Shawn bergegas datang dan melewati kelompok pengawal, lalu bertanya, "Bos, apakah Bos baik-baik saja?"Orang-orang lainnya pun mulai bergunjing."Berani sekali dia memukul Tuan Joshua? Astaga ....""Iya, Stella terlihat sangat lemah, tapi dia malah berani berbuat seperti itu ....""Apakah sikapnya akan melibatkan toko kita? Dia benar-benar nggak tahu diri, ya? Gawat. Sepertinya kita juga harus kehilangan pekerjaan kita, deh. Tuan Joshua pasti marah ....""Sungguh, dia sama sekali nggak memikirkan orang lain. Gawat ...."Ucapan-ucapan ini seperti arus air yang ingin menenggelamkan Stella.Namun, Stella sudah tidak bisa mendengar ucapan orang-orang di sekitarnya lagi. Dia hanya menatap wajah pria itu, tidak mengetahui apa yang harus dia katakan ....Dia mengepalkan kedua tangannya.Stella menunduk dengan perasaan bersalah. Entah mengapa, dia tidak berani menatap mata Joshua.Shawn berjalan maju sambil berkata, "Bos, Anda ...."Namun, Joshua langsung menyela ucapan Shawn, "Kosongkan tempa
Mendengar ucapan Joshua, wajah Stella tiba-tiba memerah. Dia memelototi pria itu dengan tatapan tidak percaya. "Kamu ....""Kenapa? Bukannya kamu nggak mau orang lain salah paham, ya?" tanya Joshua.Joshua menatapnya dan berkata dengan suara yang sangat dingin, "Nggak ada orang lain di sini.""Jangan berulah ...."Stella menundukkan kepalanya, dia tidak berani menatap pria ini."Kenapa? Kalau Louis dan Cedric menciummu, itu wajar saja, tapi kalau aku, itu namanya berulah?" kata Joshua.Joshua seperti merasa sangat absurd. Dia menatap Stella sambil tersenyum dengan sinis dan berkata, "Karena aku lagi berulah, aku nggak keberatan untuk berulah lebih lanjut lagi."Pria ini mengucapkan kata-kata ini sambil menatap Stella lekat-lekat.Tubuh Stella seketika menjadi kaku.Dia menatap Joshua dengan tatapan tidak percaya.Sesaat kemudian, dia baru berkata, "Sikapmu ini ... membuat orang mengira kalau kamu sangat peduli ...."Dia menggigit bibirnya.Namun, pria itu hanya menatapnya, sepasang mat
Di depan pintu Hotel Lancity.Seorang pria berjas hitam berjalan di paling depan, diikuti oleh sekelompok pria berjas di belakangnya.Shawn berdiri di samping mobil.Saat Shawn melihat bosnya keluar, ekspresi Shawn menjadi agak rumit. Dia ragu-ragu sejenak sebelum berjalan ke belakang Joshua. Kemudian, dia berbisik di telinga Joshua, "Bos, tadi, Bu Jamila menghubungi saya. Katanya, Nona Stella ...."Mendengar ucapan Shawn, Joshua tidak mengucapkan apa pun.Sedangkan ekspresi Shawn menjadi makin rumit.Sesaat kemudian, Joshua baru mendengus dengan dingin.Apakah ini jawaban Stella setelah dia berdiam selama beberapa hari?Sambil memikirkan hal ini, meskipun pria ini tidak berbicara, ekspresinya dan udara di sekitarnya menjadi sangat dingin."Selain itu, Bos, sekarang, pihak perusahaan pecah kongsi itu sudah dalam keadaan kacau balau. Hanya generasi muda yang berani bertindak. Jadi, sekarang adalah saat yang paling baik untuk mendapatkan kembali kekuasaan kita," kata Shawn."Aku mengerti
Intinya, Brian menyukainya."Paman, apakah Paman sering membantu Nona Stella? Emm, bahkan membuatnya ... apa, ya? Oh, dia sangat mengkhawatirkan Paman ...."Brian menatap Joshua sambil mengedipkan matanya.Ekspresi Joshua membeku untuk sejenak.Sedangkan sopir dan Shawn yang duduk di depan tampak terkejut.Terutama Shawn, dia langsung menoleh dengan tidak percaya.Khawatir?Anak kecil ini tahu bahwa Stella mengkhawatirkan Joshua?!Begitu Brian mengucapkan kata-kata ini, semua orang terdiam sejenak.Terlebih lagi, saat dia melihat tatapan paman yang duduk di jok penumpang itu, dia berpikir, 'Aku salah bicara, ya?''Bukankah ini Paman Joshua?''Tapi, suaranya jelas-jelas suara Paman Joshua, sama persis dengan suara dari telepon itu!'...Joshua tiba-tiba menoleh.Dia menatap anak kecil di sampingnya ini, ekspresinya polos, matanya besar, menunjukkan kecerdasannya.Joshua jelas-jelas sangat memedulikan ucapan Brian barusan. "Apa maksudmu?" tanya Brian.Hmm?Apa maksudnya?Brian pun menole
Senyuman di bibirnya Joshua juga membeku."Itu yang dia katakan?" tanya Joshua."Iya, makanya dia memberitahuku, kalau dia nggak berhasil menikah, itu bukan salahnya," kata Brian dengan jujur.Suasana di dalam mobil seketika menjadi sangat dingin.'Sialan! Dia bahkan menganggap bahwa Louis sangat baik!''Hebat sekali dia!'"Ahh ... ada apa, Paman? Paman nggak senang, ya?" tanya Brian."Nggak!"Brian berkata lagi, "Tapi, ekspresi Paman masam sekali. Nona Stella membuat Paman marah lagi, ya? Sebenarnya, Nona Stella ...."Namun, ucapan Brian seketika dipotong oleh tatapan Joshua."Kalau kamu mau pergi main, jangan bicara lagi," kata Joshua.Wajah Joshua yang tampan pun menggelap.Melihatnya seperti ini, Brian pun sadar diri dan langsung membungkam....Di Kediaman Ford.Saat penjaga pintu melihat Stella, dia bertanya dengan heran, "Stella? Kenapa kamu datang ke sini malam-malam begini?""Emm ... ada sedikit masalah .... Tuan Joshua di mana?" tanya Stella.Stella merasa cemas."Tuan? Tuan
Di Perusahaan Ford."Sebentar! Sebentar!" seru seorang wanita cantik yang sedang berlari dengan terburu-buru menuju lift.Hari ini adalah hari wawancara Stella Norris untuk bekerja sebagai seorang pekerja rumah tangga. Namun, karena jalanan macet, dia hampir terlambat.Dia membuang napas sambil berpikir, 'Untung saja sempat.'Namun, saat Stella melihat barisan yang sangat panjang di depannya, dia seketika tercengang. Hanya untuk menjadi seorang pekerja rumah tangga saja ada begitu banyak orang yang mengikuti wawancaranya. Entah berapa lama Stella harus menunggu.Waktu terus berlalu. Dia sudah menunggu dari jam sepuluh pagi hingga jam lima sore, tetapi gilirannya belum juga tiba. Brian Norris akan segera pulang dari TK, jadi Stella hanya bisa menghubungi Annie Ryan, sahabatnya."Sudah tunggu seharian, tapi belum sampai giliranmu, ya? Aku hanya perlu menjemput bocah itu pulang, 'kan? Tenang saja, serahkan saja padaku. Nggak usah sungkan-sungkan. Semangat, ya!" kata Annie dari ujung telep
Ayahnya Brian?Brian seharusnya dijemput oleh Annie, mengapa Brian malah pergi dengan seorang pria?Stella seketika merasa ketakutan. Dia bergegas menghubungi Annie sambil berharap agar Brian dijemput oleh Annie.Namun, begitu panggilan ini terhubung, Stella mendengar suara Annie yang cemas ....Stella seketika merasa makin panik.Dia hanya bisa berdoa dalam hatinya, agar Brian baik-baik saja, sambil bergegas pulang naik taksi.Begitu dia tiba di tempat tinggalnya di sebuah kompleks perumahan kecil, dia melihat sebuah mobil hitam yang melaju ke luar.Terlepas dari keterkejutannya melihat orang sekaya itu di kompleks perumahan kecil yang sudah tua ini, dia berlari ke dalam dengan terburu-buru.Saat dia tiba di lantai tiga dengan napas yang terengah-engah, dia kebetulan melihat Brian yang sedang bertarung dengan pintu baja."Brian!"Mendengar suara ini, Brian seketika tercengang. Saat dia melihat Stella yang tampak agak kacau, dia berkata dengan manis, "Ibu, aku nggak bisa masuk. Tadi pa
Dia mengangkat kepalanya dengan terkejut dan melihat sebuah wajah yang tampan, layaknya iblis.Saat Stella tiba-tiba melihat wajah ini, dia seketika merasa sesak napas.Dia pun sontak lupa untuk bereaksi.Selain itu, entah itu ilusinya atau bukan, begitu Stella bertemu tatap dengan pria ini, dia merasakan sejenis perasaan yang familier ....Namun, dia tidak bisa mengingat di mana dia pernah bertemu dengan pria ini.Stella tenggelam dalam pikirannya, sehingga dia tidak menyadari Jamila yang mengamatinya dari satu sisi sambil diam-diam merasa gugup. Selama ini, tidak pernah ada orang yang menatap tuan muda mereka seperti ini. Akankah pria yang tidak pernah menunjukkan emosi apa pun ini marah?"Tuan, orang baru yang kemarin lolos wawancara sudah datang ...."Penjelasan Jamila membuyarkan pikiran Stella.Dia baru menyadari bahwa dia sudah melamun, jadi dia bergegas mengalihkan tatapannya.Namun, pria ini tetap menatapnya lekat-lekat. Entah mengapa, tatapan ini terasa dingin.Tatapan pria i