David Smith berteriak cukup lantang. Semua orang yang hadir di sana dapat mendengar suara tersebut. Bahkan semua orang pun merasa terkejut sekaligus penasaran.
Dalam hati masing-masing, mereka memikirkan, kira-kira apa yang akan dilakukan oleh David Smith? "Baiklah, aku akan melakukan apa yang kau perintahkan," kata David seraya bangkit berdiri dari posisi duduknya. Mendengar itu, Willie dan Saras tersenyum dingin. Mereka benar-benar gembira. Karena memang jawaban itulah yang diinginkan oleh keduanya. "David! Apa yang akan kau lakukan?" Luna yang berada di belakangnya tiba-tiba angkat bicara. Wanita itu merasa terkejut atas jawaban David. Dia ingin mencegah, tapi suasana sudah tidak mengizinkan. Apalagi, Luna masih menyadari bahwa pengantin pria itu bukan orang yang tepat untuk disinggung. "Diam, Nona Luna!" ucap Willie sambil tersenyum penuh kemenangan. "Kau cukup duduk di tempatmu dan lihatlah pertunjukan selanjutnya," "Ayo bersujud di hadapan suamiku!" Saras membentak David. Suaranya dikeraskan, seolah-olah dia sengaja melakukan hal itu supaya semua tamu undangan dapat mendengarnya. Pria itu menggertak gigi. Seumur hidup, baru sekarang saja David Smith mengalami kejadian seperti ini. Andai saja Willie bukan berasal dari keluarga ternama, mungkin sudah sejak tadi dia menghajar pengantin yang sombong tersebut. "Ayo! Mengapa kau malah diam saja?" Willie bicara sambil memberikan isyarat supaya David mau segera bersujud. Tapi pria itu masih tidak mau melakukan perintahnya. David masih tetap berdiri. Seolah-olah tidak ada kejadian apapun yang menimpa dirinya. Sementara Luna, dia masih terlihat duduk di belakang dengan perasaan tegang. Wanita itu sangat berharap bahwa David Smith tidak menuruti perintah Willie. "Hei, pria miskin! Mengapa kau tetap diam? Ayo turuti ucapan Tuan Willie," "Benar, cepat bersujud di hadapannya," "Ayolah, kami sudah tidak sabar ingin melihatmu bersujud," "Kalau kau mau melakukannya, aku akan memberimu sepuluh dollar sebagai tanda terimakasih," Suara para tamu undangan kembali terdengar. Setiap orang yang berkata, pasti berisi cemoohan dan hinaan kepada David Smith. Mereka tertawa dengan lantang. Seolah-olah kejadian ini sangat menggembirakan hatinya. Luna yang sejak tadi diam, akhirnya sudah tidak kuat lagi. Dia memilih pergi daripada harus menahan sakit hati. "Nona Luna, kau mau ke mana? Apakah kau tidak mau melihat pertunjukan yang langka ini?" Willie bertanya dengan nada sinis ketika melihat Luna berjalan keluar gedung. Wanita itu berhenti dan menoleh sebentar. Kemudian dia berkata, "Persetan dengan omong kosongmu. Lihat saja, suatu saat aku akan membalas sakit hati ini," Setelah berkata seperti itu, Luna George pun akhirnya benar-benar pergi meninggalkan Gedung Berlian. Dia pergi sambil membawa perasaan sakit dan dendam yang tidak bisa dihilangkan. "Istrimu sudah pergi. Sekarang cepat lakukan perintah suamiku. Kalau tidak mau, kau akan tahu sendiri akibatnya," ucap Saras yang sudah tidak sabar ingin melihat David bersujud. David Smith mengepalkan tinjunya dengan kencang. Perlahan-lahan dia mulai membungkuk. Tepat sebelum David bersujud, tiba-tiba sebuah suara lain terdengar dari arah belakang sana. "Ada apa ini? Mengapa seperti terjadi keributan?" Seorang pria tua berusia tujuh puluhan tahun yang mengenakan jas warna putih keluar dari sudut ruangan. Di belakangnya ada dua pria tinggi besar dengan jas warna hitam. Mereka berjalan mendekat ke arah Willie dan Saras. "Ayah ..." Willie segera menyambut kedatangan ayahnya. Begitu juga dengan Saras. Setelah mengetahui siapa yang datang, sikap semua tamu undangan pun menjadi berubah. Sekarang mereka menjadi diam dan terlihat sangat menghormati pria tua tersebut. "Cepat jelaskan, ada apa ini, Willie?" tanya pria tua yang bernama Jordan Nelson tersebut. Dia bukan lain adalah ayah dari Willie, sekaligus pemimpin Keluarga Nelson. Willie Nelson kemudian menceritakan seluruh kejadian di dalam Gedung Berlian kepada ayahnya tersebut. Ia bercerita dengan detail, tidak lupa juga Willie pun menambah "bumbu" dalam ceritanya. "Benar apa yang dikatakan suamiku, Ayah mertua. Pria miskin ini berani datang kemari dan sengaja ingin merusak pesta yang kita gelar," ucap Saras sambil menunjuk David yang pada saat itu sudah berdiri sambil menundukkan kepala. "Siapa orang ini? Bagaimana dia bisa ada di sini?" tanya Jordan Nelson sambil memandangi David Smith mulai dari atas sampai bawah. Dalam hatinya, dia pun merasa sedikit heran. Sebab di antara semua tamu undangan, memang hanya pria inilah yang mempunyai tampilan paling berbeda. "Dia adalah menantu Keluarga George," jawab Willie dengan suara keras. "Ayah mertua pasti tidak menyangka bukan, bahwa Keluarga George ternyata punya menantu seperti pria miskin ini?" "Hemm ... mengapa kalian menyuruh dia untuk bersujud?" tanya Jordan Nelson tanpa menghiraukan ucapan menantunya. "Karena dia miskin, Ayah mertua. Di antara kita semua, hanya dia sendiri yang mempunyai kasta paling rendah. Jadi, bukankah tidak ada salahnya kalau kita menyuruh dia untuk bersujud?" Saras berkata dengan nada penuh kemenangan. Saras yakin bahwa ayah mertuanya itu akan mendukung maksud hatinya. "Hei pecundang, coba angkat wajahmu! Sepertinya ayahku ingin melihat tampang miskinmu itu," kata Willie memberikan perintahnya. David Smith menurut. Tanpa mengatakan apapun, dia langsung mengangkat kepala dan memandang wajah Jordan Nelson. Begitu dua pasang mata bertemu, detik itu juga sesuatu yang tidak diinginkan terjadi. Jordan Nelson langsung berlutut begitu mengetahui siapa 'pria miskin' yang dimaksud. Melihat majikannya berlutut, tanpa diberi perintah sekali pun, dua orang pria yang datang bersamanya juga ikut melakukan hal serupa. "Tu-tuan ... mengapa ... mengapa Tuan bisa ada di sini?" tanya Jordan Nelson dengan bibir bergetar. Dalam hatinya, David Smith cukup terkejut juga. Dia tidak menyangka bahwa orang itu ternyata masih bisa mengenali dirinya dengan jelas. "Di mana pun aku berada, itu bukan urusan kalian," setelah sekian lama terdiam, akhirnya David Smith kembali berbicara. Tapi suaranya menjadi berubah. Nadanya menjadi dingin dan seolah-olah mengandung wibawa yang besar. Jordan Nelson menelan saliva. Keringat mulai membasahi seluruh punggung. Baginya, berhadapan dengan David Smith, itu artinya sama saja berhadapan dengan malaikat maut. "Tu-tuan ... tolong, tolong maafkan anakku yang kurang ajar ini. Aku berjanji, aku akan memberikan pelajaran berat kepadanya," kata Jordan Nelson penuh ketakutan. Kejadian tersebut membuat semua orang yang ada di sana terkejut. Mereka tidak percaya dengan apa yang terlihat di hadapannya saat ini. Willie dan Saras saling pandang satu sama lain. Pasangan pengantin itu pun merasa kebingungan. "Ayah, apa-apaan ini? Mengapa kalian rela berlutut di hadapan pecundang sepertinya?" Willie berkata dengan nada tinggi. Dia sangat marah melihat Ayahnya melakukan hal tersebut. Menurutnya, hal itu sama saja dengan merendahkan harga diri Keluarga Nelson di mata publik. "Bocah keparat! Tutup mulutmu sekarang juga!" Jordan Nelson tiba-tiba bangkit dan langsung menatap anaknya dengan tatapan tajam. Belasan pasang mata tamu undangan ikut menatap ke arah keluarga itu. Dalam hati, semua orang mempertanyakan hal yang sama. Sebenarnya apa yang sedang terjadi saat ini? Melihat sikap ayahnya yang tiba-tiba berubah, Willie benar-benar dibuat tidak percaya. Dia merasa semua ini adalah mimpi. Mimpi terburuk sepanjang hidupnya. "Ayah, apa yang sebenarnya terjadi denganmu? Mengapa ... mengapa kau bisa berubah seperti ini?" Willie bertanya dengan ekspresi wajah kebingungan. "Sudah, jangan banyak bertanya lagi. Cepat bersujud di hadapan Tuan Smith!" Jordan Nelson memberi perintah kepada anaknya dengan nada tinggi."Tidak, Ayah. Aku tidak mau bersujud di hadapan pecundang ini," Willie dengan tegas menolak perintah ayahnya. "Memangnya dia ini siapa? Sehingga aku harus menyembahnya," "Ayah mertua, tolong jelaskan kepada kami terlebih dahulu. Siapa orang ini sebenarnya? Mengapa Ayah mertua begitu menghormatinya?" tanya Saras yang juga merasa penasaran terkait siapa David sebenarnya. "Percuma, istriku. Dia tidak akan mau menjelaskan apa-apa kepada kita. Mungkin Ayah sedang banyak masalah, sehingga sikapnya pun menjadi berubah," Willie Nelson sangat yakin dengan ucapannya. Sebagai anak kandung, tentu dia tahu persis bagaimana sikap ayahnya tersebut.Setiap kali sedang banyak pikiran, sifat dan karakter Jordan Nelson memang kerap kali mengalami perubahan. Meskipun perubahan yang dimaksud tidak seperti saat ini, namun Willie tetap percaya bahwa ucapannya tidak mungkin salah. Willie kemudian mengalihkan pandangan matanya. Ia menatap semua tamu undangan yang masih hadir di dalam Gedung Berlian. "Un
David Smith mengerutkan kening seraya menanti apa yang akan Jordan Nelson tunjukkan kepadanya.Jordan Nelson kemudian mengeluarkan sebuah kartu kredit warna hitam dari saku jas yang dia kenakan. "Terimalah kartu kredit ini, Tuan. Di dalamnya ada uang sebanyak tiga ratus miliar dollar," "Aku tidak butuh, Jordan," kata David menolak dengan cepat. "Tuan Dewa Iblis, tolong terimalah, jangan menolak," "Apakah ucapanku kurang jelas?" David berbicara dengan nada dingin sambil memicingkan matanya. Jordan Nelson menjadi merasa serba salah. Tapi, dia masih tetap berusaha supaya David mau menerima kartu kredit tersebut. "Tapi, Tuan Dewa Iblis, kartu ini sebenarnya bukan milikku. Seseorang telah menitipkannya kepadaku supaya memberikannya kepadamu," ucap Jordan memberikan sedikit penjelasan. "Siapa seseorang yang kau maksud?" "Aku tidak bisa menyebutkannya, Tuan. Tapi kalau Tuan mau menerima kartu kredit ini, maka dalam waktu dekat, orang tersebut pasti akan segera menemuimu," David Smit
David hanya bisa menghela nafas berat. Melihat sikap Luna yang sudah sulit untuk diajak bicara, maka dia tidak berani memaksa lagi. David Smith segera pergi ke belakang meninggalkan Luna yang sedang diliputi amarah. Keesokan harinya, Luna bangun sebelum matahari pagi muncul di ufuk sebelah barat. Dia segera mempersiapkan dirinya untuk berangkat ke kantor secepat mungkin. "Aku harus berangkat lebih awal dari yang lain," gumamnya kepada diri sendiri. Setelah selesai mempersiapkan diri, Luna segera sarapan. Tidak lama setelah itu dia langsung mengambil kunci mobil. "Luna, tumben kau berangkat pagi-pagi sekali. Apakah di kantormu ada acara?" tanya David Smith yang tiba-tiba muncul dari sudut ruangan. "Itu bukan urusanmu," kata Luna menjawab dengan nada ketus. Dia tidak lagi menghiraukan pria yang tidak berguna itu. Luna segera pergi bahkan tanpa berpamitan kepada David. "Sepertinya dia masih marah kepadaku," gumam David seraya memandangi punggung Luna George. Beberapa waktu kemudi
"Tiga tahun belakangan, ada beberapa organisasi serupa yang tiba-tiba muncul. Mereka berusaha untuk merebut bisnis yang sudah kita jalani selama ini. Masing-masing dari organisasi itu juga mempunyai nama dan pengaruh yang cukup besar, sehingga semua petinggi di Organisasi Naga Hitam yakin bahwa jika dibiarkan, maka mereka akan menjadi masalah bagi kita," "Hal ini bukan cuma prediksi belaka, bahkan beberapa waktu lalu, ada salah satu dari mereka yang secara sengaja merebut lahan bisnis kita. Untung saja hal ini segera diketahui sehingga bisa diatasi dengan cepat," kata Daniel menceritakan kejadian di organisasi secara singkat. David Smith mengangguk beberapa kali. Dia juga cukup mengerti tentang hal ini. Bahkan jauh-jauh hari, dirinya sudah memprediksi bahwa hal seperti ini pasti akan terjadi. "Sebenarnya, sejak lama aku sudah menebak bahwa hal ini akan menimpa kita. Aku sudah memberitahu para petinggi Organisasi Naga Hitam, tapi yang percaya dengan ucapanku hanya sedikit. Mungkin k
"Hahaha ... kau ini benar-benar wanita yang bodoh, Luna. Ternyata sangat mudah menipu dirimu. Aku tidak menyangka akan hal ini," Sebuah suara yang telah dikenalinya tiba-tiba muncul dari sudut lain. Sesaat berikutnya, begitu Luna menoleh, ia segera melihat ada Willie yang sedang berjalan dengan angkuh. Di kanan kirinya ada dua orang pria bertubuh tinggi. Sepertinya mereka adalah pengawal yang sengaja dibawa Willie.Luna sontak terkejut karena tidak menyangka dengan kejadian ini. "Willie ..." ia bergumam perlahan karena saking kagetnya. "Kenapa? Apakah kau kaget, Nona George?" tanya Willie sambil tersenyum sinis. Luna tidak menjawab. Dia hanya menatap Willie dengan perasaan berkecamuk. "Luna, kau harus ingat bahwa malam ini, aku tidak akan membiarkanmu pergi!" ucap Willie dengan nada mengancam."Willie, apa maksudmu?" Luna masih belum mengerti sepenuhnya dengan ucapan anak dari Jordan Nelson tersebut. "Tidak perlu banyak tanya lagi. Sekarang juga, kau harus mau mencium kakiku! A
Willie tidak percaya dengan ancaman yang diberikan oleh David. Dia justru malah tersenyum sinis dan menganggap bahwa itu adalah sebuah lelucon. Dalam waktu yang bersamaan, Luna pun tidak mempercayai semua ucapan David. Dia tetap bersikeras ingin meminta maaf dan berlutut di bawah kaki David. "Luna, tolong percayalah kepadaku kali ini saja. Aku pastikan bahwa Willie akan segera menerima akibatnya," kata David yang masih mencoba untuk membuat Luna percaya. "Tidak, David!" Luna menolak keras-keras ucapan David. "Aku tetap akan berlutut. Sebenarnya aku sendiri tidak sudi, tapi, semua ini kulakukan demi melindungi Keluarga George," Luna hanya bisa menahan kesal ketika berkata demikian. Kalau bukan demi keluarga besarnya, niscaya dia tidak akan mau melakukan perintah tersebut. Tapi setelah dipikir-pikir, dia lebih memilih mengorbankan harga dirinya, daripada harus mengorbankan keluarganya. "Luna, mengapa kau keras kepala sekali?" tanya David sambil sedikit mengeluh. "Sejak kecil aku
"Tidak, Ayah. Aku tidak tahu siapa dia sebenarnya. Aku hanya tahu bahwa David adalah suami dari Luna George dan dia seorang pria miskin yang tidak berguna," jawab Willie sambil menundukkan kepalanya. "Bodoh! Benar-benar anak bodoh!" Jordan kembali memaki Willie karena saking marahnya kepada sang anak. "Dia itu adalah seseorang yang sedang menyamar. Apa yang kau lihat selama ini, itu tidak sesederhana seperti apa yang ada dalam pikiranmu," Willie langsung tertegun setelah mendengar ucapan ayahnya. Seketika dirinya khawatir. Benarkah David adalah seseorang yang sedang menyamar? Benarkah ddia telah salah menyinggung orang? Suasana di sana hening untuk sesaat. Setelah bisa menguasai diri, Jordan segera bercerita. "Dia itu sebenarnya merupakan orang yang paling disegani. Tuan David adalah Ketua dari sebuah organisasi terbesar yang sangat ditakuti. Jangankan aku, bahkan para pejabat sendiri merasa sungkan kalau mendengar namanya," "Setiap ucapannya adalah perintah! Dia tidak berbeda
"Aku masih ingat semaunya, Tuan," "Bagus. Kalau begitu, coba kau praktekkan sekarang juga!" Willie tersentak. Dia mengangkat wajahnya untuk sesat. Namun tanpa berkata sepatah kata pun, Willie langsung kembali bersujud dan bahkan benar-benar mencium kaki David Smith. Suami dari Luna George itu tersenyum simpul saat melihat apa yang dilakukan oleh Willie. 'Rupanya dia tidak main-main. Sepertinya Jordan telah menceritakan siapa aku,' batin David Smith sambil memperhatikan Willie. Sementara itu, setelah Willie selesai melakukan 'tugasnya', maka dengan segera David menyuruhnya untuk berdiri."Kali ini aku akan memaafkanmu, Willie. Tapi kalau di lain hari kau melakukan hal yang sama lagi, maka jangan pernah berharap bahwa aku akan memberikan maaf untuk kedua kalinya," ucap David tanpa ekspresi. Selesai berkata seperti itu, dia pun langsung pergi dari restoran tanpa menghiraukan Willie Nelson dan para pengunjung yang sejak tadi melihat kejadian tersebut. Waktu berganti pagi. Luna suda
"Seseorang yang namanya sudah terkenal di kota ini. Dia adalah Alex, menurut berita yang sempat aku dengar, sekarang Alex tidak bekerja kepada siapa pun. Maka aku akan mengundang dan mengajaknya bergabung di perusahaan kita untuk menjadi kepala keamanan," "Luna, jika demikian maka kau akan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Bukankah itu hanya membuang-buang uang? Kalau kau perlu, aku juga bisa menjadi kepala keamanan di perusahaan ini," "Tidak, David!" Luna menggelengkan kepalanya. "Kau tidak akan mampu melakukannya," Walaupun sudah melihat bagaimana kemampuan David dalam menghadapi orang-orang tadi, tetapi Luna belum percaya sepenuhnya. Dia menganggap bahwa itu semua hanya keberuntungan saja. Luna tidak yakin kalau harus menjadikan David sebagai kepala keamanan. "Baiklah. Terserah kau saja," ucap David tidak ambil pusing. "Kalau ingin bekerja, bagaimana jika kau menjadi sopir pribadiku saja?" "Setuju!" jawab David dengan cepat. Dia tidak perlu berpikir lagi. Sebab dengan
Tiba-tiba suara seseorang terdengar jelas di telinga. Luna dan yang lainnya langsung menengok ke arah suara tersebut. Suara itu berasal dari parkiran. Tidak lama kemudian, tampak ada orang yang keluar dari dalam mobil Bugatti La Voiture Noire.David! Orang itu adalah David Smith! Ia mengenakan jas serba hitam layaknya seorang bodyguard. David berjalan dengan langkah tenang, dia segera menghampiri Luna tanpa melirik sekejap pun ke arah tujuh anggota Organisasi Phyton. "Ada masalah apa, Luna?" tanyanya langsung ke pokok persoalan. "Mereka telah berani membuat masalah di sini, David," "Siapa orang-orang ini?" tanya David sambil memandang mereka. "Mereka adalah anggota dari Organisasi Phyton," "Organisasi Phyton?" David mengerutkan kening. Dia merasa asing dengan organisasi tersebut. "Benar. Itu adalah organisasi yang berkuasa di Kota Phoenix. Sebelum dibeli dan dibangun oleh Keluarga Albert, tempat ini dulunya juga termasuk ke dalam kawasan kekuasaan mereka," Jasmine tiba-tiba b
"Kami anggota Organisasi Phyton, datang kemari karena ingin menagih uang keamanan," kata salah seorang dari mereka yang berada di posisi tengah."Uang keamanan?" Luna mengerutkan kening. Dia tidak menyangka kalau orang-orang tersebut datang hanya untuk meminta uang. "Mengapa aku harus memberi kalian uang keamanan? Bukankah keadaan di sini aman-aman saja?" Luna bicara dengan lancar. Dia tidak merasa takut sedikit pun. "Aku rasa, aku tidak perlu memberikan kalian uang keamanan itu,""Ini sudah kewajiban, Nona. Dulu, Kepala Keluarga Albert juga selalu memberi kami uang keamanan sebanyak satu kali dalam satu bulan," "Sebelum berkata lebih jauh, perkenalkan dulu siapa namamu," "Namaku Rio," jawabnya singkat. Luna mengangguk. Setelah itu dia berkata lagi, "Sekarang pemilik perusahaan ini bukan lagi Keluarga Albert," "Kami tahu. Bukankah pemiliknya adalah Nona sendiri? Berasal dari Keluarga George?" "Bagus jika kau sudah tahu tentang berita tersebut. Kalau begitu, silahkan pergi sekara
"Aku? Aku, ya, aku. Apakah gara-gara sudah membeli mobil Bugatti La Voiture Noire, kau jadi lupa siapa aku?" David menjawab pertanyaan Luna sambil tertawa. "David, apakah kau tidak mengerti maksud pertanyaanku?" David menggelengkan kepalanya. Dia berlagak bodoh sambil tetap menyetir mobil. "Aku ingin tahu bagaimana latar belakangmu, dan siapa kau sebenarnya? Apakah kau ini manusia yang luar biasa atau bukan?" "Bukankah kau pun sudah tahu siapa aku? Aku hanyalah pria miskin yang tidak berguna dan hanya bisa hidup karena menumpang di Keluarga George," jawab David seenaknya. Sebenarnya saat itu Luna ingin bicara lebih lanjut. Tapi dia sendiri bingung untuk memulai dari mana. Apa yang dikatakan oleh David, memang itulah yang terjadi selama ini. Bagaimana mungkin dia tidak mengetahui akan hal tersebut? Selama menikah dengan dirinya, Luna merasa bahwa David tidak pernah memberikan kontribusi apapun juga. Terutama sekali bagi Keluarga George. Kalau dibandingkan, David sangat berbeda
David kembali melemparkan senyuman sinis. Ronald terlihat sedikit bingung. Dia memandang ke arah mereka berdua secara bergiliran. "David, ayolah, jangan membuat masalah baru. Lebih baik kita pergi dari sini sekarang juga," kata Luna sedikit cemas. Luna tidak mau David membuat masalah lagi bagi dirinya. Masalah lama saja mungkin belum selesai. Sekarang, apakah benar akan ada masalah baru lagi yang menghampirinya? Oh Tuhan, mengapa nasib hidupku seburuk ini? Luna meratap dalam hatinya. "Tunggu dulu, Luna. Bukankah kau ingin mobil Bugatti La Voiture Noire ini?" "Iya, tapi nanti saja. Jangan sekarang," "Tidak, aku maunya sekarang," David menggelengkan kepalanya. Kemudian dia beralih memandang Ronald. "Di mana ruang pribadimu? Aku ingin bicara empat mata," Ronald sedikit terkejut. Awalnya dia tidak ingin membawa David ke ruangan pribadinya, tapi saat melihat tatapan mata David, tiba-tiba saja dia merasakan sesuatu yang aneh. Ia seperti tidak kuasa untuk menolak permintaan tersebut.
Sekitar jam sembilan, setelah David berhasil meyakinkan Luna bahwa dia akan mendapatkan mobil yang diinginkan, maka mereka berdua pun segera pergi ke showroom mobil di Kota Phoenix. David kembali menjadi sopirnya. Setelah beberapa saat kemudian, keduanya sudah tiba di showroom mobil terbesar dan terkenal di kota tersebut. Seorang sales wanita tampak berdiri di dekat pintu masuk. Melihat kedatangan Luna dan David, wanita itu segera menyambutnya. Namun sambutan tersebut tidak terlalu ramah. Hal itu mungkin karena dia melihat penampilan David yang biasa-biasa saja. "Pergilah dan cari mobil yang kamu sukai," Luna mengangguk. Ia segera berjalan untuk melihat-lihat. Sales wanita tadi mendampingi Luna dan membawanya ke tempat di mana mobil mewah tersedia. "Ini adalah koleksi mobil terbaik yang dijual oleh perusahaan kami. Tapi harga mobil yang ada di sini bisa dibilang sangat mahal, Nona," katanya memberitahu Luna. Luna hanya mengangguk. Dia tidak menjawab sama sekali. Luna kemudian b
Jason langsung berdiri ketika mendengar namanya disebut. "Aku," katanya dengan cepat. Buru-buru dia berjalan menghampiri wanita yang usianya masih sekitar dua puluhan tujuh tahun itu. "Oh, jadi kau yang bernama Jason Geraldo?" tanyanya memastikan lagi. "Benar," ia menganggukkan kepala. "Apakah Nona bernama Jasmine, Manager Hotel Apartemen Awan Merah?" "Ya, tidak salah," jawab wanita yang mengaku bernama Jasmine tersebut. "Senang bertemu dengan anda, Manager Jasmine," "Panggil saja Nona," ucapnya memotong. "Baik, Nona," Jason segera menuruti ucapannya tanpa banyak bicara. "Mari, silahkan duduk," Jason mempersilahkan Jasmine. Dia segera menarik kursi untuknya. Dia pengawal yang dibawa langsung mengikuti. Mereka berdiri tepat di belakang Jasmine. Setelah wanita itu duduk, Jason kembali menyuguhkan segelas bir dan beberapa makanan ringan. Jasmine langsung meminum dan mencicipi hidangan yang diberikan. Setelah perjamuan singkat dan perkenalan selesai, Jason selaku orang yang mera
"Cih, baru mendapat pencapaian seperti itu saja sudah sok sibuk," ucap Laura mencibir. "Lagi pula, belum tentu semua orang di Hotel Apartemen Awan Cerah mau menerima dia sebagai owner barunya," lanjut Alice. "Kurasa begitu. Karena aku yakin, menurut siapa pun, hal ini terlalu mustahil," lagi-lagi Joshua mengatakan hal yang sama seperti tadi. Hal tersebut tidak terlalu mengherankan. Seperti yang disebutkan sebelumnya, siapa pun dia, kalau tidak menyaksikan secara langsung, pasti orang itu tidak akan mempercayainya. "Kalian tenang saja. Setelah pertemuan ini selesai, kita akan mengadakan 'meeting'," ujar Jason dengar suara perlahan. Sementara itu, setelah mendengar jawaban Luna, Nyonya Agatha nampaknya tidak bisa berkata lebih lanjut lagi. Dia cukup mengerti akan maksud Luna. "Baiklah. Kalau kamu memang tidak bisa menginap di sini, Nenek tidak akan memaksa," katanya pasrah. "Yang terpenting, uang yang telah aku janjikan, sebelum kau bangun dari tidur, pasti akan masuk k
Ucapan Luna itu membuat setiap orang yang hadir merasa kaget. Sebab Luna yang saat ini seakan bukan Luna yang mereka kenal. Biasanya, Luna tetap acuh dan bertindak seolah-olah tidak tahu ketika David diperlakukan buruk oleh siapa pun. Tidak terkecuali dengan keluarganya sendiri. Tapi sekarang? Secara tiba-tiba dan tanpa pernah diduga, Luna justru membela David. Pria yang tidak berguna sama sekali itu. "Luna, apakah aku tidak salah dengar?" "Sejak kapan kau mau membela dia?" "Untuk apa kau membela benalu itu?" "Jangan-jangan, sekarang kau sudah mulai jatuh cinta kepadanya. Sehingga kau mau membela dia, iya, kan?" Berbagai macam omongan itu terdengar jelas oleh Luna. Dia segera menatap orang-orang tersebut. "Asal kalian tahu saja, aku membela David bukan karena apa-apa. Tetapi karena dia adalah suamiku. Meskipun dia tidak berguna, walaupun aku tidak mencintainya, tapi David tetap berperan sebagai suamiku yang sah," Luna menjawab semua pertanyaan itu dengan jawa