Share

Bab 7

Stella hanya berdiri diam di tempat, sedangkan semua pembantu yang menyaksikan adegan ini hanya menatapnya dengan tatapan penuh simpati.

Dia masih saja tidak mengerti apa yang terjadi. Dia membuka mulutnya untuk mengucapkan sesuatu, tetapi dia terdiam lagi.

Joshua menatap wanita ini dan langsung berseru, "Siapa yang bisa menyukaimu?!"

Mendengar ucapan ini, Stella bertanya dengan suara rendah, "Kenapa nggak bisa ...."

"Kamu melawan?"

Nada bicara pria ini sangat dingin.

"Nggak berani ..." jawab Stella dengan suara rendah.

Sebelum Stella bisa berpikir jauh, pria itu menatapnya sambil bertanya, "Kenapa kamu bekerja di sini?"

"Karena saya memerlukan pekerjaan, saya harus menghasilkan uang untuk menghidupi diri saya ...." Dan Brian. Stella tidak mengucapkan dua kata terakhir itu.

Kemudian, melihat ekspresi masam pria ini, Stella meminta maaf dengan ragu-ragu. "Maaf, Tuan Joshua. Saya tahu saya sudah bersalah. Tapi, bisakah Anda memberi saya sebuah kesempatan lagi? Saya pasti akan bekerja keras ...."

Stella mengucapkan kata-kata ini karena dia mengira bahwa nasibnya sudah berakhir.

Namun, Joshua malah tiba-tiba berdiri dan berkata, "Hari ini, bersih-bersih dengan baik! Kalau ada satu tempat saja yang nggak bersih, gajimu akan dipotong! Setelah itu, kamu akan langsung dipecat!"

Seusai berbicara, Joshua meninggalkan ruangan ini.

Sekelompok orang mengikuti di belakangnya dengan hati-hati, tidak ada yang berani mengeluarkan suara keras.

Setelah orang-orang itu keluar pun Stella masih tercengang.

Apa maksudnya? Apakah dia mendapatkan satu kesempatan lagi?

Sambil memikirkan hal ini, dia baru membuang napas dengan lega.

Penderitaan yang dia alami selama bertahun-tahun sudah cukup untuk membuatnya melupakan kehidupannya yang sebelumnya, sebagai nona muda di Keluarga Norris. Sekarang, dia hanya perlu mempertahankan pekerjaannya.

Namun, sepertinya, karena dia kurang istirahat, saat dia naik tangga, dia merasa lemas dan agak linglung.

Stella tidak menganggapnya serius. Dia menepuk-nepuk kepalanya dan pergi mengambil peralatannya.

...

Pada siang hari, Joshua pulang ke Kediaman Ford.

Shawn mengikutinya dari belakang sambil membuat laporan pekerjaan. Dia bisa merasakan suasana hati bosnya kurang baik, jadi dia tidak berani melakukan kesalahan.

Saat mereka sedang naik tangga, dia melirik sekilas ke koridor yang kosong.

Shawn seperti tiba-tiba teringat akan sesuatu, jadi dia berkata, "Oh iya, Tuan, saya sudah meletakkan foto putranya Nona Stella di meja kerja Anda."

"Iya."

Joshua tidak menghentikan langkahnya, sedangkan Shawn ragu-ragu sejenak sebelum berkata, "Untuk membesarkan seorang anak, hidup Nona Stella pasti sangat sulit .... Bagaimanapun, dia juga nggak dapat menemukan pekerjaan yang sangat bagus."

Joshua tetap tidak bersuara.

Sedangkan Shawn masih saja berkata dengan ragu-ragu, "Tapi, menurut saya, Nona Stella lumayan kuat. Dia juga nggak ketakutan karena kejadian tadi pagi. Kalau itu orang lain, orang itu pasti akan menangis ketakutan ...."

Begitu Shawn mengucapkan kata-kata ini, Joshua berbalik. Dengan ekspresi yang tidak menunjukkan perasaan apa pun, dia bertanya, "Memangnya aku begitu menakutkan?"

Shawn tercengang sesaat, lalu bergegas menggeleng sambil menjawab, "Nggak!"

Joshua mengalihkan tatapannya yang dingin dan mendengus dingin, lalu berkata, "Dia bukan anak domba. Di luar, dia memang terlihat patuh dan bijak, tapi dia sebenarnya adalah seekor anak kucing liar yang menunjukkan cakarnya setiap saat!"

Melihat bosnya berbicara seperti ini, tetapi sama sekali tidak terlihat marah, Shawn membungkam dengan patuh.

Sebelumnya, mengapa dia tidak pernah menyadari bahwa bosnya suka mengucapkan kata-kata yang sebenarnya tidak dia maksud?

Tanpa banyak bicara lagi, Joshua langsung pergi ke ruang bacanya untuk bekerja.

Baginya, Stella seperti seekor anak kucing liar yang sama sekali tidak akan menganggap serius dirinya jika tidak dididik dengan baik.

...

Beberapa jam kemudian, Joshua baru keluar dari ruang bacanya.

Begitu dia berjalan keluar, dia melihat koridor yang dibersihkan dengan sangat berkilap, tetapi tidak melihat orang-orang yang seharusnya bersih-bersih di tempat ini.

Dia mengangkat alisnya. Baru saja dia hendak mengucapkan sesuatu, dia mendengar suara langkah kaki dan suara wanita yang rendah tidak jauh darinya ....

"Tepat di depan. Tadi, Bu Jamila menyuruh kita untuk membantu memapahnya ke ruang istirahat."

"Dia benar-benar bekerja hingga pingsan, ya. Tapi, siapa suruh dia menyinggung Tuan."

"Benar, Tuan bukan orang yang bisa disinggung ... ahh! Tuan ...."

Kedua orang yang sedang berbicara tiba-tiba melihat Joshua yang berdiri di depan, sehingga mereka terkejut.

Setelah menyapa Joshua, mereka berencana untuk berjalan melewati pria ini.

Namun, Joshua malah bertanya, "Siapa yang pingsan?"

"Orang baru itu ...."

"Mana orangnya?" tanya Joshua lagi.

"Di kamar mandi."

Melihat ekspresi Joshua yang tiba-tiba menggelap, kedua pembantu ini hanya bisa menjawab pertanyaannya dengan gemetaran.

Kemudian, pria ini langsung berbalik dan berjalan ke arah kamar mandi.

Jamila sudah menunggu sangat lama di kamar mandi, tetapi tidak ada yang datang. Dia pun hendak keluar untuk memanggil seseorang. Namun, baru saja dia berdiri, dia langsung melihat Joshua.

"Tuan Joshua?"

Saat Joshua berjalan masuk dan melihat wanita yang terbaring di atas lantai, dia mengernyit dan bertanya, "Ada apa ini?"

Jamila seketika tersadar. Dia menjawab, "Sepertinya dia kelelahan, jadi dia ketiduran. Saya akan memanggil seseorang untuk membawanya ke ruang istirahat ...."

Sebelum Jamila menyelesaikan ucapannya, Joshua tiba-tiba membungkukkan badannya dan langsung menggendong wanita itu.

Melihat wajah wanita yang terlelap itu, Joshua mengerutkan bibirnya yang tipis dan berkata, "Bisa-bisanya dia terlelap di tempat ini."

Melihat tindakan Joshua, Jamila terkejut hingga matanya terbelalak. Saat dia melihat Joshua menggendong Stella ke ruang istirahat, dia bergegas mengikuti mereka.

Di dalam ruang istirahat.

Joshua meletakkan Stella di atas ranjang. Stella sepertinya tertidur sangat lelap, sehingga dia menghela napas dengan nyaman, sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda akan bangun.

Joshua hanya menatapnya dari samping ranjang, melihat penampilan wanita ini yang sama seperti sebelumnya.

Dia mendengus dengan dingin dan berkata, "Kamu datang kerja atau tidur? Stella, kamu benar-benar hebat."

Dia memang mengucapkan kata-kata ini, tetapi tangannya malah menarik selimut dan menyelimuti tubuh wanita ini.

Sedangkan Stella seperti merasakan kehangatan dalam mimpinya. Dia menarik selimut itu, mengubah posisi tidurnya dan tidur dengan makin nyenyak.

Saat Jamila memasuki ruangan dan melihat adegan ini, dia ragu-ragu sejenak sebelum bertanya, "Tuan, apakah saya perlu memanggil Pak Ludro?"

"Iya, panggil saja," jawab Joshua.

"Baik, saya akan pergi menghubunginya ...."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status