran yang merangkap sebagai satu-satunya chef di Teras Rumah, berhasil membuyarkan lamunan Anna.Anna tersenyum menatap Erianto.“Teman sekantor, Kek. Dan sebagian besar waktu saya habiskan bersama mereka berenam di kantor. Jadi ya... begitulah,” ujar Anna canggung.Erianto hanya manggut-manggut dari balik kaca partisi, yang memisahkan area makan dengan dapur yang mengusung tema open kitchen. Di usia senjanya, Erianto masih kelihatan bugar dan

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-25
  • Istri Dadakan sang Pewaris   BAB 2 | Beban Hidup

    Anna langsung duduk di cubicle-nya begitu sampai di kantor. Sejak peristiwa pembatalan makan malam di Teras Rumah seminggu yang lalu, Anna memutuskan untuk membatasi interaksi dengan rekan sesama divisinya. Termasuk dengan Celine yang selama ini ia anggap sebagai sahabat, tapi memperlakukannya tak lebih seperti seorang pecundang belakangan ini.Celine dan rekannya yang lain bahkan tidak merasa bersalah dan tidak meminta maaf kepada Anna. Mereka menganggap pembatalan makan malam itu hanyalah hal biasa. Kini Anna tahu kalau keberadaannya di divisi ini hanya sebatas menjadi karyawan, tidak lebih. Mulai sekarang Anna hanya akan fokus dengan kerjaannya, lalu pulang kembali ke kos, tanpa menjalin komunikasi di luar urusan kantor dengan rekan divisinya.“Anna! Ke ruangan saya sekarang!” Nada tegas Cakra berhasil menginvasi telinga Anna. Anna langsung beranjak menuju ke ruangan atasannya itu. Anna sadar rekan divisinya saling bergunjing di belakang, tapi Anna mengabaikan semua itu.Anna duduk

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-25

Bab terbaru

  • Istri Dadakan sang Pewaris   BAB 11 | Kesatria Berkuda Putih

    Meeting santai bersama klien dengan ditemani seorang lady companion sudah biasa bagi Kavi. Seringnya klien tertentu memang suka melihat LC cantik melayani mereka minum, atau berkaraoke di sela-sela kesepakatan bisnis yang sedang dibahas.Biasanya Kavi tidak terlalu peduli dengan kehadiran si LC. Namun berbeda dengan hari ini. Saat seorang LC yang disebut Lady Rose masuk ke private lounge tempatnya meeting, Kavi tidak bisa mengalihkan pandangan dari wanita itu. Tentu Kavi tidak menyadari, jika wanita yang ada di balik topeng Lady Rose itu adalah Anna.Anna yang sempat terpaku beberapa detik lantaran melihat kehadiran Kavi, buru-buru mengalihkan pandangan. Ternyata Kavi pun melakukan hal yang sama. Kavi mengobrol dengan ketiga kliennya.Anna sedikit lega. Setidaknya Anna merasa aman dan merasa tidak akan ketahuan. Anna kemudian memulai kerjanya. Ia berdiri membungkuk menuangkan wine ke dalam gelas yang sudah kosong dengan hati-hati. Melihat gesture Anna yang tampak gugup, salah satu k

  • Istri Dadakan sang Pewaris   BAB 10 | Lady Rose

    Anna menatap pantulan dirinya di cermin ruang ganti. Sedikit pun tak pernah terlintas dalam benak Anna kalau ia akan mengenakan pakaian seterbuka ini. Rok jeans mini yang Anna kenakan hanya menutupi area kewanitaannya saja.Kemeja top crop putih transparan memperlihatkan dengan jelas setiap lekuk tubuh indah Anna, yang hanya dibalut dengan strapless bra berwarna putih.Ada pergolakan besar dalam batin Anna. “Bukannya ini sama saja dengan ia menjual diri?” pikirnya.Anna sudah mengambil keputusan. Saat Sitha menawarinya sebuah pekerjaan, setelah menimbang-nimbang sebentar, Anna langsung menerima tawaran kerja itu. Anna ingat pembicaraannya dengan Sitha beberapa hari yang lalu, ketika ia nyaris diusir dari indekosnya karena terlambat bayar sewa.“Aku turut prihatin dengan masalah yang menimpa adikmu,” kata Sitha dengan tulus saat mengajak Anna makan siang di sebuah restoran mahal.“Terima kasih. Aku hargai kepedulianmu padaku dan Orion. Dan selamat juga atas rumah barumu. Sayang sekali

  • Istri Dadakan sang Pewaris   BAB 9 | Terdesak

    Anna berlari melintasi jembatan penyeberangan dengan napas memburu. Pikirannya begitu kalut. Satu jam yang lalu tiba-tiba Anna mendapat telepon dari kantor polisi Ibu Kota. Seorang polisi mengabarkan kalau Orion ditangkap atas dugaan penipuan. Anna yakin sekali kalau itu berkaitan dengan utang Orion.Anna langsung mencari taksi dan minta secepat mungkin diantar menuju ke kantor polisi. Tapi sialnya ada kebakaran yang mengakibatkan jalur terdekat menuju kantor polisi macet total. Akhirnya Anna memilih turun dan berlari beberapa blok daripada harus memutar lebih jauh.Begitu sampai di kantor polisi Anna langsung menuju ke sebuah ruangan, tempat Orion berada. Anna terengah-engah. Melihat Orion duduk menunduk memakai baju tahanan dengan kedua tangan diborgol, membuat hati Anna mencelos.Orion mendongak, menatap sang kakak dengan sorot putus asa.Seorang polisi menyapa Anna. “Silakan duduk,” pintanya pada Anna.Anna hanya diam menurut.“Benar Anda wali dari Orion Arsyanendra?” tanya polisi

  • Istri Dadakan sang Pewaris   BAB 8 | Deep Talk

    Kavi melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Anna yang duduk di sebelahnya merasa tidak nyaman dan canggung. Hal itu dirasakan Anna karena Kavi terus saja diam sejak laki-laki itu mengajak Anna pulang dari Plumeria Memorial Park. Terlebih Kavi memiliki aura mengintimidasi yang kuat.Anna merasakan semua itu dari awal pertemuan mereka. Sampai belum lama tadi, saat Kavi tiba-tiba datang ke Plumeria Memorial Park, dan langsung membawa Anna pergi tanpa minta persetujuan Anna terlebih dahulu. Dan lucunya, Anna juga mau-mau saja mengikuti perintah Kavi.Berbeda dari Anna, Kavi justru bersikap sangat tenang dan mengemudi dengan santai.“Kenapa kau pulang bersama Devan? Tadi aku menyuruhmu pulang diantar Khairan?” Kavi bicara tanpa menoleh sedikitpun pada Anna.“Pulang bersama Devan atau Khairan, bukannya sama saja?”“Beda,” jawab Kavi datar. “Devan tertarik padamu,” imbuhnya yang seketika membuat Anna menoleh.Anna tertawa tak percaya. “Jangan konyol. Aku dan Devan tidak saling kenal. Ke

  • Istri Dadakan sang Pewaris   BAB 7 | Pemakaman

    Rendy menemani Anna hingga sampai ke mobil. Ketika Anna hendak memasuki pintu mobil yang dibukakan oleh Khairan, Devan datang menahan pintu itu. Anna terkejut, sedangkan Rendy keheranan menatap Devan.“Aku yang akan mengantarkanmu pulang,” ucap Devan tiba-tiba.“Tapi tadi Kavi minta...”Ucapan Anna terhenti saat Devan tiba-tiba menarik tangannya.“Mobilku ada di sebelah sana,” tunjuk Devan. Anna yang tidak nyaman perlahan menepiskan tangan Devan. “Kau tidak usah khawatir. Kavi pasti tidak keberatan aku mengantarmu pulang. Lagi pula siapa Kavi, sampai kau harus mengikuti perintahnya?”Anna tidak mengerti apa maksud Devan. Tapi Anna memilih untuk diam mengikuti Devan. Sebenarnya kalau dipikir-pikir omongan Devan ada benarnya juga. Kavi bukan siapa-siapa Anna, jadi Anna tidak punya kewajiban untuk menuruti perintah Kavi.Tak berapa lama, mobil Devan melesat membawa Anna pergi meninggalkan kediaman Waradana. Rendy memerhatikan semua itu dalam diam. Seolah ia yakin kalau bosnya tidak akan

  • Istri Dadakan sang Pewaris   BAB 6 | Surat Wasiat

    Anna meremas-remas ibu jarinya yang ada di atas pangkuan lantaran didera rasa cemas. Terlintas di pikiran Kavi untuk menenangkan Anna. Tangan Kavi nyaris terulur untuk memegang punggung tangan Anna. Tapi Kavi mengurungkan niatnya, ketika Devan lebih dulu menarik atensi Anna.“Hai, aku Devan.” Devan yang duduk di sebelah Anna tiba-tiba mengajak Anna bersalaman. Anna agak terkejut. Ia membalas sapaan itu dengan ramah.“Anna.” Anna tersenyum seraya menyalami Devan.Anna menghela napas panjang. Berusaha untuk mengusir kecemasan. Melihat Anna sudah sedikit lebih tenang, Kavi memberi kode pada Harris dengan menganggukkan kelapanya.Haris yang paham langsung mengeluarkan berkas-berkas dari dalam tasnya. Harris berdeham, membuat perhatian semua orang yang ada di sini tertuju padanya.“Karena semua sudah berkumpul di sini, saya akan langsung membacakan surat wasiat peninggalan mendiang Tuan Erianto Waradana.” Harris memakai kacamata kemudian mulai membaca perlahan-lahan.Semua orang mendengarka

  • Istri Dadakan sang Pewaris   BAB 5 | Undangan

    Anna berulangkali meremas jemarinya dengan gugup. Perasaan Anna campur aduk. Bagamana tidak, tiba-tiba ada laki-laki yang datang ke kos Anna yang mengaku sebagai sopir pribadi Kavi. Khairan diutus untuk menyampaikan berita duka sekaligus menjemput Anna.Khairan bilang kalau kemarin Erianto meninggal dunia. Hal itu tentu saja membuat hati Anna sakit sekaligus sedih bukan main. Walaupun Anna hanya sekali bertemu dengan Erianto, tapi private dinner Anna waktu itu benar-benar membawa kesan mendalam bagi Anna.Dalam hidupnya, untuk pertama kalinya Anna merasa didengar. Dan ironisnya itu dilakukan oleh orang asing, yang tak lain adalah kakek penjual steak. Belakangan Anna tahu bahwa Erianto ternyata adalah kakek Kavi.Anna ingat bagaimana Erianto turut sedih dan prihatin sewaktu Anna menceritakan sepenggal kisah hidupnya. Erianto menunggui Anna menangis dengan sabar sambil memakan steak buatannya.“Aku merencanakan makan malam ini dari jauh-jauh hari, Kek. Mereka semua senang, tidak sabar i

  • Istri Dadakan sang Pewaris   BAB 4 | Luka Hati

    Orion duduk diam di sebelah Anna dalam sebuah taksi. Anna tidak berkata apa-apa. Jadi Orion memutuskan untuk tak bicara. Orion takut emosi Anna belum stabil. Sewaktu Orion datang menemui Anna, Anna hanya bilang kalau ia ingin Orion ikut dengannya. Orion pun menuruti titah sang kakak tanpa banyak tanya. Apalagi Orion baru menemui Anna tiga hari kemudian, setelah Anna meminta untuk datang menemuinya.Taksi berhenti di depan rumah sakit megah ibu kota dengan fasilitas sangat lengkap. Orion menyusul Anna turun setelah membayar ongkos taksi.“Kenapa kita ke rumah sakit? Kau sakit?” Orion menatap Anna penuh tanda tanya.Anna menggeleng. “Kau harus melakukan medical check up, untuk mengetahui kesehatanmu secara keseluruhan.”Orion termenung. Ia tersentuh dengan perhatian yang ditunjukkan Anna secara tiba-tiba. Tak menyangka kalau sang kakak sepeduli itu padanya.“Aku sehat, bugar, dan baik-baik saja. Untuk apa buang-buang uang melakukan medical check up? Kau tidak perlu sejauh ini, Kak. Aku

  • Istri Dadakan sang Pewaris   BAB 3 | Tamu Tak Diundang

    Mulut Rendy menganga lebar melihat kondisi kamar kos Anna yang sangat mengenaskan. Sedangkan Kavi hanya diam di dekat ambang pintu, menyaksikan semua barang berserakan tak karuan seperti kapal pecah. Rendy sampai harus menyingkirkan berbagai macam barang di lantai supaya Kavi bisa lewat.Anna yang belakangan masuk ke kamar kosnya baru tersadar dengan kekacauan yang ada. “Oh shit!” desisnya. Anna langsung menendangi barang-barang dari dekat sofa dengan canggung.“Bos, kau yakin tidak ingin ke dokter saja? Kurasa tempat ini kurang higienis,” kata Rendy memerhatikan situasi di kos Anna sambil bergidik.“Maaf, kosnya biasanya bersih. Cuma ini tadi saja agak berantakan.” ujar Anna menahan malu.“Agak?” Kavi menyindir Anna.“Maksudku, sangat berantakan. Adikku penyebabnya. Maaf kalau kalian jadi tidak nyaman,” ucap Anna menjelaskan. “Silakan duduk,” imbuhnya.Kavi diam menatap sofa. Ia mengernyit terlihat ragu untuk duduk. Anna yang heran langsung melihat ke sofa. DOENG! Ternyata bra milik

DMCA.com Protection Status