Share

Bagian 20

"Semalam, udah dibilangin nggak usah mandi kalau mudah flu. Nggak denger sih? Telinga tuh di tempel dua di kepala biar bisa dengar. Itu bukan pajangan doang." Eva mengomel sambil mengompres dahi Rafa.

"Bisa nggak sih, kamu rawat saya, nggak usah ngomel-ngomel. Bikin tambah pusing tau nggak," kata Rafa dengan suara lemah.

Kini, Rafa hanya bisa berbaring dan dibungkus selimut tebal. Dia merasa dingin, tapi saat Eva menyentuhnya, kulit Rafa seperti terbakar karena panas. Termometer juga menunjukkan suhu 37 derajat celsius.

"Tunggu bentar, saya ambilin bubur dulu." Eva bangkit hendak mengambil bubur yang telah dibuatnya beberapa menit lalu.

"Nanti aja ya aku makannya. Belum lapar," ucap Rafa menahan lengan Eva.

"Nggak usah pegang-pegang, Pak. Panas," keluh Eva sambil menyingkirkan tangan Rafa yang terasa panas. "Pak Rafa harus makan biar bisa makan obat."

Rafa menggeleng pelan. "Saya nggak mau makan obat. Pahit."

"Kalau manis bukan obat namanya, Pak. Pokoknya Pak Rafa harus makan teru
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status