David Smith mengerutkan kening seraya menanti apa yang akan Jordan Nelson tunjukkan kepadanya.
Jordan Nelson kemudian mengeluarkan sebuah kartu kredit warna hitam dari saku jas yang dia kenakan. "Terimalah kartu kredit ini, Tuan. Di dalamnya ada uang sebanyak tiga ratus miliar dollar," "Aku tidak butuh, Jordan," kata David menolak dengan cepat. "Tuan Dewa Iblis, tolong terimalah, jangan menolak," "Apakah ucapanku kurang jelas?" David berbicara dengan nada dingin sambil memicingkan matanya. Jordan Nelson menjadi merasa serba salah. Tapi, dia masih tetap berusaha supaya David mau menerima kartu kredit tersebut. "Tapi, Tuan Dewa Iblis, kartu ini sebenarnya bukan milikku. Seseorang telah menitipkannya kepadaku supaya memberikannya kepadamu," ucap Jordan memberikan sedikit penjelasan. "Siapa seseorang yang kau maksud?" "Aku tidak bisa menyebutkannya, Tuan. Tapi kalau Tuan mau menerima kartu kredit ini, maka dalam waktu dekat, orang tersebut pasti akan segera menemuimu," David Smith menampilkan ekspresi bingung. Dia pun merasa penasaran terkait siapakah orang yang dimaksud oleh Jordan Nelson. "Baiklah, aku akan menerimanya. Satu hal lagi, kuharap kejadian seperti hari ini tidak akan terulang lagi di kemudian hari!" "Tentu, Tuan Smith, tentu. Aku mengerti akan hal tersebut. Kalau anakku kurang ajar lagi, maka Tuan bebas melakukan apa saja kepadanya," Walaupun sebenarnya dia tidak rela jika hal itu benar-benar terjadi, tapi Jordan Nelson sadar bahwa dirinya tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Di satu sisi, dia pun sadar dengan siapakah ia berhadapan saat ini. "Bagus. Kalau begitu, aku pergi dulu," David Smith langsung membalikkan tubuh dan berjalan meninggalkan Jordan Nelson. "Tuan, apakah kau akan pulang dengan berjalan kaki?" tanyanya merasa terkejut saat melihat David tetap berjalan. "Ya, apakah ada yang salah?" "Tentu saja. Kau tidak boleh berjalan kaki, Tuan Dewa Iblis. Aku akan mengantarkanmu sampai ke rumah," Tanpa menunggu jawaban dari David Smith, Jordan Nelson langsung segera kembali dan membawa sebuah mobil mewah miliknya. Begitu tiba di sisi David, dia segera turun dari mobil dan langsung membukakan pintu. "Mari, Tuan, silahkan masuk," David Smith terdiam. Dia terlihat bimbang dengan tawaran tersebut. "Jangan khawatir, Tuan Smith. Tidak ada orang lain yang tahu tentang hal ini," kata Jordan cukup mengerti perasaan David. "Baiklah," David menjawab singkat. Kemudian dia langsung masuk ke dalam mobil. Beberapa saat kemudian, tanpa terasa mobil yang dikendarai oleh Jordan sudah hampir tiba di dekat rumah David. "Berhenti di sini, Jordan," katanya tiba-tiba. "Mengapa Tuan Dewa Iblis meminta berhenti di sini? Memangnya, rumahnya sudah dekat?" "Ya, lumayan dekat," "Kalau begitu, biar aku antarkan Tuan sampai ke depan rumah," "Tidak boleh," tegas David menolak. "Kenapa?" "Karena aku tidak ingin istriku tahu semuanya," "Baiklah," jawab Jordan seraya menghentikan mobilnya. Ketika sudah berhenti, David langsung turun dari mobil hitam mewah itu. "Terima kasih, Jordan," "Tuan tidak perlu mengucapkan kata-kata itu. Semua ini sudah menjadi kewajibanku," katanya penuh hormat. David Smith hanya mengangguk. Tanpa berkata apapun lagi dia langsung pergi meninggalkan Jordan. Setelah sampai di rumah, David segera membukakan pintu. Kebetulan, saat pintunya tidak terkunci. "Luna, kau belum tidur?" David Smith cukup terkejut ketika melihat Luna yang sedang duduk di ruang tamu. "Aku tidak bisa tidur," jawab Luna dengan singkat. "Mengapa, istriku?" tanyan David lebih lanjut sambil mendekat ke arahnya. "Mengapa, katamu? Kau bahkan masih berani bertanya seperti itu? Apakah kau sedang pura-pura tidak tahu, atau memang kau ini tidak punya otak?" Kemarahan Luna langsung meluap. Bahkan pada saat berbicara seperti itu, dia segera bangkit berdiri dan menunjuk ke wajah suaminya. Melihat sikap sekaligus mendengar ucapan Luna, David segera sadar bahwa dia telah salah bicara. Firasatnya mengatakan bahwa sesuatu yang tak diinginkan, sebentar lagi pasti akan terjadi. Dan ternyata benar. Apa yang dia takutkan langsung terbukti. "David, kau ini benar-benar manusia yang tidak berguna. Apakah kau tahu, apa yang telah kau lakukan saat di acara itu? Kau telah menghancurkan segalanya," Luna mulai mengomel. Kemarahannya benar-benar meluap. Sepertinya, Luna sudah menunggu momen seperti ini sejak tadi sehingga dia bisa melampiaskan semuanya kepada David. "Memangnya apa yang telah aku lakukan di acara pernikahan tersebut?" David bertanya dengan santai. Meskipun istrinya sudah marah besar, tapi dia tetap menghadapinya dengan tenang dan penuh kesabaran. "Astaga, Tuhan. Mengapa aku harus menikah dengan manusia bodoh yang tidak punya otak seperti dia?" Luna berkata dengan kesal sambil mengepalkan kedua lengannya. Setelah berhenti sebentar, Luna segera melanjutkan lagi bicaranya. "David, apa yang kau lakukan itu benar-benar memalukan sekali. Kau bukan hanya membuat malu diriku, kau bahkan telah menjatuhkan harga diri Keluarga George di depan banyak orang," "Setelah kejadian ini, pasti orang-orang akan memandang rendah keluargaku. Nenek dan yang lain juga pasti akan segera mendengar kabarnya. Jika hal itu benar-benar terjadi, apakah kau tahu apa yang akan menimpa diriku?" "Luna, tenangkan dulu dirimu. Bicaralah dengan santai dan jelaskan mengapa kau bisa marah-marah seperti ini?" "David Smith si manusia tidak berguna! Dengan kondisiku saat ini, bagaimana mungkin aku bisa tenang?" Nada bicara Luna semakin meninggi. Dia tampak seperti orang yang kehilangan kesadarannya. "Luna, dengarlah, apa yang kau takutkan itu sebenarnya tidak pernah terjadi. Aku tidak sampai bersujud di bawah kaki Willie Nelson, yang terjadi di sana bahkan adalah sebaliknya," ucap David menjelaskan kejadian yang sesungguhnya. "Omong kosong! Dasar pria miskin! Kau pikir, aku akan percaya dengan kata-katamu itu? Tidak, pecundang. Aku tidak akan percaya," "Luna, percayalah. Semua ucapanku itu bukan omong kosong. Aku serius," kata David berusaha meyakinkan Luna George yang saat itu sudah mulai menangis karena memikirkan nasibnya. "Diam!" Luna berteriak semakin keras. Emosinya sudah tidak bisa dikendalikan lagi. "Gara-gara apa yang kau lakukan itu, aku pasti akan menjadi bahan pembicaraan di kantor. Semua orang akan menghina dan mencemoohku," Luna sudah tidak tahu harus berbuat apa lagi. Dia yakin, apa yang ditakutkan olehnya, pasti akan segera terjadi. Kalau hanya menyangkut dirinya, mungkin dia masih bisa tenang. Tapi, apa yang menimpanya sekarang menyangkut semua Keluarga George. Orang yang tidak tahu apa-apa sekali pun, pasti akan terkena imbasnya. "Semua ini gara-gara kau, David! Kau yang telah menghancurkan hidupku. Kau juga yang telah menjatuhkan harga diri keluargaku di depan semua orang," Luna kembali mengulangi ucapannya. Sungguh, dia sangat benci kepada pria yang berdiri tenang di depannya itu. Luna tidak habis pikir, mengapa di dunia ini ada manusia seperti David? "Luna, aku sudah mengatakan semuanya dengan jujur. Percayalah, apa yang kau takutkan itu tidak akan pernah terjadi. Aku berani menjamin," "Pergi, David! Pergi dari hadapanku!" kata Luna sambil memberi isyarat supaya David segera pergi dari tempatnya.David hanya bisa menghela nafas berat. Melihat sikap Luna yang sudah sulit untuk diajak bicara, maka dia tidak berani memaksa lagi. David Smith segera pergi ke belakang meninggalkan Luna yang sedang diliputi amarah. Keesokan harinya, Luna bangun sebelum matahari pagi muncul di ufuk sebelah barat. Dia segera mempersiapkan dirinya untuk berangkat ke kantor secepat mungkin. "Aku harus berangkat lebih awal dari yang lain," gumamnya kepada diri sendiri. Setelah selesai mempersiapkan diri, Luna segera sarapan. Tidak lama setelah itu dia langsung mengambil kunci mobil. "Luna, tumben kau berangkat pagi-pagi sekali. Apakah di kantormu ada acara?" tanya David Smith yang tiba-tiba muncul dari sudut ruangan. "Itu bukan urusanmu," kata Luna menjawab dengan nada ketus. Dia tidak lagi menghiraukan pria yang tidak berguna itu. Luna segera pergi bahkan tanpa berpamitan kepada David. "Sepertinya dia masih marah kepadaku," gumam David seraya memandangi punggung Luna George. Beberapa waktu kemudi
"Tiga tahun belakangan, ada beberapa organisasi serupa yang tiba-tiba muncul. Mereka berusaha untuk merebut bisnis yang sudah kita jalani selama ini. Masing-masing dari organisasi itu juga mempunyai nama dan pengaruh yang cukup besar, sehingga semua petinggi di Organisasi Naga Hitam yakin bahwa jika dibiarkan, maka mereka akan menjadi masalah bagi kita," "Hal ini bukan cuma prediksi belaka, bahkan beberapa waktu lalu, ada salah satu dari mereka yang secara sengaja merebut lahan bisnis kita. Untung saja hal ini segera diketahui sehingga bisa diatasi dengan cepat," kata Daniel menceritakan kejadian di organisasi secara singkat. David Smith mengangguk beberapa kali. Dia juga cukup mengerti tentang hal ini. Bahkan jauh-jauh hari, dirinya sudah memprediksi bahwa hal seperti ini pasti akan terjadi. "Sebenarnya, sejak lama aku sudah menebak bahwa hal ini akan menimpa kita. Aku sudah memberitahu para petinggi Organisasi Naga Hitam, tapi yang percaya dengan ucapanku hanya sedikit. Mungkin k
"Hahaha ... kau ini benar-benar wanita yang bodoh, Luna. Ternyata sangat mudah menipu dirimu. Aku tidak menyangka akan hal ini," Sebuah suara yang telah dikenalinya tiba-tiba muncul dari sudut lain. Sesaat berikutnya, begitu Luna menoleh, ia segera melihat ada Willie yang sedang berjalan dengan angkuh. Di kanan kirinya ada dua orang pria bertubuh tinggi. Sepertinya mereka adalah pengawal yang sengaja dibawa Willie.Luna sontak terkejut karena tidak menyangka dengan kejadian ini. "Willie ..." ia bergumam perlahan karena saking kagetnya. "Kenapa? Apakah kau kaget, Nona George?" tanya Willie sambil tersenyum sinis. Luna tidak menjawab. Dia hanya menatap Willie dengan perasaan berkecamuk. "Luna, kau harus ingat bahwa malam ini, aku tidak akan membiarkanmu pergi!" ucap Willie dengan nada mengancam."Willie, apa maksudmu?" Luna masih belum mengerti sepenuhnya dengan ucapan anak dari Jordan Nelson tersebut. "Tidak perlu banyak tanya lagi. Sekarang juga, kau harus mau mencium kakiku! A
Willie tidak percaya dengan ancaman yang diberikan oleh David. Dia justru malah tersenyum sinis dan menganggap bahwa itu adalah sebuah lelucon. Dalam waktu yang bersamaan, Luna pun tidak mempercayai semua ucapan David. Dia tetap bersikeras ingin meminta maaf dan berlutut di bawah kaki David. "Luna, tolong percayalah kepadaku kali ini saja. Aku pastikan bahwa Willie akan segera menerima akibatnya," kata David yang masih mencoba untuk membuat Luna percaya. "Tidak, David!" Luna menolak keras-keras ucapan David. "Aku tetap akan berlutut. Sebenarnya aku sendiri tidak sudi, tapi, semua ini kulakukan demi melindungi Keluarga George," Luna hanya bisa menahan kesal ketika berkata demikian. Kalau bukan demi keluarga besarnya, niscaya dia tidak akan mau melakukan perintah tersebut. Tapi setelah dipikir-pikir, dia lebih memilih mengorbankan harga dirinya, daripada harus mengorbankan keluarganya. "Luna, mengapa kau keras kepala sekali?" tanya David sambil sedikit mengeluh. "Sejak kecil aku
"Tidak, Ayah. Aku tidak tahu siapa dia sebenarnya. Aku hanya tahu bahwa David adalah suami dari Luna George dan dia seorang pria miskin yang tidak berguna," jawab Willie sambil menundukkan kepalanya. "Bodoh! Benar-benar anak bodoh!" Jordan kembali memaki Willie karena saking marahnya kepada sang anak. "Dia itu adalah seseorang yang sedang menyamar. Apa yang kau lihat selama ini, itu tidak sesederhana seperti apa yang ada dalam pikiranmu," Willie langsung tertegun setelah mendengar ucapan ayahnya. Seketika dirinya khawatir. Benarkah David adalah seseorang yang sedang menyamar? Benarkah ddia telah salah menyinggung orang? Suasana di sana hening untuk sesaat. Setelah bisa menguasai diri, Jordan segera bercerita. "Dia itu sebenarnya merupakan orang yang paling disegani. Tuan David adalah Ketua dari sebuah organisasi terbesar yang sangat ditakuti. Jangankan aku, bahkan para pejabat sendiri merasa sungkan kalau mendengar namanya," "Setiap ucapannya adalah perintah! Dia tidak berbeda
"Aku masih ingat semaunya, Tuan," "Bagus. Kalau begitu, coba kau praktekkan sekarang juga!" Willie tersentak. Dia mengangkat wajahnya untuk sesat. Namun tanpa berkata sepatah kata pun, Willie langsung kembali bersujud dan bahkan benar-benar mencium kaki David Smith. Suami dari Luna George itu tersenyum simpul saat melihat apa yang dilakukan oleh Willie. 'Rupanya dia tidak main-main. Sepertinya Jordan telah menceritakan siapa aku,' batin David Smith sambil memperhatikan Willie. Sementara itu, setelah Willie selesai melakukan 'tugasnya', maka dengan segera David menyuruhnya untuk berdiri."Kali ini aku akan memaafkanmu, Willie. Tapi kalau di lain hari kau melakukan hal yang sama lagi, maka jangan pernah berharap bahwa aku akan memberikan maaf untuk kedua kalinya," ucap David tanpa ekspresi. Selesai berkata seperti itu, dia pun langsung pergi dari restoran tanpa menghiraukan Willie Nelson dan para pengunjung yang sejak tadi melihat kejadian tersebut. Waktu berganti pagi. Luna suda
Pintu ruangan tiba-tiba terbuka. Selanjutnya segera terlihat ada seorang wanita muda yang berjalan masuk dengan langkah perlahan. Langkah wanita itu sangat mantap. Wajahnya pun cantik. Sayangnya, kecantikan tersebut seakan tertutup oleh keangkuhannya. "Saras, kau ... "Luna George sangat terkejut setelah tahu bahwa orang yang datang itu adalah Saras. Suami dari Willie Nelson yang selama ini mempunyai masalah dengan dirinya. "Kenapa? Apakah kau terkejut, Luna George?" Luna tidak bisa menjawab. Dia benar-benar terkejut setengah mati. Begitu juga dengan Manager Luis sendiri. Setelah ia melihat kemunculan Saras, dirinya tidak tahu lagi harus berkata apa.Manager Luis kemudian bangkit berdiri dan segera mempersilahkan Saras duduk di kursi yang sebelumnya ia duduki. Saras lalu berjalan dan duduk di kursi yang sudah disediakan. Terhadap keterkejutan Luna, dia sama sekali tidak heran. Malah dirinya merasa sangat senang. "Kau pasti tidak menyangka bukan, kalau aku adalah Direktur Utama d
"Tentu saja. Memangnya kau masih punya masalah dengan Saras yang lain?" kata Luna George terlihat sangat gemas kepada David Smith. Dia sungguh tidak habis pikir, mengapa di dunia ini ada manusia sebodoh dan sepolos David Smith? "Jadi maksudmu, Saras itu adalah ..." "Direktur Utama di perusahaan tempat aku bekerja. Dan secara tiba-tiba saja dia memecatku," ucapnya memotong perkataan David Smith. "Sekarang kau mengerti, bukan, kenapa Saras melakukan ini kepadaku?" "Itu karena kita mempunyai masalah dengannya," "Benar. Dan ini semua gara-gara kamu, David. Gara-gara kamu!" Kekesalan dan kemarahan Luna George semakin meluap. Dia tidak harus berbuat apa menghadapi situasi semacam ini."Coba kalau saat itu kau tidak ikut menghadiri pesta pernikahan mereka. Atau kalau saat itu kau menuruti permintaan mereka berdua, mungkin hal seperti ini tidak akan pernah terjadi," Kalau membayangkan peristiwa itu, Luna benar-benar marah. Dia marah kepada Willie Nelson dan Saras Albert, dia pun marah
"Seseorang yang namanya sudah terkenal di kota ini. Dia adalah Alex, menurut berita yang sempat aku dengar, sekarang Alex tidak bekerja kepada siapa pun. Maka aku akan mengundang dan mengajaknya bergabung di perusahaan kita untuk menjadi kepala keamanan," "Luna, jika demikian maka kau akan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Bukankah itu hanya membuang-buang uang? Kalau kau perlu, aku juga bisa menjadi kepala keamanan di perusahaan ini," "Tidak, David!" Luna menggelengkan kepalanya. "Kau tidak akan mampu melakukannya," Walaupun sudah melihat bagaimana kemampuan David dalam menghadapi orang-orang tadi, tetapi Luna belum percaya sepenuhnya. Dia menganggap bahwa itu semua hanya keberuntungan saja. Luna tidak yakin kalau harus menjadikan David sebagai kepala keamanan. "Baiklah. Terserah kau saja," ucap David tidak ambil pusing. "Kalau ingin bekerja, bagaimana jika kau menjadi sopir pribadiku saja?" "Setuju!" jawab David dengan cepat. Dia tidak perlu berpikir lagi. Sebab dengan
Tiba-tiba suara seseorang terdengar jelas di telinga. Luna dan yang lainnya langsung menengok ke arah suara tersebut. Suara itu berasal dari parkiran. Tidak lama kemudian, tampak ada orang yang keluar dari dalam mobil Bugatti La Voiture Noire.David! Orang itu adalah David Smith! Ia mengenakan jas serba hitam layaknya seorang bodyguard. David berjalan dengan langkah tenang, dia segera menghampiri Luna tanpa melirik sekejap pun ke arah tujuh anggota Organisasi Phyton. "Ada masalah apa, Luna?" tanyanya langsung ke pokok persoalan. "Mereka telah berani membuat masalah di sini, David," "Siapa orang-orang ini?" tanya David sambil memandang mereka. "Mereka adalah anggota dari Organisasi Phyton," "Organisasi Phyton?" David mengerutkan kening. Dia merasa asing dengan organisasi tersebut. "Benar. Itu adalah organisasi yang berkuasa di Kota Phoenix. Sebelum dibeli dan dibangun oleh Keluarga Albert, tempat ini dulunya juga termasuk ke dalam kawasan kekuasaan mereka," Jasmine tiba-tiba b
"Kami anggota Organisasi Phyton, datang kemari karena ingin menagih uang keamanan," kata salah seorang dari mereka yang berada di posisi tengah."Uang keamanan?" Luna mengerutkan kening. Dia tidak menyangka kalau orang-orang tersebut datang hanya untuk meminta uang. "Mengapa aku harus memberi kalian uang keamanan? Bukankah keadaan di sini aman-aman saja?" Luna bicara dengan lancar. Dia tidak merasa takut sedikit pun. "Aku rasa, aku tidak perlu memberikan kalian uang keamanan itu,""Ini sudah kewajiban, Nona. Dulu, Kepala Keluarga Albert juga selalu memberi kami uang keamanan sebanyak satu kali dalam satu bulan," "Sebelum berkata lebih jauh, perkenalkan dulu siapa namamu," "Namaku Rio," jawabnya singkat. Luna mengangguk. Setelah itu dia berkata lagi, "Sekarang pemilik perusahaan ini bukan lagi Keluarga Albert," "Kami tahu. Bukankah pemiliknya adalah Nona sendiri? Berasal dari Keluarga George?" "Bagus jika kau sudah tahu tentang berita tersebut. Kalau begitu, silahkan pergi sekara
"Aku? Aku, ya, aku. Apakah gara-gara sudah membeli mobil Bugatti La Voiture Noire, kau jadi lupa siapa aku?" David menjawab pertanyaan Luna sambil tertawa. "David, apakah kau tidak mengerti maksud pertanyaanku?" David menggelengkan kepalanya. Dia berlagak bodoh sambil tetap menyetir mobil. "Aku ingin tahu bagaimana latar belakangmu, dan siapa kau sebenarnya? Apakah kau ini manusia yang luar biasa atau bukan?" "Bukankah kau pun sudah tahu siapa aku? Aku hanyalah pria miskin yang tidak berguna dan hanya bisa hidup karena menumpang di Keluarga George," jawab David seenaknya. Sebenarnya saat itu Luna ingin bicara lebih lanjut. Tapi dia sendiri bingung untuk memulai dari mana. Apa yang dikatakan oleh David, memang itulah yang terjadi selama ini. Bagaimana mungkin dia tidak mengetahui akan hal tersebut? Selama menikah dengan dirinya, Luna merasa bahwa David tidak pernah memberikan kontribusi apapun juga. Terutama sekali bagi Keluarga George. Kalau dibandingkan, David sangat berbeda
David kembali melemparkan senyuman sinis. Ronald terlihat sedikit bingung. Dia memandang ke arah mereka berdua secara bergiliran. "David, ayolah, jangan membuat masalah baru. Lebih baik kita pergi dari sini sekarang juga," kata Luna sedikit cemas. Luna tidak mau David membuat masalah lagi bagi dirinya. Masalah lama saja mungkin belum selesai. Sekarang, apakah benar akan ada masalah baru lagi yang menghampirinya? Oh Tuhan, mengapa nasib hidupku seburuk ini? Luna meratap dalam hatinya. "Tunggu dulu, Luna. Bukankah kau ingin mobil Bugatti La Voiture Noire ini?" "Iya, tapi nanti saja. Jangan sekarang," "Tidak, aku maunya sekarang," David menggelengkan kepalanya. Kemudian dia beralih memandang Ronald. "Di mana ruang pribadimu? Aku ingin bicara empat mata," Ronald sedikit terkejut. Awalnya dia tidak ingin membawa David ke ruangan pribadinya, tapi saat melihat tatapan mata David, tiba-tiba saja dia merasakan sesuatu yang aneh. Ia seperti tidak kuasa untuk menolak permintaan tersebut.
Sekitar jam sembilan, setelah David berhasil meyakinkan Luna bahwa dia akan mendapatkan mobil yang diinginkan, maka mereka berdua pun segera pergi ke showroom mobil di Kota Phoenix. David kembali menjadi sopirnya. Setelah beberapa saat kemudian, keduanya sudah tiba di showroom mobil terbesar dan terkenal di kota tersebut. Seorang sales wanita tampak berdiri di dekat pintu masuk. Melihat kedatangan Luna dan David, wanita itu segera menyambutnya. Namun sambutan tersebut tidak terlalu ramah. Hal itu mungkin karena dia melihat penampilan David yang biasa-biasa saja. "Pergilah dan cari mobil yang kamu sukai," Luna mengangguk. Ia segera berjalan untuk melihat-lihat. Sales wanita tadi mendampingi Luna dan membawanya ke tempat di mana mobil mewah tersedia. "Ini adalah koleksi mobil terbaik yang dijual oleh perusahaan kami. Tapi harga mobil yang ada di sini bisa dibilang sangat mahal, Nona," katanya memberitahu Luna. Luna hanya mengangguk. Dia tidak menjawab sama sekali. Luna kemudian b
Jason langsung berdiri ketika mendengar namanya disebut. "Aku," katanya dengan cepat. Buru-buru dia berjalan menghampiri wanita yang usianya masih sekitar dua puluhan tujuh tahun itu. "Oh, jadi kau yang bernama Jason Geraldo?" tanyanya memastikan lagi. "Benar," ia menganggukkan kepala. "Apakah Nona bernama Jasmine, Manager Hotel Apartemen Awan Merah?" "Ya, tidak salah," jawab wanita yang mengaku bernama Jasmine tersebut. "Senang bertemu dengan anda, Manager Jasmine," "Panggil saja Nona," ucapnya memotong. "Baik, Nona," Jason segera menuruti ucapannya tanpa banyak bicara. "Mari, silahkan duduk," Jason mempersilahkan Jasmine. Dia segera menarik kursi untuknya. Dia pengawal yang dibawa langsung mengikuti. Mereka berdiri tepat di belakang Jasmine. Setelah wanita itu duduk, Jason kembali menyuguhkan segelas bir dan beberapa makanan ringan. Jasmine langsung meminum dan mencicipi hidangan yang diberikan. Setelah perjamuan singkat dan perkenalan selesai, Jason selaku orang yang mera
"Cih, baru mendapat pencapaian seperti itu saja sudah sok sibuk," ucap Laura mencibir. "Lagi pula, belum tentu semua orang di Hotel Apartemen Awan Cerah mau menerima dia sebagai owner barunya," lanjut Alice. "Kurasa begitu. Karena aku yakin, menurut siapa pun, hal ini terlalu mustahil," lagi-lagi Joshua mengatakan hal yang sama seperti tadi. Hal tersebut tidak terlalu mengherankan. Seperti yang disebutkan sebelumnya, siapa pun dia, kalau tidak menyaksikan secara langsung, pasti orang itu tidak akan mempercayainya. "Kalian tenang saja. Setelah pertemuan ini selesai, kita akan mengadakan 'meeting'," ujar Jason dengar suara perlahan. Sementara itu, setelah mendengar jawaban Luna, Nyonya Agatha nampaknya tidak bisa berkata lebih lanjut lagi. Dia cukup mengerti akan maksud Luna. "Baiklah. Kalau kamu memang tidak bisa menginap di sini, Nenek tidak akan memaksa," katanya pasrah. "Yang terpenting, uang yang telah aku janjikan, sebelum kau bangun dari tidur, pasti akan masuk k
Ucapan Luna itu membuat setiap orang yang hadir merasa kaget. Sebab Luna yang saat ini seakan bukan Luna yang mereka kenal. Biasanya, Luna tetap acuh dan bertindak seolah-olah tidak tahu ketika David diperlakukan buruk oleh siapa pun. Tidak terkecuali dengan keluarganya sendiri. Tapi sekarang? Secara tiba-tiba dan tanpa pernah diduga, Luna justru membela David. Pria yang tidak berguna sama sekali itu. "Luna, apakah aku tidak salah dengar?" "Sejak kapan kau mau membela dia?" "Untuk apa kau membela benalu itu?" "Jangan-jangan, sekarang kau sudah mulai jatuh cinta kepadanya. Sehingga kau mau membela dia, iya, kan?" Berbagai macam omongan itu terdengar jelas oleh Luna. Dia segera menatap orang-orang tersebut. "Asal kalian tahu saja, aku membela David bukan karena apa-apa. Tetapi karena dia adalah suamiku. Meskipun dia tidak berguna, walaupun aku tidak mencintainya, tapi David tetap berperan sebagai suamiku yang sah," Luna menjawab semua pertanyaan itu dengan jawa