Share

Bab 4

Stella kembali ke lantai bawah dengan kebingungan dan secara kebetulan mendengar beberapa pembantu yang sedang bergosip.

Sambil bersih-bersih, dia pun mendengar dengan santai.

"Baru saja Tuan pulang dari luar negeri, dia sudah bisa ambil alih perusahaan secepat ini. Dia benar-benar tampan dan andal. Kalau dia tertarik padaku, aku akan melakukan apa pun yang dia mau."

"Jangan mimpi. Mana mungkin Tuan menyukai kita. Dia pasti menyukai nona muda dari keluarga kaya lainnya."

"Aku juga hanya asal bicara, kok. Entah nona muda mana, ya, yang akhirnya akan menikah dengan Tuan?"

"Kita nggak bisa mengatur urusan Tuan. Lakukan saja pekerjaan kita dengan baik. Sayangnya, kita nggak bisa pergi ke lantai dua. Asalkan kita bisa pergi ke lantai atas dan bekerja di sisi Tuan, kita pasti bisa mendapatkan kesempatan untuk mendekatinya!"

"Benar ...."

Pada saat ini, Jamila berjalan memasuki ruangan, sehingga para pembantu seketika membungkam.

Tatapannya yang tajam menyapu para pembantu di dalam ruangan dan akhirnya tertuju pada Stella. Setelah mengamati Stella untuk sesaat, dia berkata, "Stella ... mulai sekarang, kamu akan bekerja di sisi Tuan, pergi bersih-bersih di lantai atas."

Stella seketika tertegun.

Bukan hanya Stella, tetapi beberapa orang yang tadi sedang bergosip pun menatapnya dengan tatapan heran.

Jamila berjalan ke sisi Stella dan menatap Stella dengan tatapan rumit sambil bertanya, "Mengerti?"

Stella mengangguk dengan tercengang sambil menjawab, "Mengerti ...."

Kemudian, seseorang tiba-tiba bertanya, "Bu Jamila, kenapa ... kenapa dia bisa naik ke lantai atas .... Apakah kami semua juga bisa pergi ke lantai atas?"

Rasa cemburu dan kebencian yang dirasakan orang-orang ini seakan-akan menelan Stella utuh-utuh.

"Benar, Bu Jamila. Kami juga bisa melayani Tuan. Kami pasti akan berhati-hati ...."

Mendengar ucapan ini, Stella menatap orang-orang ini, lalu menatap Jamila dan menunggu jawaban Jamila.

Namun, Jamila hanya melirik mereka sekilas dan menjawab, "Nggak bisa."

"Kenapa, Bu Jamila? Kenapa dia bisa ...."

"Iya, padahal dia jelas-jelas orang baru ...."

Sebelum orang-orang ini bisa menyelesaikan keluhan mereka, Jamila langsung menyela, "Karena ini kemauan Tuan!"

Semua orang pun terdiam.

Ternyata ini perintah Tuan!

Untuk sekejap, ekspresi semua orang berbeda-beda.

Bahkan Jamila juga menatap Stella dengan tatapan penuh arti. Dia juga tidak tahu sejak kapan Tuan Muda ini berinisiatif untuk memedulikan seorang pembantu seperti ini.

Namun, Jamila juga tahu bahwa dia tidak bisa banyak tanya. Setelah dia menginstruksikan beberapa hal pada Stella, dia pun membawa Stella ke lantai atas.

Stella yang tidak mengetahui apa-apa pun bergegas mengikuti Jamila ke lantai atas.

Hanya saja, tatapan iri orang-orang di belakangnya terlalu jelas, membuatnya merasa agak tidak nyaman ....

Setelah membawanya ke lantai atas, Jamila berulang kali mengingatkan Stella tentang tugasnya sehari-hari. Jamila juga menekankan bahwa Tuan Muda ini memiliki obsesi terhadap kebersihan dan sama sekali tidak akan menoleransi kekotoran. Syarat ini juga jauh lebih ketat daripada di lantai bawah.

"Sudah mengerti, belum?" tanya Jamila sambil menatap Stella yang berada di belakangnya.

"Mengerti," jawab Stella.

"Kali ini, bekerjalah dengan baik, jangan singgung Tuan lagi. Kalau nggak, kamu akan tanggung sendiri akibatnya," kata Jamila.

Sudut bibirnya Stella berkedut. Dia bergegas menjawab, "Baik."

...

Sepanjang hari, Stella merasa ketakutan. Dia sangat sibuk dan terus mengepel lantai tanpa henti. Kalau tidak, jika dia mengalami pemotongan gaji atau bahkan dipecat di hari pertama, dia akan merasa sangat malu.

Dia juga tidak tahu apakah dia yang terlalu banyak pikiran atau bukan.

Namun, dalam waktu singkat, Shawn Owen, asistennya Joshua, sudah masuk dan keluar beberapa kali.

Setiap kali, dia selalu menatap Stella dengan tatapan penuh arti, membuat Stella terus menunduk dan memeriksa apakah masih ada tempat yang belum bersih. Dia takut dia akan tertangkap melakukan kesalahan dan langsung kehilangan pekerjaan barunya ini.

Saat Shawn kembali lagi dari luar untuk terakhir kalinya dan berjalan melewati Stella, dia melirik Stella beberapa kali sebelum mengetuk pintu dan memasuki ruang bacanya Joshua.

Di dalam ruangan, dia melihat dokumen yang sama sekali tidak tersentuh di hadapannya, sedangkan bosnya mengernyit dan tampak tidak fokus. Bosnya bahkan belum selesai membaca sebuah kontrak dalam waktu beberapa jam. Berdasarkan tebakannya sendiri, dia berkata dengan ragu-ragu, "Nona Stella bekerja sangat keras, dia bahkan nggak istirahat, hingga koridor di luar sangat bersih."

Pria ini tidak menjawab, tetapi dia menggerakkan pena di tangannya.

"Tapi, dia sepertinya sangat lelah. Dia sudah keringatan. Bagaimanapun, sebelumnya, dia nggak pernah melakukan pekerjaan yang begitu melelahkan ...."

Pria ini tiba-tiba mengangkat kepalanya dan bertanya dengan nada dingin, "Shawn, kamu sangat senggang, ya?"

Shawn seketika terkejut. Dia melihat bosnya bersandar di kursi sambil menatapnya dengan tatapan dingin dan bertanya, "Apakah aku memaksanya untuk datang ke sini? Apakah gaji yang kuberikan padanya nggak cukup tinggi?"

"Nggak ..." jawab Shawn.

"Apakah aku menindasnya?"

"Bukan begitu ..." jawab Shawn lagi.

Shawn langsung berdiri tegak dan bergegas menggelengkan kepalanya.

"Sebelumnya, aku pasti sudah langsung memecatnya. Tapi, sekarang, dia masih bisa mempertahankan pekerjaannya. Menurutmu, apa yang harus kulakukan?" tanya Joshua dengan ekspresi dingin di wajahnya yang tampan, kekesalan juga terlihat di tatapannya.

Melihat bosnya seperti ini, Shawn tidak berani bersuara. Dia tentu saja bisa melihat bahwa suasana hati bosnya tidak baik. Oleh karena itu, dia hanya berdiri di satu sisi dengan patuh.

Setelah sekian lama, Joshua baru berkata, "Selain itu, kenapa aku harus menjaga seseorang yang sudah menghilang selama bertahun-tahun ...."

Meskipun nada bicara pria ini sangat cuek, terdengar kedinginan yang sangat jelas.

Mendengar ucapan Joshua, Shawn tidak berani berkomentar lagi.

...

Dibandingkan dengan tekanan rendah di dalam ruang baca, suasana hati Stella yang berada di koridor lumayan baik. Melihat hasil pekerjaannya hari ini, meskipun dia merasa sangat lelah, dia merasa puas.

Keringat di sekujur tubuhnya membuatnya merasa tidak nyaman. Saat dia hendak pergi merapikan dirinya, dia mendengar suara langkah kaki dan melihat sebuah saputangan yang disodorkan pada dirinya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status