Istri Dadakan sang Pewaris

Istri Dadakan sang Pewaris

last updateLast Updated : 2024-06-24
By:  Yulia AngOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
11Chapters
620views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Brianna Izara, gadis malang yang hidup menderita dari kecil, tiba-tiba dijodohkan dengan Bagas Kavi Waradana, oleh seorang kakek penjual steak yang tak lain adalah kakek Kavi. Anna menyetujui pernikahan itu demi mendapatkan uang untuk melunasi utang sang adik. Tetapi di dalam pernikahannya, Anna harus menghadapi berbagai macam masalah. Mulai dari pergolakan hati Anna menyandang status sebagai istri Kavi, berada dalam pusaran konflik dengan keluarga besar Waradana, serta adanya sebuah rahasia kelam yang tersembunyi di balik nama besar keluarga Waradana.

View More

Chapter 1

BAB 1 | Teras Rumah

Anna menyukai suasana restoran yang ia kunjungi. Pemilihan nama “Teras Rumah”, secara harfiah merepresentasikan letak restoran yang memang berada di sebuah teras rumah sederhana. Di restoran ini juga hanya terdapat satu meja makan besar dengan delapan kursi yang mengelilingi meja. Anna duduk di salah satu kursi, menunggu kedatangan teman-teman divisinya sembari bermain ponsel.

“Saya terkesan sekali, kau hafal dengan detail tingkat kematangan steak yang disukai teman-temanmu. Kalian berenam pasti bersahabat baik.” Suara Erianto, sang empunya restoran yang merangkap sebagai satu-satunya chef di Teras Rumah, berhasil membuyarkan lamunan Anna.

Anna tersenyum menatap Erianto.

“Teman sekantor, Kek. Dan sebagian besar waktu saya habiskan bersama mereka berenam di kantor. Jadi ya... begitulah,” ujar Anna canggung.

Erianto hanya manggut-manggut dari balik kaca partisi, yang memisahkan area makan dengan dapur yang mengusung tema open kitchen. Di usia senjanya, Erianto masih kelihatan bugar dan gagah. Tak ada yang mengira kalau Erianto sudah memasuki usia kepala delapan.  Cara berpakaiannya rapi dan memberikan kesan gaya old money walaupun barang-barang yang dipakainya bukan barang-barang high end kekinian. Erianto sangat cekatan memanggang enam steak secara bersamaan di dalam panci grill modifikasi yang sangat besar.

Anna tersenyum sumringah saat menghidu aroma steak yang menguar. Desisan steak yang dibalik di atas panci grill semakin membangkitkan selera makannya.

“Enak banget, Kek, baunya.”

“Semoga kau dan teman-temanmu nanti cocok sama rasanya,” Erianto berucap sambil terus memanggang steak.

“Pastinya,” jawab Anna yakin. Anna berdiri melihat Erianto mulai plating steak dengan tingkat kematangan medium rare terlebih dahulu. “Boleh tidak saya ambil foto kakek untuk di-upload ke media sosial saya?” tanya Anna meminta izin.

“Boleh, silakan.”

Pertama Anna mengambil foto Erianto secara candid. Foto kedua Anna melakukan selfie dengan Erianto di belakang kaca partisi, yang berpose sambil mengacungkan jempolnya. Usai mengucapkan terima kasih, Anna langsung mengunggah foto-foto itu ke media sosial pribadinya. “Special Private Dinner by Kakek Erianto yang super ramah.” Begitu Anna memberi caption pada dua foto unggahannya.

Setelah beberapa saat, seluruh hidangan makan malam telah matang. Anna menawarkan diri untuk membantu Erianto menata hidangan itu ke meja makan. Hal itu disambut Erianto dengan senang hati.

“Sekalian hidangan utama dan dessert-nya saja, Kek. Biar nanti Kakek tidak kerepotan menghidangkannya ke kami,” ucap Anna waktu meletakkan hidangan pembuka berupa cream soup yang berisi campuran daging ayam, jagung, wortel, dan jamur dalam porsi kecil.

“Melayani pelanggan adalah tugas saya. Saya tidak akan merasa kerepotan.” Erianto tersenyum ramah. “Nanti saya sajikan bertahap, agar esensi fine dining-nya tidak hilang. Ya... walaupun makan malamnya cuma di teras rumah saya. Tapi saya berharap bisa memberikan pengalaman makan malam berkesan dan akan jadi kenangan menyenangkan ke semua pelanggan Teras Rumah.”

Anna tersenyum memahami aturan yang dipegang teguh oleh Erianto dalam menjamu pengunjung restorannya.

“Baiklah. Saya ikuti apa kata Kakek saja.” Anna kemudian kembali duduk setelah hidangan pembuka sudah tersaji seluruhnya di meja.

Anna melihat jam tangannya. Sudah lebih dari tiga puluh menit dari jam janjian Anna dan teman-temannya untuk makan malam. Anna mencoba berpikir positif. Mungkin mereka terjebak macet. Apalagi ini weekend. Hingga waktu terus berjalan sampai akhirnya dua jam yang panjang telah berlalu.

Anna terlihat sangat gelisah. Berulang kali Anna melihat jam tangannya. Bertanya-tanya kenapa teman-teman divisinya tak kunjung datang. Appetizer di meja sudah dingin. Sedingin hati Anna saat ini. “Kenapa mereka belum ke sini juga? Apa yang terjadi? Apa mereka lupa?” risau Anna dalam hati.

Erianto seolah bisa merasakan kegelisahan hati Anna. Tapi Erianto tidak mendesak Anna dengan banyak pertanyaan. Erianto hanya hadir di situ menemani Anna menunggu. Hingga saat Anna akan menelepon Celine, Anna melihat notifikasi kalau sahabat yang berada satu divisi dengannya itu mengunggah sesuatu di media sosialnya. Anna cepat-cepat membuka unggahan itu, dan mendapati suatu kenyataan pahit.

Foto Celine sedang makan malam bersama keempat rekan divisi Anna yang lain sambil karaokean, membuat Anna tercenung. Bagaimana tidak, mereka membuat acara sendiri tanpa Anna. Padahal jelas-jelas sebelumnya mereka sudah janjian untuk makan malam di Teras Rumah dengan Anna. Anna langsung menelepon Celine.

“Kalian di mana? Aku sudah menunggu di Teras Rumah dari dua jam yang lalu.” Anna menjaga nada bicaranya tetap tenang. Meski pada kenyataannya hati Anna dirundung rasa kecewa yang teramat sangat.

“Kami berubah pikiran tidak ingin makan steak. Kami memutuskan untuk makan seafood di menit-menit terakhir. Harusnya seseorang mengabarimu tadi. Tapi sepertinya semua kelupaan.”

Anna diam tak menanggapi ucapan Celine dan langsung menutup teleponnya. Bahu Anna merosot. Dada Anna benar-benar sesak. Mungkin alasan lupa bisa Anna terima. Tapi tidak dengan alasan mereka yang tiba-tiba berubah pikiran ingin makan seafood, tanpa pemberitahuan apa pun pada Anna.

Anna inget betul waktu itu teman-temannya heboh membicarakan restoran Teras Rumah yang sedang viral. Apalagi butuh waktu minimal satu setengah bulan sebelumnya untuk reservasi. Mereka ingin sekali makan malam di sana. Sampai akhirnya Anna berhasil mendapat reservasi dan ingin mentraktir teman-teman divisinya. Tentu saja mereka semua langsung menyambutnya dengan antusias. Termasuk Celine, sahabat baik Anna di kantor. Tetapi pada akhirnya kenyataan pahit harus Anna telan bulat-bulat.

Mata Anna berkaca-kaca menatap deretan hidangan pembuka yang sudah tersaji di meja. Anna lalu memakan bagiannya dalam diam.

Erianto khawatir memerhatikan gerak-gerik Anna.

“Harusnya saya buka restorannya di tepi jalan raya. Bukan di gang sempit begini, yang sulit diakses mobil. Jadi teman-temanmu akan mudah menemukan restorannya,” kata Erianto berusaha mencairkan suasana.

Anna diam untuk beberapa saat.

“Saya mau makan steak-nya sekarang, Kek. Yang lainnya dibungkus saja.” Anna berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh.

“Baiklah.” Erianto langsung menghidangkan menu utama dan juga dessert berupa puding karamel. Erianto lalu duduk menemani Anna makan. “Kakek temani, ya?” Anna hanya mengangguk kecil.

Anna mulai memotong-motong steak dan memakannya. Rasa steak yang begitu lezat membuat Anna semakin emosional. Air mata Anna perlahan jatuh bercucuran. Tiba-tiba Anna menangis sesenggukan. Perasaan campur aduk ia rasakan. Kecewa, marah, dan kesal pada teman-teman divisinya.  Pun juga rasa bersalah dan tak enak hati kepada Erianto, atas kerja keras serta ketulusan Erianto membuat steak yang begitu lezat dan bercita rasa tinggi. Tapi berakhir tidak jadi disajikan untuk teman-teman Anna.

“Maafkan aku, Kek. Teman-temanku batal ke sini. Padahal kakek sudah memasak steak seenak ini,” ucap Anna sembari menahan tangis sekuat tenaga. Erianto menatap Anna dengan iba.

“Menangislah. Keluarkan semuanya. Kalau perlu teriak saja tidak apa-apa."

Seketika bulir-bulir air mata Anna luruh perlahan. Anna merasakan dadanya semakin sesak.

"Jangan makan sambil menangis karena itu hanya akan membuat dadamu sakit dan semakin sesak.” Anna menghentikan makannya dan menangis sejadi-jadinya.

Erianto diam memberikan waktu untuk Anna. Sesekali Erianto menepuk punggung tangan Anna untuk sekadar memberi dukungan pada Anna. Anna mencurahkan segenap perasaannya di hadapan Erianto, selayaknya Anna bercerita pada kakeknya sendiri.

Tak berselang lama, Kavi datang bersama Rendy dari arah belakang Anna. Begitu melihat kedatangan dua pria tersebut, Erianto langsung memberi kode agar mereka berhenti melangkah tepat saat Kavi berada di balik pagar. Lalu dengan isyarat tangannya, Erianto meminta mereka pergi diam-diam. Hal itu membuat Kavi dan Rendy kebingungan.

“Apa barusan kakek mengusirku?”

Kavi tidak habis pikir apa maksud sang kakek. Saat Kavi bersikeras mendekat, Erianto langsung melotot tajam. Kali ini Kavi tidak bisa berkutik. Karena Kavi paham, tatapan mata Erianto yang seperti itu menyiratkan ketegasan bahwa ia tidak ingin dibantah.

Rendy lalu berbisik pada Kavi. “Sebaiknya kita ikuti kemauan Tuan Besar, Bos,” ucapnya.

Tak ingin bermasalah dengan sang kakek, Kavi pun menurut. Kavi balik badan lalu pergi bersama Rendy. Tapi satu yang membuat Kavi sangat penasaran. Tentang perempuan yang menangis di depan Erianto. Kavi menoleh, melihat sang kakek mencoba menenangkan perempuan itu dan mengabaikan Kavi.

“Cari tahu siapa perempuan itu. Apa hubungan dia dengan kakek,” ucap Kavi dingin pada sang asisten. “Oke, Bos,” jawab Rendy mengiyakan. Kavi berjalan menuju mobilnya yang diparkir di depan gang, diikuti oleh Rendy yang mulai sibuk dengan ponselnya. []

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
11 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status