author-banner
Junn_Badranaya
Junn_Badranaya
Author

Novels by Junn_Badranaya

Identitas Rahasia sang Pria Tertindas

Identitas Rahasia sang Pria Tertindas

David Smith, dia adalah seseorang yang sangat ditakuti dan disegani. Dalam dunia gelap, dia mempunyai kedudukan tertinggi. Bahkan organisasi yang ia pimpin merupakan organisasi yang terkuat. Kekuasaannya sangat luas. Hartanya juga tak terhitung. Tetapi David Smith memilih untuk melepaskan itu semua karena dirinya sudah bosan hidup dalam dunia yang penuh bahaya tersebut. Dia ingin memulai kembali dan menjalani hidupnya dengan tenang. Karena suatu alasan, David lalu menikah dengan Luna George, salah satu anak dari Keluarga George. Namun kehadirannya di keluarga itu hanya mendapat hinaan karena dianggap miskin dan tidak mempunyai harta apa-apa. Akankah David memberitahu siapa dia sebenarnya? Apakah dia akan kembali ke dunia gelap dan mengambil posisinya lagi?
Read
Chapter: Hari Paling Bahagia—TAMAT
Tiga hari sudah berlalu. Suasana di salah satu villa mewah di Kaki Bukit emas tampak ramai sekali. Di sana sudah berkumpul banyak orang. Hari ini adalah hari paling membahagiakan dalam hidup David. Sebab pada hari ini, dia akan melaksanakan hari jadi pernikahannya dengan Luna untuk yang pertama kalinya. Saat itu David masih berada di rumahnya. Dia baru saja keluar dari kamar dengan penampilan yang elegan, persis seperti bos besar diluar sana. "Luna, cepatlah. Aku takut kita akan terlambat," kata David berteriak memanggil Luna. Luna tidak menjawabnya. Tetapi beberapa saat kemudian, tiba-tiba dia pun keluar dari kamarnya. Luna tampil dengan pakaian mewah. Ia mengenakan gaun panjang warna putih tanpa lengan dan bagian dada yang sedikit terbuka, sehingga bisa memperlihatkan sedikit belahan payudaranya. Ia berjalan dengan lemah gemulai ke arah David Smith. David seketika tertegun. Ia memandangi Luna lekat-lekat. Seperti layaknya seseorang yang sedang melihat bidadari dari khayangan.
Last Updated: 2025-02-13
Chapter: Penghormatan Terakhir
Daniel langsung terdiam seribu bahasa. Dia benar-benar tidak mampu melakukan apa-apa lagi. Kalau David sudah membuat sebuah keputusan, maka siapa pun tidak akan ada yang mampu mengubahnya! "Mulai sekarang, kau adalah Ketua Organisasi Naga Hitam yang baru," katanya sambil kembali menepuk pundak. David kemudian memberikan Belati Naga Hitam yang merupakan lambang utama organisasinya. Senjata itu juga sebagai tanda bahwa siapa pun yang memegangnya, maka dia adalah Ketua Organisasi Naga Hitam."Te-terimakasih, Tuan. Semoga aku bisa menjalankan tugas ini sesuai dengan harapanmu," jawab Daniel dengan pasrah. David hanya tersenyum. Dia tidak berkata apa-apa lagi. "Kalian semua, apakah tidak mendengar perkataanku?" tanya David kepada semua anggota. "Kami mendengar, Tuan," jawab mereka secara serempak. "Lalu, kenapa sampai sekarang kalian belum juga memberikan selamat kepada Jendral Hitam, selaku Ketua yang baru?" Orang-orang itu langsung tersadar. Detik itu juga mereka langsung berlutut
Last Updated: 2025-02-03
Chapter: Organisasi Naga Hitam V
Dorr!!! Dorr!!! Suara tembakan yang sangat keras terdengar sebanyak empat kali. Dua orang dari Empat Pelindung langsung menjadi sasarannya. Dua buah peluru bersarang di titik vital mereka. Pelindung yang masih gagah itu seketika langsung terhuyung ke belakang. Mereka memegangi dadanya yang terasa sangat sakit. Wajah keduanya menggambarkan kemarahan luar biasa. Tetapi saat ini, tidak ada uang dapat dilakukan oleh mereka. Daniel dan Valentino juga terkejut. Dia tidak menyangka dengan kejadian ini. Keduanya langsung menoleh ke arah yang diduga sumber dari tembakan tadi. Rupanya, di antara para anggota, di sana telah berdiri seseorang yang hanya mempunyai satu lengan. Axel! Orang itu adalah Axel. Salah satu dari Empat Pelindung Organisasi Naga Hitam! "Axel!" seru Daniel dan Valentino secara bersamaan. Mereka langsung tersenyum. Apa yang telah dilakukan oleh Axel sangat membantu Daniel dan Valentino. Karena tembakan itu telah berhasil melumpuhkan lawan berat keduanya. Sekarang, m
Last Updated: 2025-02-03
Chapter: Organisasi Naga Hitam IV
Empat Pelindung Organisasi Naga Hitam yang baru langsung membawa David Smith keluar dari ruangan. Mereka memperlakukannya sedikit kasar. Mungkin keempat orang itu berpikir bahwa saat ini David sudah bukan ancaman lagi. Sehingga mereka memperlakukannya sedemikian rupa.David sendiri tidak memberikan perlawanan apapun. Valentino juga tetap diam dan tidak bereaksi. Bukan karena tidak berani, tetapi karena dia telah melihat isyarat yang diberikan oleh David Smith. 'Mari kita lihat pertunjukkan selanjutnya,' batin Valentino. Semua orang yang tadi berada di dalam ruangan, kini sudah berada di depan halaman markas utama. Ribuan orang berkumpul membentuk sebuah lingkaran besar. David berada di tengah-tengahnya. Empat Pelindung tetap menjaganya. Yang dua memegangi tangan. Dua sisanya mengawasi keadaan di sekitar. Sean memandangi David dan semua anggota Organisasi Naga Hitam secara bergantian. "Valentino, apa yang sedang terjadi?" tanya Daniel sedikit panik saat dia menyadari situasi.
Last Updated: 2025-02-03
Chapter: Organisasi Naga Hitam III
Sean sedikit gugup. Dia segera menoleh ke arah Daniel yang baru saja masuk ke dalam ruangan. "Pelindung Daniel, tahan dulu emosimu. Aku bisa menjelaskan semuanya," katanya berusaha menenangkan Daniel. "Tidak ada yang perlu dijelaskan lagi, Sean," ucap Daniel yang langsung menyebut namanya. "Apapun alasanmu, jawabannya tetap sama. Kau sudah tidak menganggap Empat Pelindung yang sebelumnya. Lebih dari itu, artinya kau juga sudah tidak menghargai Tuan Dewa Iblis," Suasana di sana langsung tegang. Ketegangan saat ini lebih dari sebelumnya. Sean kebingungan. Dia tidak tahu harus menjawab apa."Katakan saja sejujurnya, Sean. Sekarang kau sudah tidak bisa berbohong lagi," Ketika semua orang sedang terdiam, tiba-tiba Valentino muncul dari luar. Dia tampak tersenyum sinis saat menatap ke arah Sean. "Valentino, kau ...," "Kenapa? Kau terkejut, bukan?" senyuman Valentino semakin melebar. Dia sudah lama menunggu saat-saat seperti ini. "Dugaanmu benar, orang yang telah menyebarkan semua inf
Last Updated: 2025-01-22
Chapter: Organisasi Naga Hitam II
Sean sangat penasaran terkait kedatangan David dan Daniel. Dia yakin, alasan kenapa mereka kemari bukan karena ingin berkunjung saja. "Baiklah, sambut kedatangan mereka sebaik mungkin," ucap Sean memberi perintah kepada anggota yang melapor. "Baik, Ketua," Anggota itu kemudian segera pergi. Dia langsung membuat persiapan untuk menyambut kedatangan David dan Daniel. "Tuan, apa yang harus kita lakukan selanjutnya?" tanya Daniel sambil berbisik di sisi telinga David. "Kau diam saja. Biar aku yang mengurusnya," Daniel mengangguk. Dia tidak banyak bicara lagi. David kemudian mengajak Daniel dan Luna untuk masuk ke dalam markas. Begitu mereka tiba di depan pintu masuk, dua puluh orang segera menyambutnya. Mereka memberikan hormat dengan cara membungkukkan badan kepada David. "Salam kepada Tuan Dewa Iblis. Selamat datang kembali di markas Organisasi Naga Hitam," kata dua puluh orang itu secara bersamaan.David hanya tersenyum simpul. Ia kemudian memberi isyarat supaya mereka kembali
Last Updated: 2025-01-22
Pendekar Tangan Dewa

Pendekar Tangan Dewa

Malam itu hujan turun dengan deras. Sebuah tragedi berdarah tiba-tiba datang menimpa Keluarga Li. Semua orang yang ada di sana hampir terbunuh. Yang berhasil selamat hanya dua orang pekerja setia dan dua orang anak yang masih kecil. Setelah belasan tahun berguru kepada seorang tokoh angkatan tua dan menghilang tanpa jejak, Li Bing kembali muncul ke dunia persilatan dengan tekad ingin mencari tahu siapa dalang dibalik layar atas tragedi tersebut sekaligus membalas dendam terkait kematian seluruh keluarganya. Orang awam mungkin ada yang tidak tahu atau tidak mengenal siapa itu Li Bing, tetapi orang-orang dunia persilatan, mereka pasti tahu dan mengenalnya. Sebab sebelum memutuskan untuk kembali ke Kota Yu Nan, Li Bing sudah mengembara dulu di daerah lain. Dalam pengembaraan itu dia berhasil mengangkat nama. Orang-orang persilatan menjulukinya Pendekar Tangan Dewa. Selama menghadapi pertarungan besar dan kecil, Li Bing tidak pernah menggunakan senjata. Karena senjatanya hanya kedua tangan itu saja. Tangan yang ampuh. Tangan yang ajaib, dan tangan yang lebih tajam dari senjata apapun! Entah suatu kebetulan atau bukan, rupanya kemunculan Li Bing di Kota Yu Nan bersamaan juga dengan kisruhnya dunia persilatan Tionggoan. Saat itu, dunia persilatan mulai kacau. Berbagai macam pertarungan terjadi, masalah bermunculan di mana-mana. Tidak hanya itu saja, bahkan dia pun di fitnah dengan kejam oleh seseorang yang belum diketahui sehingga ada banyak pendekar yang mencoba untuk membunuhnya. Tugas Li Bing semakin berat. Apalagi dia juga harus mencari adiknya yang sudah berpisah selama belasan tahun. Note: Ini novel klasik, jadi di dalamnya tidak ada kultivasi dan lain-lain. Novel Pendekar Tangan Dewa berlatar di Tiongkok pada zaman dulu. Terinspirasi dari penulis silat terdahulu seperti Kho Ping Ho, Khu Lung, dan lain-lain.
Read
Chapter: Kisah Cinta A San yang Berakhir Tragis
A San hendak menjawab, tapi lidahnya tiba-tiba kelu. Seolah-olah lidah A San sudah tidak bisa dikendalikan lagi. Li Bing curiga dengan apa yang ia lihat. Selama ini, ia tidak pernah melihat A San begitu tegang, kecuali saat dia bertemu dengan musuh-musuh tangguh dan orang-orang tertentu saja. Didorong oleh rasa penasaran yang besar, seketika Li Bing juga membalikkan badan dan memandang ke arah pintu masuk. Saat itu, ternyata di ambang pintu masuk restoran sudah berdiri tiga orang pria berwajah sangar dengan penampilan beragam. Ketiganya memandang ke arah A San dengan tatapan mata yang sangat tajam. Mereka terlihat seperti sekelompok serigala kelaparan yang sudah tidak sabar ingin menerkam mangsanya. Ketiga orang yang sudah pasti para pendekar dunia persilatan itu lalu masuk dan duduk di kursi yang masih kosong. Tidak lama setelahnya, disusul kemudian empat orang lain yang diduga masih merupakan rekan-rekannya. Jumlah mereka ada tujuh orang. Dan semuanya memandang ke arah A San d
Last Updated: 2025-02-20
Chapter: Situasi Dunia Persilatan Tionggoan
"Tentu saja aku sangat yakin," jawab Tabib Kehidupan sambil tersenyum penuh percaya diri. "Kenapa kau begitu yakin?" "Karena kau punya hutang nyawa kepadaku. Lagi pula, aku tahu bahwa Tuan Muda Li adalah jenis manusia yang paling tidak bisa menerima kebaikan orang lain begitu saja," "Sepertinya kau sangat memahami tentang diriku," "Itu karena aku sudah banyak mendengar tentang sepak terjangmu sebelumnya," Li Bing sedikit kaget. Padahal dia baru menginjakkan kakinya kembali di Kota Yu Nan, siapa sangka, sepak terjang dia di tempat sebelumnya justru sudah sampai lebih dulu. "Penyebaran informasi dalam dunia persilatan ternyata jauh lebih cepat dari apa yang aku bayangkan," gumamnya perlahan. Tabib Kehidupan hanya menganggukkan kepala. Dalam hatinya, ia benar-benar kagum kepada pendekar muda yang kini berada tepat di hadapannya itu. "Baiklah, karena kau sudah membantuku, maka aku pun akan membantumu," kata Li Bing setalah beberapa saat kemudian. Bersamaan dengan itu, A
Last Updated: 2025-02-17
Chapter: Permintaan Tabib Kehidupan
"Tidak ada!" jawab Tabib Kehidupan sambil menggelengkan kepala. "Kecuali hanya orang-orang yang aku anggap istimewa saja," "Kalau begitu, berarti kau menganggap bahwa Tuan Muda Li adalah orang yang istimewa?" "Aku rasa, hanya manusia-manusia bodoh saja yang tidak menganggap dia sebagai orang istimewa," katanya sambil terkekeh. Di usianya yang masih terhitung muda, Li Bing sudah mempunyai kemampuan yang sulit diukur. Jangankan para pendekar biasa, bahkan para Datuk Dunia Persilatan pun tidak bisa memastikan sampai di mana kah kemampuan Li Bing yang sebenarnya. Terutama sekali kemampuan kedua tangannya! Menurut sebagian pendekar, kedua tangan Li Bing adalah senjata yang paling berbahaya di dunia ini! Walaupun tidak semua pendekar pernah merasakan kesakitan kedua tangannya, tapi sampai saat ini, tidak ada satu pun orang yang berani menyangkal ungkapan tersebut. Selain kemampuannya, Li Bing juga terkenal karena kecerdasan dan ilmu pengetahuannya. Walaupun usianya baru dua puluh lim
Last Updated: 2025-02-17
Chapter: Tabib Kehidupan II
Orang tua aneh itu bergumam sendiri. Sepasang matanya menatap Li Bing dengan perasaan campur aduk. Di satu sisi dia kasihan kepada Li Bing. Di satu sisi lainnya dia pun merasa bangga dan seolah-olah menaruh harapan yang sangat besar kepada pemuda itu. Setalah beberapa saat terdiam sambil memeriksa kondisi Li Bing, akhirnya orang tua itu pun mulai bergerak. Dia meracik obat-obatan herbal yang sudah tersedia di dalam kamar tersebut. Tidak lupa juga, dia menotok beberapa urat syaraf penting di tubuh Li Bing. Semua proses yang dilakukannya itu berlangsung dengan cepat. Jika tidak melihatnya secara langsung, niscaya siapa pun tidak akan percaya bahwa di dunia ini, ternyata masih ada manusia seperti itu. Orang tua aneh tersebut tidak terlihat seperti sedang mengobati. Lebih tepat kalau disebut dengan bermain-main. Sebab semua yang dilakukannya itu terlihat begitu mudah. Seolah-olah di dunia ini tidak ada satu pun penyakit atau racun yang mampu membuatnya berlaku serius. Di Daratan Tio
Last Updated: 2025-01-22
Chapter: Tabib Kehidupan I
"Tabib Kehidupan," jawab orang tua tak dikenal itu dengan suara dalam. "Tabib Kehidupan?" A San membelalakkan matanya sambil mengulangi lagi ucapan tersebut. "Benar, hanya dia seorang yang mampu menolong nyawa Tuan Muda Li," Li Bing dan A San tersenyum getir. Keduanya jelas tahu siapa itu Tabib Kehidupan. Di Kerajaan Jin, siapa yang tidak tahu atau tidak pernah mendengar nama Tabib Kehidupan? Semua orang pasti tahu dan pasti pernah mendengar namanya. Tabib Kehidupan adalah seorang tabib yang kemampuannya sangat luar biasa. Di Tionggoan, rasanya tidak ada tabib lain yang melebihi kemampuan Tabib Kehidupan. Kalau pun ada, maka hal itu pasti bisa dihitung dengan satu tangan.Menurut informasi yang beredar selama ini, ilmu pertabiban milik Tabib Kehidupan sudah hampir mencapai tahap sempurna. Selama orang itu masih bernafas, walaupun dia terkena racun atau penyakit yang sangat berbahaya sekali pun, maka nyawa orang tersebut pasti bisa diselamatkan. Semua orang di Tionggoan, teruta
Last Updated: 2025-01-09
Chapter: Sekarang Aku Hanya Ingin Minum Arak
"Di depan sana memang ada warung arak, Tuan Muda," ujar A San memberitahu. "Baiklah, kita ke sana saja," "Baik. Semoga saja di sana ada Dewa Penolong," kata A San penuh harap. "Masa bodoh dengan Dewa Penolong, A San. Aku sudah tidak peduli lagi dengan hal itu. Sekarang aku hanya ingin minum arak," A Saja mengangguk beberapa kali. "Baik. Hari ini kita akan minum arak sampai mabuk," serunya berusaha menahan kepedihan. "Hahaha ..., bagus. Mati pun tidak menjadi soal asal aku bisa minum arak bersamamu," Tanpa disadari, mereka berdua sudah tiba di depan warung arak. A San langsung masuk. Suasana di sana terhitung ramai. Setidaknya ada lima belas orang yang sedang minum arak bersama teman-temannya. "Keluarkan semua arak yang ada di warung ini. Aku ingin minum arak yang paling enak di sini," ucap A San berseru keras. Suaranya mengagetkan semua orang yang ada di dalam. Serempak mereka menoleh. Ketika melihat yang bicara itu ternyata adalah pria yang sedang menggendong pria lain, maka
Last Updated: 2025-01-05
Dewa Pedang Tanah Pasundan

Dewa Pedang Tanah Pasundan

Caraka Candra adalah anak tunggal dari Ketua Adiyaksa yang mempunyai julukan si Naga Hitam Dari Selatan. Beliau juga sekaligus merupakan Ketua dari Perguruan Naga Langit. Perguruan itu sangat terkenal. Semua orang di daerah Selatan Tanah Pasundan pasti pernah mendengar namanya. Dalam dunia persilatan pun, perguruan tersebut begitu ditakuti lawan, disegani kawan. Sayangnya, semua hal tersebut harus sirna begitu saja ketika kemunculan anggota Perkumpulan Iblis Merah. Perkumpulan itu datang memberikan penawaran. Tapi dengan tegas, Ketua Adiyaksa menolak penawaran tersebut. Namun, justru karena berawal dari penolakan itulah, peristiwa berdarah ini terjadi. Pertempuran besar-besaran terjadi di malam purnama sehingga menewaskan semua orang yang ada di sana. Termasuk pula menewaskan Ketua Adiyaksa dan Nyai Diah Ayu. Yang berhasil selamat dari peristiwa berdarah itu hanyalah satu orang. Yaitu Caraka Candra sendiri. Sejak saat itulah, Caraka Candra bertekad untuk membalaskan dendamnya. Tapi, akankah dendamnya itu terbalaskan? Bisakah tekadnya untuk menjadi pendekar terkuat, akan terwujudkan?
Read
Chapter: Kematian si Kebo Ireng
Dalam ruangan tersebut, saat ini tak kurang dari enam orang sudah terkapar. Di seluruh tubuhnya terdapat luka-luka. Walaupun nyawanya tidak sampai melayang, namun agaknya luka-luka uang mereka cerita cukup berat. Caraka Candra sengaja tidak membunuh orang-orang itu, sebab mereka sendiri tidak mampu berbuat banyak kepada dirinya. Setelah melihat makin banyak yang terkapar, anak buah Kebo Ireng yang masih menyerangnya terlihat mulai sedikit gentar. Serangan mereka berkurang. Tidak seganas seperti sebelumnya. Benak orang-orang itu diliputi oleh ketakutan. Apalagi setelah menyaksikan sendiri bagaimana kemampuan pemuda yang mereka keroyok. Kini, Caraka Candra sudah berdiri dengan tenang di tempat sebelumnya. Beberapa orang pengeroyok tadi tidak lagi menyerang. Sekarang mereka hanya berani mengepung sambil tetap mengangkat senjata saja. "Rupanya penampilanmu tidak sama dengan kemampuanmu," kata Kebo Ireng setelah dia berhasil menguasai diri. Tokoh sesat itu cukup terkejut setelah meli
Last Updated: 2024-09-20
Chapter: Naga Menari di Pusaran Badai
Si Kebo Ireng mengerutkan kening. Dia cukup heran melihat sikap pemuda asing yang ada di hadapannya tersebut. Di satu sisi, dia pun tidak senang mendengar jawabannya barusan. Selama ini, Kebo Ireng adalah sosok yang sangat disegani dan dihormati. Apalagi di daerah kekuasaannya. Jangankan warga biasa, bahkan para pejabat daerah pun ikut menaruh hormat kepadanya. Maka dari itu, sangat lumrah apabila dia tidak suka melihat sikap Caraka Candra yang dianggapnya sombong. "Anak muda, apakah kau tahu dengan siapa dirimu berhadapan?" "Ya, aku tahu," Caraka Candra tetap menjawab dengan nada dan ekspresi wajah yang sama. "Saat ini, bukankah aku sedang berhadapan dengan si Kebo Ireng yang terkenal menjadi penguasa dan suka bertindak sewenang-wenang?" anak muda itu mengangkat wajah lalu memandang ke arahnya. Mendengar ucapan tersebut, semua orang yang ada di dalam ruangan itu langsung berubah sikap. Sebagian dari mereka hampir saja menyerbu Caraka Candra. Untung pada saat itu si Kebo Ireng su
Last Updated: 2024-09-18
Chapter: Kebo Ireng
Matahari sudah berada di sebelah barat. Sebentar lagi akan tenggelam dibalik bukit-bukit hijau nun jauh di sana. Caraka Candra sudah berada di sebuah perkampungan di bawah kaki gunung. Anak muda itu sengaja tidak berjalan terburu-buru. Karena sekarang dia memang belum mempunyai tujuan ke mana harus pergi. Suasana di perkampungan itu terlihat tenteram. Para warga berlalu-lalang di jalan setapak. Ada yang baru pulang dari sawah ladang, ada pula yang sengaja berjalan-jalan saja. Di kanan kiri jalan, terlihat pula beberapa anak dusun yang sedang bermain riang bersama rekannya masing-masing sambil menikmati keindahan sore hari. Pemuda itu kemudian singgah ke sebuah warung makan. Ia segera memesan nasi liwet, kebetulan sejak kepergiannya tadi, dirinya belum lagi mengisi perut. Tidak perlu menunggu waktu lama, pesanan Caraka Candra sudah dihidangkan di atas meja sederhana. Ia memakannya dengan lahap sehingga baru sebentar saja nasi liwet itu sudah habis. Ketika dirinya henda
Last Updated: 2024-09-16
Chapter: Masalah di Masa Lalu
"Jadi, apakah kau takut dia akan ikut mati bersamamu?" tanya pria yang satunya lagi. Orang ini sudah tua. Usianya tidak kurang dari lima puluh tahun. Dia mengenakan baju warna hitam, di pinggangnya terselip sebatang kapak besar yang terbuat dari baja. "Mati hidup itu sudah menjadi suratan takdir. Buat apa terlalu dikhawatirkan?" Pendekar Seribu Pedang berkata dengan tenang. Bahkan ia masih sempat menyantap singkong rebus lagi. Setelah habis dilahap, ia segera melanjutkan. "Masalah di antara kita sudah lewat belasan tahun yang lalu. Mengapa kalian tidak mau melupakannya?" "Hahaha ..." suara tawa itu terdengar menggema ke seluruh penjuru hutan. Daun-daun pohon berjatuhan seolah-olah terhembus angin kencang. "Begitu mudahnya kau berkata seperti itu," "Sampai kapan pun, arwah kematian Harimau Selatan tidak akan tenang jika kau masih hidup bebas di dunia ini," "Jadi, arwahnya baru akan tenang setelah aku mati?" "Ya, bisa dibilang demikian," tegas pria tersebut. "Baik. Kala
Last Updated: 2024-09-08
Chapter: Pedang Pembawa Maut
"Kenapa? Kau mengkhawatirkan aku?" tanya Pendekar Seribu Pedang sambil melirik ke arah Caraka Candra. Orang tua itu tersenyum simpul. Ia kembali mengambil ubi rebus di atas wadah. Setelah ubi itu habis ditelan, ia melanjutkan lagi bicaranya. "Candra, aku ini sudah tua. Sudah bau tanah. Umurku bahkan mungkin tidak panjang lagi. Jadi, kau jangan terlalu mengkhawatirkan aku. Lagi pula, aku sudah terbiasa hidup sendiri," Semenjak mengundurkan diri dari dunia persilatan, Pendekar Seribu Pedang memang selalu hidup sendiri. Sebab seumur hidupnya dia memilih untuk tidak menikah. Entah alasan apa yang membuat dia memilih jalan tersebut. Mungkin karena dia takut melukai wanita lain yang mencintainya. Mungkin juga karena dia ingin menikmati kesendiriannya. Caraka Candra hanya diam. Hatinya bergejolak. Setelah lima tahun hidup bersama, akhirnya tiba juga mereka harus berpisah. Walaupun sebenarnya berat, tapi anak muda itu tetap harus turun gunung. Karena ini adalah perintah! Ucapan seoran
Last Updated: 2024-09-04
Chapter: Gunung Hejo
Caraka Candra dan Pendekar Pedang Seribu tiba di kaki sebuah gunung ketika matahari hampir tenggelam. Orang tua itu berhenti sejenak sambil memandangi gunung tinggi yang berdiri di hadapannya. "Tidak disangka, ternyata aku harus kembali lagi ke tempat ini," gumamnya seorang diri sambil menatap ke arah gunung tersebut. Caraka Candra sebenarnya merasa penasaran akan ucapan gurunya, tapi dia tidak berani bertanya lebih jauh. Mungkin gunung ini penuh dengan kenangan, demikian ia berpikir. "Nah, muridku, ini adalah Gunung Hejo. Dulu, aku juga pernah mengasingkan diri di gunung ini selama beberapa tahun. Alasan aku pindah ke tempat lain adalah karena pada suatu hari, tiba-tiba seorang musuh di masa lalu berhasil menemukan persembunyianku. Karena aku tidak ingin membunuh lagi, maka terpaksa aku pun pindah," "Sebab kalau terus di sini, bukan tidak mungkin nantinya akan ada musuh-musuh lain yang mendatangiku," Pendekar Seribu Pedang memberikan penjelasan singkat kepada Caraka Candra. Pem
Last Updated: 2024-09-03
You may also like
Mengejar Mentari
Mengejar Mentari
Urban · Ariandani Rissa
7.6K views
The Real Successor
The Real Successor
Urban · Azra Tyas
7.6K views
I'M Not Your Barbie Girl
I'M Not Your Barbie Girl
Urban · LOVELY LUNA
7.3K views
SEBUAH PENGHIANATAN
SEBUAH PENGHIANATAN
Urban · Riri Kaori
7.3K views
Sandal Putus
Sandal Putus
Urban · Syamsa Hawa
7.3K views
Menantu Terkuat Sang Presiden
Menantu Terkuat Sang Presiden
Urban · Junaidi Al Banjari
7.2K views
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status