"Tidak, Ayah. Aku tidak mau bersujud di hadapan pecundang ini," Willie dengan tegas menolak perintah ayahnya. "Memangnya dia ini siapa? Sehingga aku harus menyembahnya,"
"Ayah mertua, tolong jelaskan kepada kami terlebih dahulu. Siapa orang ini sebenarnya? Mengapa Ayah mertua begitu menghormatinya?" tanya Saras yang juga merasa penasaran terkait siapa David sebenarnya. "Percuma, istriku. Dia tidak akan mau menjelaskan apa-apa kepada kita. Mungkin Ayah sedang banyak masalah, sehingga sikapnya pun menjadi berubah," Willie Nelson sangat yakin dengan ucapannya. Sebagai anak kandung, tentu dia tahu persis bagaimana sikap ayahnya tersebut. Setiap kali sedang banyak pikiran, sifat dan karakter Jordan Nelson memang kerap kali mengalami perubahan. Meskipun perubahan yang dimaksud tidak seperti saat ini, namun Willie tetap percaya bahwa ucapannya tidak mungkin salah. Willie kemudian mengalihkan pandangan matanya. Ia menatap semua tamu undangan yang masih hadir di dalam Gedung Berlian. "Untuk semuanya, aku mohon kalian harus pergi sekarang juga," katanya kepada seluruh tamu undangan. Ucapan Willie langsung membuat semua orang kebingungan. Mereka saling pandang satu sama lain dan bertanya-tanya tentang apa yang sebenarnya sedang terjadi. "Willie, kau tidak bisa mengusir kami pergi begitu saja," "Benar, Tuan Muda Nelson. Bagaimanapun juga, kami ini adalah tamu undanganmu. Kami sengaja datang jauh-jauh kemari hanya untuk menghadiri pesta pernikahan dan reuni yang kau buat," "Jadi, mana boleh kau mengusir kami seenaknya?" "Ya, benar apa yang dikatakan oleh mereka," Sebagian tamu undangan ada yang tidak terima dengan keputusan Willie Nelson. Mereka merasa kecewa karena diusir begitu mudahnya. Meskipun benar bahwa Willie adalah tuan rumah, tetapi tetap saja, mengusir tamu undangan ketika acara belum selesai, hal itu bisa dikatakan sangat tidak sopan. "Aku, tahu. Aku mengerti perasaan kalian," kata Willie yang pada saat itu merasa serba salah. "Tapi ... tapi situasinya sudah tidak bisa dikendalikan lagi. Aku tidak ingin kalian merasakan juga kemarahan Ayahku. Jadi, aku mohon supaya kalian mau menuruti perintahku," Tamu undangan tidak ada yang mau menjawab lagi. Tapi dilihat dari wajahnya, sangat jelas bahwa saat ini mereka sedang menahan kemarahan besar. "Tenang saja, tidak lama setelah ini, aku berjanji akan mengadakan lagi acara reuni. Semua biayanya biar aku yang menanggung," Willie berkata sambil tersenyum manis. Hal itu dia lakukan supaya semua orang percaya dengan ucapannya. Karena tidak ada pilihan lain lagi, maka terpaksa tamu undangan pun menuruti ucapan Willie Nelson. Namun baru saja mereka akan melangkah keluar, tiba-tiba sebuah teriakan keras terdengar lagi. "Tunggu! Siapa pun, tidak ada yang boleh keluar dari gedung ini!" Willie menoleh, ternyata yang bicara itu adalah ayahnya sendiri. "Ayah, apa maksudmu?" "Apakah maksudku kurang jelas, anak kurang ajar? Sekali lagi aku katakan, siapa pun tidak ada yang boleh keluar. Jika ada yang membantah, maka dia akan berurusan langsung dengan Keluarga Nelson!" ucap Jordan mempertegas bicaranya. Suasana di sana semakin tegang. Apalagi setelah Jordan Nelson berkata seperti itu. Walaupun tamu undangan yang hadir juga berasal dari keluarga ternama, tapi kekuasaan dan pengaruh keluarga mereka, tetap masih di bawah Keluarga Nelson. Jadi, siapa yang berani membantahnya? "Willie, sekali lagi aku katakan, cepat bersujud di bawah kaki Tuan Smith!" "Suamiku, turuti saja perintah Ayah mertua. Jangan membantah lagi," bisik Saras kepadanya. "Yang harus bersujud bukan hanya anak ini saja. Bahkan kau pun harus melakukan hal yang sama!" kata Jordan Nelson yang mendengar bisikan Saras. "Tapi, Ayah Mertua ..." "Tidak, Ayah. Aku tetap tidak mau bersujud di bawah kaki pecundang ini!" Willie menolak tegas sambil menggelengkan kepalanya beberapa kali. "Anak kurang ajar!" Jordan Nelson marah besar. Bersamaan dengan ucapannya, ia juga melayangkan tangannya yang mendarat tepat di pipi Willie. Pipi sebelah kanan Willie Nelson langsung bengkak. Sejalur darah segar juga turut keluar. Dia merasakan sakit yang luar biasa. Seumur hidup, rasanya baru sekarang saja dia perlakukan seburuk itu oleh ayahnya sendiri. "Ayah, kau keterlaluan!" Kata Willie sambil tetap memegangi pipinya yang sakit. Dia kemudian menggandeng tangan Saras dan berniat mengajaknya pergi. Tapi baru saja berjalan beberapa langkah, Jordan telah kembali bicara. "Willie, berhenti! Kalau kau tetap pergi, maka aku akan mencoret namamu dari daftar keluarga!" Ucapan itu sangat keras. Sehingga Willie bisa mendengarnya dengan jelas sekali. Sungguh, dia tidak percaya bahwa ayahnya akan bertindak sejauh ini. 'Sial, siapa sebenarnya pecundang ini? Mengapa Ayah lebih membela dia daripada anaknya sendiri? Keparat! Lihat saja nanti, aku pasti akan membalasnya,' batin Willie sambil mengepalkan kedua tangannya. Sesaat kemudian, terpaksa dia pun membalikkan badannya dan berjalan kembali ke tempat semula. "Bersujud!" Jordan Nelson memberi perintah yang sama untuk kesekian kalinya. Willie Nelson dan Saras akhirnya mau menuruti perintah tersebut. Mereka benar-benar bersujud tepat di bawah kaki David Smith. Bukan hanya sepasang pengantin itu saja, bahkan Jordan Nelson bersama dua pengawal pribadinya juga melakukan hal yang serupa. Belasan pasang mata memandang kejadian itu dengan tatapan tidak percaya. Mereka merasa bahwa semua ini adalah mimpi. "Berdiri. Aku tidak mau kalian melakukan hal seperti ini," ujar David Smith dengan nada datar. Dia berbicara tanpa ekspresi. Seolah-olah apa yang dilakukan oleh Keluarga Nelson itu bukanlah sesuatu yang besar. Mendengar perintah tersebut, Jordan Nelson dan yang lainnya pun segera berdiri kembali. "Terima kasih, Tuan. Terima kasih," ucap Jordan Nelson dengan sungguh-sungguh. David Smith hanya mengangguk kecil. Kemudian dia berkata, "Aku pergi," Dia langsung berjalan keluar dari dalam Gedung Berlian tanpa menghiraukan belasan pasang mata yang terus memandangnya dengan berbagai ekspresi. Begitu tubuh David Smith menghilang dari pandangan mata, Jordan Nelson segera beranjak dari tempatnya dan berniat untuk menyusul David. "Suamiku, siapa sebenarnya pecundang itu? Mengapa Ayah mertua seperti sangat takut kepadanya?" tanya Saras setelah Jordan menghilang. "Aku sendiri tidak tahu," jawab Willie sambil menggelengkan kepalanya. "Hemm ... mungkinkah pria miskin itu adalah seseorang yang sedang menyamar?" "Tidak mungkin, Saras. Itu mustahil. Yang benar adalah semua ini kesalahpahaman. Ayah sedang banyak pikiran karena pekerjaannya, jadi wajar kalau dia mudah emosi," Willie sengaja berkata seperti itu, tujuannya adalah supaya Saras tidak lagi memikirkan kejadian barusan. "Tenanglah, setelah ini kita akan membalasnya. Si brengsek David juga harus merasakan penghinaan yang sama. Bahkan harus lebih daripada ini!" kata Willie sambil mengeraskan tulang rahangnya. Dalam waktu yang bersamaan, Jordan Nelson akhirnya bisa juga menyusul David Smith. Saat itu David sudah tiba diluar pintu gerbang. "Tuan, Tuan Dewa Iblis. Tunggu sebentar," katanya sambil melambaikan tangan. "Ada apa lagi, Jordan?" tanya David Smith sambil menghentikan langkah. "Ada sesuatu yang harus aku berikan kepadamu,"David Smith mengerutkan kening seraya menanti apa yang akan Jordan Nelson tunjukkan kepadanya.Jordan Nelson kemudian mengeluarkan sebuah kartu kredit warna hitam dari saku jas yang dia kenakan. "Terimalah kartu kredit ini, Tuan. Di dalamnya ada uang sebanyak tiga ratus miliar dollar," "Aku tidak butuh, Jordan," kata David menolak dengan cepat. "Tuan Dewa Iblis, tolong terimalah, jangan menolak," "Apakah ucapanku kurang jelas?" David berbicara dengan nada dingin sambil memicingkan matanya. Jordan Nelson menjadi merasa serba salah. Tapi, dia masih tetap berusaha supaya David mau menerima kartu kredit tersebut. "Tapi, Tuan Dewa Iblis, kartu ini sebenarnya bukan milikku. Seseorang telah menitipkannya kepadaku supaya memberikannya kepadamu," ucap Jordan memberikan sedikit penjelasan. "Siapa seseorang yang kau maksud?" "Aku tidak bisa menyebutkannya, Tuan. Tapi kalau Tuan mau menerima kartu kredit ini, maka dalam waktu dekat, orang tersebut pasti akan segera menemuimu," David Smit
David hanya bisa menghela nafas berat. Melihat sikap Luna yang sudah sulit untuk diajak bicara, maka dia tidak berani memaksa lagi. David Smith segera pergi ke belakang meninggalkan Luna yang sedang diliputi amarah. Keesokan harinya, Luna bangun sebelum matahari pagi muncul di ufuk sebelah barat. Dia segera mempersiapkan dirinya untuk berangkat ke kantor secepat mungkin. "Aku harus berangkat lebih awal dari yang lain," gumamnya kepada diri sendiri. Setelah selesai mempersiapkan diri, Luna segera sarapan. Tidak lama setelah itu dia langsung mengambil kunci mobil. "Luna, tumben kau berangkat pagi-pagi sekali. Apakah di kantormu ada acara?" tanya David Smith yang tiba-tiba muncul dari sudut ruangan. "Itu bukan urusanmu," kata Luna menjawab dengan nada ketus. Dia tidak lagi menghiraukan pria yang tidak berguna itu. Luna segera pergi bahkan tanpa berpamitan kepada David. "Sepertinya dia masih marah kepadaku," gumam David seraya memandangi punggung Luna George. Beberapa waktu kemudi
"Tiga tahun belakangan, ada beberapa organisasi serupa yang tiba-tiba muncul. Mereka berusaha untuk merebut bisnis yang sudah kita jalani selama ini. Masing-masing dari organisasi itu juga mempunyai nama dan pengaruh yang cukup besar, sehingga semua petinggi di Organisasi Naga Hitam yakin bahwa jika dibiarkan, maka mereka akan menjadi masalah bagi kita," "Hal ini bukan cuma prediksi belaka, bahkan beberapa waktu lalu, ada salah satu dari mereka yang secara sengaja merebut lahan bisnis kita. Untung saja hal ini segera diketahui sehingga bisa diatasi dengan cepat," kata Daniel menceritakan kejadian di organisasi secara singkat. David Smith mengangguk beberapa kali. Dia juga cukup mengerti tentang hal ini. Bahkan jauh-jauh hari, dirinya sudah memprediksi bahwa hal seperti ini pasti akan terjadi. "Sebenarnya, sejak lama aku sudah menebak bahwa hal ini akan menimpa kita. Aku sudah memberitahu para petinggi Organisasi Naga Hitam, tapi yang percaya dengan ucapanku hanya sedikit. Mungkin k
"Hahaha ... kau ini benar-benar wanita yang bodoh, Luna. Ternyata sangat mudah menipu dirimu. Aku tidak menyangka akan hal ini," Sebuah suara yang telah dikenalinya tiba-tiba muncul dari sudut lain. Sesaat berikutnya, begitu Luna menoleh, ia segera melihat ada Willie yang sedang berjalan dengan angkuh. Di kanan kirinya ada dua orang pria bertubuh tinggi. Sepertinya mereka adalah pengawal yang sengaja dibawa Willie.Luna sontak terkejut karena tidak menyangka dengan kejadian ini. "Willie ..." ia bergumam perlahan karena saking kagetnya. "Kenapa? Apakah kau kaget, Nona George?" tanya Willie sambil tersenyum sinis. Luna tidak menjawab. Dia hanya menatap Willie dengan perasaan berkecamuk. "Luna, kau harus ingat bahwa malam ini, aku tidak akan membiarkanmu pergi!" ucap Willie dengan nada mengancam."Willie, apa maksudmu?" Luna masih belum mengerti sepenuhnya dengan ucapan anak dari Jordan Nelson tersebut. "Tidak perlu banyak tanya lagi. Sekarang juga, kau harus mau mencium kakiku! A
Willie tidak percaya dengan ancaman yang diberikan oleh David. Dia justru malah tersenyum sinis dan menganggap bahwa itu adalah sebuah lelucon. Dalam waktu yang bersamaan, Luna pun tidak mempercayai semua ucapan David. Dia tetap bersikeras ingin meminta maaf dan berlutut di bawah kaki David. "Luna, tolong percayalah kepadaku kali ini saja. Aku pastikan bahwa Willie akan segera menerima akibatnya," kata David yang masih mencoba untuk membuat Luna percaya. "Tidak, David!" Luna menolak keras-keras ucapan David. "Aku tetap akan berlutut. Sebenarnya aku sendiri tidak sudi, tapi, semua ini kulakukan demi melindungi Keluarga George," Luna hanya bisa menahan kesal ketika berkata demikian. Kalau bukan demi keluarga besarnya, niscaya dia tidak akan mau melakukan perintah tersebut. Tapi setelah dipikir-pikir, dia lebih memilih mengorbankan harga dirinya, daripada harus mengorbankan keluarganya. "Luna, mengapa kau keras kepala sekali?" tanya David sambil sedikit mengeluh. "Sejak kecil aku
"Tidak, Ayah. Aku tidak tahu siapa dia sebenarnya. Aku hanya tahu bahwa David adalah suami dari Luna George dan dia seorang pria miskin yang tidak berguna," jawab Willie sambil menundukkan kepalanya. "Bodoh! Benar-benar anak bodoh!" Jordan kembali memaki Willie karena saking marahnya kepada sang anak. "Dia itu adalah seseorang yang sedang menyamar. Apa yang kau lihat selama ini, itu tidak sesederhana seperti apa yang ada dalam pikiranmu," Willie langsung tertegun setelah mendengar ucapan ayahnya. Seketika dirinya khawatir. Benarkah David adalah seseorang yang sedang menyamar? Benarkah ddia telah salah menyinggung orang? Suasana di sana hening untuk sesaat. Setelah bisa menguasai diri, Jordan segera bercerita. "Dia itu sebenarnya merupakan orang yang paling disegani. Tuan David adalah Ketua dari sebuah organisasi terbesar yang sangat ditakuti. Jangankan aku, bahkan para pejabat sendiri merasa sungkan kalau mendengar namanya," "Setiap ucapannya adalah perintah! Dia tidak berbeda
"Aku masih ingat semaunya, Tuan," "Bagus. Kalau begitu, coba kau praktekkan sekarang juga!" Willie tersentak. Dia mengangkat wajahnya untuk sesat. Namun tanpa berkata sepatah kata pun, Willie langsung kembali bersujud dan bahkan benar-benar mencium kaki David Smith. Suami dari Luna George itu tersenyum simpul saat melihat apa yang dilakukan oleh Willie. 'Rupanya dia tidak main-main. Sepertinya Jordan telah menceritakan siapa aku,' batin David Smith sambil memperhatikan Willie. Sementara itu, setelah Willie selesai melakukan 'tugasnya', maka dengan segera David menyuruhnya untuk berdiri."Kali ini aku akan memaafkanmu, Willie. Tapi kalau di lain hari kau melakukan hal yang sama lagi, maka jangan pernah berharap bahwa aku akan memberikan maaf untuk kedua kalinya," ucap David tanpa ekspresi. Selesai berkata seperti itu, dia pun langsung pergi dari restoran tanpa menghiraukan Willie Nelson dan para pengunjung yang sejak tadi melihat kejadian tersebut. Waktu berganti pagi. Luna suda
Pintu ruangan tiba-tiba terbuka. Selanjutnya segera terlihat ada seorang wanita muda yang berjalan masuk dengan langkah perlahan. Langkah wanita itu sangat mantap. Wajahnya pun cantik. Sayangnya, kecantikan tersebut seakan tertutup oleh keangkuhannya. "Saras, kau ... "Luna George sangat terkejut setelah tahu bahwa orang yang datang itu adalah Saras. Suami dari Willie Nelson yang selama ini mempunyai masalah dengan dirinya. "Kenapa? Apakah kau terkejut, Luna George?" Luna tidak bisa menjawab. Dia benar-benar terkejut setengah mati. Begitu juga dengan Manager Luis sendiri. Setelah ia melihat kemunculan Saras, dirinya tidak tahu lagi harus berkata apa.Manager Luis kemudian bangkit berdiri dan segera mempersilahkan Saras duduk di kursi yang sebelumnya ia duduki. Saras lalu berjalan dan duduk di kursi yang sudah disediakan. Terhadap keterkejutan Luna, dia sama sekali tidak heran. Malah dirinya merasa sangat senang. "Kau pasti tidak menyangka bukan, kalau aku adalah Direktur Utama d
Daniel langsung terdiam seribu bahasa. Dia benar-benar tidak mampu melakukan apa-apa lagi. Kalau David sudah membuat sebuah keputusan, maka siapa pun tidak akan ada yang mampu mengubahnya! "Mulai sekarang, kau adalah Ketua Organisasi Naga Hitam yang baru," katanya sambil kembali menepuk pundak. David kemudian memberikan Belati Naga Hitam yang merupakan lambang utama organisasinya. Senjata itu juga sebagai tanda bahwa siapa pun yang memegangnya, maka dia adalah Ketua Organisasi Naga Hitam."Te-terimakasih, Tuan. Semoga aku bisa menjalankan tugas ini sesuai dengan harapanmu," jawab Daniel dengan pasrah. David hanya tersenyum. Dia tidak berkata apa-apa lagi. "Kalian semua, apakah tidak mendengar perkataanku?" tanya David kepada semua anggota. "Kami mendengar, Tuan," jawab mereka secara serempak. "Lalu, kenapa sampai sekarang kalian belum juga memberikan selamat kepada Jendral Hitam, selaku Ketua yang baru?" Orang-orang itu langsung tersadar. Detik itu juga mereka langsung berlutut
Dorr!!! Dorr!!! Suara tembakan yang sangat keras terdengar sebanyak empat kali. Dua orang dari Empat Pelindung langsung menjadi sasarannya. Dua buah peluru bersarang di titik vital mereka. Pelindung yang masih gagah itu seketika langsung terhuyung ke belakang. Mereka memegangi dadanya yang terasa sangat sakit. Wajah keduanya menggambarkan kemarahan luar biasa. Tetapi saat ini, tidak ada uang dapat dilakukan oleh mereka. Daniel dan Valentino juga terkejut. Dia tidak menyangka dengan kejadian ini. Keduanya langsung menoleh ke arah yang diduga sumber dari tembakan tadi. Rupanya, di antara para anggota, di sana telah berdiri seseorang yang hanya mempunyai satu lengan. Axel! Orang itu adalah Axel. Salah satu dari Empat Pelindung Organisasi Naga Hitam! "Axel!" seru Daniel dan Valentino secara bersamaan. Mereka langsung tersenyum. Apa yang telah dilakukan oleh Axel sangat membantu Daniel dan Valentino. Karena tembakan itu telah berhasil melumpuhkan lawan berat keduanya. Sekarang, m
Empat Pelindung Organisasi Naga Hitam yang baru langsung membawa David Smith keluar dari ruangan. Mereka memperlakukannya sedikit kasar. Mungkin keempat orang itu berpikir bahwa saat ini David sudah bukan ancaman lagi. Sehingga mereka memperlakukannya sedemikian rupa.David sendiri tidak memberikan perlawanan apapun. Valentino juga tetap diam dan tidak bereaksi. Bukan karena tidak berani, tetapi karena dia telah melihat isyarat yang diberikan oleh David Smith. 'Mari kita lihat pertunjukkan selanjutnya,' batin Valentino. Semua orang yang tadi berada di dalam ruangan, kini sudah berada di depan halaman markas utama. Ribuan orang berkumpul membentuk sebuah lingkaran besar. David berada di tengah-tengahnya. Empat Pelindung tetap menjaganya. Yang dua memegangi tangan. Dua sisanya mengawasi keadaan di sekitar. Sean memandangi David dan semua anggota Organisasi Naga Hitam secara bergantian. "Valentino, apa yang sedang terjadi?" tanya Daniel sedikit panik saat dia menyadari situasi.
Sean sedikit gugup. Dia segera menoleh ke arah Daniel yang baru saja masuk ke dalam ruangan. "Pelindung Daniel, tahan dulu emosimu. Aku bisa menjelaskan semuanya," katanya berusaha menenangkan Daniel. "Tidak ada yang perlu dijelaskan lagi, Sean," ucap Daniel yang langsung menyebut namanya. "Apapun alasanmu, jawabannya tetap sama. Kau sudah tidak menganggap Empat Pelindung yang sebelumnya. Lebih dari itu, artinya kau juga sudah tidak menghargai Tuan Dewa Iblis," Suasana di sana langsung tegang. Ketegangan saat ini lebih dari sebelumnya. Sean kebingungan. Dia tidak tahu harus menjawab apa."Katakan saja sejujurnya, Sean. Sekarang kau sudah tidak bisa berbohong lagi," Ketika semua orang sedang terdiam, tiba-tiba Valentino muncul dari luar. Dia tampak tersenyum sinis saat menatap ke arah Sean. "Valentino, kau ...," "Kenapa? Kau terkejut, bukan?" senyuman Valentino semakin melebar. Dia sudah lama menunggu saat-saat seperti ini. "Dugaanmu benar, orang yang telah menyebarkan semua inf
Sean sangat penasaran terkait kedatangan David dan Daniel. Dia yakin, alasan kenapa mereka kemari bukan karena ingin berkunjung saja. "Baiklah, sambut kedatangan mereka sebaik mungkin," ucap Sean memberi perintah kepada anggota yang melapor. "Baik, Ketua," Anggota itu kemudian segera pergi. Dia langsung membuat persiapan untuk menyambut kedatangan David dan Daniel. "Tuan, apa yang harus kita lakukan selanjutnya?" tanya Daniel sambil berbisik di sisi telinga David. "Kau diam saja. Biar aku yang mengurusnya," Daniel mengangguk. Dia tidak banyak bicara lagi. David kemudian mengajak Daniel dan Luna untuk masuk ke dalam markas. Begitu mereka tiba di depan pintu masuk, dua puluh orang segera menyambutnya. Mereka memberikan hormat dengan cara membungkukkan badan kepada David. "Salam kepada Tuan Dewa Iblis. Selamat datang kembali di markas Organisasi Naga Hitam," kata dua puluh orang itu secara bersamaan.David hanya tersenyum simpul. Ia kemudian memberi isyarat supaya mereka kembali
Daniel tidak berani berkata lebih lanjut. Saat ini dia sudah merasa sedikit tertekan oleh aura pembunuh yang dilepaskan oleh David. "Dari mana kau mendapat informasi ini?" tanya David setelah merasa sedikit tenang. "Valentino yang mengabarkan langsung kepadaku, Tuan," David mengangguk. Sepertinya setelah bertemu dengan dia sebelumnya, Valentino kembali berpihak kepada David. Sehingga dia menyampaikan informasi ini. "Lalu, bagaimana dengan anggota yang masih memihak kepada kita?" "Aku belum tahu pasti, Tuan. Tapi sepertinya mereka akan berada dalam ancaman kalau keadaan ini terus dibiarkan," David merenung beberapa saat. Kalau benar apa yang disampaikan oleh Daniel, maka situasi di Organisasi Naga Hitam sedang tidak baik-baik saja. Sebagian anggota itu sudah sangat banyak. Apalagi di markas pusat mereka setidaknya ada sepuluh ribu anggota. Belum lagi mereka yang berada di markas cabang lainnya. Kalau ditotal, seluruh anggota yang berada di satu provinsi saja mungkin mencapai ju
"Tentu saja tidak, Luna. Aku serius," kata David sambil menjawab dengan tersenyum. Dia kemudian duduk di sofa dan mulai membakar rokok. "Tapi ..., tapi kenapa mereka mau diperintah olehmu? Bukankah mereka adalah adalah orang-orang penting dengan jabatan tinggi, yang bahkan semua penduduk Kota Phoenix pun sangat menghormatinya?" Luna tidak habis pikir, mengapa orang-orang seperti Komisaris Jenderal Oscar dan Mayor Jenderal Freddy mau 'diperalat' oleh David? Wanita cantik itu tampak berdiri termenung untuk beberapa saat. Sepertinya Luna sedang memikirkan alasan dibalik hal tersebut. Ketika dia kebingungan, David terdengar bicara lagi. "Jangan lupakan siapa aku sebenarnya, Luna," ujarnya dengan santai. Kesadaran Luna seolah-olah baru kembali, setelah mendengar ucapan David, sekarang dia tidak terlalu penasaran.Tapi masih ada sesuatu yang mengganjal di hatinya, apakah status Dewa Iblis begitu menakutkan sehingga orang seperti Komisaris Jenderal Oscar dan Mayor Jenderal Freddy pun m
Perlu diketahui, Mayor Jenderal Freedy adalah orang yang berasal dari dunia militer ketentaraan. Di Kota Phoenix, ia memimpin setidaknya seribu tentara yang bertugas untuk menjaga keamanan kota dari berbagai macam ancaman yang dapat membahayakan. Semua orang di Kota Phoenix sangat menghormatinya, sama seperti mereka menghormati Komisaris Jenderal Oscar. Bahkan mungkin lebih dari itu. Karena alasan itulah para pengunjung tadi merasa takut sekaligus hormat kepada dua sosok tersebut. Namun tanpa sepengetahuan banyak orang, di hadapan David Smith, yang terjadi justru adalah sebaliknya. Bukannya David yang menghormati mereka, melainkan mereka yang sangat menghormati David. "Tuan, ada keperluan apa sehingga kamu mengundang kami kemari?" tanya Mayjen Freedy sudah tidak bisa menahan rasa penasaran. Sejak kedatangannya hingga saat ini, Mayjen Freedy sangat jarang memberikan senyuman. Berbeda dengan Komisaris Jenderal Oscar yang lebih sering tersenyum simpul ketika berbicara.
"Tenang saja, Luna. Malam nanti aku akan bertemu dengan teman lama. Kamu tidak perlu khawatir," ujar David berusaha menenangkan Luna. Dia kemudian menyuruhnya untuk masuk lebih dulu ke mobil. Sedangkan David memanggil para security yang masih bersembunyi di sana. Mendengar David memanggilnya, mereka buru-buru menghampiri dengan rasa campur aduk. "Ada apa, Tuan?" tanya salah satu security dengan rasa takut dan penuh hormat. "Singkirkan mayat-mayat ini ke tempat aman. Bereskan semuanya secepat mungkin. Satu lagi, jangan sampai ada orang luar yang mengetahui tentang kejadian di sini. Kalau sampai ada yang tahu, aku rasa kalian sudah mengerti apa akibatnya," David bicara dengan nada datar. Ekspresi wajahnya tampak begitu dingin. Hal itu membuat semua security lebih ketakutan. "Baik, Tuan. Kami mengerti," jawab mereka secara bersamaan. "Bagus. Kerjakan sekarang juga!" Security itu mengangguk. Mereka langsung melaksanakan perintah yang telah diberikan oleh David. Setelah itu dia sen