Chapter: Tidak Bisa Tidur"Penawaran apa, Luna?" Alice langsung bertanya. "Begini, aku mempunyai ide ingin membuka cabang usaha. Aku ingin membuka sebuah restoran yang baru. Mengingat bahwa belakangan ini, peminat Sup Iga Sapi dan Ayam Goreng Bertenaga semakin banyak. Aku ingin mengajak kalian bekerja sama. Nantinya, kamu dan Joshua akan memegang kendali penuh restoran tersebut, bagaimana?" "Ya, aku mau menerima tawaran itu," kata Alice sangat antusias. "Aku juga," sambung Joshua. "Bagus. Kalau begitu, secepatnya aku akan mengabari kalian lagi," "Tapi, apakah kami harus mengeluarkan biaya?" "Tidak perlu. Semuanya biar aku urus sendiri. Aku rasa tabunganku masih cukup untuk menopang biayanya," Ide membuka usaha restoran itu tiba-tiba saja muncul dalam pikiran Luna. Di samping penjualan makanannya mengalami peningkatan yang lumayan, Luna juga ingin memberikan pekerjaan kepada mereka berdua. Ia sangat berharap dengan ide ini, mereka benar-benar mau berubah dalam segala hal. "Terimakasih, Luna. Semoga sem
Terakhir Diperbarui: 2024-12-10
Chapter: Dalang Dibalik Semua RencanaAlice menelan saliva dan menarik nafas panjang. Setelah berhasil mengumpulkan tenaga, ia mulai bicara. "Luna, aku mohon jangan beritahu Nenek dan yang lainnya tentang masalah ini," kata Alice memohon dengan ekspresi wajah penuh penyesalan. "Tergantung," jawab Luna dengan cepat. "Kalau kamu mengatakan semuanya dengan jujur, maka akan tidak akan memberitahu mereka. Tetapi kalau sebaliknya, nanti kamu akan tahu sendiri," "Baik, baik. Aku ... aku mengatakan semuanya. Sungguh," "Kalau begitu, jelaskan sekarang juga," Alice melirik ke arah Joshua. Pria itu pun menganggukkan kepalanya. Tanda bahwa dia setuju. "Aku akui, perbuatanku kali ini memang sudah sangat keterlaluan. Demi sebuah karir, aku bahkan rela membuat salah satu keluarga berada dalam bahaya. Tapi, aku terpaksa melakukan semua ini, Luna. Kali ini kau harus percaya kepadaku," "Sebenarnya rencana penculikan ini bukan rencanaku. Aku hanya bekerja sesuai yang diperintahkan oleh seseorang," Alice berhenti sebentar sambil meman
Terakhir Diperbarui: 2024-12-10
Chapter: Kekecewaan Luna"Kalau aku ceritakan pun, kalian pasti tidak akan percaya," ucap Luna sambil menghela nafas berat. Dia yakin, meskipun sudah menceritakan bagaimana kejadiannya secara keseluruhan, mereka bertiga pasti tidak akan ada yang mempercayainya. Maka dari itu, daripada percuma, lebih baik Luna tidak menceritakannya saja. "Aku sendiri kalau tidak menyaksikan secara langsung, juga tidak akan percaya," "Baiklah, yang terpenting, sekarang kamu sudah kembali, Luna. Nanti Nenek akan memberikan hadiah kepada David," ucap Nyonya Agatha. "Benarkah, Nek?" Luka sedikit terkejut. Ia tidak menyangka kalau Nyonya Agatha akan berbuat hal itu. "Tentu saja, Luna. Ini sebagai penghargaan karena dia telah berhasil menyelamatkanmu," Tanpa sadar hari sudah masuk siang. Nyonya Agatha mengajak mereka bertiga pergi ke luar untuk makan siang. David pun sebenarnya diajak, namun dia menolak secara halus dengan alasan ingin istirahat. "Baiklah, nanti biar Luna membawakanmu makan, David," "Terimakas
Terakhir Diperbarui: 2024-12-10
Chapter: Perasaan Aneh"Aku harap kalian menjawab pertanyaan itu dengan jujur. Itu pun kalau masih ingin melihat hari esok," kata David Smith dengan nada hambar. "Tentu, Tuan, tentu. Aku akan menjawab setiap pertanyaan dengan jujur," jawab Jack Paul sambil mengangguk beberapa kali. Pada saat bicara, ia bahkan tidak berani memandang wajah David. Mungkin karena dirinya merasa ketakutan setengah mati. "Bagus. Kalau begitu, silahkan jawab pertanyaan tadi," Paul terdiam sesaat. Setelah mengambil nafas, dia baru menjawab. "Beberapa hari yang lalu, kami kedatangan seorang wanita bernama Alice. Dia meminta kami supaya menculik Nona Luna," Alice? Luna seketika termenung. "Apakah wanita itu Alice George?" ia lalu memberitahu bagaimana ciri-cirinya. "Benar, Nona," Jawaban itu terasa seperti sebuah petir yang menyambar ubun-ubun kepalanya. Kalau saja yang bilang bukan Jack sebagai pelakunya, sampai kapan pun Luna tentu tidak akan percaya dengan hal tersebut. Bagaimana tidak? Alice adalah sepupunya sendiri. Di
Terakhir Diperbarui: 2024-12-10
Chapter: Belati Naga HitamPertarungan itu masih terus berlanjut. Walaupun mereka kalah jumlah, tapi mereka tidak kalah kekuatan. Daniel telah melumpuhkan sepuluh orang. Dia sengaja tidak membunuhnya supaya tidak menimbulkan masalah baru di hari nanti. Ia hanya membuat orang-orang itu pingsan atau terluka supaya tidak bisa lagi melanjutkan pertarungan. Sekarang Daniel sedang bertarung melawan tiga orang sisanya. Pedang pendek itu masih bergerak cepat bagaikan kilat. Adu senjata terjadi berulang kali. Setelah beberapa menit berusaha, satu orang berhasil ia kalahkan. Dua orang sisanya masih berjuang sekuat tenaga. Mereka mengibaskan pisau dari kanan dan kiri dengan sekuat tenaga. Tapi usaha itu tidak pernah membuahkan hasil. Mereka belum juga mampu mengalahkan Daniel. "Kalian berdua benar-benar tidak tahu diri. Sepertinya aku harus memberikan pelajaran lanjutan," katanya di tengah-tengah pertarungan. Setelah berkata seperti itu, dia langsung melompat dan turun di belakang lawannya. Pedang pendek miliknya me
Terakhir Diperbarui: 2024-12-09
Chapter: Kembalinya Sang Dewa IblisDavid menanggapinya dengan senyuman. Sepasang matanya telah difokuskan ke depan. Ke sepuluh orang musuh yang kini berdiri menantangnya. "Menurut informasi yang aku dapatkan, jumlah anggota Organisasi Serigala ada seratus dua puluh orang. Delapan puluh orang tersebar di seluruh Kota Thundercloud dan Kota Phoenix. Empat puluh orang sisanya ada di sini. Tiga puluh delapan anggota, serta dua orang pemimpin. Ketua dan Wakil Ketua," ucap Daniel memberitahu. David percaya dengan informasi yang diberikan oleh Daniel. Sebab selama ini, setiap informasi yang ia berikan tidak pernah meleset. Walaupun meleset, bedanya juga tidak terlalu jauh. "Apakah kita mampu menghadapi mereka semua, Daniel?" "Tentu saja, selama ada Tuan Dewa Iblis di sini, semuanya akan berjalan dengan baik. Memangnya kalau Dewa Iblis sudah kembali, siapa yang mampu menghentikannya?" David tertawa keras. Selapis aura pembunuh yang sangat kental langsung keluar dari seluruh tubuhnya. Setiap inci bagian tubuh David Smith se
Terakhir Diperbarui: 2024-12-09
Chapter: Kematian si Kebo Ireng Dalam ruangan tersebut, saat ini tak kurang dari enam orang sudah terkapar. Di seluruh tubuhnya terdapat luka-luka. Walaupun nyawanya tidak sampai melayang, namun agaknya luka-luka uang mereka cerita cukup berat. Caraka Candra sengaja tidak membunuh orang-orang itu, sebab mereka sendiri tidak mampu berbuat banyak kepada dirinya. Setelah melihat makin banyak yang terkapar, anak buah Kebo Ireng yang masih menyerangnya terlihat mulai sedikit gentar. Serangan mereka berkurang. Tidak seganas seperti sebelumnya. Benak orang-orang itu diliputi oleh ketakutan. Apalagi setelah menyaksikan sendiri bagaimana kemampuan pemuda yang mereka keroyok. Kini, Caraka Candra sudah berdiri dengan tenang di tempat sebelumnya. Beberapa orang pengeroyok tadi tidak lagi menyerang. Sekarang mereka hanya berani mengepung sambil tetap mengangkat senjata saja. "Rupanya penampilanmu tidak sama dengan kemampuanmu," kata Kebo Ireng setelah dia berhasil menguasai diri. Tokoh sesat itu cukup terkejut setelah meli
Terakhir Diperbarui: 2024-09-20
Chapter: Naga Menari di Pusaran Badai Si Kebo Ireng mengerutkan kening. Dia cukup heran melihat sikap pemuda asing yang ada di hadapannya tersebut. Di satu sisi, dia pun tidak senang mendengar jawabannya barusan. Selama ini, Kebo Ireng adalah sosok yang sangat disegani dan dihormati. Apalagi di daerah kekuasaannya. Jangankan warga biasa, bahkan para pejabat daerah pun ikut menaruh hormat kepadanya. Maka dari itu, sangat lumrah apabila dia tidak suka melihat sikap Caraka Candra yang dianggapnya sombong. "Anak muda, apakah kau tahu dengan siapa dirimu berhadapan?" "Ya, aku tahu," Caraka Candra tetap menjawab dengan nada dan ekspresi wajah yang sama. "Saat ini, bukankah aku sedang berhadapan dengan si Kebo Ireng yang terkenal menjadi penguasa dan suka bertindak sewenang-wenang?" anak muda itu mengangkat wajah lalu memandang ke arahnya. Mendengar ucapan tersebut, semua orang yang ada di dalam ruangan itu langsung berubah sikap. Sebagian dari mereka hampir saja menyerbu Caraka Candra. Untung pada saat itu si Kebo Ireng su
Terakhir Diperbarui: 2024-09-18
Chapter: Kebo Ireng Matahari sudah berada di sebelah barat. Sebentar lagi akan tenggelam dibalik bukit-bukit hijau nun jauh di sana. Caraka Candra sudah berada di sebuah perkampungan di bawah kaki gunung. Anak muda itu sengaja tidak berjalan terburu-buru. Karena sekarang dia memang belum mempunyai tujuan ke mana harus pergi. Suasana di perkampungan itu terlihat tenteram. Para warga berlalu-lalang di jalan setapak. Ada yang baru pulang dari sawah ladang, ada pula yang sengaja berjalan-jalan saja. Di kanan kiri jalan, terlihat pula beberapa anak dusun yang sedang bermain riang bersama rekannya masing-masing sambil menikmati keindahan sore hari. Pemuda itu kemudian singgah ke sebuah warung makan. Ia segera memesan nasi liwet, kebetulan sejak kepergiannya tadi, dirinya belum lagi mengisi perut. Tidak perlu menunggu waktu lama, pesanan Caraka Candra sudah dihidangkan di atas meja sederhana. Ia memakannya dengan lahap sehingga baru sebentar saja nasi liwet itu sudah habis. Ketika dirinya henda
Terakhir Diperbarui: 2024-09-16
Chapter: Masalah di Masa Lalu"Jadi, apakah kau takut dia akan ikut mati bersamamu?" tanya pria yang satunya lagi. Orang ini sudah tua. Usianya tidak kurang dari lima puluh tahun. Dia mengenakan baju warna hitam, di pinggangnya terselip sebatang kapak besar yang terbuat dari baja. "Mati hidup itu sudah menjadi suratan takdir. Buat apa terlalu dikhawatirkan?" Pendekar Seribu Pedang berkata dengan tenang. Bahkan ia masih sempat menyantap singkong rebus lagi. Setelah habis dilahap, ia segera melanjutkan. "Masalah di antara kita sudah lewat belasan tahun yang lalu. Mengapa kalian tidak mau melupakannya?" "Hahaha ..." suara tawa itu terdengar menggema ke seluruh penjuru hutan. Daun-daun pohon berjatuhan seolah-olah terhembus angin kencang. "Begitu mudahnya kau berkata seperti itu," "Sampai kapan pun, arwah kematian Harimau Selatan tidak akan tenang jika kau masih hidup bebas di dunia ini," "Jadi, arwahnya baru akan tenang setelah aku mati?" "Ya, bisa dibilang demikian," tegas pria tersebut. "Baik. Kala
Terakhir Diperbarui: 2024-09-08
Chapter: Pedang Pembawa Maut "Kenapa? Kau mengkhawatirkan aku?" tanya Pendekar Seribu Pedang sambil melirik ke arah Caraka Candra. Orang tua itu tersenyum simpul. Ia kembali mengambil ubi rebus di atas wadah. Setelah ubi itu habis ditelan, ia melanjutkan lagi bicaranya. "Candra, aku ini sudah tua. Sudah bau tanah. Umurku bahkan mungkin tidak panjang lagi. Jadi, kau jangan terlalu mengkhawatirkan aku. Lagi pula, aku sudah terbiasa hidup sendiri," Semenjak mengundurkan diri dari dunia persilatan, Pendekar Seribu Pedang memang selalu hidup sendiri. Sebab seumur hidupnya dia memilih untuk tidak menikah. Entah alasan apa yang membuat dia memilih jalan tersebut. Mungkin karena dia takut melukai wanita lain yang mencintainya. Mungkin juga karena dia ingin menikmati kesendiriannya. Caraka Candra hanya diam. Hatinya bergejolak. Setelah lima tahun hidup bersama, akhirnya tiba juga mereka harus berpisah. Walaupun sebenarnya berat, tapi anak muda itu tetap harus turun gunung. Karena ini adalah perintah! Ucapan seoran
Terakhir Diperbarui: 2024-09-04
Chapter: Gunung HejoCaraka Candra dan Pendekar Pedang Seribu tiba di kaki sebuah gunung ketika matahari hampir tenggelam. Orang tua itu berhenti sejenak sambil memandangi gunung tinggi yang berdiri di hadapannya. "Tidak disangka, ternyata aku harus kembali lagi ke tempat ini," gumamnya seorang diri sambil menatap ke arah gunung tersebut. Caraka Candra sebenarnya merasa penasaran akan ucapan gurunya, tapi dia tidak berani bertanya lebih jauh. Mungkin gunung ini penuh dengan kenangan, demikian ia berpikir. "Nah, muridku, ini adalah Gunung Hejo. Dulu, aku juga pernah mengasingkan diri di gunung ini selama beberapa tahun. Alasan aku pindah ke tempat lain adalah karena pada suatu hari, tiba-tiba seorang musuh di masa lalu berhasil menemukan persembunyianku. Karena aku tidak ingin membunuh lagi, maka terpaksa aku pun pindah," "Sebab kalau terus di sini, bukan tidak mungkin nantinya akan ada musuh-musuh lain yang mendatangiku," Pendekar Seribu Pedang memberikan penjelasan singkat kepada Caraka Candra. Pem
Terakhir Diperbarui: 2024-09-03