"Tiga tahun belakangan, ada beberapa organisasi serupa yang tiba-tiba muncul. Mereka berusaha untuk merebut bisnis yang sudah kita jalani selama ini. Masing-masing dari organisasi itu juga mempunyai nama dan pengaruh yang cukup besar, sehingga semua petinggi di Organisasi Naga Hitam yakin bahwa jika dibiarkan, maka mereka akan menjadi masalah bagi kita,"
"Hal ini bukan cuma prediksi belaka, bahkan beberapa waktu lalu, ada salah satu dari mereka yang secara sengaja merebut lahan bisnis kita. Untung saja hal ini segera diketahui sehingga bisa diatasi dengan cepat," kata Daniel menceritakan kejadian di organisasi secara singkat. David Smith mengangguk beberapa kali. Dia juga cukup mengerti tentang hal ini. Bahkan jauh-jauh hari, dirinya sudah memprediksi bahwa hal seperti ini pasti akan terjadi. "Sebenarnya, sejak lama aku sudah menebak bahwa hal ini akan menimpa kita. Aku sudah memberitahu para petinggi Organisasi Naga Hitam, tapi yang percaya dengan ucapanku hanya sedikit. Mungkin karena mereka berpikir bahwa organisasi ini sudah besar, sehingga tidak ada yang berani mengusiknya," ucap David Smith seraya tersenyum dingin. Daniel belum menjawab lagi. Dia sendiri masih ingat betul ucapan David waktu itu. Di antara para petinggi, Daniel adalah salah satu orang yang percaya terkait ucapannya. "Maka dari itulah, aku dan beberapa petinggi lain sangat berharap bahwa Tuan bisa kembali dan bergabung lagi," ujar Daniel masih berusaha membujuk David secara halus supaya dia mau kembali bergabung. "Sudah aku katakan, Daniel, aku tidak bisa. Sekarang aku sudah mempunyai kehidupan yang baru. Pergilah, kalian pasti bisa mengatasi masalah ini tanpa kehadiranku," "Tapi, Tuan ..." "Pergi, Daniel!" Nada bicara David tiba-tiba berubah menjadi dingin dan tajam. Sorot matanya pun memperlihatkan suatu kewibawaan yang sangat besar. Menyadari bahwa situasinya sudah diluar kendali, maka Daniel tidak berani memaksa lagi. Dia segera mengajak orang-orang yang datang bersamanya untuk segera pergi dari sana. "Aku harap Organisasi Naga Hitam tidak akan musnah hanya karena masalah ini," gumam David sambil mengawasi kepergian Daniel dan yang lainnya. Perlu diketahui, dalam hal ini, tugas sebuah organisasi adalah melindungi perusahaan besar atau keluarga terkenal dari saingan bisnisnya masing-masing. Bisnis ini memang sangat menjanjikan, tapi juga terlalu berisiko. Maka dari itulah, David memutuskan keluar ketika dia telah menikahi Luna. Kini, sore hari sudah tiba. David baru saja menyelesaikan semua pekerjaannya. Ketika ia baru selesai mandi, pada saat itulah Luna sudah pulang dari kantornya. "Selamat sore, Luna. Mau makan dulu, atau mau mandi dulu?" tanyanya menyambut kedatangan sang istri. "Aku mau bertanya sesuatu dulu kepadamu," jawab Luna sambil memandang David lekat-lekat. "Kau ingin bertanya apa?" "Tentang kejadian di pesta pernikahan Willie. Apakah semua yang diceritakan oleh orang-orang itu benar adanya?" David Smith merenung sejenak. Dia sedikit terkejut mendengar ucapan Luna. Otaknya langsung berpikir cepat, dia yakin, apa yang terjadi di Gedung Berlian pasti telah menjadi bahan perbincangan banyak orang. "Oh, itu hanya kebetulan saja, Luna. Mungkin Jordan Nelson menganggap bahwa wajahku mirip dengan seseorang yang dia takuti. Sehingga Jordan mengajak anak sekaligus menantunya untuk bersujud di depanku," jawab David berusaha menutupi kejadian yang sebenarnya. Luna segera menatapnya dengan tajam. Ia memperhatikan David mulai dari atas sampai bawah. Kalau dipikir lebih lanjut, mungkin ucapannya memang masuk akal. Rasanya tidak mungkin Jordan mau bersujud begitu saja, apalagi wajah David tidak memperlihatkan kewibawaan sedikit pun. "Ada benarnya juga ucapanmu. Aku sendiri tidak percaya bahwa mereka benar-benar mau melakukan perbuatan rendahan tersebut. Mengingat kau tidak memiliki kewibawaan apapun," kata Luna dengan nada sinis. David Smith hanya tersenyum mendengar ucapan tersebut. Dia tidak mau memperpanjang masalah lagi. "Sudahlah, lupakan saja, Luna. Sekarang lebih baik kau mandi dulu, aku telah menyiapkan air hangat," Luna mengangguk pelan. Dia segera pergi dari hadapan David. Beberapa saat kemudian, Luna terlihat berjalan ke meja makan. Dia segera duduk dan melihat-lihat semua masakan yang tersedia di atas meja. "Selamat makan, semoga semua masakan ini sesuai dengan seleramu," ucak David yang sudah lebih dulu berdiri di sana. Luna tidak memberikan respon apapun. Dia hanya memandangnya sekejap, lalu segera duduk untuk melangsungkan makan malam. "Semua masakan ini tidak enak. Aku tidak mau memakannya lagi," kata Luna sambil meletakkan sendok dan garpu cukup keras. Dia segera bangkit berdiri dan kembali lagi ke kamar. Sebenarnya, setiap makanan yang dimasak David pasti memiliki rasa yang enak. Semuanya pas sesuai dengan selera. Sayangnya, semua hal itu tiba-tiba terasa hambar ketika Luna mengingat bagaimanakah sosok suaminya itu. David sendiri sudah tidak aneh lagi dengan sikap Luna yang seperti itu. Baginya hal tersebut sudah sangat biasa. "Di lemari pendingin ada buah-buahan segar. Jika kau tidak mau makan ini, maka makan saja buah-buahan itu. Perutmu tidak boleh kosong, Luna," ucapnya sambil tetap tersenyum. David meneruskan makan, setelah selesai, dia segera membereskan semua yang ada di atas meja. Tanpa terasa tengah malam sudah tiba. Saat itu David sedang tidur di kursi ruang tamu. Tiba-tiba dia terbangun ketika mendengar ada orang yang membuka pintu. "Luna, malam-malam begini, kau mau pergi ke mana?" tanya David yang tampak terkejut saat melihat Luna hendak pergi. "Aku mau bertemu dengan rekan bisnis," jawab Luna sambil menoleh sebentar. "Tapi ini sudah larut malam, Luna. Apakah pertemuan itu tidak bisa besok pagi atau sore saja?" "Tidak bisa. Orang itu ingin bertemu sekarang juga," "Luna, lihat jam! Sudah pukul 12 lewat," "Lalu, apa masalahnya? Semua ini aku lakukan untuk membiayai kehidupanku. Karena aku mempunyai suami yang tidak berguna. Sudahlah David, ini bukan urusanmu. Kau tidur saja dan nikmatilah kemiskinanmu!" ucap Luna sebelum menutup pintu cukup keras. David menghembuskan nafas panjang. Firasatnya langsung mengatakan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Dia benar-benar heran, sebab rasanya tidak mungkin ada rekan bisnis yang ingin bertemu di tengah malam seperti ini. Maka dari itu, secara diam-diam David mengikuti ke mana Luna pergi. "Hemm ... siapa pria itu? Apa yang sedang mereka bicarakan?" David bertanya kepada diri sendiri ketika melihat Luna yang kini sedang duduk bersama seorang pria bertubuh tinggi di sebuah restoran. Karena merasa penasaran, diam-diam dia pun mendekat ke sana untuk menguping. "Luna, kau tahu siapa orang ini?" tanya pria tersebut sambil menunjukkan sebuah foto kepadanya. "Bukankah itu foto Willie Nelson?" tanya Luna kepada pria di hadapannya. "Benar, ini memang dia. Kau sudah berani membuat masalah dengannya. Dan kau harus mau mencium kaki Willie Nelson jika ingin karir dan bisnis keluargamu selamat," "Apakah kau sedang mengancamku?" tanya Luna sedikit terkejut. "Ini bukan hanya ancaman, Luna. Apa yang aku katakan bisa benar-benar terjadi jika kau tidak mau melakukannya," "Siapa sebenarnya dirimu? Bukankah kita bertemu di sini karena ingin melakukan kerja sama?""Hahaha ... kau ini benar-benar wanita yang bodoh, Luna. Ternyata sangat mudah menipu dirimu. Aku tidak menyangka akan hal ini," Sebuah suara yang telah dikenalinya tiba-tiba muncul dari sudut lain. Sesaat berikutnya, begitu Luna menoleh, ia segera melihat ada Willie yang sedang berjalan dengan angkuh. Di kanan kirinya ada dua orang pria bertubuh tinggi. Sepertinya mereka adalah pengawal yang sengaja dibawa Willie.Luna sontak terkejut karena tidak menyangka dengan kejadian ini. "Willie ..." ia bergumam perlahan karena saking kagetnya. "Kenapa? Apakah kau kaget, Nona George?" tanya Willie sambil tersenyum sinis. Luna tidak menjawab. Dia hanya menatap Willie dengan perasaan berkecamuk. "Luna, kau harus ingat bahwa malam ini, aku tidak akan membiarkanmu pergi!" ucap Willie dengan nada mengancam."Willie, apa maksudmu?" Luna masih belum mengerti sepenuhnya dengan ucapan anak dari Jordan Nelson tersebut. "Tidak perlu banyak tanya lagi. Sekarang juga, kau harus mau mencium kakiku! A
Willie tidak percaya dengan ancaman yang diberikan oleh David. Dia justru malah tersenyum sinis dan menganggap bahwa itu adalah sebuah lelucon. Dalam waktu yang bersamaan, Luna pun tidak mempercayai semua ucapan David. Dia tetap bersikeras ingin meminta maaf dan berlutut di bawah kaki David. "Luna, tolong percayalah kepadaku kali ini saja. Aku pastikan bahwa Willie akan segera menerima akibatnya," kata David yang masih mencoba untuk membuat Luna percaya. "Tidak, David!" Luna menolak keras-keras ucapan David. "Aku tetap akan berlutut. Sebenarnya aku sendiri tidak sudi, tapi, semua ini kulakukan demi melindungi Keluarga George," Luna hanya bisa menahan kesal ketika berkata demikian. Kalau bukan demi keluarga besarnya, niscaya dia tidak akan mau melakukan perintah tersebut. Tapi setelah dipikir-pikir, dia lebih memilih mengorbankan harga dirinya, daripada harus mengorbankan keluarganya. "Luna, mengapa kau keras kepala sekali?" tanya David sambil sedikit mengeluh. "Sejak kecil aku
"Tidak, Ayah. Aku tidak tahu siapa dia sebenarnya. Aku hanya tahu bahwa David adalah suami dari Luna George dan dia seorang pria miskin yang tidak berguna," jawab Willie sambil menundukkan kepalanya. "Bodoh! Benar-benar anak bodoh!" Jordan kembali memaki Willie karena saking marahnya kepada sang anak. "Dia itu adalah seseorang yang sedang menyamar. Apa yang kau lihat selama ini, itu tidak sesederhana seperti apa yang ada dalam pikiranmu," Willie langsung tertegun setelah mendengar ucapan ayahnya. Seketika dirinya khawatir. Benarkah David adalah seseorang yang sedang menyamar? Benarkah ddia telah salah menyinggung orang? Suasana di sana hening untuk sesaat. Setelah bisa menguasai diri, Jordan segera bercerita. "Dia itu sebenarnya merupakan orang yang paling disegani. Tuan David adalah Ketua dari sebuah organisasi terbesar yang sangat ditakuti. Jangankan aku, bahkan para pejabat sendiri merasa sungkan kalau mendengar namanya," "Setiap ucapannya adalah perintah! Dia tidak berbeda
"Aku masih ingat semaunya, Tuan," "Bagus. Kalau begitu, coba kau praktekkan sekarang juga!" Willie tersentak. Dia mengangkat wajahnya untuk sesat. Namun tanpa berkata sepatah kata pun, Willie langsung kembali bersujud dan bahkan benar-benar mencium kaki David Smith. Suami dari Luna George itu tersenyum simpul saat melihat apa yang dilakukan oleh Willie. 'Rupanya dia tidak main-main. Sepertinya Jordan telah menceritakan siapa aku,' batin David Smith sambil memperhatikan Willie. Sementara itu, setelah Willie selesai melakukan 'tugasnya', maka dengan segera David menyuruhnya untuk berdiri."Kali ini aku akan memaafkanmu, Willie. Tapi kalau di lain hari kau melakukan hal yang sama lagi, maka jangan pernah berharap bahwa aku akan memberikan maaf untuk kedua kalinya," ucap David tanpa ekspresi. Selesai berkata seperti itu, dia pun langsung pergi dari restoran tanpa menghiraukan Willie Nelson dan para pengunjung yang sejak tadi melihat kejadian tersebut. Waktu berganti pagi. Luna suda
Pintu ruangan tiba-tiba terbuka. Selanjutnya segera terlihat ada seorang wanita muda yang berjalan masuk dengan langkah perlahan. Langkah wanita itu sangat mantap. Wajahnya pun cantik. Sayangnya, kecantikan tersebut seakan tertutup oleh keangkuhannya. "Saras, kau ... "Luna George sangat terkejut setelah tahu bahwa orang yang datang itu adalah Saras. Suami dari Willie Nelson yang selama ini mempunyai masalah dengan dirinya. "Kenapa? Apakah kau terkejut, Luna George?" Luna tidak bisa menjawab. Dia benar-benar terkejut setengah mati. Begitu juga dengan Manager Luis sendiri. Setelah ia melihat kemunculan Saras, dirinya tidak tahu lagi harus berkata apa.Manager Luis kemudian bangkit berdiri dan segera mempersilahkan Saras duduk di kursi yang sebelumnya ia duduki. Saras lalu berjalan dan duduk di kursi yang sudah disediakan. Terhadap keterkejutan Luna, dia sama sekali tidak heran. Malah dirinya merasa sangat senang. "Kau pasti tidak menyangka bukan, kalau aku adalah Direktur Utama d
"Tentu saja. Memangnya kau masih punya masalah dengan Saras yang lain?" kata Luna George terlihat sangat gemas kepada David Smith. Dia sungguh tidak habis pikir, mengapa di dunia ini ada manusia sebodoh dan sepolos David Smith? "Jadi maksudmu, Saras itu adalah ..." "Direktur Utama di perusahaan tempat aku bekerja. Dan secara tiba-tiba saja dia memecatku," ucapnya memotong perkataan David Smith. "Sekarang kau mengerti, bukan, kenapa Saras melakukan ini kepadaku?" "Itu karena kita mempunyai masalah dengannya," "Benar. Dan ini semua gara-gara kamu, David. Gara-gara kamu!" Kekesalan dan kemarahan Luna George semakin meluap. Dia tidak harus berbuat apa menghadapi situasi semacam ini."Coba kalau saat itu kau tidak ikut menghadiri pesta pernikahan mereka. Atau kalau saat itu kau menuruti permintaan mereka berdua, mungkin hal seperti ini tidak akan pernah terjadi," Kalau membayangkan peristiwa itu, Luna benar-benar marah. Dia marah kepada Willie Nelson dan Saras Albert, dia pun marah
Saat ini Luna sudah berada di dalam ruang utama rumah Keluarga George. Di sana ada beberapa orang yang hadir. Mereka adalah kedua orang tua Luna, neneknya, dan juga beberapa kerabat dekatnya. Semua orang-orang itu duduk di hadapan meja bundar yang terbuat dari batu marmer. Ukuran meja itu pun cukup besar. Di atasnya tersedia banyak hidangan yang lezat dan menggugah selera. Ruang utama atau ruang pertemuan Keluarga George ternyata cukup mewah. Di setiap sudut dinding tersedia beberapa lukisan yang langka dan mahal harganya.Ada pula lukisan keluarga besar mereka."Luna, apakah kau kemari seorang diri?" tanya ibu Luna yang bernama Elena George."Iya, Bu," jawab Luna sambil mengangguk. "Suamimu yang tidak berguna itu tidak ikut?" Nyonya Elena kembali menegaskan. "Tidak, Bu," "Baguslah. Dia memang tidak perlu diajak kemari. Toh kehadirannya juga tidak akan membawa manfaat apa-apa," Agatha George, nenek atau istri dari Arthur George ikut berbicara. "Kalau diajak kemari, paling-paling
Semua orang yang ada di ruangan itu serentak memandang ke arah Luna. Mereka memasang wajah yang serupa. "Apa idemu itu, Luna?" tanya Laura dengan cepat. "Katakan sekarang juga, Luna," Nyonya Agatha langsung menyambungnya. Luna diam beberapa saat. Sekarang gantian, giliran dia sendiri yang memandangi orang-orang tersebut. Sebetulnya Luna sendiri tidak yakin dengan ide itu. Tapi apa mau dikata, yang ada di pikirannya saat ini hanya ide itu saja. "Ayo, Luna. Jangan buat kami mati penasaran," Nyonya Agatha kembali bicara. Dia sudah tidak sabar ingin mendengar ide dari Luna. "Bagaimana kalau kita meminta maaf secara langsung kepada Keluarga Albert? Mungkin ... mungkin hal itu akan mampu menyelesaikan masalah ini. Aku yakin, bagaimanapun juga, keluarga itu pasti masih mempunyai hati nurani. Apalagi kalau kita datang dengan sukarela," kata Luna sedikit gugup. Begitu mendengar ide yang dimaksud olehnya, ekspresi wajah semua orang kembali berubah. Mereka benar-benar kaget dan tidak meny
Perlu diketahui, Mayor Jenderal Freedy adalah orang yang berasal dari dunia militer ketentaraan. Di Kota Phoenix, ia memimpin setidaknya seribu tentara yang bertugas untuk menjaga keamanan kota dari berbagai macam ancaman yang dapat membahayakan. Semua orang di Kota Phoenix sangat menghormatinya, sama seperti mereka menghormati Komisaris Jenderal Oscar. Bahkan mungkin lebih dari itu.Karena alasan itulah para pengunjung tadi merasa takut sekaligus hormat kepada dua sosok tersebut.Namun tanpa sepengetahuan banyak orang, di hadapan David Smith, yang terjadi justru adalah sebaliknya. Bukannya David yang menghormati mereka, melainkan mereka yang sangat menghormati David. "Tuan, ada keperluan apa sehingga kamu mengundang kami kemari?" tanya Mayjen Freedy sudah tidak bisa menahan rasa penasaran. Sejak kedatangannya hingga saat ini, Mayjen Freedy sangat jarang memberikan senyuman. Berbeda dengan Komisaris Jenderal Oscar yang lebih sering tersenyum simpul ketika berbicara. Pada dasarnya
"Tenang saja, Luna. Malam nanti aku akan bertemu dengan teman lama. Kamu tidak perlu khawatir," ujar David berusaha menenangkan Luna. Dia kemudian menyuruhnya untuk masuk lebih dulu ke mobil. Sedangkan David memanggil para security yang masih bersembunyi di sana. Mendengar David memanggilnya, mereka buru-buru menghampiri dengan rasa campur aduk. "Ada apa, Tuan?" tanya salah satu security dengan rasa takut dan penuh hormat. "Singkirkan mayat-mayat ini ke tempat aman. Bereskan semuanya secepat mungkin. Satu lagi, jangan sampai ada orang luar yang mengetahui tentang kejadian di sini. Kalau sampai ada yang tahu, aku rasa kalian sudah mengerti apa akibatnya," David bicara dengan nada datar. Ekspresi wajahnya tampak begitu dingin. Hal itu membuat semua security lebih ketakutan. "Baik, Tuan. Kami mengerti," jawab mereka secara bersamaan. "Bagus. Kerjakan sekarang juga!" Security itu mengangguk. Mereka langsung melaksanakan perintah yang telah diberikan oleh David. Setelah itu dia sen
"Apa?" Martin membelalakkan mata. Dia seakan tidak percaya dengan telinganya sendiri. "Bukankah sebelumnya kamu ingin bergabung dengan organisasi itu dan menjadi pengikut setia Dewa Iblis?" tanya David sambil mengerutkan kening. "Benar. Tapi, bagaimana mungkin aku bisa bergabung dengan organisasi itu?" "Kenapa tidak? Asal kamu bersedia, maka kamu bisa bergabung," "Maksudmu, kamu adalah ..." "Dewa Iblis. Dia adalah Dewa Iblis yang selama ini dibicarakan oleh banyak orang," ujar Daniel sepatah demi sepatah. "A-apa?" Martin kehabisan kata-kata. Dia tidak tahu harus bicara apalagi. Perasaan haru segera menyelimuti tubuhnya. "David, apakah ... apakah yang dikatakan oleh orang ini benar?" tanya Martin masih belum percaya. "Bukankah kamu sudah melihat buktinya sendiri?" Martin memukul kepala sendiri. Dia merasa sangat bodoh. Setelah sadar, dia langsung menjatuhkan dirinya untuk berlutut di hadapan David. "Bangunlah, Martin. Kamu tidak perlu melakukan hal ini,"
David hanya tersenyum sinis. Dia tidak mengindahkan sama sekali rintihan Hugo. Karena tidak kuat menahan siksaan yang entah kapan ujungnya itu, akhirnya Hugo pasrah. Dia menggigit lidahnya sekuat tenaga sampai lidah itu putus. Tidak lama kemudian, Hugo tewas dengan kondisi mengenaskan. Darah segar memenuhi seluruh mulutnya. Begitu kepala Hugo terkulai, darah segar tersebut langsung meleleh keluar. "Ayah!" Melvin berteriak sekeras mungkin saat mengetahui kalau nyawa ayahnya sudah melayang. Dia ngin meronta dan membunuh David. Sayangnya, Melvin tidak bisa melakukan apapun. "David, apa yang kamu inginkan sebenarnya?" tanya Melvin dengan rasa takut yang mendalam. "Aku hanya ingin kalian tahu bahwa di atas langit masih ada langit," jawab David dingin. "Lalu ..., lalu apa yang akan kamu lakukan kepadaku?" "Bukankah sebelumnya kamu ingin membunuhmu?" Melvin diam saja. Dia tidak berani memberikan jawaban. "Jawab!" bentak David. "Iya, iya. Aku memang ingin membunuhku. Sayangnya kes
Di Hotel Apartemen Awan Cerah. Bersamaan dengan semua kejadian, tidak lama setelah alat berat dan orang-orang itu datang, sebuah Supercar tiba-tiba muncul dan parkir di depan halaman. "Tuan Muda Arthur!" ucap Martin dan Jasmine secara bersamaan. Mereka memandangi mobil mewah tersebut dalam diam. Melvin dan Hugo Arthur keluar dari mobil secara bersamaan. Mereka berdiri tegak sambil memandangi Hotel Apartemen Awan Cerah dengan tatapan sinis. Melihat keduanya keluar, Jeff langsung berjalan menghampiri. Begitu isyarat diberikan, lima puluh alat berat itu segera dibunyikan kembali. Suara bergemuruh terdengar lagi. Tanah pun kembali bergetar. "Mana atasanmu itu?" tanya Hugo Arthur kepada Martin dan Jasmine. "Dia ..., dia sudah pulang, Tuan," jawab Jasmine gemetar karena ketakutan. "Suruh dia kembali ke sini!" "Su-sudah, Tuan. Nona sudah dalam perjalanan,""Baik, aku akan menunggunya. Aku ingin melihat reaksinya bagaimana," Suasana di sana langsung berubah menegangkan. Semua karya
Brakk!!! Hugo Arthur menggebrak meja dengan keras. Dia langsung marah begitu mendengar laporan yang dibawa oleh Melvin."Berani-beraninya dia menolak keinginanku. Memangnya dia siapa? Hanya wanita yang berasal dari Keluarga George. Bahkan kekayaan keluarga itu tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan semua kekayaanku," Hugo sangat marah. Di usianya yang sudah menginjak tujuh puluh tahun ini, Hugo ingin membuat pencapaian luar biasa. Dia ingin membuat mega proyek demi kelancaran bisnis dan memberitahu semua orang bahwa dialah yang terkaya. Tapi ternyata mega proyek tersebut terhalang oleh Luna. Tadinya dia ingin membeli hotel itu dengan harga yang cukup tinggi dan datang secara baik-baik. Mengingat bahwa belum lama ini, Luna berhasil menjalin kerja sama dengan Group Charles. Siapa sangka, niat baiknya ditolak mentah-mentah. Bahkan dengan sengaja Luna menghina anaknya. Bagaimana mungkin dia bisa terima? "Melvin!" "Ya, Ayah," "Sore hari nanti kita akan mengambil tindakan," k
Keadaan di sana menjadi hening. Martin dan Jasmine yang kebetulan hadir juga terkejut dengan jawaban Luna. Mereka tidak menyangka Luna akan menolak lamaran Melvin. Tapi di satu sisi, mereka juga setuju dengan apa yang dikatakannya. Harta bisa diusahakan, tapi kebahagiaan sesungguhnya sulit untuk didapatkan. Harta itu tidak selalu menjadi tolak ukur kebahagiaan. Justru ada sebagian orang yang merasa bahagia karena keadaan sederhananya. Karena letak kebahagiaan sejati bukan pada hartanya. Tapi terletak pada berapa banyak kita bersyukurnya! "Baiklah, aku tidak akan memaksa kalau kamu memang tidak mau menerima lamaran tersebut," ujar Melvin setelah dia diam beberapa waktu. "Tapi untuk niatku yang kedua, kamu tidak mungkin menolaknya, bukan?" Niat untuk membeli Hotel Apartemen Awan Cerah dan Restoran George adalah keinginan ayahnya. Niat pertama ditolak, itu bukan masalah besar bagi Melvin. Setidaknya, dia masih bisa mencari wanita lain yang lebih dari Luna. Tetapi kalau niat yang k
Seminggu telah berlalu. Luna baru saja tiba di kantornya. Sekarang Jerry dan istrinya juga sudah bekerja di Restoran George. Mereka baru masuk tiga hari kemarin.Setelah kejadian di markas Organisasi Elang Hitam, karakter Jerry tiba-tiba berubah hebat. Tadinya dia sangat pemalas dan hanya suka berfoya-foya saja. Tapi sekarang, ia telah berubah menjadi pria pekerja keras. Saat Luna bertanya kepada Jasmine terkait bagaimana Jerry bekerja, dia menjawab bahwa pria itu adalah pekerjaan keras dan bertanggungjawab. "Syukurlah, semoga kejadian kemarin bisa menjadi pelajaran berarti dalam hidupnya," gumam Luna begitu dia mendengar laporan tersebut. Cuaca siang hari ini sangat panas. Banyak para pekerja proyek yang beristirahat di sekitar Hotel Apartemen Awan Cerah. Luna dan yang lainnya kebetulan sedang berada di depan. Dia selalu bahagia ketika melihat banyak pelanggan yang antri. "Nona, siapa itu?" tanya Martin saat dia melihat sebuah mobil Supercar berhenti di parkiran depan. Tidak b
"Ada sesuatu yang harus kita bicarakan. Ini semua soal bisnis," ucap Rey. "Oh, baiklah. Mari kita bicara di ruanganku saja," Luna kemudian membawa Rey Felix ke ruangan kerjanya. "Silahkan duduk, Tuan," Rey mengangguk. Ia segera duduk di kursi yang tersedia. Pria paruh baya itu kemudian mengeluarkan sebuah surat yang terdiri dari beberapa lembar. Ia menaruhnya di atas meja. "Ini adalah surat resmi dari Tuan Scott Felix. Silahkan Nona lihat sendiri isinya," Luna mengambil surat tersebut dan mulai membacanya. Beberapa saat kemudian, dia tampak terkejut. "Tuan, apakah ini tidak salah? Tuan Scott ingin memberikanku saham Group Felix sebesar dua persen hanya dengan tandatanganku saja? Apakah ini serius?" tanya Luna dengan ekspresi wajah tidak percaya. Luna membaca surat itu berulang kali. Tetapi apa yang dia baca tetap sama seperti sebelumnya. Itu artinya dia memang tidak salah baca. Namun, kenapa Scott mau memberikan sahamnya begitu saja? Padahal Group Felix adalah group besar.