Share

Bab 2

Author: Sarisha
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
Namun, aku tidak mendapatkan perlakuan seperti itu.

Ketika aku masih SD, sekolah mengadakan lomba Matematika dan aku menjadi juara umum.

Begitu mendapatkan sertifikat, aku langsung pulang ke rumah. Saking semangat, aku terjatuh. Namun, aku seolah-olah tidak kesakitan. Aku segera bangkit dan berlari pulang.

Aku menyerahkan sertifikat itu pada ibuku dan menyampaikan kabar gembira ini.

Ibuku hanya melirik sekilas, lalu merobek sertifikatku menjadi beberapa bagian.

"Kenapa kamu jago Matematika!"

"Kamu putriku, kok mirip sama dia!"

"Kamu mirip sama ayahmu pun, dia nggak bakal sayang kamu!"

"Kamu mau cari masalah sama aku? Bukannya belajar yang lain, malah belajar Matematika!"

Karena ayahku adalah guru Matematika.

Ibuku merobek semua barang-barangku yang berhubungan dengan Matematika.

Semua kertas ujian bernilai seratus dimasukkan ke tungku api dan berubah menjadi abu.

Ketika aku menangis, dia berkata dengan nada dingin, "Kamu memang bukan putriku, kamu putrinya."

Sejak hari itu, ibuku bukan lagi ibuku, melainkan Guru Laura.

Aku tidak berani menunjukkan keahlianku dalam bidang Matematika lagi.

Aku duduk di meja makan dengan canggung, seolah-olah tidak seharusnya berada di sini.

Ibuku meletakkan sayuran di depanku.

Dia mengupas udang untuk Jason dengan penuh kasih sayang.

"Juara harus makan lebih banyak."

Kata "juara" bagaikan pisau tumpul yang menancap jantungku dan dicabut kembali.

Aku mengambil sayuran di depanku dengan tidak berdaya. Tanpa sadar, aku melirik ke arah udang yang tertumpuk tinggi di piring Jason.

Mungkin karena tatapan iriku.

Jason meletakkan sepotong udang yang dikupas ibuku ke piringku.

Namun, ibuku mengambilnya kembali.

"Dia bodoh, nggak butuh protein. Beberapa hari ini, kamu sudah kerja keras, makan lebih banyak."

Aku menundukkan kepalaku dan menyendok nasi di piringku. Air mata otomatis mengalir ke butiran nasi.

Cita rasa makanan yang masuk ke dalamku terasa sangat pahit, seolah-olah nasi ini sudah dibumbui.

Ketika aku membuka kotak kue, semuanya menatapku.

Aku berharap kue ulang tahun ini akan mengingatkan ibuku bahwa hari ini adalah hari ulang tahunku.

Berharap adalah akar dari kekecewaan. Jadi, aku tidak berani terlalu berharap.

Namun, detik berikutnya, ibuku mengerutkan kening. "Kenapa kamu beli kue ulang tahun? Hari ini siapa ulang tahun? Dasar bodoh!"

Dibandingkan denganku, mungkin dia lebih berharap aku tidak pernah dilahirkan di dunia ini.

"Jason, seingat Bu Laura, ulang tahunmu masih sebulan, 'kan? Bu Laura rayakan ulang tahunmu lebih awal. Jason, selamat ulang tahun!"

Suara di telingaku meredup, tetapi penglihatanku menjadi makin jelas.

Dia memakaikan topi ulang tahun pada Jason, tetapi gerakannya agak kaku.

Kemudian, dia menyuruh Jason memejamkan mata dan membuat permohonan.

Lilin berbentuk angka 17 dinyalakan.

Aku diam-diam mengucapkan selamat ulang tahun pada diriku sendiri.

Aku berharap ibuku lebih menyayangiku.

Jason membuka matanya. "Ayo tiup lilin."

Aku menolak. Karena aku tahu keinginanku tidak akan terkabul.

Meskipun kue itu hanya seukuran telapak tangan, Jason tetap ingin membagikannya padaku, tetapi dihentikan oleh ibuku.

"Kue ini buat rayakan kemenanganmu. Ukurannya cuma segini, kamu bagi ke dia, kamu makan apa?"

Aku berusaha untuk tersenyum. "Kalian makan saja, aku nggak suka makan kue."

Tidak ada yang tahu, kue seukuran telapak tangan itu adalah hasil memungut barang bekas selama satu semester.

Karena ibuku tidak menyukaiku, dia tidak terlalu peduli dengan kehidupanku.

Dia hanya mengisi ulang kartu makanku di kantin dan tidak memberiku uang jajan.

Dia mengisi ulang saldo berdasarkan harga makanan di kantin guru.

Namun, harga makanan di kantin guru berbeda dengan harga makanan di kantin siswa, bahkan jauh lebih murah.

Berdasarkan anggaran ibuku, aku bahkan tidak sanggup membeli paket bento termurah.

Bibi kantin mengasihaniku. Dia selalu memberiku sayuran dengan harga rendah dan sering menambahkan beberapa potong daging di piringku.

Related chapters

  • Ibuku Memilih Murid dan Mengorbankanku   Bab 3

    Mungkin anak yang tidak diinginkan harus lebih berusaha untuk bertahan hidup.Hubunganku dengan ibuku sepenuhnya hancur.Ketika Jason menyatakan cinta padaku.Dia berdiri di hadapanku dengan wajah memerah dan mengucapkan tiga kata dengan gugup. "Aku suka kamu."Aku ingin memanfaatkannya untuk mendapatkan perhatian ibuku.Namun, aku mengurungkan niatnya.Aku menolak Jason.Jason tidak menyerah.Dia makin sering datang ke rumahku.Bahkan memasukkan surat cinta ke kamarku.Hari itu, ketika aku pulang ke rumah, ibuku sudah menungguku dengan memegang surat cinta.Aku belum berbicara, tetapi ibuku langsung menamparku.Aku memegang wajahku dengan kebingungan.Surat cinta itu menghantam wajahku."Jason beda denganmu, dia harus masuk Universitas Bagari!""Ayahmu nggak urus kamu, aku juga nggak bisa urus kamu. Apalagi aku bukan wali kelasmu, kamu jual diri pun, bukan urusanku!""Tapi, kamu nggak boleh goda muridku!"Goda?Aku tidak mengerti kenapa ibuku mengucapkan hal seperti ini.Namun, aku ti

  • Ibuku Memilih Murid dan Mengorbankanku   Bab 4

    Tanganku yang hendak mengetuk pintu tergantung di udara.Sebenarnya, aku tahu Jason bukanlah pemicu masalah ini, melainkan ibuku.Mungkin ibuku sudah lama ingin putus hubungan denganku.Hanya saja, tidak menemukan alasan yang tepat.Sekarang, dengan adanya masalah Jason, dia bisa menyingkirkanku, sosok yang mengingatkannya pada masa lalu yang memalukan.Aku hanya mengambil kelinci yang terletak di dalam kotak.Ini adalah pemberian nenekku, satu-satunya mainanku.Dari semua barangku, ini satu-satunya barang baru.Satu-satunya barangku.Jelas-jelas, aku tahu ibuku tidak mencintaiku. Namun, sampai sekarang, aku tetap sakit hati.Jari-jariku menyentuh alis boneka kelinci.Aku diam-diam bersumpah, 'Selamanya, aku nggak bakal tinggalkan kelinciku.'Ia satu-satunya keluargaku di dunia ini.Mulai sekarang, aku cuma punya ia.Dua ratus ribu yang diberikan ayahku adalah satu-satunya tabunganku.Aku tidak rela memesan hotel dengan uang ini.Jadi, aku mencari warnet yang beroperasi 24 jam.Aku dud

  • Ibuku Memilih Murid dan Mengorbankanku   Bab 5

    Lemariku penuh dengan sampah.Aku menatap mereka, mereka mendelikku.Kemudian, mereka menyiram seember air dingin ke kepalaku.Ember itu menempel di kepalaku, mereka langsung memukulku."Siapa suruh kamu putrinya! Rasakan!"Ternyata semua murid yang disayangi ibuku membencinya.Aku hanya merasa konyol. Ibuku menganggap mereka sebagai anak kandung, tetapi ....Hampir semuanya adalah anak manja yang tidak pernah menderita.Berbeda denganku. Sejak kecil, bekerja keras untuk bertahan hidup, seperti anak yatim piatu.Mereka bukan tandinganku.Aku menyerang balik.Namun, aku ditangkap oleh pengurus asrama.Ibuku datang dengan tergesa-gesa.Begitu masuk, dia langsung menamparku."Siapa izinkan kamu sentuh muridku?"Para gadis yang rambutnya acak-acakan itu mendekati ibuku dengan ekspresi sedih."Bu Laura, kami mau bantu Cassie berkemas. Tak sangka, dia malah pukul kami ...."Sembari berbicara, mereka mulai menangis.Ibuku menatapku dengan marah.Aku tidak ingin menjelaskan.Ketika aku masih k

  • Ibuku Memilih Murid dan Mengorbankanku   Bab 6

    Setelah dimarahi bertahun-tahun, memangnya kenapa kalau aku melawan satu kali?Aku hanya ingin memenangkan perlombaan ini. Aku ingin menjadi juara di final dan bergabung dengan tim nasional.Aku ingin meninggalkan tempat ini dan pergi ke tempat seharusnya aku berada.Sepertinya Tuhan tidak pernah memihak padaku.Perlombaan diadakan di ibu kota.Perjalanan dari kabupaten menuju ibu kota memakan waktu lama.Sekalipun aku tidak pernah menggunakan uang dua ratus ribu yang diberikan ayahku, uang itu tidak cukup.Aku menyentuh liontin kalung yang terkait di leherku, ini adalah peninggalan nenekku.Sebelum meninggal, nenekku memberikan liontin ini padaku."Uang hasil tabungan Nenek ada di sini. Cassie, kelak, kalau kamu butuh uang, gadaikan saja. Jangan nggak rela. Sayangnya, Nenek nggak bisa lihat Cassie jadi pakar Matematika. Nenek pasti akan berkati Cassie di surga ...."Nenek ... Nenek ....Air mata membuat penglihatanku kabur.Aku terisak-isak.Genggamanku menjadi makin kuat.Saat itu, a

  • Ibuku Memilih Murid dan Mengorbankanku   Bab 7

    Aku bertanya dengan ragu, "Aku benaran menang?"Bu Siska mengangguk. "Selamat, Cassie. Kamu berhak mengikuti liga!"Berita itu segera menyebar ke seisi sekolah.Pada hari pertama kembali ke sekolah, ibuku menerjang masuk ke kelas. Dia mengabaikan guru yang sedang mengajar dan bertanya di depan semua murid."Nilai Matematika-mu cuma pas-pasan. Kasih tahu aku, kamu curang waktu ujian, 'kan!""Kalau ada masalah, boleh laporkan aku ke pihak penyelenggara."Guru yang sedang mengajar segera menasihati ibuku. "Curang apanya. Mungkin Cassie beruntung."Benar, bagaimana mungkin mereka percaya pada murid yang nilai Matematika-nya pas-pasan?"Cassie, kamu ini. Kabar gembira ini, bukannya kasih tahu ibumu. Kami tahu dari pihak sekolah, ibumu pasti marah.""Aku nggak mau akui anak yang berbuat curang!"Setelah pergi, ibuku langsung melaporkanku ke Biro Pendidikan.Aku tahu ibuku tidak akan berada di sisiku.Namun, aku tidak menyangka dia akan mencelakaiku.Kalau aku curang, dia akan dianggap pahlaw

  • Ibuku Memilih Murid dan Mengorbankanku   Bab 8

    Semuanya berhenti berlari dan menatap kami.Aku keluar dari kerumunan. Bagaimana mungkin ibuku mengizinkanku mempelajari Matematika dan melihatku menciptakan prestasi dalam bidang Matematika."Bu Laura, kamu lupa? Kamu yang usir aku dari rumah!""Anak dan ibu bertengkar itu hal wajar. Nanti juga berlalu, jangan cari masalah."Mundur selangkah untuk menekan lawan, ini adalah cara yang paling sering digunakan ibuku.Begitu mendengar ucapan ini, orang asing di sekitar mulai membujukku. Seolah-olah akulah yang mencari masalah dengan ibuku.Tidak ada yang tahu betapa sulitnya hidupku selama beberapa tahun ini.Tidak ada yang tahu bahwa ibuku hanya akan mengakuiku di saat seperti ini.Hanya saja, kali ini berbeda.Bu Siska yang sedang lari pagi bersama para murid mendekat dengan terengah-engah dan berhenti di depanku."Cassie, dasar nggak tahu terima kasih. Kukasih tahu, kalau hari ini kamu nggak pulang, jangan harap bisa ikut ujian masuk universitas!""Aku nggak bakal kasih kamu KTP-mu! Kam

  • Ibuku Memilih Murid dan Mengorbankanku   Bab 9

    Tanganku menjadi makin mati rasa.Aku berusaha untuk mendorong ibuku dan bergegas maju dengan terhuyung-huyung.Namun, karena kehilangan terlalu banyak darah, tubuhku menjadi lemas dan aku terjatuh ke tanah.Ibuku yang sedang memegang batu bata berjalan menghampiriku sambil tersenyum aneh.Ketika aku mengira tangan kananku akan patah, beberapa mahasiswa menyadari keberadaanku.Melihat situasi ini, ibuku menghentikan langkahnya. Dia menyalakan motornya dan pergi secepat kilat, seolah-olah semua ini tidak pernah terjadi.Mungkin Tuhan pun mengasihaniku. Para mahasiswa itu kebetulan adalah mahasiswa kedokteran.Ada yang membantuku menelepon ambulans dan ada yang memeriksa kondisiku.Tanganku terselamatkan.Namun, aku tidak bisa menggunakan tangan kananku untuk sementara waktu.Bu Siska bergegas datang. Melihat tangan kananku digips, matanya memerah, tetapi dia berusaha untuk menahan air matanya.Dia menghiburku. "Untung kamu baik-baik saja, untung kamu baik-baik saja ...."Saat dia menund

  • Ibuku Memilih Murid dan Mengorbankanku   Bab 10

    Setelah kompetisi berakhir, Bu Siska mengaturkan tempat tinggal yang hanya diketahui olehnya dan aku.Sistem pengajaran juga beralih ke sistem daring.Tidak boleh terjadi kesalahan lagi.Setelah kompetisi berakhir, cepat atau lambat, ibuku akan mengetahui bahwa aku kidal.Memang benar, di hari pengumuman hasil kompetisi.Para guru mengucapkan selamat pada ibuku.Tentu saja, ibuku tidak percaya."Sembarang ngomong, tangan kanan Cassie patah. Dia nggak bisa tulis, kamu salah lihat."Guru itu segera membawa ibuku pergi membandingkan hasil yang tertera di setiap sekolah."Salah lihat dari mana? Nggak sangka, anakmu itu genius."Tubuh ibuku bergetar, dia bergumam, "Nggak, nggak."Dia pergi temui Biro Pendidikan dan pihak penyelenggara lagi. Kali ini, dia menuduh Bu Siska menyuap pihak penyelenggara.Setelah diselidiki, Bu Siska terbukti tidak bersalah.Ibuku mengatakan bahwa mesin bermasalah.Staf sangat kesal pada ibuku."Apa ada ibu macam kamu? Nggak berharap putrimu sukses!"Setelah beru

Latest chapter

  • Ibuku Memilih Murid dan Mengorbankanku   Bab 12

    Bagaimana mungkin dia bisa menerima kenyataan bahwa alasannya membenciku selama bertahun-tahun hanyalah sebuah kesalahpahaman.Dalam sekejap, dia menua.Aku bertemu dengannya di bandara.Dia melihatku dari kejauhan.Aku berpura-pura tidak melihatnya dan berpamitan dengan Bu Siska.Tepatnya, Ibu Siska."Kota Bagari kering, harus pakai lebih banyak losion.""Nggak usah berhemat, sering-sering keluar sama teman-teman ...."Setelah Kelly datang, kami berpisah dengan enggan.Ketika aku kembali untuk mengunjungi Ibu Siska, aku bertemu ibuku lagi.Kali ini, aku akan pergi ke luar negeri untuk melangsungkan pertukaran pelajar.Aku takut Ibu Siska mengkhawatirkanku, jadi aku pulang untuk mengunjunginya.Beberapa tahun ini, aku mengikuti dosenku meneliti berbagai proyek dan menghasilkan banyak uang.Aku memasukkan kalung emas ke kotak keripik kentang.Mata Ibu Siska memerah.Kebetulan, aku melihat ibuku berdiri di dekat jendela.Dia jauh lebih kurus dan tua. Selain itu, dia tidak segalak dulu la

  • Ibuku Memilih Murid dan Mengorbankanku   Bab 11

    Ayahku duduk di ruang tamu dengan gugup. Dia terus menyeka keringat di tangannya ke celananya.Ini pertama kalinya aku melihat ayahku tersenyum ramah padaku.Begitu masuk, dia memberikan sekotak susu padaku."Cassie, ada yang ingin Ayah bicarkan sama kamu. Adikmu sangat buruk dalam pelajaran Matematika, aku mau minta kamu ajari dia. Kamu punya waktu, nggak?"Aku mengangkat mataku dengan kebingungan.Bukannya ayahku guru Matematika? Kenapa menyuruhku mengajar adikku?Ayahku menggaruk kepalanya dengan canggung."Kamu juga tahu, kalau diajari ayah sendiri, adikmu nggak bakal pintar. Aku nggak tega marahi dia."Aku tercengang.Ketika aku masih kecil, ayahku mengusirku keluar dengan sapu.Dia melemparku dengan batu dan mengucapkan berbagai kata kasar padaku.Aku tahu, sekalipun aku mendapatkan medali emas, ayahku tidak akan mengakui bahwa dirinya adalah ayahku.Bu Siska benar. Setelah mendapatkan medali emas, semua orang akan baik padaku.Aku menolak ayahku, mungkin karena kenangan buruk di

  • Ibuku Memilih Murid dan Mengorbankanku   Bab 10

    Setelah kompetisi berakhir, Bu Siska mengaturkan tempat tinggal yang hanya diketahui olehnya dan aku.Sistem pengajaran juga beralih ke sistem daring.Tidak boleh terjadi kesalahan lagi.Setelah kompetisi berakhir, cepat atau lambat, ibuku akan mengetahui bahwa aku kidal.Memang benar, di hari pengumuman hasil kompetisi.Para guru mengucapkan selamat pada ibuku.Tentu saja, ibuku tidak percaya."Sembarang ngomong, tangan kanan Cassie patah. Dia nggak bisa tulis, kamu salah lihat."Guru itu segera membawa ibuku pergi membandingkan hasil yang tertera di setiap sekolah."Salah lihat dari mana? Nggak sangka, anakmu itu genius."Tubuh ibuku bergetar, dia bergumam, "Nggak, nggak."Dia pergi temui Biro Pendidikan dan pihak penyelenggara lagi. Kali ini, dia menuduh Bu Siska menyuap pihak penyelenggara.Setelah diselidiki, Bu Siska terbukti tidak bersalah.Ibuku mengatakan bahwa mesin bermasalah.Staf sangat kesal pada ibuku."Apa ada ibu macam kamu? Nggak berharap putrimu sukses!"Setelah beru

  • Ibuku Memilih Murid dan Mengorbankanku   Bab 9

    Tanganku menjadi makin mati rasa.Aku berusaha untuk mendorong ibuku dan bergegas maju dengan terhuyung-huyung.Namun, karena kehilangan terlalu banyak darah, tubuhku menjadi lemas dan aku terjatuh ke tanah.Ibuku yang sedang memegang batu bata berjalan menghampiriku sambil tersenyum aneh.Ketika aku mengira tangan kananku akan patah, beberapa mahasiswa menyadari keberadaanku.Melihat situasi ini, ibuku menghentikan langkahnya. Dia menyalakan motornya dan pergi secepat kilat, seolah-olah semua ini tidak pernah terjadi.Mungkin Tuhan pun mengasihaniku. Para mahasiswa itu kebetulan adalah mahasiswa kedokteran.Ada yang membantuku menelepon ambulans dan ada yang memeriksa kondisiku.Tanganku terselamatkan.Namun, aku tidak bisa menggunakan tangan kananku untuk sementara waktu.Bu Siska bergegas datang. Melihat tangan kananku digips, matanya memerah, tetapi dia berusaha untuk menahan air matanya.Dia menghiburku. "Untung kamu baik-baik saja, untung kamu baik-baik saja ...."Saat dia menund

  • Ibuku Memilih Murid dan Mengorbankanku   Bab 8

    Semuanya berhenti berlari dan menatap kami.Aku keluar dari kerumunan. Bagaimana mungkin ibuku mengizinkanku mempelajari Matematika dan melihatku menciptakan prestasi dalam bidang Matematika."Bu Laura, kamu lupa? Kamu yang usir aku dari rumah!""Anak dan ibu bertengkar itu hal wajar. Nanti juga berlalu, jangan cari masalah."Mundur selangkah untuk menekan lawan, ini adalah cara yang paling sering digunakan ibuku.Begitu mendengar ucapan ini, orang asing di sekitar mulai membujukku. Seolah-olah akulah yang mencari masalah dengan ibuku.Tidak ada yang tahu betapa sulitnya hidupku selama beberapa tahun ini.Tidak ada yang tahu bahwa ibuku hanya akan mengakuiku di saat seperti ini.Hanya saja, kali ini berbeda.Bu Siska yang sedang lari pagi bersama para murid mendekat dengan terengah-engah dan berhenti di depanku."Cassie, dasar nggak tahu terima kasih. Kukasih tahu, kalau hari ini kamu nggak pulang, jangan harap bisa ikut ujian masuk universitas!""Aku nggak bakal kasih kamu KTP-mu! Kam

  • Ibuku Memilih Murid dan Mengorbankanku   Bab 7

    Aku bertanya dengan ragu, "Aku benaran menang?"Bu Siska mengangguk. "Selamat, Cassie. Kamu berhak mengikuti liga!"Berita itu segera menyebar ke seisi sekolah.Pada hari pertama kembali ke sekolah, ibuku menerjang masuk ke kelas. Dia mengabaikan guru yang sedang mengajar dan bertanya di depan semua murid."Nilai Matematika-mu cuma pas-pasan. Kasih tahu aku, kamu curang waktu ujian, 'kan!""Kalau ada masalah, boleh laporkan aku ke pihak penyelenggara."Guru yang sedang mengajar segera menasihati ibuku. "Curang apanya. Mungkin Cassie beruntung."Benar, bagaimana mungkin mereka percaya pada murid yang nilai Matematika-nya pas-pasan?"Cassie, kamu ini. Kabar gembira ini, bukannya kasih tahu ibumu. Kami tahu dari pihak sekolah, ibumu pasti marah.""Aku nggak mau akui anak yang berbuat curang!"Setelah pergi, ibuku langsung melaporkanku ke Biro Pendidikan.Aku tahu ibuku tidak akan berada di sisiku.Namun, aku tidak menyangka dia akan mencelakaiku.Kalau aku curang, dia akan dianggap pahlaw

  • Ibuku Memilih Murid dan Mengorbankanku   Bab 6

    Setelah dimarahi bertahun-tahun, memangnya kenapa kalau aku melawan satu kali?Aku hanya ingin memenangkan perlombaan ini. Aku ingin menjadi juara di final dan bergabung dengan tim nasional.Aku ingin meninggalkan tempat ini dan pergi ke tempat seharusnya aku berada.Sepertinya Tuhan tidak pernah memihak padaku.Perlombaan diadakan di ibu kota.Perjalanan dari kabupaten menuju ibu kota memakan waktu lama.Sekalipun aku tidak pernah menggunakan uang dua ratus ribu yang diberikan ayahku, uang itu tidak cukup.Aku menyentuh liontin kalung yang terkait di leherku, ini adalah peninggalan nenekku.Sebelum meninggal, nenekku memberikan liontin ini padaku."Uang hasil tabungan Nenek ada di sini. Cassie, kelak, kalau kamu butuh uang, gadaikan saja. Jangan nggak rela. Sayangnya, Nenek nggak bisa lihat Cassie jadi pakar Matematika. Nenek pasti akan berkati Cassie di surga ...."Nenek ... Nenek ....Air mata membuat penglihatanku kabur.Aku terisak-isak.Genggamanku menjadi makin kuat.Saat itu, a

  • Ibuku Memilih Murid dan Mengorbankanku   Bab 5

    Lemariku penuh dengan sampah.Aku menatap mereka, mereka mendelikku.Kemudian, mereka menyiram seember air dingin ke kepalaku.Ember itu menempel di kepalaku, mereka langsung memukulku."Siapa suruh kamu putrinya! Rasakan!"Ternyata semua murid yang disayangi ibuku membencinya.Aku hanya merasa konyol. Ibuku menganggap mereka sebagai anak kandung, tetapi ....Hampir semuanya adalah anak manja yang tidak pernah menderita.Berbeda denganku. Sejak kecil, bekerja keras untuk bertahan hidup, seperti anak yatim piatu.Mereka bukan tandinganku.Aku menyerang balik.Namun, aku ditangkap oleh pengurus asrama.Ibuku datang dengan tergesa-gesa.Begitu masuk, dia langsung menamparku."Siapa izinkan kamu sentuh muridku?"Para gadis yang rambutnya acak-acakan itu mendekati ibuku dengan ekspresi sedih."Bu Laura, kami mau bantu Cassie berkemas. Tak sangka, dia malah pukul kami ...."Sembari berbicara, mereka mulai menangis.Ibuku menatapku dengan marah.Aku tidak ingin menjelaskan.Ketika aku masih k

  • Ibuku Memilih Murid dan Mengorbankanku   Bab 4

    Tanganku yang hendak mengetuk pintu tergantung di udara.Sebenarnya, aku tahu Jason bukanlah pemicu masalah ini, melainkan ibuku.Mungkin ibuku sudah lama ingin putus hubungan denganku.Hanya saja, tidak menemukan alasan yang tepat.Sekarang, dengan adanya masalah Jason, dia bisa menyingkirkanku, sosok yang mengingatkannya pada masa lalu yang memalukan.Aku hanya mengambil kelinci yang terletak di dalam kotak.Ini adalah pemberian nenekku, satu-satunya mainanku.Dari semua barangku, ini satu-satunya barang baru.Satu-satunya barangku.Jelas-jelas, aku tahu ibuku tidak mencintaiku. Namun, sampai sekarang, aku tetap sakit hati.Jari-jariku menyentuh alis boneka kelinci.Aku diam-diam bersumpah, 'Selamanya, aku nggak bakal tinggalkan kelinciku.'Ia satu-satunya keluargaku di dunia ini.Mulai sekarang, aku cuma punya ia.Dua ratus ribu yang diberikan ayahku adalah satu-satunya tabunganku.Aku tidak rela memesan hotel dengan uang ini.Jadi, aku mencari warnet yang beroperasi 24 jam.Aku dud

DMCA.com Protection Status