"Tiga tahun belakangan, ada beberapa organisasi serupa yang tiba-tiba muncul. Mereka berusaha untuk merebut bisnis yang sudah kita jalani selama ini. Masing-masing dari organisasi itu juga mempunyai nama dan pengaruh yang cukup besar, sehingga semua petinggi di Organisasi Naga Hitam yakin bahwa jika dibiarkan, maka mereka akan menjadi masalah bagi kita,"
"Hal ini bukan cuma prediksi belaka, bahkan beberapa waktu lalu, ada salah satu dari mereka yang secara sengaja merebut lahan bisnis kita. Untung saja hal ini segera diketahui sehingga bisa diatasi dengan cepat," kata Daniel menceritakan kejadian di organisasi secara singkat. David Smith mengangguk beberapa kali. Dia juga cukup mengerti tentang hal ini. Bahkan jauh-jauh hari, dirinya sudah memprediksi bahwa hal seperti ini pasti akan terjadi. "Sebenarnya, sejak lama aku sudah menebak bahwa hal ini akan menimpa kita. Aku sudah memberitahu para petinggi Organisasi Naga Hitam, tapi yang percaya dengan ucapanku hanya sedikit. Mungkin karena mereka berpikir bahwa organisasi ini sudah besar, sehingga tidak ada yang berani mengusiknya," ucap David Smith seraya tersenyum dingin. Daniel belum menjawab lagi. Dia sendiri masih ingat betul ucapan David waktu itu. Di antara para petinggi, Daniel adalah salah satu orang yang percaya terkait ucapannya. "Maka dari itulah, aku dan beberapa petinggi lain sangat berharap bahwa Tuan bisa kembali dan bergabung lagi," ujar Daniel masih berusaha membujuk David secara halus supaya dia mau kembali bergabung. "Sudah aku katakan, Daniel, aku tidak bisa. Sekarang aku sudah mempunyai kehidupan yang baru. Pergilah, kalian pasti bisa mengatasi masalah ini tanpa kehadiranku," "Tapi, Tuan ..." "Pergi, Daniel!" Nada bicara David tiba-tiba berubah menjadi dingin dan tajam. Sorot matanya pun memperlihatkan suatu kewibawaan yang sangat besar. Menyadari bahwa situasinya sudah diluar kendali, maka Daniel tidak berani memaksa lagi. Dia segera mengajak orang-orang yang datang bersamanya untuk segera pergi dari sana. "Aku harap Organisasi Naga Hitam tidak akan musnah hanya karena masalah ini," gumam David sambil mengawasi kepergian Daniel dan yang lainnya. Perlu diketahui, dalam hal ini, tugas sebuah organisasi adalah melindungi perusahaan besar atau keluarga terkenal dari saingan bisnisnya masing-masing. Bisnis ini memang sangat menjanjikan, tapi juga terlalu berisiko. Maka dari itulah, David memutuskan keluar ketika dia telah menikahi Luna. Kini, sore hari sudah tiba. David baru saja menyelesaikan semua pekerjaannya. Ketika ia baru selesai mandi, pada saat itulah Luna sudah pulang dari kantornya. "Selamat sore, Luna. Mau makan dulu, atau mau mandi dulu?" tanyanya menyambut kedatangan sang istri. "Aku mau bertanya sesuatu dulu kepadamu," jawab Luna sambil memandang David lekat-lekat. "Kau ingin bertanya apa?" "Tentang kejadian di pesta pernikahan Willie. Apakah semua yang diceritakan oleh orang-orang itu benar adanya?" David Smith merenung sejenak. Dia sedikit terkejut mendengar ucapan Luna. Otaknya langsung berpikir cepat, dia yakin, apa yang terjadi di Gedung Berlian pasti telah menjadi bahan perbincangan banyak orang. "Oh, itu hanya kebetulan saja, Luna. Mungkin Jordan Nelson menganggap bahwa wajahku mirip dengan seseorang yang dia takuti. Sehingga Jordan mengajak anak sekaligus menantunya untuk bersujud di depanku," jawab David berusaha menutupi kejadian yang sebenarnya. Luna segera menatapnya dengan tajam. Ia memperhatikan David mulai dari atas sampai bawah. Kalau dipikir lebih lanjut, mungkin ucapannya memang masuk akal. Rasanya tidak mungkin Jordan mau bersujud begitu saja, apalagi wajah David tidak memperlihatkan kewibawaan sedikit pun. "Ada benarnya juga ucapanmu. Aku sendiri tidak percaya bahwa mereka benar-benar mau melakukan perbuatan rendahan tersebut. Mengingat kau tidak memiliki kewibawaan apapun," kata Luna dengan nada sinis. David Smith hanya tersenyum mendengar ucapan tersebut. Dia tidak mau memperpanjang masalah lagi. "Sudahlah, lupakan saja, Luna. Sekarang lebih baik kau mandi dulu, aku telah menyiapkan air hangat," Luna mengangguk pelan. Dia segera pergi dari hadapan David. Beberapa saat kemudian, Luna terlihat berjalan ke meja makan. Dia segera duduk dan melihat-lihat semua masakan yang tersedia di atas meja. "Selamat makan, semoga semua masakan ini sesuai dengan seleramu," ucak David yang sudah lebih dulu berdiri di sana. Luna tidak memberikan respon apapun. Dia hanya memandangnya sekejap, lalu segera duduk untuk melangsungkan makan malam. "Semua masakan ini tidak enak. Aku tidak mau memakannya lagi," kata Luna sambil meletakkan sendok dan garpu cukup keras. Dia segera bangkit berdiri dan kembali lagi ke kamar. Sebenarnya, setiap makanan yang dimasak David pasti memiliki rasa yang enak. Semuanya pas sesuai dengan selera. Sayangnya, semua hal itu tiba-tiba terasa hambar ketika Luna mengingat bagaimanakah sosok suaminya itu. David sendiri sudah tidak aneh lagi dengan sikap Luna yang seperti itu. Baginya hal tersebut sudah sangat biasa. "Di lemari pendingin ada buah-buahan segar. Jika kau tidak mau makan ini, maka makan saja buah-buahan itu. Perutmu tidak boleh kosong, Luna," ucapnya sambil tetap tersenyum. David meneruskan makan, setelah selesai, dia segera membereskan semua yang ada di atas meja. Tanpa terasa tengah malam sudah tiba. Saat itu David sedang tidur di kursi ruang tamu. Tiba-tiba dia terbangun ketika mendengar ada orang yang membuka pintu. "Luna, malam-malam begini, kau mau pergi ke mana?" tanya David yang tampak terkejut saat melihat Luna hendak pergi. "Aku mau bertemu dengan rekan bisnis," jawab Luna sambil menoleh sebentar. "Tapi ini sudah larut malam, Luna. Apakah pertemuan itu tidak bisa besok pagi atau sore saja?" "Tidak bisa. Orang itu ingin bertemu sekarang juga," "Luna, lihat jam! Sudah pukul 12 lewat," "Lalu, apa masalahnya? Semua ini aku lakukan untuk membiayai kehidupanku. Karena aku mempunyai suami yang tidak berguna. Sudahlah David, ini bukan urusanmu. Kau tidur saja dan nikmatilah kemiskinanmu!" ucap Luna sebelum menutup pintu cukup keras. David menghembuskan nafas panjang. Firasatnya langsung mengatakan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Dia benar-benar heran, sebab rasanya tidak mungkin ada rekan bisnis yang ingin bertemu di tengah malam seperti ini. Maka dari itu, secara diam-diam David mengikuti ke mana Luna pergi. "Hemm ... siapa pria itu? Apa yang sedang mereka bicarakan?" David bertanya kepada diri sendiri ketika melihat Luna yang kini sedang duduk bersama seorang pria bertubuh tinggi di sebuah restoran. Karena merasa penasaran, diam-diam dia pun mendekat ke sana untuk menguping. "Luna, kau tahu siapa orang ini?" tanya pria tersebut sambil menunjukkan sebuah foto kepadanya. "Bukankah itu foto Willie Nelson?" tanya Luna kepada pria di hadapannya. "Benar, ini memang dia. Kau sudah berani membuat masalah dengannya. Dan kau harus mau mencium kaki Willie Nelson jika ingin karir dan bisnis keluargamu selamat," "Apakah kau sedang mengancamku?" tanya Luna sedikit terkejut. "Ini bukan hanya ancaman, Luna. Apa yang aku katakan bisa benar-benar terjadi jika kau tidak mau melakukannya," "Siapa sebenarnya dirimu? Bukankah kita bertemu di sini karena ingin melakukan kerja sama?""Hahaha ... kau ini benar-benar wanita yang bodoh, Luna. Ternyata sangat mudah menipu dirimu. Aku tidak menyangka akan hal ini," Sebuah suara yang telah dikenalinya tiba-tiba muncul dari sudut lain. Sesaat berikutnya, begitu Luna menoleh, ia segera melihat ada Willie yang sedang berjalan dengan angkuh. Di kanan kirinya ada dua orang pria bertubuh tinggi. Sepertinya mereka adalah pengawal yang sengaja dibawa Willie.Luna sontak terkejut karena tidak menyangka dengan kejadian ini. "Willie ..." ia bergumam perlahan karena saking kagetnya. "Kenapa? Apakah kau kaget, Nona George?" tanya Willie sambil tersenyum sinis. Luna tidak menjawab. Dia hanya menatap Willie dengan perasaan berkecamuk. "Luna, kau harus ingat bahwa malam ini, aku tidak akan membiarkanmu pergi!" ucap Willie dengan nada mengancam."Willie, apa maksudmu?" Luna masih belum mengerti sepenuhnya dengan ucapan anak dari Jordan Nelson tersebut. "Tidak perlu banyak tanya lagi. Sekarang juga, kau harus mau mencium kakiku! A
Willie tidak percaya dengan ancaman yang diberikan oleh David. Dia justru malah tersenyum sinis dan menganggap bahwa itu adalah sebuah lelucon. Dalam waktu yang bersamaan, Luna pun tidak mempercayai semua ucapan David. Dia tetap bersikeras ingin meminta maaf dan berlutut di bawah kaki David. "Luna, tolong percayalah kepadaku kali ini saja. Aku pastikan bahwa Willie akan segera menerima akibatnya," kata David yang masih mencoba untuk membuat Luna percaya. "Tidak, David!" Luna menolak keras-keras ucapan David. "Aku tetap akan berlutut. Sebenarnya aku sendiri tidak sudi, tapi, semua ini kulakukan demi melindungi Keluarga George," Luna hanya bisa menahan kesal ketika berkata demikian. Kalau bukan demi keluarga besarnya, niscaya dia tidak akan mau melakukan perintah tersebut. Tapi setelah dipikir-pikir, dia lebih memilih mengorbankan harga dirinya, daripada harus mengorbankan keluarganya. "Luna, mengapa kau keras kepala sekali?" tanya David sambil sedikit mengeluh. "Sejak kecil aku
"Tidak, Ayah. Aku tidak tahu siapa dia sebenarnya. Aku hanya tahu bahwa David adalah suami dari Luna George dan dia seorang pria miskin yang tidak berguna," jawab Willie sambil menundukkan kepalanya. "Bodoh! Benar-benar anak bodoh!" Jordan kembali memaki Willie karena saking marahnya kepada sang anak. "Dia itu adalah seseorang yang sedang menyamar. Apa yang kau lihat selama ini, itu tidak sesederhana seperti apa yang ada dalam pikiranmu," Willie langsung tertegun setelah mendengar ucapan ayahnya. Seketika dirinya khawatir. Benarkah David adalah seseorang yang sedang menyamar? Benarkah ddia telah salah menyinggung orang? Suasana di sana hening untuk sesaat. Setelah bisa menguasai diri, Jordan segera bercerita. "Dia itu sebenarnya merupakan orang yang paling disegani. Tuan David adalah Ketua dari sebuah organisasi terbesar yang sangat ditakuti. Jangankan aku, bahkan para pejabat sendiri merasa sungkan kalau mendengar namanya," "Setiap ucapannya adalah perintah! Dia tidak berbeda
"Aku masih ingat semaunya, Tuan," "Bagus. Kalau begitu, coba kau praktekkan sekarang juga!" Willie tersentak. Dia mengangkat wajahnya untuk sesat. Namun tanpa berkata sepatah kata pun, Willie langsung kembali bersujud dan bahkan benar-benar mencium kaki David Smith. Suami dari Luna George itu tersenyum simpul saat melihat apa yang dilakukan oleh Willie. 'Rupanya dia tidak main-main. Sepertinya Jordan telah menceritakan siapa aku,' batin David Smith sambil memperhatikan Willie. Sementara itu, setelah Willie selesai melakukan 'tugasnya', maka dengan segera David menyuruhnya untuk berdiri."Kali ini aku akan memaafkanmu, Willie. Tapi kalau di lain hari kau melakukan hal yang sama lagi, maka jangan pernah berharap bahwa aku akan memberikan maaf untuk kedua kalinya," ucap David tanpa ekspresi. Selesai berkata seperti itu, dia pun langsung pergi dari restoran tanpa menghiraukan Willie Nelson dan para pengunjung yang sejak tadi melihat kejadian tersebut. Waktu berganti pagi. Luna suda
Pintu ruangan tiba-tiba terbuka. Selanjutnya segera terlihat ada seorang wanita muda yang berjalan masuk dengan langkah perlahan. Langkah wanita itu sangat mantap. Wajahnya pun cantik. Sayangnya, kecantikan tersebut seakan tertutup oleh keangkuhannya. "Saras, kau ... "Luna George sangat terkejut setelah tahu bahwa orang yang datang itu adalah Saras. Suami dari Willie Nelson yang selama ini mempunyai masalah dengan dirinya. "Kenapa? Apakah kau terkejut, Luna George?" Luna tidak bisa menjawab. Dia benar-benar terkejut setengah mati. Begitu juga dengan Manager Luis sendiri. Setelah ia melihat kemunculan Saras, dirinya tidak tahu lagi harus berkata apa.Manager Luis kemudian bangkit berdiri dan segera mempersilahkan Saras duduk di kursi yang sebelumnya ia duduki. Saras lalu berjalan dan duduk di kursi yang sudah disediakan. Terhadap keterkejutan Luna, dia sama sekali tidak heran. Malah dirinya merasa sangat senang. "Kau pasti tidak menyangka bukan, kalau aku adalah Direktur Utama d
"Tentu saja. Memangnya kau masih punya masalah dengan Saras yang lain?" kata Luna George terlihat sangat gemas kepada David Smith. Dia sungguh tidak habis pikir, mengapa di dunia ini ada manusia sebodoh dan sepolos David Smith? "Jadi maksudmu, Saras itu adalah ..." "Direktur Utama di perusahaan tempat aku bekerja. Dan secara tiba-tiba saja dia memecatku," ucapnya memotong perkataan David Smith. "Sekarang kau mengerti, bukan, kenapa Saras melakukan ini kepadaku?" "Itu karena kita mempunyai masalah dengannya," "Benar. Dan ini semua gara-gara kamu, David. Gara-gara kamu!" Kekesalan dan kemarahan Luna George semakin meluap. Dia tidak harus berbuat apa menghadapi situasi semacam ini."Coba kalau saat itu kau tidak ikut menghadiri pesta pernikahan mereka. Atau kalau saat itu kau menuruti permintaan mereka berdua, mungkin hal seperti ini tidak akan pernah terjadi," Kalau membayangkan peristiwa itu, Luna benar-benar marah. Dia marah kepada Willie Nelson dan Saras Albert, dia pun marah
Saat ini Luna sudah berada di dalam ruang utama rumah Keluarga George. Di sana ada beberapa orang yang hadir. Mereka adalah kedua orang tua Luna, neneknya, dan juga beberapa kerabat dekatnya. Semua orang-orang itu duduk di hadapan meja bundar yang terbuat dari batu marmer. Ukuran meja itu pun cukup besar. Di atasnya tersedia banyak hidangan yang lezat dan menggugah selera. Ruang utama atau ruang pertemuan Keluarga George ternyata cukup mewah. Di setiap sudut dinding tersedia beberapa lukisan yang langka dan mahal harganya.Ada pula lukisan keluarga besar mereka."Luna, apakah kau kemari seorang diri?" tanya ibu Luna yang bernama Elena George."Iya, Bu," jawab Luna sambil mengangguk. "Suamimu yang tidak berguna itu tidak ikut?" Nyonya Elena kembali menegaskan. "Tidak, Bu," "Baguslah. Dia memang tidak perlu diajak kemari. Toh kehadirannya juga tidak akan membawa manfaat apa-apa," Agatha George, nenek atau istri dari Arthur George ikut berbicara. "Kalau diajak kemari, paling-paling
Semua orang yang ada di ruangan itu serentak memandang ke arah Luna. Mereka memasang wajah yang serupa. "Apa idemu itu, Luna?" tanya Laura dengan cepat. "Katakan sekarang juga, Luna," Nyonya Agatha langsung menyambungnya. Luna diam beberapa saat. Sekarang gantian, giliran dia sendiri yang memandangi orang-orang tersebut. Sebetulnya Luna sendiri tidak yakin dengan ide itu. Tapi apa mau dikata, yang ada di pikirannya saat ini hanya ide itu saja. "Ayo, Luna. Jangan buat kami mati penasaran," Nyonya Agatha kembali bicara. Dia sudah tidak sabar ingin mendengar ide dari Luna. "Bagaimana kalau kita meminta maaf secara langsung kepada Keluarga Albert? Mungkin ... mungkin hal itu akan mampu menyelesaikan masalah ini. Aku yakin, bagaimanapun juga, keluarga itu pasti masih mempunyai hati nurani. Apalagi kalau kita datang dengan sukarela," kata Luna sedikit gugup. Begitu mendengar ide yang dimaksud olehnya, ekspresi wajah semua orang kembali berubah. Mereka benar-benar kaget dan tidak meny
Laura melirik ke arah Luna dengan tatapan marah. Dia benar-benar marah kepadanya. Kebencian dalam hati Laura semakin bertambah. "Luna, tidak perlu berbohong. Aku tahu kau sedang menutupi kebenarannya karena pada saat itu kau pun pergi bersama David. Kau takut Nenek marah kepadamu, kan?" Laura masih belum menyerah. Dia terus berusaha supaya niatnya berhasil. "Tidak, aku tidak berbohong. Aku sudah mengatakan yang sejujurnya. Lagi pula, untuk apa aku berbohong?" Luna balas menatap Laura. "Ya, mungkin karena kau ..." "Cukup, Laura!" Laura tidak bisa menyelesaikan ucapannya. Sebab secara tiba-tiba Nyonya Agatha telah membentak dan menyuruhnya supaya berhenti bicara. "Sekarang Luna sedang sakit. Dia butuh ketenangan dan istirahat. Kalau niatmu hanya ingin membuatnya kesal, lebih baik pergi sekarang juga!" kata Nyonya Agatha sambil memberi isyarat menggunakan tangannya. "Nenek, kau ..." "Pergi!" wanita tua itu kembali membentaknya. Laura seketika memandang neneknya dengan tatapan ti
Tidak berapa lama kemudian, mobil ambulans dan mobil polisi pun datang. Kedua mobil itu tiba hampir dalam waktu yang bersamaan. David berlari ke tengah jalan, ia melambaikan kedua tangannya sebagai tanda bahwa dia lah yang telah meminta pertolongan. "Itu mereka! Semua orang itu adalah pelaku yang telah melakukan tindakan kriminal. Sekarang mereka berada dalam keadaan pingsan," kata David setelah mobil polisi berhenti di sisinya. Lima orang polisi yang bertugas langsung turun dari mobil. Mereka segera membawa Ronin dan semua anak buahnya. "Aku harap Tuan bisa memberikan keterangan di kantor," kata seorang polisi. "Baik, kalau semuanya sudah beres, aku pasti akan segera ke sana," Polisi itu mengangguk. Mereka pun segera pergi lagi. Bersamaan dengan itu, mobil ambulans juga sudah membawa Luna ke rumah sakit terdekat. David mengikutinya dari belakang. Keesokan paginya, semua keluarga dekat Luna terlihat ada di rumah sakit. Nyonya Agatha sangat panik setelah diberi kabar oleh David
David masih menutup mulut. Dia belum juga memberikan jawaban. Sepasang matanya mengawasi keadaan di sekitar. Sekarang, keenam orang yang tadi tidak berdaya, perlahan mulai bangkit berdiri lagi. Mereka segera mengepung David dengan membentuk sebuah lingkaran. Ekspresi wajah Ronin terlihat semakin cerah. Sekarang pihaknya telah mendominasi keadaan, bagaimana mungkin dia tidak merasa senang? "David, aku hitung sampai tujuh. Kalau kau masih belum memberikan jawaban, maka jangan salahkan aku jika wanita ini menemui ajalnya!" kata Ronin memberikan ancaman. "Satu," "Dua," "Tiga," "Empat,"Hitungan terus berjalan perlahan namun pasti. Begitu sampai di angka enam, David langsung memberikan jawabannya! "Baiklah. Aku menyerah, tapi kau harus membebaskan dulu wanita itu," Dia tidak punya pilihan lain. Setidaknya untuk saat ini. Nyawa Luna sangat berharga. Bahkan kalaupun David harus menukar nyawanya, ia tidak akan segan untuk melakukannya. Bagi David, Luna adalah segalanya. Dia hidupnya,
Dua buah mobil Ferrari yang mengikutinya ikut menambah kecepatan. Sekarang, di jalan tol terlihat ada tiga mobil sport yang sedang kejar-kejaran. David tidak membiarkan mereka mendahuluinya. Dia justru malah menambah kecepatannya lagi. Tiba-tiba Luna terbangun dari tidur. Walaupun kepalanya masih terasa pusing, tapi sekarang sedikit lebih baik dari sebelumnya. "David, apa kau gila? Kau ingin membuatku mati?" Luna sangat terkejut saat menyadari David mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi. Dia tidak terbiasa menunggangi mobil dengan kecepatan seperti itu. Jadi wajar kalau Luna merasa ketakutan setengah mati. "Tenang Luna, kita akan baik-baik saja," jawab David dengan santai. "David! Pelankan kecepatan mobil sekarang juga. Aku tidak ingin mati sekarang. Aku belum merasakan kebahagiaan!" "Tidak bisa!" David menggelengkan kepalanya. "Di belakang ada dua buah mobil yang daritadi mengikuti kita. Menurutku mereka mempunyai niat yang tidak baik," Luna langsung menoleh kaca spion. T
Malam baru saja menjelang. Di ruang tamu rumahnya, terlihat Laura sedang berbicara serius dengan Jason, Joshua dan juga Alice. Keempat orang itu masih berusaha keras untuk menyingkirkan Luna dari Hotel Apartemen Awan Cerah dengan segala macam cara. Mereka belum puas kalau belum berhasil mewujudkan impiannya yang ingin menjadi penguasa di perusahaan tersebut. "Kita sudah berusaha sejauh ini untuk menyingkirkan Luna dari perusahaan Hotel Apartemen Awan Cerah. Tapi semua usaha yang kita lakukan berujung sia-sia. Padahal biaya sudah yang kita keluarkan jumlahnya tidak sedikit," ucap Alice dengan perasaan campur aduk. "Ya, kau benar. Tapi kita tidak boleh berhenti di sini. Kalau pun kita tidak berhasil menyingkirkan Luna dari perusahaan itu, minimal kita harus membuatnya bangkrut," kata Laura dengan ekspresi wajah sedingin es. "Apakah kau mash ingin melanjutkan usaha ini, istriku?" tanya Joshua sambil menatapnya. "Ya, tentu saja. Bukankah barusan aku sudah mengatakannya dengan jelas?"
Ferdinand mendadak terlempar ke belakang. Seolah-olah pada saat itu ada segulung tenaga besar tak kasar mata yang langsung menghempaskan tubuhnya. Dia jatuh bergulingan di tanah. Seluruh tubuhnya seketika terasa sakit, seakan-akan ada puluhan tangan yang memukulnya dari segala penjuru. Masih untung pisau lipat tadi tidak mengenai tubuhnya. Pisau itu jatuh tepat di sisi Ferdinand. Coba kalau pisau tersebut berbalik arah, niscaya pada saat ini nyawanya sudah terancam. Tetapi walaupun begitu, tetap saja ia menderita luka dalam. Setelah tubuhnya bergulingan, tiba-tiba Ferdinand memuntahkan darah segar dalam jumlah banyak. Kejadian ini kembali membuat semua orang terkejut. Semua anggota Organisasi Phyton segera mendekat ke arahnya. Mereka panik melihat kondisi Ferdinand. "Cepat, bawa Ketua ke Rumah Sakit. Dia harus mendapatkan perawatan sekarang juga," "Ayo bantu aku untuk menggotong Ketua,""Kita bawa pakai mobil yang ada saja. Terlalu lama jika harus menunggu ambulans," Seruan par
Seluruh anak buah yang dia bawa menganggukkan kepala. Di antara mereka tidak atau satu pun yang berani ikut campur. Malah pada saat ini, orang-orang tersebut sudah membentuk lingkaran yang cukup besar.Alex dan Ferdinand sudah berada di tengah. Keduanya saling tatap dengan tajam. Tiba-tiba Alex maju selangkah sambil melancarkan pukulan ke arah wajah. Bersamaan dengan gerakan tersebut, kaki kanannya ikut ambil bagian. Dia menendang ke arah pinggang. Ferdinand bukan orang bodoh. Lebih dari itu, dia pun mempunyai bekal ilmu beladiri yang cukup tinggi. Apalagi dia sudah sering menghadapi pertarungan. Ketika melihat lawan sudah menyerang, dia langsung mengambil tindakan dengan cepat. Ferdinand menarik wajah sambil menangkap kaki Alex yang akan mengenai pinggangnya. Begitu kaki tertangkap, dia langsung menotok pahanya dengan keras. Alex menjerit tertahan. Rasa pegal segera menyebar. Keringat dingin membasahi tubuhnya lebih banyak lagi. Ferdinand tidak mau berhenti sampai di situ saja.
Sore harinya, ketika sebagian karyawan perusahaan sudah pulang, dari luar sana tampak terlihat ada dua puluhan orang yang berjalan secara bersamaan. Tanpa basa-basi lagi mereka langsung menuju ke depan pintu masuk. Dua orang security yang masih bertugas segera menghadang mereka. "Siapa kalian?" tanya salah satu security dengan tegas. "Kau tidak perlu tahu. Sekarang, panggil saja atasanmu kemari!" kata seorang pria bertubuh tinggi kekar dengan tato motif ular phyton di lengan kanan dan kirinya. "Beritahu dulu siapa Tuan dan apa tujuan Tuan kemari?" security itu tetap tidak mau menjalankan perintah dari orang tersebut. Dengan gagah berani dia tetap melaksanakan tugasnya sebagai penjaga keamanan. "Oh, rupanya kau ingin menjadi pahlawan?" Tiba-tiba pria itu mengambil tindakan. Dia langsung mencengkram merah baju security dan melemparnya ke samping sampai tubuhnya bergulingan. "Kalau kau tidak mau bernasib sama seperti dia, maka sekarang juga laksanakan perintahku tadi!" katanya kep
David mendengar gumaman Luna. Hatinya sedikit terasa sakit. Belum bertemu atau melihat wajahnya saja, Luna sudah memuji Alex. Seolah-olah dia sudah mengenal dekat orang itu. Lalu bagaimana dengan dia sendiri? Apakah yang telah dilakukannya belakangan ini tidak pantas mendapat pujian dari Luna? Bukannya David gila akan pujian, tapi setidaknya dia pun ingin mendengar Luna memujinya seperti barusan. 'Luna, apakah aku juga harus memperlihatkan semuanya, supaya kau pun memujiku, seperti halnya kau memuji Alex?' David membatin. Dia melirik sekilas ke arah Luna. Sementara itu, seseorang kini baru saja keluar dari mobil Lamborghini. Orang itu mempunyai postur tubuh tinggi. Badannya atletis, wajahnya juga bisa dikatakan tampan. Dengan penampilannya yang mengenakan jas dan kacamata hitam, ia tampak lebih keren lagi. Melihat orang tersebut keluar, Luna dan Jasmine buru-buru datang menghampiri. "Selamat datang di perusahaanku, Alex," kata Luna sambil mengulurkan tangan. "Ter