Stella hanya berdiri diam di tempat, sedangkan semua pembantu yang menyaksikan adegan ini hanya menatapnya dengan tatapan penuh simpati.Dia masih saja tidak mengerti apa yang terjadi. Dia membuka mulutnya untuk mengucapkan sesuatu, tetapi dia terdiam lagi.Joshua menatap wanita ini dan langsung berseru, "Siapa yang bisa menyukaimu?!"Mendengar ucapan ini, Stella bertanya dengan suara rendah, "Kenapa nggak bisa ....""Kamu melawan?"Nada bicara pria ini sangat dingin."Nggak berani ..." jawab Stella dengan suara rendah.Sebelum Stella bisa berpikir jauh, pria itu menatapnya sambil bertanya, "Kenapa kamu bekerja di sini?""Karena saya memerlukan pekerjaan, saya harus menghasilkan uang untuk menghidupi diri saya ...." Dan Brian. Stella tidak mengucapkan dua kata terakhir itu.Kemudian, melihat ekspresi masam pria ini, Stella meminta maaf dengan ragu-ragu. "Maaf, Tuan Joshua. Saya tahu saya sudah bersalah. Tapi, bisakah Anda memberi saya sebuah kesempatan lagi? Saya pasti akan bekerja ker
Jamila pergi menghubungi dokter itu, meninggalkan Joshua dan Stella di dalam ruangan.Stella yang terbaring di atas ranjang seperti sedang mimpi makan enak, sehingga dia mendecakkan bibirnya. Seperti merasakan ranjang yang empuk ini, dia membungkus tubuhnya dengan selimut dan mengeluarkan suara yang nyaman sambil tidur dengan lelap."Bangunlah, Stella, dokternya akan segera tiba," kata Joshua.Suara pria ini terdengar agak familier, tetapi Stella tidak bisa mengingat ini suara siapa. Dia pun mengernyit."Hmm ... nggak nyaman.""Apa yang membuatmu nggak nyaman?"Mendengar suara yang penuh perhatian ini, Stella mengira bahwa dia berada di rumah. Dia pun menjawab, "Aku pusing. Brian, ambilkan segelas air untuk Ibu, dong."Seusai berbicara, dia bahkan mengelus kepala "putranya" dengan penuh kasih, seperti sedang bertingkah imut.Joshua terdiam.Sesaat kemudian, Stella merasakan sedotan di mulutnya.Dia pun membuka mulutnya dan mulai meminum air itu, membasahi kerongkongannya yang terasa sa
Sebelum Stella bisa mengucapkan apa pun, Priscilla yang berada di sampingnya langsung berteriak, "Stella, kamu mau ngapain, sih?! Sudah baik hati aku mau memberimu hadiah. Kalau kamu nggak mau, kamu juga nggak perlu mengotori pakaianku seperti ini!"Stella terdiam.Stella benar-benar merasa absurd. Priscilla gila perhatian, ya?Mendengar suara ini, pegawai toko ini melihat penampilan Stella yang sudah kacau. Dia langsung menentukan targetnya dan berkata dengan nada mengeluh, "Astaga, Nona baik-baik saja, 'kan? Ini memang hanya sampelnya, tapi tetap saja sangat mahal ...."Priscilla langsung berkata, "Maaf, dia nggak sengaja melakukannya."Dengan ucapan ini, dia sudah langsung melemparkan kesalahan ini pada Stella dan juga memberikan kesan baik pada Cedric.Pegawai toko ini tentu saja mengenali Priscilla. Dia juga menyaksikan adegan mereka tarik-menarik barusan. Dia pun tersenyum dan bertanya, "Nona Priscilla baik-baik saja, 'kan?"Sikapnya yang menyanjung membuatnya terlihat seperti or
"Astaga ...."Melihat bos toko yang berdiri di sisinya Shawn, pegawai toko ini pun terkejut. Dia tidak berani bersuara, tetapi dalam hatinya, dia terus memarahi Stella.'Dasar wanita sialan! Bisa-bisanya dia memanggil Bos! Bukankah kita akan ikut sial?!'Melihat Shawn yang berada di sisinya, bos toko ini sudah berkeringat dingin. Dia tidak mengetahui apa yang terjadi.Namun, dia tentu saja mengetahui identitas Shawn.Dia tahu jelas untuk siapa Shawn bekerja!Jika mereka menyinggung Joshua, mereka akan jatuh sial!...Melihat kedatangan Shawn dan bos toko ini, Stella jelas-jelas tercengang. Dia menatap Shawn dengan tatapan kebingungan, tetapi Shawn sama sekali tidak bermaksud untuk menjelaskan apa pun.Pada saat ini, pegawai toko yang sebelumnya masih bersikap agresif sudah ketakutan. Dia bergegas berkata, "Pak, tadi ... nona ini menumpahkan barang kita dan mengotot nggak bersalah. Saya hanya ...."Namun, sebelum dia bisa menyelesaikan ucapannya, dia sudah merasakan tatapan Shawn yang d
Stella tidak mengerti mengapa situasinya bisa tiba-tiba berubah menjadi seperti ini. Wandi tiba-tiba menariknya ke satu sisi dan kembali meminta maaf padanya.Melihat manajer yang ketakutan ini, sebodoh apa pun Stella, dia tentu saja mengetahui sebabnya.Jika bukan karena Shawn, apakah mereka akan bersikap seperti ini pada Stella?Shawn melihat petugas keamanan di satu sisi dan berkata, "Orang-orang ini membuat keributan dan bahkan menyinggung seorang tamu terhormat. Bawa mereka ke luar. Di luar, aku nggak ingin melihat bagian yang masih bersih di tubuh mereka.""Baik, Tuan Shawn ...."Petugas keamanan itu langsung berjalan menghampiri pegawai toko itu dan Priscilla.Priscilla seketika tercengang. Saat dia tersadar, dia menatap Shawn dan petugas keamanan yang berjalan menghampirinya itu dengan tatapan tidak percaya."Berikan mereka pelajaran dengan baik," kata Shawn dengan santai.Mendengar ucapan Shawn, ekspresi Priscilla seketika menjadi kaku. Dia pun berteriak, "Memangnya kamu siapa
Setelah makan malam, Stella duduk di sofa sambil memikirkan kejadian tadi sore. Sedangkan Brian sedang melukis sendiri di atas meja.Saat Stella sedang melamun, ponselnya tiba-tiba berdering, membuyarkan lamunannya.Ternyata itu Annie."Ada apa denganmu? Tadi, Brian mengirimkan pesan padaku, katanya kamu pulang dengan kotor," kata Annie dengan suara yang sangat keras, sehingga Brian yang berada di satu sisi pun mendengarnya.Anak kecil ini seketika menegang, lalu diam-diam melirik Stella sekilas.Mendengar ucapan Annie, Stella menatap orang yang mengadu itu dan menyadari bahwa anak kecil ini sedang mengedipkan matanya pada Stella dengan sangat tenang.Ekspresinya tidak berubah, seakan-akan dia tidak ketahuan.Huh!Brian berpikir, 'Akulah yang diam-diam memberi tahu hal ini pada Bibi Annie. Ibu sangat bodoh! Tanpa aku, Ibu bahkan bisa ditindas hingga seperti ini di luar!'Stella mengabaikan putranya yang menguping percakapan ini dan menceritakan kejadian tadi pada Annie.Mendengar tenta
Mungkin karena ada terlalu banyak masalah yang terjadi hari ini, sehingga malam ini, Stella malah tidak bisa tidur.Stella terus membalikkan badannya, tetapi wajahnya Joshua terus muncul dalam benaknya. Tatapan tajam dan mendalam pria ini terus melintas dalam pikirannya.Mengapa dia mau membantu Stella ....Apakah benar-benar karena Stella adalah pembantunya?Stella menggaruk kepalanya dengan frustrasi dan memaksa dirinya untuk tidur, tetapi adegan pria itu menggendongnya ke atas ranjang itu terus berputar dalam benaknya.Wajahnya pun memerah ....Dia merasa sangat canggung. Jika dia terus memikirkan hal ini, malam ini, dia tidak akan terlelap!Keesokan harinya, saat dia bangun tidur dengan sepasang mata panda, dia bahkan ditertawakan oleh Brian. Putranya ini bertanya apakah dia tidak bisa tidur karena dia akan kencan buta.Stella pun terdiam.Setibanya di Kediaman Ford, Stella bergegas berganti pakaian.Untung saja, tugasnya pagi ini adalah membersihkan ruang tamu lantai satu, jadi di
Stella berpikir, 'Bukannya dia terobsesi dengan kebersihan, ya? Kenapa dia tiba-tiba berubah?'Stella melihat pria ini mengancingkan kemejanya secara perlahan, dengan jari tangannya yang tegas, terlihat sangat menggoda.Kemeja hitam yang dia kenakan hari ini membuatnya terlihat lebih dingin dan sombong.Tanpa disadari, Stella terpana.Suara langkah kaki membuyarkan lamunannya. Di bawah keterkejutannya, dia bergegas berbalik dan melihat pria itu sudah berjalan ke luar.Mendengar langkah kaki Joshua meninggalkan ruangan, Stella teringat akan sesuatu, jadi dia langsung berkata, "Tuan ... terima kasih untuk bantuan Anda kemarin."Mendengar ucapan Stella, langkah kaki Joshua seketika terhenti. Dia menatap Stella dengan tatapan cuek, lalu langsung berjalan ke luar tanpa mengucapkan apa pun.Dalam sekejap, Stella tertinggal sendirian di dalam kamar ini.Di dalam kamar yang kosong ini, Stella memegang dadanya dan merasakan jantungnya yang berdebar dengan liar. Kemudian, dia berjalan keluar den