Stella pun mengangkat kepalanya dan melihat Shawn berdiri di hadapannya.Dia tercengang sesaat, lalu bergegas menyapa Shawn. "Apa kabar, Tuan Shawn.""Halo," jawab Shawn.Shawn merapikan kacamatanya dan tersenyum pada Stella sambil berkata, "Lap keringatmu. Setelah bekerja selama ini, kamu pasti lelah, 'kan?""Nggak, kok. Terima kasih, Tuan Shawn ...."Stella ragu-ragu sejenak, lalu mengulurkan tangannya dan menerima saputangan itu.Saat dia mengangkat kepalanya dan melihat wajah pria yang tenang ini, dia tahu bahwa pria ini adalah orang yang bekerja di sisi Joshua. Dia pun merasa agak terkejut dengan perilaku pria ini dan tidak memahami maksud pria ini.Setelah berpikir sejenak, dia bertanya, "Tuan Shawn ada perintah apa?"Shawn tersenyum, tetapi dia tidak berani memberi Stella perintah apa pun.Dia hanya berkata, "Nggak apa-apa, tapi kamu bisa pergi istirahat di ruang istirahat di samping sana. Biasanya, kalau sudah selesai bersih-bersih, kamu bisa pergi istirahat di sana."Mendengar
Saat dia teringat akan tatapan pria itu padanya, jantungnya seketika seperti berhenti berdetak.Dia bukan orang yang tergila-gila pada pria tampan, tetapi dia malah tersipu malu dan jantungnya berdebar kencang karena satu tatapan dari bosnya sendiri. Stella melihat sekilas ke putranya yang berada di sebelahnya.Dia pun bergegas menahan perasaan yang tidak bisa dijelaskan itu.Dia berpikir, 'Cukup! Jangan pikirkan lagi.'Dia menepuk-nepuk wajahnya yang memerah, lalu bergegas membawa putranya pergi tidur....Keesokan harinya, setibanya di Kediaman Ford, setelah memasuki vila tersebut, Stella langsung pergi bersih-bersih, seperti biasanya.Dia juga tidak tahu apakah ini ilusinya atau bukan.Namun, begitu dia berjalan masuk, dia melihat beberapa pembantu yang menatapnya sambil tersenyum sinis.Stella sangat familier dengan orang-orang ini.Mereka adalah orang-orang yang kemarin bertanya pada Jamila mengapa Stella diperbolehkan untuk bekerja di lantai atas.Kemarin, mereka jelas-jelas masi
Stella hanya berdiri diam di tempat, sedangkan semua pembantu yang menyaksikan adegan ini hanya menatapnya dengan tatapan penuh simpati.Dia masih saja tidak mengerti apa yang terjadi. Dia membuka mulutnya untuk mengucapkan sesuatu, tetapi dia terdiam lagi.Joshua menatap wanita ini dan langsung berseru, "Siapa yang bisa menyukaimu?!"Mendengar ucapan ini, Stella bertanya dengan suara rendah, "Kenapa nggak bisa ....""Kamu melawan?"Nada bicara pria ini sangat dingin."Nggak berani ..." jawab Stella dengan suara rendah.Sebelum Stella bisa berpikir jauh, pria itu menatapnya sambil bertanya, "Kenapa kamu bekerja di sini?""Karena saya memerlukan pekerjaan, saya harus menghasilkan uang untuk menghidupi diri saya ...." Dan Brian. Stella tidak mengucapkan dua kata terakhir itu.Kemudian, melihat ekspresi masam pria ini, Stella meminta maaf dengan ragu-ragu. "Maaf, Tuan Joshua. Saya tahu saya sudah bersalah. Tapi, bisakah Anda memberi saya sebuah kesempatan lagi? Saya pasti akan bekerja ker
Jamila pergi menghubungi dokter itu, meninggalkan Joshua dan Stella di dalam ruangan.Stella yang terbaring di atas ranjang seperti sedang mimpi makan enak, sehingga dia mendecakkan bibirnya. Seperti merasakan ranjang yang empuk ini, dia membungkus tubuhnya dengan selimut dan mengeluarkan suara yang nyaman sambil tidur dengan lelap."Bangunlah, Stella, dokternya akan segera tiba," kata Joshua.Suara pria ini terdengar agak familier, tetapi Stella tidak bisa mengingat ini suara siapa. Dia pun mengernyit."Hmm ... nggak nyaman.""Apa yang membuatmu nggak nyaman?"Mendengar suara yang penuh perhatian ini, Stella mengira bahwa dia berada di rumah. Dia pun menjawab, "Aku pusing. Brian, ambilkan segelas air untuk Ibu, dong."Seusai berbicara, dia bahkan mengelus kepala "putranya" dengan penuh kasih, seperti sedang bertingkah imut.Joshua terdiam.Sesaat kemudian, Stella merasakan sedotan di mulutnya.Dia pun membuka mulutnya dan mulai meminum air itu, membasahi kerongkongannya yang terasa sa
Sebelum Stella bisa mengucapkan apa pun, Priscilla yang berada di sampingnya langsung berteriak, "Stella, kamu mau ngapain, sih?! Sudah baik hati aku mau memberimu hadiah. Kalau kamu nggak mau, kamu juga nggak perlu mengotori pakaianku seperti ini!"Stella terdiam.Stella benar-benar merasa absurd. Priscilla gila perhatian, ya?Mendengar suara ini, pegawai toko ini melihat penampilan Stella yang sudah kacau. Dia langsung menentukan targetnya dan berkata dengan nada mengeluh, "Astaga, Nona baik-baik saja, 'kan? Ini memang hanya sampelnya, tapi tetap saja sangat mahal ...."Priscilla langsung berkata, "Maaf, dia nggak sengaja melakukannya."Dengan ucapan ini, dia sudah langsung melemparkan kesalahan ini pada Stella dan juga memberikan kesan baik pada Cedric.Pegawai toko ini tentu saja mengenali Priscilla. Dia juga menyaksikan adegan mereka tarik-menarik barusan. Dia pun tersenyum dan bertanya, "Nona Priscilla baik-baik saja, 'kan?"Sikapnya yang menyanjung membuatnya terlihat seperti or
"Astaga ...."Melihat bos toko yang berdiri di sisinya Shawn, pegawai toko ini pun terkejut. Dia tidak berani bersuara, tetapi dalam hatinya, dia terus memarahi Stella.'Dasar wanita sialan! Bisa-bisanya dia memanggil Bos! Bukankah kita akan ikut sial?!'Melihat Shawn yang berada di sisinya, bos toko ini sudah berkeringat dingin. Dia tidak mengetahui apa yang terjadi.Namun, dia tentu saja mengetahui identitas Shawn.Dia tahu jelas untuk siapa Shawn bekerja!Jika mereka menyinggung Joshua, mereka akan jatuh sial!...Melihat kedatangan Shawn dan bos toko ini, Stella jelas-jelas tercengang. Dia menatap Shawn dengan tatapan kebingungan, tetapi Shawn sama sekali tidak bermaksud untuk menjelaskan apa pun.Pada saat ini, pegawai toko yang sebelumnya masih bersikap agresif sudah ketakutan. Dia bergegas berkata, "Pak, tadi ... nona ini menumpahkan barang kita dan mengotot nggak bersalah. Saya hanya ...."Namun, sebelum dia bisa menyelesaikan ucapannya, dia sudah merasakan tatapan Shawn yang d
Stella tidak mengerti mengapa situasinya bisa tiba-tiba berubah menjadi seperti ini. Wandi tiba-tiba menariknya ke satu sisi dan kembali meminta maaf padanya.Melihat manajer yang ketakutan ini, sebodoh apa pun Stella, dia tentu saja mengetahui sebabnya.Jika bukan karena Shawn, apakah mereka akan bersikap seperti ini pada Stella?Shawn melihat petugas keamanan di satu sisi dan berkata, "Orang-orang ini membuat keributan dan bahkan menyinggung seorang tamu terhormat. Bawa mereka ke luar. Di luar, aku nggak ingin melihat bagian yang masih bersih di tubuh mereka.""Baik, Tuan Shawn ...."Petugas keamanan itu langsung berjalan menghampiri pegawai toko itu dan Priscilla.Priscilla seketika tercengang. Saat dia tersadar, dia menatap Shawn dan petugas keamanan yang berjalan menghampirinya itu dengan tatapan tidak percaya."Berikan mereka pelajaran dengan baik," kata Shawn dengan santai.Mendengar ucapan Shawn, ekspresi Priscilla seketika menjadi kaku. Dia pun berteriak, "Memangnya kamu siapa
Setelah makan malam, Stella duduk di sofa sambil memikirkan kejadian tadi sore. Sedangkan Brian sedang melukis sendiri di atas meja.Saat Stella sedang melamun, ponselnya tiba-tiba berdering, membuyarkan lamunannya.Ternyata itu Annie."Ada apa denganmu? Tadi, Brian mengirimkan pesan padaku, katanya kamu pulang dengan kotor," kata Annie dengan suara yang sangat keras, sehingga Brian yang berada di satu sisi pun mendengarnya.Anak kecil ini seketika menegang, lalu diam-diam melirik Stella sekilas.Mendengar ucapan Annie, Stella menatap orang yang mengadu itu dan menyadari bahwa anak kecil ini sedang mengedipkan matanya pada Stella dengan sangat tenang.Ekspresinya tidak berubah, seakan-akan dia tidak ketahuan.Huh!Brian berpikir, 'Akulah yang diam-diam memberi tahu hal ini pada Bibi Annie. Ibu sangat bodoh! Tanpa aku, Ibu bahkan bisa ditindas hingga seperti ini di luar!'Stella mengabaikan putranya yang menguping percakapan ini dan menceritakan kejadian tadi pada Annie.Mendengar tenta