Share

Bab 5

Stella pun mengangkat kepalanya dan melihat Shawn berdiri di hadapannya.

Dia tercengang sesaat, lalu bergegas menyapa Shawn. "Apa kabar, Tuan Shawn."

"Halo," jawab Shawn.

Shawn merapikan kacamatanya dan tersenyum pada Stella sambil berkata, "Lap keringatmu. Setelah bekerja selama ini, kamu pasti lelah, 'kan?"

"Nggak, kok. Terima kasih, Tuan Shawn ...."

Stella ragu-ragu sejenak, lalu mengulurkan tangannya dan menerima saputangan itu.

Saat dia mengangkat kepalanya dan melihat wajah pria yang tenang ini, dia tahu bahwa pria ini adalah orang yang bekerja di sisi Joshua. Dia pun merasa agak terkejut dengan perilaku pria ini dan tidak memahami maksud pria ini.

Setelah berpikir sejenak, dia bertanya, "Tuan Shawn ada perintah apa?"

Shawn tersenyum, tetapi dia tidak berani memberi Stella perintah apa pun.

Dia hanya berkata, "Nggak apa-apa, tapi kamu bisa pergi istirahat di ruang istirahat di samping sana. Biasanya, kalau sudah selesai bersih-bersih, kamu bisa pergi istirahat di sana."

Mendengar ucapan Shawn, mata Stella seketika berkilau. Dia pun berpikir, 'Perlakuan keluarga kaya terhadap pembantunya memang bagus sekali!'

Shawn menatapnya sambil tersenyum, lalu bertanya, "Aku sudah membaca data dirimu. Kamu orang kota, kenapa kamu pergi ke provinsi luar?"

Stella tercengang sesaat, lalu menjawab dengan agak canggung, "Tuan Shawn bahkan mengetahui hal kecil seperti ini, ya ...."

Shawn berkata dengan tenang, "Aku mengetahui hasil wawancara kalian, aku juga punya data dirimu, Keluarga Ford juga melakukan pemeriksaan latar belakang terhadap kalian."

Selain itu ....

Shawn memicingkan matanya. Namun, dia tidak mengatakan bahwa dia juga tahu bagaimana orang di hadapannya ini menerima pengumuman wawancara dan masuk ke tempat ini secara kebetulan ....

Stella tersenyum sambil berterima kasih pada Shawn, lalu pergi beristirahat.

Sambil melihat punggungnya, Shawn membuang napas dan merasa agak bersimpati padanya. Seseorang yang dulunya merupakan nona muda di Keluarga Norris malah bekerja sebagai pembantu ....

Shawn juga tidak tahu apakah Joshua masih memiliki pemikiran seperti itu atau tidak ....

Secara kebetulan, Jamila berjalan ke lantai atas. Dia melihat Shawn dan berjalan maju dengan ragu sambil berkata, "Nggak pernah ada orang baru yang naik ke lantai atas. Nona Stella ...."

Shawn menggelengkan kepalanya dan berkata, "Kata Tuan Joshua, dia hanya seorang pembantu."

"Aneh sekali. Sejak kapan Tuan Shawn begitu memedulikan pembantunya," kata Jamila.

Mendengar ucapan Jamila, Shawn menatapnya dengan tatapan yang tidak jelas artinya.

"Hal ini juga pernah terjadi ...."

Beberapa tahun yang lalu, Tuan juga pernah menyukai seseorang ....'

Shawn memikirkan hal ini, tetapi dia tidak mengucapkan apa pun.

...

Menjelang jam pulang kerja, Stella menerima panggilan putranya.

Anak laki-laki itu ingin makan kue. Kemarin, karena terlalu buru-buru, Stella tidak sempat membeli kue. Anak ini benar-benar mengingatnya hingga hari ini.

Stella jarang mendengar anaknya menginginkan apa pun, jadi dia tentu saja menyetujui untuk membelikan kue itu untuk anaknya.

Oleh karena itu, setelah pulang kerja, Stella langsung pergi ke toko kue di sekitar.

Pada malam hari.

Vila ini hening.

Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Joshua baru keluar dari ruangannya.

Dia langsung melihat koridor bersih yang dibersihkan wanita itu.

Sebersit cahaya melintas di mata pria ini yang gelap.

Kemudian, dia langsung berjalan ke lantai bawah.

Begitu dia keluar, dia langsung melihat Shawn yang menunggu di satu sisi. Shawn berkata dengan sopan, "Bos, 40 menit lagi, ada janji dengan Pak Ricky."

"Iya."

Joshua mengiakan ucapan Shawn sambil terus berjalan ke luar.

Saat dia berjalan melewati ruang tamu, dia berkata dengan cuek, "Suruh orang yang bertugas di lantai atas untuk mempersiapkan pakaianku."

Joshua sangat pemilih, jadi pakaian yang dia kenakan untuk bepergian ke luar tentu saja pakaian baru.

Shawn terkejut, tetapi dia langsung mengiakan perintah bosnya.

Sesaat kemudian, seorang pembantu membawakan setelan jas, lengkap dengan dasinya dengan penuh hormat. Namun, baru saja dia berjalan menghampiri Joshua, Joshua malah menatapnya dengan tatapan dingin.

Joshua berkata dengan kesal, "Memangnya aku menyuruhmu, ya?"

Pembantu itu seketika tercengang, lalu bergegas berkata dengan hati-hati, "Tuan ... Stella sudah pulang, jadi saya ...."

Namun, ekspresi pria ini menggelap.

"Sudah pulang?"

Joshua mengernyit, lalu menoleh dan menatap Jamila yang berjalan menghampirinya dengan terburu-buru. Jamila berkata, "Iya, Tuan. Stella sudah pulang kerja, jadi saya membiarkannya membawakan pakaian Anda .... Sepertinya Stella ada urusan, tadi saya lihat dia buru-buru."

Setelah berpikir sejenak, Jamila memberikan penjelasan ini pada Joshua.

Mendengar penjelasan Jamila, gerakan Joshua menerima jas itu berhenti.

Kemudian, dia mendengus dengan pelan dan berkata, "Memangnya ada urusan mendesak apa?"

Jamila tersenyum, lalu berkata, "Sepertinya ada yang menunggunya. Dia masih muda, jadi wajar saja kalau dia punya pacar ...."

Namun, sebelum dia bisa menyelesaikan ucapannya ....

Ekspresi Joshua tiba-tiba menjadi masam. Tatapannya juga seketika menggelap.

Tangannya yang memegang dasi juga langsung menjadi tegang.

"Apa katamu?" tanya Joshua.

Jamila seketika terkejut. Awalnya, dia masih ingin bercanda, tetapi ucapannya seketika tersangkut di tenggorokannya.

Apakah Joshua sedang marah?

Karena seorang pembantu?

...

Sebenarnya, Stella tidak memiliki pacar, tetapi memang ada anak laki-laki yang menunggunya.

Setibanya di rumah, dia memberikan kue itu pada putranya. Melihat putranya makan dengan senang, Stella merasa bahwa usahanya tidak sia-sia.

Melihat putranya yang tampan, entah mengapa, Stella teringat lagi akan wajah tampan pria itu ....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status