Share

Ibuku Memilih Murid dan Mengorbankanku
Ibuku Memilih Murid dan Mengorbankanku
Penulis: Sarisha

Bab 1

Sejak aku dapat mengingat sesuatu.

Ibuku sering membawaku pergi menemui ayahku.

Dia ingin menggunakan aku untuk menjerat ayahku.

"Hari itu cuma kecelakaan. Aku nggak ngerti kenapa kamu mau lahirkan anak ini tanpa sepengetahuanku!"

"Sekalipun dia lahir, aku nggak bakal akui dia!"

Ibuku mencubit lenganku dengan kuat hingga aku pun menangis kesakitan.

"Dia putrimu, kenapa kamu kejam sekali!"

"Kejam kamu! Kita nggak punya perasaan pada satu sama lain. Sekalipun kamu jerat aku pakai anak ini, kita nggak bakal bahagia. Aku nggak suka kamu!"

Penonton di sekitar terus bertambah.

Semuanya mulai mengkritik.

Ibuku seolah-olah tidak mendengar, dia berlutut di tanah.

Lalu, mencubitku sambil berseru, "Nggak guna, anak nggak guna!"

Tangisanku menjadi makin kuat.

Ayahku langsung berbalik pergi, dia melangkah secepat kilat.

Melihat situasi ini, ibuku berhenti mencubitku. Dia berdiri dan berjalan ke arah berlawanan.

Aku mengabaikan rasa sakit di lenganku dan segera mengejar ibuku.

Entah sejak kapan rasa cinta ibuku pada ayahku berubah menjadi kebencian.

Selama ini, ibuku selalu mengabaikanku, tetapi aku tetap mencintainya.

Pada hari ulang tahunnya, aku membelikannya sepasang anting-anting dari hasil memungut barang bekas.

Aku membuka pintu dengan penuh semangat.

Ruang tamu dipenuhi dengan murid-murid ibuku.

Dia melirikku sambil berkata dengan nada dingin, "Masuk ke kamarmu, jangan ganggu mereka belajar."

Kemudian, dia menoleh ke arah siswa dan berkata dengan lembut, "Kita lanjut ke soal berikutnya."

Mataku memerah. Aku memberanikan diri untuk berseru, "Ibu! Ibu!"

Aku berseru beberapa kali, tetapi tidak mendapatkan tanggapan dari ibuku.

Tatapan murid-muridnya tertuju padaku.

Ibuku menoleh ke arahku. "Kenapa teriak-teriak! Sudah kubilang, waktu aku ngajar, jangan ganggu aku! Aku bukan ibumu! Panggil aku Bu Laura!"

Air mata menggenang di mataku. Aku meletakkan kotak hadiah di tanganku dan berlari memasuki keluar.

Ketika aku keluar, kotak hadiah sudah berada di dalam tempat sampah.

Permukaan kotak dilapisi debu.

Tanpa pikir panjang, aku langsung mengulurkan tangan untuk mengambil kotak hadiah itu.

Aku membersihkan debu di atas kotak dengan hati-hati.

Bagian penutup kotak hadiah masih utuh, tidak ada tanda-tanda pernah dibuka.

Kartu kecil di dalam kotak yang bertuliskan "Selamat Ulang Tahun, Ibu. Aku mencintaimu", bagaikan lelucon.

Aku menyimpan barang yang tidak diinginkan ini.

Awalnya, aku masih membohongi diri sendiri bahwa ibuku lupa bahwa hari ini adalah hari ulang tahunnya.

Akan tetapi, ketika aku membuka Instagram, aku langsung melihat foto yang diposting ibuku.

Dalam foto tersebut, ibuku duduk di antara para murid. Dia memakai anting yang modelnya sama persis dengan anting pemberianku sambil tersenyum bahagia.

Dia menambahkan kutipan. "Sekelompok anak muda ini sungguh mengharukan! Semuanya ingat hari ulang tahunku."

Ternyata dia tidak membenci hadiah murah.

Hanya saja, dia tidak menyukai pemberianku.

Aku dan ibuku tidak dekat.

Wajar kalau dia melupakan hari ulang tahunku.

Namun, ketika aku pulang dengan membawa kue, aku melihat meja dipenuhi dengan berbagai hidangan.

Mataku memerah. Ternyata ibuku ingat, hari ini adalah hari ulang tahunku.

Ibuku mencintaiku.

Detik berikutnya, murid kesayangannya, Jason Louis keluar dari ruang tamu.

Ibuku juga keluar dari dapur dengan membawa sepiring udang gala. Dia melihat kue di tanganku.

"Kok kamu tahu hari ini mau rayakan Jason dapat juara pertama di kompetisi Fisika?"

Ternyata bukan untuk merayakan ulang tahunku, melainkan untuk merayakan Jason memenangkan juara pertama dalam kompetisi Fisika dan Matematika.

Ternyata mendapatkan juara pertama adalah sesuatu yang patut dirayakan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status