Hari ini Kiara (anak Chintya) tepat berusia satu tahun, mengadakan acara syukuran dirumahnya. Mengundang semua keluarga serta tetangga kompleknya.
Aku, Mas Rival dan Alea berangkat pagi ke rumah Chintya, agar lebih lama dan bisa sedikit membantu Chintya mempersiapkan pesta untuk Kiara.Sesampainya dirumah Chintya, masih sepi .Bapak dan Ibu belum datang, Fathir dan Luna juga belum kelihatan batang hidungnya.Aroma masakan harum tercium hingga garasi depan.Chintya menyewa catering beserta petugas lengkap dengan dekorasi dan pernak pernik pesta yang di desain khusus untuk ultah balita.Balon-balon terpasang rapi dan indah, kue tart tingkat tiga bertema princess menjulang ditengah meja, tak lupa aneka snack table tersusun rapi di meja.Semua sudah siap, padahal acara baru dimulai jam tiga sore.Ini masih jam sepuluh pagi ."Sudah beres smua Chin? Apa yang kurang?.""Udah Mba, alhamdulillah. Tinggal ngecek aja mastiin semua udah lengkap dan tertata". Chintya menancapkan aneka permen beralaskan pot slam di sekeliling meja pesta.Sempurna... Terdengar suara deru mobil di depan.Pasti Bapak&Ibu beserta Fathir&Luna.Tebakanku benar.Bapak&Ibu datang sambil membawa paperbag berisi kado.Tak lupa Fathir&Luna juga membawa kado berukuran cukup besar."Mama, Lea pingin juga dong ulangtahun kaya Kiara." putriku menatapku iba."Iya sayang, bilang sama Ayah ya. Besok ultah Alea yang kelima , Mama undang semua temen Alea ya."Alea mengangguk senang.Luna memakai mini dress tanpa lengan berwarna merah, warna rambutnya caramel -hasil memalakku di salon kemarin-. Mengingat hal itu membuatku emosi.Yah bolehlah berpakaian seperti itu, ini kan pesta. Tak apalah."Wah , cantik banget Lun. Rambut baru nih" pujianku kali ini berupa sindiran."Iya dong Mba, kan nyalon bareng kemarin. Ish belagak pikun nih Mba" sahutnya memuakkan."Ah iya bener, yang gratis kemarin itu kan? Ternyata hasil salon gratisan bisa secetar itu ya Lun, hebat" entah kenapa setelah menyindir , hatiku terasa sedikit puas.Luna hanya mencebik kesal.Fathir menatap kami bertanya-tanya, terlihat Luna menggenggam tangan Fathir dan membisikkan sesuatu. Entah apa kata yang dilontarkan Luna , hingga Fathir hanya mengangguk dan balas mencubit pipi Luna.Ishhhh....kalau bukan di rumah Chintya, udah kubongkar tragedi salon kemarin.Ingin sekali rasanya mempermalukan Ipar satu ini sekarang ,Tapi segera kutepis niat burukku.Aku tak mau egois tentunya, takut merusak keceriaan batita yang tak tau apa-apa .Belum saatnya sepertinya.Setelah berdebat ringan denganku, Luna tidak banyak bicara, hanya menjawab seperlunya . Basa-basi sebentar dengan kerabat lain. Dan asyik memainkan ponselnya.Pukul tiga kurang , tamu mulai berdatangan. Kami menyambut dengan hangat.Karna acara batita, maka semua tamu yang datang pastinya bersama orangtuanya.Acara hendak dimulai, seorang wanita memakai gaun selutut, rambut sebahu berwarna mocca dengan riasan natural yang tampak modis datang bersama pria gagah berwajah tampan dan atletis.Pria itu menggendong bayi berusia kurang dari setahun , kurang lebih usianya sepuluh bulan.Pria beserta anak dan wanita itu masuk ke dalam disertai senyum.Chintya menyambutnya dengan bahagia.Hendak duduk di kursi kulihat pria itu beradu tatap dengan Luna.Seperti orang yang bertemu lagi karna sekian lama berpisah. Ada sedikit kerinduan yang tersirat di mata keduanya.Wanita itu menyadari pandangan suaminya dan ikut menatap Luna.Chintya yang merasa canggung, memecah keheningan."Makasih ya Lit, udah dateng. Kenalin ini Mbakku Ningsih, sebelahnya itu Luna, adik iparku-istrinya Fathir si bungsu.""Wah iya-iya. Aku ketinggalan banget nih. Si bungsu udah nikah aja ya Chin. Cepet banget loh waktu, ga kerasa . Bahkan kita udah punya anak kicik gini." Wanita yang ku ketahui bernama Lita itu tertawa renyah. Lita sangat ramah dan supel, auranya semakin terlihat khas wanita ber-attitude tinggi. Namun, terlihat sang suami diam saja , tatapannya tak beralih memandang Luna ."Lita ini temen kuliahku dulu Mba, lama ga ketemu eh ternyata tetangga satu komplek sekarang. Baru seminggu lalu pindah , itu suaminya Frans dan ini anaknya Lala.""Udah Chin, nanti aja flashblacknya hehe. Tar acaramu molor loh, by the way ini Luna cantik banget ya, Fathir pinter banget pilih istri hehe. Tapi kok aku kaya ga asing ya Chin. Entah mungkin cuma perasaanku."Lita memicingkan mata menatap Luna.Luna tergagap , "mm ma.. makasih Mba,ayok silahkan. Selamat menikmati."Lita mengajak keluarga kecilnya duduk di depan, di samping meja keluarga kami tepatnya.Fathir yang ikut bergabung kaget melihat Frans."Loh Frans? Ketemu lagi kita nih?." sapa Fathir.Frans hanya menanggapi dengan senyum tipis."Loh? Kalian saling kenal?" , Lita terheran."Kan Frans ini temennya....."Selamat sore semua tamu undangan yang sudah hadir, dimohon untuk duduk di tempat masing-masing karena acara segera dimulai."MC menggagalkan rasa penasaranku.Ada apa dengan Luna dan Frans? Serta Fathir dan Lita? Kenapa semua saling mengenal.Jiwa kepoku meronta-ronta, aku merasa ada sesuatu yang di sembunyikan Luna.Terlihat semenjak Frans datang, disertai istri dan anaknya. Luna menjadi gugup dan tidak semangat. Ia lebih banyak diam.Tak seperti biasanya.***** ****** ******Setelah acara selesai. Kami semua berbincang-bincang tentang apapun. Anak-anak bermain diawasi pengasuh Kiara dan ART Chintya. Chintya memang memperkerjakan pengasuh dan asistant rumah tangga di rumahnya. Berbeda denganku yang lebih senang menangani sendiri.
"Oh iya Mas, kok bisa kenal sama Fathir?", Lita menatap Frans .Luna memainkan jari-jarinya ,sepertinya gugup. Aku semakin curiga."Iya kami pernah bertemu di Mall kemarin, pas kamu asyik memilih dress." Frans menjawab , berusaha terlihat datar. Tapi bola matanya terlihat gusar.Fathir hanya mengangguk-angguk tak tertarik."Oh gitu, kirain kalian temen lama. Kok aku baru tau", Lita terkekeh."Mas ayoo pulang, aku gaenak badan. Kepalaku sedikit pusing", Luna menarik tangan Fathir."Baiklah, Mba Mas kami duluan ya. Istriku kurang enak badan.""Pergilah, biar nanti Bapak sm Ibu ,kami yang antar", aku masih curiga, Luna ada hubungannya dengan Frans . Mungkin terkait masa lalu.Setelah Fathir&Luna pulang, tak lama Frans juga pamit untuk pulang. Hingga tersisa aku sekeluarga beserta Chintya sekeluarga dan Bapak&Ibu."Eh Chin, emang Lita temenan sama kamu udah lama ya?", aku mulai mengorek informasi. Memang aku jagonya kepo jika itu menyangkut keluargaku."Hmm lumayan sih Mba, sekitar tiga tahunan lah selama kuliah. Setauku dia rela ninggalin bangku kuliah katanya sih mau dijodohin gitu sama Papa nya. Semenjak itu Lita gapernah ngabarin lagi, bahkan kontak dan sosmednya tak aktif lagi, baru seminggu kemarin rumah di ujung sana kedatangan warga baru, dan pas itu aku tau kalo Lita dan keluarganya yang nempatin." Chintya menjelaskan sambil menikmati kue tart sisa pesta.Aku manggut-manggut paham.Setelah mengantar Bapak&Ibu, kami bergegas pulang.Menceritakan dongeng untuk Alea hingga tertidur, baru aku bisa bersantai berselancar di sosmed.Aku mempunyai akun sosmed F* dengan nama Maya, karena aku yang kepo an membuatku mempunyai akun fake untuk memantau orang-orang terdekatku bahkan keluargaku sendiri.Untuk mengontrol F* Mas Rival tepatnya, hanya berjaga-jaga saja tanpa harus tau aku getol mengintainya mengalahi detektif.Kulihat saran teman di beranda.Muncul satu akun dengan nama Maheswara memasang poto profil sketsa wanita yang kurang jelas. Tapi dengan cepat aku tau.Jika ditamatkan,itu seperti skesta wajah Luna.Meskipun baru mengenalnya, tapi aku paham sketsa itu memang mirip dengan Luna -iparku- hanya saja di gambar itu sedikit berbeda. Terlihat Luna berambut panjang.Aku mengklik permintaan berteman, tak menunggu lama permintaanku dikonfirmasi.Ah ... Saatnya mengulik informasi tentang lLuna.Untuk apa juga dia mempunyai akun dengan nama samaran dan pp hanya sketsa wajah -yang bila diamati sekilas tak ada kesamaan wajah dengannya- . Dan orang pun tak akan mengira itu Luna.1 teman yang sama? Kuklik daftar teman di F* Luna -yang mengatasnamakan nama Maheswara tersebut- .Rival Andriansyah ???Hah?Mas Rival berteman dengan Luna?Sejak kapan?Kenapa aku baru tahu?Oh mungkin aku tak menyadarinya, selama ini.Apa Mas Rival tau? Akun bernama Maheswara itu Luna?Atau mungkin aku salah orang?Semakin penasaran aku di buatnya.Kuscroll semua aktifitas di profilnya.Hingga suara erangan mengagetkanku, 'huft' ternyata Mas Rival , mungkin sedang bermimpi.Kulanjutkan penyelidikanku, aku harus menemukan bukti apapun tentang Luna.Tiba-tiba ekor mataku menangkap ponsel Mas Rival di atas bantal, tepat di samping tangannya.Tak menunggu lama, segera kuhidupkan ponselnya.Ah sial.Batre lemah.....Aku turun dari ranjang, beralih ke ruang tamu. Sambil men-charger ponsel Mas Rival, aku melihat semua isi ponselnya.Tak ada yang aneh.Dari mulai WA, F*, IG bahkan Telegram tak ada satupun keanehan yang membuatku curiga.Tak ada apapun disana.Hanya berisi kumpulan rekan kerjanya yang asyik berceloteh di grup .Aku membuka galeri, tak ada juga sesuatu yang mencurigakan.Ahhh mungkin otakku sudah ga waras.Bagaimana bisa aku berpikir Mas Rival ada sesuatu dengan Luna -_-Aneh-aneh saja.Mereka pun jarang bertegur sapa, tak mengenal satu sama lain.Mungkin aja Mas Rival juga tak tau akun Maheswara itu milik Luna.Bukankah di sosmed kita bebas berteman dengan siapa saja ? Walaupun tak tau akun siapa yang kita jadikan teman.Sepertinya aku kerasukan sinetron azab dan curahan istri yang sering nongol di salah satu stasiun televisi di siang hari sambil menemani Alea bermain.Kacau kacau...... Kacau balauSadar dong Ningsih, buat apa juga kamu repot-repot mencurigai suami dengan ipar. Hal yang sungguh tidak masuk di akal.Aku tertawa dalam hati, merutuki kebodohanku.Aku cabut kembali kabel charger dari ponsel Mas Rival, dan kembali ke kamar .Kuletakkan ponsel suamiku di atas meja dan bergegas tidur.Tetap saja mataku juga tak mau terpejam.Seperti ada yang mengganjal tapi bukan ginjal, eh apasih aku ini. Garing.Rasanya.....seperti ada dorongan dalam diri untuk mengetahui bahkan membuktikan sesuatu, tapi aku sendiripun tak tau apakah itu ?***** ****** *****Akan ada banyak plot twist menanti kalianYuk kita kupas satu-satuPantengin shay ......****Aku mulai jatuh cinta padamu', terlihat status itu ditulis sekitar empat tahun yang lalu.'Harusnya aku tak boleh jatuh cinta''Ah.. semoga perasaan ini hanya sementara''Aku mulai terbiasa denganmu''Ratusan lelaki hadir, hanya dirimu yang meninggalkan kesan'Aku mengernyitUntuk siapa status-status ini dibuat ?Apakah seseorang di masa lalu Luna?Pacar Luna mungkin?Isinya hanya tentang wanita sedang jatuh cinta yang memuja lelaki idaman nya.'dimana kamu.. kenapa tak pernah hadir'Status itu sekitar 2 tahun yang lalu.'aku resah tanpamu''apa kau hanya mempermainkanku? Ataukah aku yang berharap lebih?''harus kemana aku mencarimu''aku putus asa kehilanganmu''demi kamu, aku rela menjadi lebih baik''lembaran baru. Bismillah'Itu status t
Setelah Mas Rival berangkat kerja, aku main kerumah ibu bersama Alea.Tiba-tiba aku rindu dendeng balado masakan Ibu.Rumah Ibu tampak sepi, mungkin Bapak ke sawah, Fathir jelas bekerja jam segini .Ibu dan Luna kemana ya?Rumah tak dikunci, aku merebahkan diri di sofa ruang tamu sambil memantau Alea bermain boneka di karpet bawah.15 menit kemudian, terdengar suara dari arah luar."Loh Nduk? Udah lama? Kok nggak bilang mau maen? Ibu habis dari Supermarket. Belanja bulanan ini ditemani Luna."Aku mengernyit heran, 'Luna tumben mau nemeni Ibuk belanja bulanan. Ah mungkin iparku satu ini sudah berubah' .Luna hanya diam saja."Iya nih Buk. Tiba-tiba pengen dendeng nya Ibuk." Aku merajuk seperti anak kecil.Ibuk tersenyum, "oke ,Ibu buatkan. Tapi beli daging sapinya dulu ya , Ibu tadi cuma beli daging untuk
Sudah hampir tiga jam Luna tak kunjung kembali, aku berniat menyusulnya.Hendak mengeluarkan matic dari garasi, Luna datang membuka pagar."Nih Mba dagingnya, aku masuk duluan ya. Capek", belum sempat kutanya mengapa sampai selama ini hanya membeli daging . Tapi ku urungkan niatku, kasihan mungkin dia lelah.Luna banyak berubah akhir-akhir ini, menjadi pendiam seperti banyak beban.'ah sudahlah, biar menjadi urusannya' , aku memutuskan langsung membawa daging menuju dapur sekalian membantu Ibu memasak.***Selepas adzan magrib, Mas Rival menjemputku .Kami berkumpul di meja makan, menikmati masakan Ibu.Luna terlihat gusar sambil memainkan ponselnya. Sesekali menghembuskan nafas panjang."Kenapa Lun? Ada masalah?", Fathir menyadari perubahan istrinya.Luna hanya memasang senyum sambil menggelengkan kepala.
Sehabis sholat shubuh, aku bergegas membantu di dapur.Banyak tetangga ikut membantu mempersiapkan acara tasyakuran nanti malam.Mas Rival membantu membersihkan halaman dan menata tanaman dibantu Fathir.Arif memasang terop bersama Bapak dan warga lain.Sedangkan Chintya berkutat dengan kue-kue bermacam jenis buatannya .Ibu bermain bersama Kiara dan Alea.Luna tentu saja masih menikmati mimpinya di kamar sana."Sini Ning, bantu Mak ngupas bawang", Mak Uwan memanggilku."Nggeh mak", aku segera duduk tanpa alas di samping Mak Uwan dan Bu Sekar."Mana Jeng , menantu barumu? Kok gak ikutan gabung disini, biar akrab sama warga lain", Bu Inge yang sedang mencuci ayam bertanya pada Ibuk yang sedang menuang air panas ke dalam botol susu Kiara."Masih di kamar Nge, kurang enak badan. Jadi aku suruh istirahat dulu aja.
Jam menunjukkan pukul 16.45 WIBMas Rival datang dan bergegas mandi, keburu adzan maghrib.Makanan sudah rapi tertata di meja, Chitnya menyuapi Kiara.Sejak kejadian pagi tadi ,aku tak melihat Luna lagi. Mungkin tidur di kamarnya.Selepas shalat maghrib, kami sekeluarga menuju meja untuk buka bersama.Terdengar deru mobil, Fathir baru saja pulang.Luna langsung keluar menuju garasi menyambut Fathir."Assalamualaikum""Waalaikumsalam, wah Mas Fathir pulang. Akhirnya kita bisa buka puasa pertama bareng ya Mas, alhamdulillah" terdengar suara Luna mendayu-dayu.Mulai berdrama"Kamu makan duluan aja Lun, Mas mau mandi dulu ya. Gerah sayang" Fathir hendak menuju kamar mandi."Lho Mas, makan dulu ajasih baru mandi. Aku nungguin kamu lho daritadi rela nahan laper, biar bisa makan bareng kamu. Ini kan buka puasa pertama kita sebagai suami istri yang sah"
"Waalaikumsalam" kuakhiri dengan salam telfon dari Mba Ningsih.Semenjak menikah dengan Luna, hampir setiap hari aku mendapat sindiran secara halus yang dibungkus dengan lelucon, bahkan tak jarang aku mendapat teguran secara terang-terangan dari semua orang yang mengenalku.Apa yang Luna perbuat? Hingga semua orang ingin aku bersikap tegas atau meninggalkannya. Tak pantas bersanding denganku katanya, mengapa? Aku juga bukan orang yang pandai beragama dan berakhlak mulia. Hingga sebuah ingatan beberapa tahun lalu muncul di benakku."Gimana Thir? Parah sih kamu. Bisa-bisanya toh ndak ingat apa-apa. Kalo sampe cewe itu lapor, kita semua bisa kena imbasnya. Malu lah kalo sampe kita diturunkan jabatan , syukur-syukur ndak dimutasi" Sahwan~teman sejawatku kala itu menyalahkanku.Gara-gara ide Rohim~yang juga teman se-angkatan, membuatku terjebak dalam situasi genting yang ak
"Iya Mas, ini aku di parkiran mau otw pulang. Tadi keasyikan sama temen, gatau kalo Mas telfon" suara Luna di ujung telfon terdengar sangat lembut."Yasudah, hati-hati lho ya! Mastadi khawatir, Luna ndak ada kabar soalnya. Cepet pulang, bawa mobilnya sante aja. Jangan kebut-kebutan , Mas tunggu di rumah Sayang. Assalamualaikum" akhirnya Fathir bisa bernapas lega mengetahui istri tercintanya dalam kondisi baik-baik saja."Waalaikumsalam" Luna tersenyum simpul.***"Aman Mas, aku pulang dulu ya. Mas Frans ati-ati lho" Luna mengerlingkan mata menatap Frans di depannya."Siap Sayangku, udah sana gih naik!" Ucap Frans memerintah.Mereka baru saja berkencan menikmati momen berdua, tentunya di belakang pasangan sah mereka.***"Istriku darimana aja ? Sampe susah dihubungi" Fathir menyambut kedatangan Luna.
"Asyiaaaaap, butuh bantuan apa nih?" suara bariton terdengar dari seberang telfon."Tolong selidiki wanita yang aku kirim fotonya , setauku dia bernama Luna, istri dari adik temanku. Kumpulkan informasi yang kamu dapat sebanyak-banyaknya, langsung hubungi aku. Bisa?" Sesak di dada Lita semakin terasa, amarahnya terlihat kuat."Siap, dengan senang hati""Oke, thanks ya Kev""Urwell"Lita segera mengakhiri pembicaraannya dengan Kevin, sahabatnya itu selalu ada saat dibutuhkan. Sejak kecil mereka bersahabat karena bertetangga, itulah alasan mereka bisa sedekat seperti sekarang.Dari awal Lita sudah menaruh curiga pada Luna, melihat tatapan mata Frans ke Luna membuat instingnya tajam sebagai istri . Hanya saja ,ia tak terlalu mempedulikan. Hingga akhir-akhir ini perubahan Frans sangat mengganggu pikiran Lita, ditambah bukti dari Mela bahwa