Share

Bab 3

Dia mengangkat kepalanya dengan terkejut dan melihat sebuah wajah yang tampan, layaknya iblis.

Saat Stella tiba-tiba melihat wajah ini, dia seketika merasa sesak napas.

Dia pun sontak lupa untuk bereaksi.

Selain itu, entah itu ilusinya atau bukan, begitu Stella bertemu tatap dengan pria ini, dia merasakan sejenis perasaan yang familier ....

Namun, dia tidak bisa mengingat di mana dia pernah bertemu dengan pria ini.

Stella tenggelam dalam pikirannya, sehingga dia tidak menyadari Jamila yang mengamatinya dari satu sisi sambil diam-diam merasa gugup. Selama ini, tidak pernah ada orang yang menatap tuan muda mereka seperti ini. Akankah pria yang tidak pernah menunjukkan emosi apa pun ini marah?

"Tuan, orang baru yang kemarin lolos wawancara sudah datang ...."

Penjelasan Jamila membuyarkan pikiran Stella.

Dia baru menyadari bahwa dia sudah melamun, jadi dia bergegas mengalihkan tatapannya.

Namun, pria ini tetap menatapnya lekat-lekat. Entah mengapa, tatapan ini terasa dingin.

Tatapan pria ini jelas-jelas tertuju pada dirinya.

Stella hanya merasa wajahnya seperti terbakar. Ini baru hari pertamanya bekerja di tempat ini, tetapi dia sudah menatap wajah bosnya selama itu, seakan-akan dia terpesona!

Canggung sekali ....

Dia tidak akan dipecat pada hari pertamanya, 'kan?

Namun, ternyata Stella sudah berpikir terlalu jauh.

Tidak lama setelah dia menunduk, pria itu juga mengalihkan tatapannya, lalu berjalan langsung ke dalam.

Mendengar langkah kaki pria itu menjauh, Stella baru menahan jantungnya yang berdebar dengan kencang dan membuang napas lega.

Untung saja dia tidak kehilangan pekerjaan ini. Kalau tidak, dia akan kesusahan untuk mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang bagus lagi.

...

Setelah pria itu berjalan masuk, Stella dan yang lainnya juga mengikuti Jamila ke dalam.

Setelah mereka berganti pakaian, Jamila menjelaskan tata letak vila ini dengan singkat dan menginstruksikan agar mereka tidak berkeliaran ke mana-mana. Hari ini, mereka bertugas untuk membersihkan ruang tamu.

Stella mengangguk dengan patuh, lalu mengepel lantai dengan sungguh-sungguh bersama beberapa pembantu wanita lainnya. Setelah mengawasi mereka untuk sesaat, Jamila pergi dengan puas.

...

Stella sudah pernah melakukan pekerjaan seperti ini.

Sebagai seorang wanita lajang yang sudah memiliki anak, dia tentu saja sudah mengalami segala jenis kesulitan.

Dalam waktu singkat, dia sudah menyelesaikan pekerjaannya. Saat dia hendak pergi mengambil air untuk mengepel lantai sekali lagi ....

Dia berbalik dan tiba-tiba menabrak dada seseorang yang bidang.

Wangi dari badan pria ini seketika mengelilingi dirinya ....

Stella seketika terkejut, dia mengangkat kepalanya dan menatap wajah tampan pria ini!

Pria ini ternyata adalah tuan muda dari Keluarga Ford!

Stella benar-benar terkejut. Dia menyadari bahwa tangannya yang basah karena mengambil air sudah meninggalkan noda air yang sangat jelas di kemeja putih pria ini ....

"Maaf, maafkan saya." Stella bergegas meminta maaf dengan canggung.

Dia tidak berani mengangkat kepalanya karena dia tahu bahwa orang yang dia tabrak adalah tuan rumah di vila ini. Kedinginan yang dia rasakan di atas kepalanya membuatnya hampir membeku.

"Angkat kepalamu."

Terdengar suara pria yang rendah ini dari atas kepalanya.

Stella ragu-ragu sesaat, lalu mengangkat kepalanya. Dia pun menyadari bahwa pria ini sedang mengernyit sambil memelototi dirinya.

Stella merasa bersalah. Jika pria ini memintanya untuk ganti rugi, dia sepertinya harus bekerja di tempat ini dengan percuma selama beberapa bulan.

Sambil memikirkan hal ini, entah karena gugup atau apa, wajah Stella memerah.

Melihatnya seperti ini, pria ini memicingkan matanya dan melafalkan nama Stella. "Stella Norris."

"Ya?"

Stella berpikir dengan terkejut, 'Dia tahu namaku?'

Namun, pria ini ternyata membaca namanya dari label nama di depan dadanya.

Stella merasa sangat malu.

Dia berpikir, 'Dasar bodoh. Namaku jelas-jelas terpampang di sana, mana mungkin dia nggak melihatnya?'

"Hari pertama, ya?" tanya pria ini.

"Iya, saya baru datang," jawab Stella dengan gugup.

"Bisa buat camilan?" tanya pria ini lagi.

"Hah?" Stella kebingungan untuk sejenak.

Pria ini mengernyit dengan tidak sabar dan mengulangi pertanyaannya. "Aku tanya, bisa buat camilan, nggak?"

"Bisa!" jawab Stella. Pertanyaan ini membuatnya kebingungan.

"Selain itu, masih bisa apa?" Pria ini menatap Stella dengan tatapan dingin, membuat Stella merasa gugup, seakan-akan dia kembali ke wawancara kemarin.

"Saya bisa memasak, cuci pakaian, bersih-bersih ..." jawab Stella dengan suara rendah. Entah mengapa, dia sedikit menciut.

Kemudian, pria ini terdiam sangat lama.

Saat Stella sedang berpikir apakah dia harus berinisiatif untuk mengucapkan sesuatu, pria itu berkata dengan nada bicara yang acuh tak acuh, tetapi tegas, "Mulai sekarang, kamu kerja di sisiku."

Stella sudah melakukan kesalahan, tetapi dia malah disuruh untuk bekerja di sisi bosnya?

Stella mengira bahwa dia salah dengar, dia pun menatap pria ini dengan tatapan heran.

Dia membuka mulutnya untuk menanyakan sesuatu, tetapi pria ini tidak memberikannya kesempatan untuk berbicara lagi.

Pria ini malah berjalan pergi begitu saja ....

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Lily Ajan
satu jalan cerita yang menarik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status