"Tidak, Ayah. Aku tidak mau bersujud di hadapan pecundang ini," Willie dengan tegas menolak perintah ayahnya. "Memangnya dia ini siapa? Sehingga aku harus menyembahnya,"
"Ayah mertua, tolong jelaskan kepada kami terlebih dahulu. Siapa orang ini sebenarnya? Mengapa Ayah mertua begitu menghormatinya?" tanya Saras yang juga merasa penasaran terkait siapa David sebenarnya. "Percuma, istriku. Dia tidak akan mau menjelaskan apa-apa kepada kita. Mungkin Ayah sedang banyak masalah, sehingga sikapnya pun menjadi berubah," Willie Nelson sangat yakin dengan ucapannya. Sebagai anak kandung, tentu dia tahu persis bagaimana sikap ayahnya tersebut. Setiap kali sedang banyak pikiran, sifat dan karakter Jordan Nelson memang kerap kali mengalami perubahan. Meskipun perubahan yang dimaksud tidak seperti saat ini, namun Willie tetap percaya bahwa ucapannya tidak mungkin salah. Willie kemudian mengalihkan pandangan matanya. Ia menatap semua tamu undangan yang masih hadir di dalam Gedung Berlian. "Untuk semuanya, aku mohon kalian harus pergi sekarang juga," katanya kepada seluruh tamu undangan. Ucapan Willie langsung membuat semua orang kebingungan. Mereka saling pandang satu sama lain dan bertanya-tanya tentang apa yang sebenarnya sedang terjadi. "Willie, kau tidak bisa mengusir kami pergi begitu saja," "Benar, Tuan Muda Nelson. Bagaimanapun juga, kami ini adalah tamu undanganmu. Kami sengaja datang jauh-jauh kemari hanya untuk menghadiri pesta pernikahan dan reuni yang kau buat," "Jadi, mana boleh kau mengusir kami seenaknya?" "Ya, benar apa yang dikatakan oleh mereka," Sebagian tamu undangan ada yang tidak terima dengan keputusan Willie Nelson. Mereka merasa kecewa karena diusir begitu mudahnya. Meskipun benar bahwa Willie adalah tuan rumah, tetapi tetap saja, mengusir tamu undangan ketika acara belum selesai, hal itu bisa dikatakan sangat tidak sopan. "Aku, tahu. Aku mengerti perasaan kalian," kata Willie yang pada saat itu merasa serba salah. "Tapi ... tapi situasinya sudah tidak bisa dikendalikan lagi. Aku tidak ingin kalian merasakan juga kemarahan Ayahku. Jadi, aku mohon supaya kalian mau menuruti perintahku," Tamu undangan tidak ada yang mau menjawab lagi. Tapi dilihat dari wajahnya, sangat jelas bahwa saat ini mereka sedang menahan kemarahan besar. "Tenang saja, tidak lama setelah ini, aku berjanji akan mengadakan lagi acara reuni. Semua biayanya biar aku yang menanggung," Willie berkata sambil tersenyum manis. Hal itu dia lakukan supaya semua orang percaya dengan ucapannya. Karena tidak ada pilihan lain lagi, maka terpaksa tamu undangan pun menuruti ucapan Willie Nelson. Namun baru saja mereka akan melangkah keluar, tiba-tiba sebuah teriakan keras terdengar lagi. "Tunggu! Siapa pun, tidak ada yang boleh keluar dari gedung ini!" Willie menoleh, ternyata yang bicara itu adalah ayahnya sendiri. "Ayah, apa maksudmu?" "Apakah maksudku kurang jelas, anak kurang ajar? Sekali lagi aku katakan, siapa pun tidak ada yang boleh keluar. Jika ada yang membantah, maka dia akan berurusan langsung dengan Keluarga Nelson!" ucap Jordan mempertegas bicaranya. Suasana di sana semakin tegang. Apalagi setelah Jordan Nelson berkata seperti itu. Walaupun tamu undangan yang hadir juga berasal dari keluarga ternama, tapi kekuasaan dan pengaruh keluarga mereka, tetap masih di bawah Keluarga Nelson. Jadi, siapa yang berani membantahnya? "Willie, sekali lagi aku katakan, cepat bersujud di bawah kaki Tuan Smith!" "Suamiku, turuti saja perintah Ayah mertua. Jangan membantah lagi," bisik Saras kepadanya. "Yang harus bersujud bukan hanya anak ini saja. Bahkan kau pun harus melakukan hal yang sama!" kata Jordan Nelson yang mendengar bisikan Saras. "Tapi, Ayah Mertua ..." "Tidak, Ayah. Aku tetap tidak mau bersujud di bawah kaki pecundang ini!" Willie menolak tegas sambil menggelengkan kepalanya beberapa kali. "Anak kurang ajar!" Jordan Nelson marah besar. Bersamaan dengan ucapannya, ia juga melayangkan tangannya yang mendarat tepat di pipi Willie. Pipi sebelah kanan Willie Nelson langsung bengkak. Sejalur darah segar juga turut keluar. Dia merasakan sakit yang luar biasa. Seumur hidup, rasanya baru sekarang saja dia perlakukan seburuk itu oleh ayahnya sendiri. "Ayah, kau keterlaluan!" Kata Willie sambil tetap memegangi pipinya yang sakit. Dia kemudian menggandeng tangan Saras dan berniat mengajaknya pergi. Tapi baru saja berjalan beberapa langkah, Jordan telah kembali bicara. "Willie, berhenti! Kalau kau tetap pergi, maka aku akan mencoret namamu dari daftar keluarga!" Ucapan itu sangat keras. Sehingga Willie bisa mendengarnya dengan jelas sekali. Sungguh, dia tidak percaya bahwa ayahnya akan bertindak sejauh ini. 'Sial, siapa sebenarnya pecundang ini? Mengapa Ayah lebih membela dia daripada anaknya sendiri? Keparat! Lihat saja nanti, aku pasti akan membalasnya,' batin Willie sambil mengepalkan kedua tangannya. Sesaat kemudian, terpaksa dia pun membalikkan badannya dan berjalan kembali ke tempat semula. "Bersujud!" Jordan Nelson memberi perintah yang sama untuk kesekian kalinya. Willie Nelson dan Saras akhirnya mau menuruti perintah tersebut. Mereka benar-benar bersujud tepat di bawah kaki David Smith. Bukan hanya sepasang pengantin itu saja, bahkan Jordan Nelson bersama dua pengawal pribadinya juga melakukan hal yang serupa. Belasan pasang mata memandang kejadian itu dengan tatapan tidak percaya. Mereka merasa bahwa semua ini adalah mimpi. "Berdiri. Aku tidak mau kalian melakukan hal seperti ini," ujar David Smith dengan nada datar. Dia berbicara tanpa ekspresi. Seolah-olah apa yang dilakukan oleh Keluarga Nelson itu bukanlah sesuatu yang besar. Mendengar perintah tersebut, Jordan Nelson dan yang lainnya pun segera berdiri kembali. "Terima kasih, Tuan. Terima kasih," ucap Jordan Nelson dengan sungguh-sungguh. David Smith hanya mengangguk kecil. Kemudian dia berkata, "Aku pergi," Dia langsung berjalan keluar dari dalam Gedung Berlian tanpa menghiraukan belasan pasang mata yang terus memandangnya dengan berbagai ekspresi. Begitu tubuh David Smith menghilang dari pandangan mata, Jordan Nelson segera beranjak dari tempatnya dan berniat untuk menyusul David. "Suamiku, siapa sebenarnya pecundang itu? Mengapa Ayah mertua seperti sangat takut kepadanya?" tanya Saras setelah Jordan menghilang. "Aku sendiri tidak tahu," jawab Willie sambil menggelengkan kepalanya. "Hemm ... mungkinkah pria miskin itu adalah seseorang yang sedang menyamar?" "Tidak mungkin, Saras. Itu mustahil. Yang benar adalah semua ini kesalahpahaman. Ayah sedang banyak pikiran karena pekerjaannya, jadi wajar kalau dia mudah emosi," Willie sengaja berkata seperti itu, tujuannya adalah supaya Saras tidak lagi memikirkan kejadian barusan. "Tenanglah, setelah ini kita akan membalasnya. Si brengsek David juga harus merasakan penghinaan yang sama. Bahkan harus lebih daripada ini!" kata Willie sambil mengeraskan tulang rahangnya. Dalam waktu yang bersamaan, Jordan Nelson akhirnya bisa juga menyusul David Smith. Saat itu David sudah tiba diluar pintu gerbang. "Tuan, Tuan Dewa Iblis. Tunggu sebentar," katanya sambil melambaikan tangan. "Ada apa lagi, Jordan?" tanya David Smith sambil menghentikan langkah. "Ada sesuatu yang harus aku berikan kepadamu,"David Smith mengerutkan kening seraya menanti apa yang akan Jordan Nelson tunjukkan kepadanya.Jordan Nelson kemudian mengeluarkan sebuah kartu kredit warna hitam dari saku jas yang dia kenakan. "Terimalah kartu kredit ini, Tuan. Di dalamnya ada uang sebanyak tiga ratus miliar dollar," "Aku tidak butuh, Jordan," kata David menolak dengan cepat. "Tuan Dewa Iblis, tolong terimalah, jangan menolak," "Apakah ucapanku kurang jelas?" David berbicara dengan nada dingin sambil memicingkan matanya. Jordan Nelson menjadi merasa serba salah. Tapi, dia masih tetap berusaha supaya David mau menerima kartu kredit tersebut. "Tapi, Tuan Dewa Iblis, kartu ini sebenarnya bukan milikku. Seseorang telah menitipkannya kepadaku supaya memberikannya kepadamu," ucap Jordan memberikan sedikit penjelasan. "Siapa seseorang yang kau maksud?" "Aku tidak bisa menyebutkannya, Tuan. Tapi kalau Tuan mau menerima kartu kredit ini, maka dalam waktu dekat, orang tersebut pasti akan segera menemuimu," David Smit
David hanya bisa menghela nafas berat. Melihat sikap Luna yang sudah sulit untuk diajak bicara, maka dia tidak berani memaksa lagi. David Smith segera pergi ke belakang meninggalkan Luna yang sedang diliputi amarah. Keesokan harinya, Luna bangun sebelum matahari pagi muncul di ufuk sebelah barat. Dia segera mempersiapkan dirinya untuk berangkat ke kantor secepat mungkin. "Aku harus berangkat lebih awal dari yang lain," gumamnya kepada diri sendiri. Setelah selesai mempersiapkan diri, Luna segera sarapan. Tidak lama setelah itu dia langsung mengambil kunci mobil. "Luna, tumben kau berangkat pagi-pagi sekali. Apakah di kantormu ada acara?" tanya David Smith yang tiba-tiba muncul dari sudut ruangan. "Itu bukan urusanmu," kata Luna menjawab dengan nada ketus. Dia tidak lagi menghiraukan pria yang tidak berguna itu. Luna segera pergi bahkan tanpa berpamitan kepada David. "Sepertinya dia masih marah kepadaku," gumam David seraya memandangi punggung Luna George. Beberapa waktu kemudi
"Tiga tahun belakangan, ada beberapa organisasi serupa yang tiba-tiba muncul. Mereka berusaha untuk merebut bisnis yang sudah kita jalani selama ini. Masing-masing dari organisasi itu juga mempunyai nama dan pengaruh yang cukup besar, sehingga semua petinggi di Organisasi Naga Hitam yakin bahwa jika dibiarkan, maka mereka akan menjadi masalah bagi kita," "Hal ini bukan cuma prediksi belaka, bahkan beberapa waktu lalu, ada salah satu dari mereka yang secara sengaja merebut lahan bisnis kita. Untung saja hal ini segera diketahui sehingga bisa diatasi dengan cepat," kata Daniel menceritakan kejadian di organisasi secara singkat. David Smith mengangguk beberapa kali. Dia juga cukup mengerti tentang hal ini. Bahkan jauh-jauh hari, dirinya sudah memprediksi bahwa hal seperti ini pasti akan terjadi. "Sebenarnya, sejak lama aku sudah menebak bahwa hal ini akan menimpa kita. Aku sudah memberitahu para petinggi Organisasi Naga Hitam, tapi yang percaya dengan ucapanku hanya sedikit. Mungkin k
"Hahaha ... kau ini benar-benar wanita yang bodoh, Luna. Ternyata sangat mudah menipu dirimu. Aku tidak menyangka akan hal ini," Sebuah suara yang telah dikenalinya tiba-tiba muncul dari sudut lain. Sesaat berikutnya, begitu Luna menoleh, ia segera melihat ada Willie yang sedang berjalan dengan angkuh. Di kanan kirinya ada dua orang pria bertubuh tinggi. Sepertinya mereka adalah pengawal yang sengaja dibawa Willie.Luna sontak terkejut karena tidak menyangka dengan kejadian ini. "Willie ..." ia bergumam perlahan karena saking kagetnya. "Kenapa? Apakah kau kaget, Nona George?" tanya Willie sambil tersenyum sinis. Luna tidak menjawab. Dia hanya menatap Willie dengan perasaan berkecamuk. "Luna, kau harus ingat bahwa malam ini, aku tidak akan membiarkanmu pergi!" ucap Willie dengan nada mengancam."Willie, apa maksudmu?" Luna masih belum mengerti sepenuhnya dengan ucapan anak dari Jordan Nelson tersebut. "Tidak perlu banyak tanya lagi. Sekarang juga, kau harus mau mencium kakiku! A
Willie tidak percaya dengan ancaman yang diberikan oleh David. Dia justru malah tersenyum sinis dan menganggap bahwa itu adalah sebuah lelucon. Dalam waktu yang bersamaan, Luna pun tidak mempercayai semua ucapan David. Dia tetap bersikeras ingin meminta maaf dan berlutut di bawah kaki David. "Luna, tolong percayalah kepadaku kali ini saja. Aku pastikan bahwa Willie akan segera menerima akibatnya," kata David yang masih mencoba untuk membuat Luna percaya. "Tidak, David!" Luna menolak keras-keras ucapan David. "Aku tetap akan berlutut. Sebenarnya aku sendiri tidak sudi, tapi, semua ini kulakukan demi melindungi Keluarga George," Luna hanya bisa menahan kesal ketika berkata demikian. Kalau bukan demi keluarga besarnya, niscaya dia tidak akan mau melakukan perintah tersebut. Tapi setelah dipikir-pikir, dia lebih memilih mengorbankan harga dirinya, daripada harus mengorbankan keluarganya. "Luna, mengapa kau keras kepala sekali?" tanya David sambil sedikit mengeluh. "Sejak kecil aku
"Tidak, Ayah. Aku tidak tahu siapa dia sebenarnya. Aku hanya tahu bahwa David adalah suami dari Luna George dan dia seorang pria miskin yang tidak berguna," jawab Willie sambil menundukkan kepalanya. "Bodoh! Benar-benar anak bodoh!" Jordan kembali memaki Willie karena saking marahnya kepada sang anak. "Dia itu adalah seseorang yang sedang menyamar. Apa yang kau lihat selama ini, itu tidak sesederhana seperti apa yang ada dalam pikiranmu," Willie langsung tertegun setelah mendengar ucapan ayahnya. Seketika dirinya khawatir. Benarkah David adalah seseorang yang sedang menyamar? Benarkah ddia telah salah menyinggung orang? Suasana di sana hening untuk sesaat. Setelah bisa menguasai diri, Jordan segera bercerita. "Dia itu sebenarnya merupakan orang yang paling disegani. Tuan David adalah Ketua dari sebuah organisasi terbesar yang sangat ditakuti. Jangankan aku, bahkan para pejabat sendiri merasa sungkan kalau mendengar namanya," "Setiap ucapannya adalah perintah! Dia tidak berbeda
"Aku masih ingat semaunya, Tuan," "Bagus. Kalau begitu, coba kau praktekkan sekarang juga!" Willie tersentak. Dia mengangkat wajahnya untuk sesat. Namun tanpa berkata sepatah kata pun, Willie langsung kembali bersujud dan bahkan benar-benar mencium kaki David Smith. Suami dari Luna George itu tersenyum simpul saat melihat apa yang dilakukan oleh Willie. 'Rupanya dia tidak main-main. Sepertinya Jordan telah menceritakan siapa aku,' batin David Smith sambil memperhatikan Willie. Sementara itu, setelah Willie selesai melakukan 'tugasnya', maka dengan segera David menyuruhnya untuk berdiri."Kali ini aku akan memaafkanmu, Willie. Tapi kalau di lain hari kau melakukan hal yang sama lagi, maka jangan pernah berharap bahwa aku akan memberikan maaf untuk kedua kalinya," ucap David tanpa ekspresi. Selesai berkata seperti itu, dia pun langsung pergi dari restoran tanpa menghiraukan Willie Nelson dan para pengunjung yang sejak tadi melihat kejadian tersebut. Waktu berganti pagi. Luna suda
Suasana di Gedung Berlian pada saat itu sangat ramai. Orang-orang yang datang pun bukanlah orang biasa. Semua yang datang ke acara tersebut, pasti mempunyai latar belakang istimewa. Di antara semua tamu undangan yang hadir, ada salah satu orang pria yang memiliki penampilan paling berbeda di antara lainnya. Pria tersebut bernama David Smith, sekaligus merupakan suami dari Luna George. "Lihat itu! Siapa yang berjalan bersamanya?""Hei, bukankah itu cucu dari Tuan Jhon George? Mengapa dia berjalan beriringan dengan pria miskin?" "Apakah pria miskin itu adalah suaminya?" "Aku merasa apa yang di lihat hari ini adalah mimpi," Suara bisik-bisik dari para tamu undangan mulai terdengar. Semua orang yang tadinya sibuk berbincang-bincang dengan sahabat atau teman lama, kini langsung terdiam. Semuanya menatap ke arah Luna George dan David Smith yang pada saat itu sedang berjalan secara beriringan. "Luna, siapa dia? Apakah dia pembantumu?" "Ataukah, dia adalah bodyguardmu?" Dua orang wa