Share

Identitas Rahasia sang Pria Tertindas
Identitas Rahasia sang Pria Tertindas
Penulis: Junn_Badranaya

Gedung Berlian

Suasana di Gedung Berlian pada saat itu sangat ramai. Orang-orang yang datang pun bukanlah orang biasa. Semua yang datang ke acara tersebut, pasti mempunyai latar belakang istimewa.

Di antara semua tamu undangan yang hadir, ada salah satu orang pria yang memiliki penampilan paling berbeda di antara lainnya.

Pria tersebut bernama David Smith, sekaligus merupakan suami dari Luna George.

"Lihat itu! Siapa yang berjalan bersamanya?"

"Hei, bukankah itu cucu dari Tuan Jhon George? Mengapa dia berjalan beriringan dengan pria miskin?"

"Apakah pria miskin itu adalah suaminya?"

"Aku merasa apa yang di lihat hari ini adalah mimpi,"

Suara bisik-bisik dari para tamu undangan mulai terdengar. Semua orang yang tadinya sibuk berbincang-bincang dengan sahabat atau teman lama, kini langsung terdiam.

Semuanya menatap ke arah Luna George dan David Smith yang pada saat itu sedang berjalan secara beriringan.

"Luna, siapa dia? Apakah dia pembantumu?"

"Ataukah, dia adalah bodyguardmu?"

Dua orang wanita berumur dua puluh lima tahun bertanya ketika Luna tiba di dekatnya. Apa yang mereka tanyakan itu sudah cukup untuk mewakili rasa penasaran semua orang.

Sehingga semua tamu undangan pun menunggu jawaban yang akan keluar dari mulut Luna George.

"Perkenalkan, nona sakalian, namaku David Smith, aku adalah suami dari Luna George," sebelum wanita itu menjawab, ternyata David Smith sudah berbicara lebih dulu.

Ia menjawab dengan suara yang cukup lantang. Jadi tidak heran kalau orang-orang di dalam gedung bisa mendengarnya secara jelas.

"Apa? Kau suami Luna?"

"Apakah aku tidak salah dengar?"

Suara bisik-bisik kembali terdengar. Tidak hanya itu saja, bahkan hampir semua tamu undangan, kini mulai mentertawakan Luna dan David.

Ketika semua orang sedang tertawa, terlihat dari depan sana ada seorang pria yang berjalan menghampiri. "Tuan, apa pekerjaanmu saat ini?" tanya pria tersebut.

"Tidak ada. Aku hanya mantan pembantu di Keluarga George," jawab David Smith dengan jujur.

Suara gelak tawa kembali memenuhi gedung. Saat itu, Luna benar-benar merasa direndahkan.

Bagaimana tidak, harga diri Luna merasa diinjak-injak akibat kehadiran David Smith di acara tersebut.

"Luna, apakah tidak ada lelaki lain diluar sana, sehingga kau mau menikah dengan pembantu miskin seperti dia?" Pria tadi menunjuk ke arah David. Suaranya terdengar sinis dan merendahkan.

"Willie, aku ..."

Belum lagi Luna selesai bicara, tiba-tiba seorang wanita bergaun putih kembali berjalan dari depan sana.

"Luna, berani sekali kau membawa pria miskin ke pesta pernikahan sekaligus acara reuni kita? Hmm ... sahabat macam apa kau ini? Memalukan saja," Saras, pengantin sekaligus pemilik acara reunian berkata dengan suara benci.

Luna semakin terpojok. Dia ingin menjawab, tapi tidak tahu harus bicara bagaimana.

Dalam hati, Luna merasa sangat menyesal. Seandainya dia lebih tegas menolak permintaan David yang ingin ikut ke acara tersebut, mungkin nasibnya pun tidak akan berakhir menyedihkan seperti ini.

Sementara itu, David yang mendengar semua penghinaan tersebut juga merasa marah. Tapi dia pun tahu bahwa sekarang bukan waktu yang tepat untuk mengambil tindakan.

Jadi, dia memutuskan untuk tetap tenang dan bersikap sewajarnya.

"Maaf, tuan dan nona sakalian, kedatangan kami kemari adalah untuk menghadiri acara pernikahan. Bukan untuk menerima hinaan," kata David berbicara dengan suara lantang.

"Baiklah, kau boleh hadir di acara ini. Silahkan duduk di tempat yang sudah tersedia," kata Willie, selaku pengantin pria mengakhiri kejadian tersebut.

"Sayang, apa yang kau lakukan? Pria miskin seperti dia tidak boleh hadir di acara pernikahan kita," Saras berbisik di telinga Willie.

"Tenang saja, sayang. Aku punya rencana bagus untuknya," Willie tersenyum sinis sambil melirik sekilas ke arah David.

Setelah itu, keduanya pun segera kembali ke tempat semula.

Acara pernikahan Willie dan Saras berjalan dengan lancar. Para tamu undangan yang berasal dari keluarga besar atau pengusaha-pengusaha kaya sudah pulang beberapa saat yang lalu.

Sekarang yang ada di gedung itu hanya tinggal teman-teman dari kedua pengantin.

Acara perjamuan pun telah dimulai. Semua orang sedang menikmati makanan dan minumannya sendiri.

"David kemarilah," Willie memanggil David sambil melambaikan tangan.

David mengangguk. Dia kemudian berdiri lalu berjalan menghampirinya.

"Ada apa, Willie?" tanyanya tanpa rasa curiga.

"Kau suka minum anggur?"

"Ya, aku suka,"

"Baiklah. Kalau begitu, mari kita minum,"

Willie memberikan satu gelas anggur kepada David. Keduanya lalu mengangkat gelas itu untuk melakukan "tos".

Tiba-tiba, sesuatu tak diinginkan terjadi!

Anggur milik Willie tumpah dan langsung membasahi pakaiannya. Sontak saja dia langsung marah sambil melotot ke arah David.

"Hei, pria miskin! Apa-apaan ini? Mengapa kau menumpahkan anggurku? Aku mengajakmu minum dengan tulus, tapi kau malah membalas ketulusanku dengan kebusukan,"

Willie berteriak marah kepadanya. Hal itu membuat semua orang yang ada langsung menoleh ke arah mereka berdua. Suasana di sana langsung tegang, tidak ada seorang pun yang berani membuka suara.

Luna yang juga melihat kejadian itu langsung marah besar. Ingin sekali dia memberikan pelajaran kepada suami yang tidak berguna itu. Tapi sayangnya dia tidak bisa melakukan hal tersebut, setidaknya untuk saat ini.

"Tuan Willie, apa maksudmu? Bukankah anggur itu tumpah karena dirimu sendiri? Mengapa kau menyalahkan aku?" tanya David kebingungan.

Sebenarnya dia memang tidak mengerti apa-apa. Terlebih karena David tidak merasa telah menumpahkan anggur milik Willie.

"Persetan dengan ucapanmu! Sudah jelas kau menumpahkan anggurku,"

"Heh, pria miskin!" kata Saras ikut berbicara. "Cepat minta maaf dan bersihkan pakaian suamiku kalau kau tidak ingin mendapat musibah,"

"Nona Saras, aku tidak bersalah. Jadi untuk apa aku melakukannya?" David bertanya sembari memandang ke arah wanita itu.

"Hmmm ... kalau kau tidak mau meminta maaf kepadaku, boleh saja. Asalkan, kau mau bersujud di hadapanku sekarang juga!" ucap Willie sambil menunjuk ke lantai.

Kemarahan David semakin menjadi. Ketika berniat untuk memberikan pelajaran, tiba-tiba dia teringat akan kata-kata Luna, bahwa Willie Nelson itu bukanlah orang yang bisa disinggung.

"Tuan Willie, mengapa kau memperlakukanku seperti ini? Apakah kalian berdua memang sengaja ingin mempermalukan aku?" Luna sudah tidak tahan lagi. Tiba-tiba dia bangkit dari tempat duduknya dan bertanya dengan suara lantang.

"Sebenarnya aku tidak ada niat apapun terhadapmu, Nona Luna. Tapi setelah mengetahui bahwa suamimu adalah pria miskin, maka semuanya berubah," kata Willie sambil tersenyum sinis.

"Hei, David, mengapa kau masih diam? Ayo lakukan perintah suamiku!" ucap Saras kembali bicara.

"Tidak, Nona. Aku tidak akan pernah melakukannya!" tegas David menolak.

Tanpa sadar, adu mulut mereka sudah mencuri perhatian semua orang. Puluhan pasang mata menatap ketiganya secara bergantian. Tidak hanya itu saja, bahkan sebagian dari mereka ada yang memilih untuk mengabadikan 'momen' tersebut.

"Aku hitung sampai tiga, kalau kau tidak melakukan perintahku, maka aku pastikan kau akan menyesal," ujar Willie sengaja mengeraskan suaranya supaya semua orang mendengar.

"Satu!" Willie memulai hitungan sambil memberikan tatapan mengintimidasi pada David.

Willie melanjutkan, "Dua!"

Rahang David mengeras atas tekanan dari Willie. Dia menelan ludah bersama rasa kesal.

Willie tersenyum miring. "Rupanya nyalimu besar juga, pecundang. Baiklah, jika itu yang kamu inginkan, aku sudah memperingatkanmu. Akan aku selesaikan hitungan ini." Dia menoleh pada Luna. "Nona, bersiaplah untuk melihat suamimu menyesali kesombongannya."

"Tunggu!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status