Share

Bab 8

Jamila pergi menghubungi dokter itu, meninggalkan Joshua dan Stella di dalam ruangan.

Stella yang terbaring di atas ranjang seperti sedang mimpi makan enak, sehingga dia mendecakkan bibirnya. Seperti merasakan ranjang yang empuk ini, dia membungkus tubuhnya dengan selimut dan mengeluarkan suara yang nyaman sambil tidur dengan lelap.

"Bangunlah, Stella, dokternya akan segera tiba," kata Joshua.

Suara pria ini terdengar agak familier, tetapi Stella tidak bisa mengingat ini suara siapa. Dia pun mengernyit.

"Hmm ... nggak nyaman."

"Apa yang membuatmu nggak nyaman?"

Mendengar suara yang penuh perhatian ini, Stella mengira bahwa dia berada di rumah. Dia pun menjawab, "Aku pusing. Brian, ambilkan segelas air untuk Ibu, dong."

Seusai berbicara, dia bahkan mengelus kepala "putranya" dengan penuh kasih, seperti sedang bertingkah imut.

Joshua terdiam.

Sesaat kemudian, Stella merasakan sedotan di mulutnya.

Dia pun membuka mulutnya dan mulai meminum air itu, membasahi kerongkongannya yang terasa sangat kering, sehingga dia merasa jauh lebih nyaman.

"Hmm ... sudah cukup. Terima kasih, Sayang."

Seusai berbicara, Stella kembali tertidur lelap.

Joshua lagi-lagi terdiam.

Joshua duduk di kursi sambil menatap lekat-lekat pada wajah wanita yang tidur nyenyak ini.

Wanita ini sesekali merintih, sebagai tanda bahwa dia merasa tidak nyaman. Dia juga sesekali memeluk selimutnya dan mengubah posisi tidurnya. Di atas ranjang ini, dia membentuk sebuah gumpalan kecil yang terlihat kasihan dan juga tidak berdaya.

Melihat hal ini, tatapan pria ini menggelap dan mendalam, tetapi amarah juga samar-samar bisa terlihat dari tatapannya.

'Berani sekali wanita ini? Dia sama sekali nggak punya kesadaran akan keamanan dirinya, ya?' pikir Joshua.

'Selama bertahun-tahun, sudah berapa banyak penderitaan yang dia alami selama dia membesarkan anaknya sendirian?'

...

Saat Stella bangun tidur setelah tidur sepanjang siang, dia menyadari bahwa dia berbaring di atas ranjang. Dia tercengang untuk sesaat, lalu baru menyadari bahwa dia masih berada di Kediaman Ford.

Dia berseru dengan terkejut, lalu bergegas hendak turun dari ranjang. Namun, pada saat ini, dia melihat Jamila yang mendorong pintu dan berjalan masuk.

Melihat wanita di hadapannya, Jamila menahan rasa heran dalam hatinya dan bertanya, "Sudah bangun, ya?"

"Bu Jamila ... apa yang terjadi?" tanya Stella.

"Saat kamu sedang bekerja, kamu kelelahan, jadi kamu jatuh pingsan. Tuan Joshua-lah yang menggendongmu agar kamu bisa istirahat di atas ranjang .... Dokter juga sudah datang, katanya kamu nggak apa-apa," jawab Jamila.

"Tuan Joshua?!"

Stella benar-benar terkejut.

Melihatnya seperti ini, Jamila menenangkannya. "Jangan takut. Tuan Joshua nggak bermaksud untuk menyalahkanmu. Istirahat saja dengan baik."

Mendengar ucapan Jamila, Stella teringat akan wajah pria yang tampan itu. Saat dia membayangkan dirinya digendong oleh Joshua ke atas ranjang, entah mengapa, wajahnya memerah.

Dia merasa malu.

Tak disangka, tuan muda yang dingin itu ternyata juga memiliki sisi perhatiannya. Dia tidak tega melihat pembantunya kedinginan di atas lantai dan bahkan berinisiatif untuk memindahkannya ke ruang istirahat ....

Melihat Stella yang lagi-lagi bengong, dengan suara rendah, Jamila mengingatkan Stella untuk pergi mengambil gajinya selama dua hari di lantai bawah. Kemudian, Jamila berbalik dan meninggalkan ruangan ini.

Stella juga ikut pergi ke lantai bawah. Meskipun pekerjaannya agak melelahkan, gajinya sangat tinggi.

Sambil memegang uang ini, Stella merasa bahwa segala kesusahannya selama ini seperti menghilang. Pada jam pulang kerja, dia langsung ingin pergi ke pusat perbelanjaan dan membeli hadiah untuk Brian.

...

Baru saja Stella meninggalkan tempat ini, Shawn pulang. Saat dia tidak menemukan Stella, dia pun bertanya pada Jamila.

"Dia baru saja pergi. Tadi, dia masih terlihat agak pucat. Saya mau meminta sopir untuk mengantarkannya pulang, tapi dia menolaknya," jawab Jamila.

Mendengar ucapan Jamila, Shawn ragu-ragu sejenak, lalu berbalik dan mengejar Stella.

Meskipun Joshua tidak mengatakan apa pun, Shawn sudah bekerja di sisinya selama ini, jadi Shawn memahami hati pria ini. Shawn merasa bahwa dia sebaiknya melihat Stella pulang dengan mata kepalanya sendiri.

...

Sedangkan Stella langsung pergi ke pusat perbelanjaan di pusat kota.

Dia sedang memilih hadiah untuk Brian dengan sungguh-sungguh di area mainan.

Pada saat ini, tidak jauh darinya, seorang pria dan seorang wanita berjalan keluar dari area pakaian.

Pria itu tampan, terlihat seperti tuan muda dari keluarga kaya yang terpelajar. Sedangkan wanita itu cantik dan imut, dengan riasan yang indah. Saat kedua orang ini berjalan bersama, mereka sangat menarik perhatian.

Baru saja Priscilla Simmons yang merangkul lengannya Cedric Morgan berjalan keluar dari toko itu, dia langsung melihat Stella yang berada tidak jauh darinya.

Langkah kaki Priscilla terhenti, dia pun seketika memicingkan matanya.

...

Stella masih kesusahan dalam memilih mainan karena dia merasa bahwa semuanya bagus juga.

Setelah memilih untuk sekian lama, dia belum juga membuat keputusan. Pada saat ini, dia mendengar suara seorang wanita yang familier dari belakang ....

"Cedric, ulang tahun adikmu akan segera tiba. Ayo kita pilih beberapa mainan untuknya. Pilih yang paling baru, deh," kata Priscilla.

Stella seketika tercengang. Dia mengangkat kepalanya dan melihat Priscilla, wanita yang dulunya merupakan temannya, berdiri di rak sebelah ....

Orang yang berdiri di sisi Priscilla tidak lain adalah Cedric, mantan tunangannya Stella.

Stella seketika mengepalkan tangannya erat-erat.

Tak disangka, setelah beberapa tahun berlalu, dia masih bisa bertemu lagi dengan mereka!

Jika dibandingkan dengan beberapa tahun yang lalu, pria ini tetap tampan, tetapi dia tampak lebih dewasa.

Meskipun Stella sudah menahan dirinya dari melihat pria itu, hatinya tetap saja bergejolak. Bagaimanapun, dia pernah benar-benar mencintai pria itu dan hampir menikah dengan pria itu. Namun, karena kejatuhan Keluarga Norris, pernikahan ini dibatalkan ....

Saat Stella melihat kedua orang ini, dia tidak ingin memilih mainan lagi, dia hanya ingin bergegas meninggalkan tempat ini.

Namun, tepat pada saat ini, Priscilla melihatnya dan berkata, "Stella? Kamu sudah pulang, ya? Sungguh kebetulan."

Dulu, saat Keluarga Norris mengalami kejatuhan, Priscilla jelas-jelas sudah menunjukkan sikap aslinya pada Stella dan merebut Cedric darinya. Sekarang, Priscilla malah pura-pura akrab dengannya.

Saat Cedric mendengar nama Stella, dia langsung menoleh.

Melihat Stella yang berada tidak jauh dari mereka, dia seketika terbengong.

Merasakan tatapan yang gelap itu, Stella merasa agak tidak nyaman, dia hanya ingin meninggalkan tempat ini.

Namun, Priscilla seakan-akan tidak merasakan kedinginan Stella. Dia malah berjalan menghampiri Stella dan melihat mainan di tangan Stella sambil berkata, "Kamu juga datang untuk beli mainan, ya? Oh iya, aku bahkan sudah lupa. Anakmu seharusnya akan segera masuk SD, 'kan? Laki-laki atau perempuan?"

Begitu Priscilla mengucapkan kata-kata ini, ekspresi Cedric seketika menjadi kaku.

Setelah melihat perubahan ekspresi pria ini, Priscilla mengalihkan tatapannya ke arah Stella. Entah mengapa, dia merasakan sejenis kesenangan dari pembalasan dendam ini.

Priscilla berpikir, 'Cedric begitu menyukai Stella. Tapi, setelah pernikahan itu dibatalkan, Stella langsung berhubungan dengan pria lain dan bahkan melahirkan anak di luar nikah! Dasar sok suci!'

'Sekarang, Cedric harus melihat dengan baik, siapa yang sebenarnya paling baik dan paling mencintainya!'

Wajah Stella memucat, ekspresinya juga masam.

Tentu saja Stella tahu bahwa Priscilla sengaja mengucapkan kata-kata ini di hadapan Cedric untuk mempermalukan Stella ....

Tanpa disadari, Stella melihat ke arah Cedric yang berada di satu sisi.

Setelah pernikahan mereka dibatalkan, pria ini langsung menjalin hubungan dengan wanita lain. Meskipun Stella sudah lama tidak mencintainya lagi, melihatnya hanya menyaksikan kejadian ini, Stella tetap merasa sakit hati ....

Dia berpura-pura memilih hadiah dengan tenang untuk menyembunyikan hatinya yang bergejolak.

Melihat Stella diam saja, Priscilla merasa tidak puas, jadi dia berjalan mendekati Stella dan tersenyum sambil berkata, "Kamu memilih hadiah, ya? Kebetulan, kami juga mau memilih hadiah untuk adiknya Cedric. Aku nggak pandai lihat mainan, jadi kamu bantu aku, ya? Nanti, aku akan memberimu satu set sebagai hadiah untuk anakmu. Bagaimanapun, mainan ini terlalu mahal, jadi kamu nggak sanggup beli satu set, 'kan?"

Stella tersenyum kecil dan menjawab, "Terima kasih. Tapi, sepertinya, kalaupun aku nggak sanggup beli, putraku juga nggak menginginkan hadiah dari seseorang yang dibenci ibunya."

Mendengar ucapan Stella, ekspresi Priscilla seketika menjadi masam. Dia menggertakkan giginya dan berkata di telinga Stella, "Stella Norris, kamu nggak tahu diri, ya?!"

Stella tidak ingin menghiraukan orang ini, dia hanya ingin bergegas meninggalkan tempat ini. Namun, Priscilla malah mencengkeram lengannya dengan erat dan tidak membiarkannya pergi.

Saat mereka sedang tarik-menarik, karena tinta yang dipegang Stella tidak ditutup, tinta itu seketika menyiram pakaiannya ....

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Nuning Damayanti
I hope to continue to read...
goodnovel comment avatar
Nuning Damayanti
I thought could be a good story.
goodnovel comment avatar
Nuning Damayanti
This story makes me qurious.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status