Setelah Mas Rival berangkat kerja, aku main kerumah ibu bersama Alea.
Tiba-tiba aku rindu dendeng balado masakan Ibu.Rumah Ibu tampak sepi, mungkin Bapak ke sawah, Fathir jelas bekerja jam segini .Ibu dan Luna kemana ya? Rumah tak dikunci, aku merebahkan diri di sofa ruang tamu sambil memantau Alea bermain boneka di karpet bawah.15 menit kemudian, terdengar suara dari arah luar."Loh Nduk? Udah lama? Kok nggak bilang mau maen? Ibu habis dari Supermarket. Belanja bulanan ini ditemani Luna."Aku mengernyit heran, 'Luna tumben mau nemeni Ibuk belanja bulanan. Ah mungkin iparku satu ini sudah berubah' .Luna hanya diam saja."Iya nih Buk. Tiba-tiba pengen dendeng nya Ibuk." Aku merajuk seperti anak kecil.Ibuk tersenyum, "oke ,Ibu buatkan. Tapi beli daging sapinya dulu ya , Ibu tadi cuma beli daging untuk rawonan, Bapak minta di masakin rawon.""Biar aku aja yang ke Supermarket Bu, Ibu kan capek habis dari sana. Masak bolak - balik sih." Hendak mengambil jaket menuju garasi , Luna menghentikanku."Udah Mba dirumah aja ,kan Mba bertamu disini, jadi biar aku aja yang beli. Lagian juga deket." Lagi-lagi aku tercengang, kesambet apa nih ipar ?Tanpa menunggu persetujuanku, Luna kembali ke garasi mengeluarkan mobil.Dasar ! , ke Supermarket depan sana aja bawa mobil. Ribet banget, pake motor juga lebih cepet sampe, dengusku.Luna sudah berlalu , mengendarai mobil sendiri menuju supermarket.Aku bergegas membantu Ibu menata belanjaan .---Sudah 2 jam lebih berlalu, Luna belum juga kembali.Normalnya jika hanya membeli daging di Supermarket menggunakan mobil, hanya membutuhkan waktu 1 jam.Pikiranku berkelana, khawatir terjadi sesuatu dengan Luna.Meskipun Luna menyebalkan, tetep saja aku masih punya rasa simpatik padanya.Aku menghubungi nomer Luna.Tuuuuttttt.... Tuuuuutttttt.... Tersambung, tapi tidak diangkat.Ahhh mungkin terjebak macet, atau mungkin antriannya memanjang? Mengingat ini awal bulan biasanya para Ibu berbondong-bondong belanja bulanan.Aku tunggu sajalah, kalau 1 jam kedepan belum juga ada kabar, aku susulin aja kesana. Pikirku.Kemana ya Luna ?Aku menyibukkan diri dengan memainkan ponsel, iseng mengintip status akun bernama Maheswara alias Luna.Tak ada status baru, kembali ke beranda. Melihat semua status temanku.Chintya mengupload resep hasil eksperimennya. Adikku satu itu memang ahlinya perdapuran, masakannya selalu pas di lidah. Belum lagi, aneka kue basah dan kering selalu bisa memanjakan lidah.Beralih ke komentarnya, ada akun Lita disana dengan nama aslinya , Alita Suherman.Ingin ikut berkomentar, tapi tak mungkin. Bisa ketahuan dong penyamaran akun bodongku ini yang khusus kubuat untuk stalking semua orang terdekatku.Kukirim permintaan berteman kepada Lita, tak lama langsung dikonfirmasi.Lanjut kepo.....Kulihat semua postingan Lita, biasa saja.Hanya berisi tautan-tautan yang di tag oleh temannya, kumpulan cerpen dan cerbung . Foto keluarganya pun tak ada di postinganya.Hanya menampilkan satu foto Alita yang sedang berselfie, cantik.Status hubungannya menikah dengan Frans Siregar, wah ini dia!Tak menunggu lama, kukirimkan juga permintaan berteman dengan Frans.Belum ada konfirmasi, namun Frans rupanya berteman dengan akun Maheswara, terlihat dari munculnya 'satu teman yang sama'Mungkin memang benar, mereka ada sesuatu di masa lalu."Maaaa....ngantuk" Alea menarik-narik ujung bajuku."Iya Sayang, ayo tidur" segera kutaruh ponselku di samping TV dan menemani Alea tidur.Hingga saat ini, Luna tak kunjung kembali.Masa iya nyasar? Gak mungkin banget.Kutepuk pantat Alea sambil memeluknya hingga ia tertidur."Luna belum pulang, Nduk?" Ibu terlihat cemas."Belum Bu, mungkin antriannya panjang. Kan tanggal muda" ujarku menenangkan."Iya tapi ini sudah lama banget lho. Ibu khawatir, Luna sendirian lagi" "Bentar lagi Ningsih susulin Bu, Ibu tenang aja. Rawonnya sudah mateng?"Aku berusaha mengalihkan topik agar Ibu tak khawatir berlebih."Sudah Nduk, kalo makan ambil aja, suapin Alea juga mumpung masih panas. Ibu rebahan sebentar ya" Aku tersenyum manis membiarkan Ibu beristirahat.Apa aku susulin sekarang ya Luna?Alea tampak tidur dengan nyenyak.Hmmm***** ** ***** *******Pov Luna
Ddrrt.. ddrrt... Drrtttt....
Ponselku terus bergetar, Mba ningsih telfon .Pasti menungguku. Sudah lebih dari 2 jam aku pergi.Aku mengamati ponselku tanpa berniat menjawab panggilan iparku."Kenapa nggak diangkat? Siapa tau penting?," Lelaki di depanku menatapku lembut.Aku hanya menggelengkan kepala.Hendak pulang dari Supermarket tadi , aku mampir pom mengisi bensin terlebih dahulu.Siapa di sangka, aku bertemu lagi dengan Mas Frans yang sedang mengisi angin ban mobilnya di tempat yang sama.Jodohkah?Tak bisa lagi aku memungkiri, rindu ini sudah terlalu lama tertahan, ingin segera dilabuhkan.Akhirnya disinilah kami, di sebuah Restaurant dekat Supermarket.Bertukar kabar, dan membahas cerita yang belum kelar, cerita cinta tepatnya.Akhirnya aku tau kenapa Mas Frans menghilang, ulah Papanyalah di balik semua ini.Tentu saja aku paham, Papanya tak akan mau mempunyai menantu seorang jalang.Kasar sekali bukan? Itu sebutan Papa Mas Frans yang selalu diutarakan padaku."Heh, kok melamun? , Apa kamu bahagia Luna?" Lelaki ini masih sama seperti dahulu, tak ada yang berubah.Perhatian, kelembutan, kehangatannya . Aku bisa merasakan semuanya masih sama seperi dahulu.Aku hanya mengangguk samar."Kenapa kamu jadi pendiam? Tak seriang Lunaku dulu? Hmmm" kudengar Mas Frans menghela nafas kasar ."Aak aaakuu butuh waktu mas untuk menyusun kenangan puzzle ini, mengembalikannya seperti semula. Sungguh aku perlu sedikit waktu."Aku tergagap, lidahku kelu.Di lain sisi, aku merasa bersalah. Mas Fathir sangat baik padaku, ia mau menerima semua kekuranganku, sifat burukku sekalipun dan mencintaiku apa adanya.Tapi, aku sangat mencintai Mas Frans. Aku ingin mengulang kisah , merajut cinta kembali bersama Mas Frans.Egoiskah aku jika ingin memiliki keduanya?"Baiklah, simpan nomerku ya. Kita bisa sambung lewat ponsel. Eh apa suamimu sering mengecek ponselmu?" Lagi-lagi aku menggeleng ."Baiklah, bagus . Jadi kita bisa bertukar pesan kapanpun. Pulanglah, tenangkan dulu pikiranmu. Jika kamu siap, hubungi aku ."Senyuman itu, Tulus dan menyejukkan. Senyuman yang selalu kurindukan.Aku bergegas pergi, meninggalkan Mas Frans dengan detakan jantungku yang tak beraturan.Aku mencintainya, sangat-sangat mencintainya. Tapi sanggupkah aku menghianati ketulusan Mas Fathir ?Karna Mas Frans aku frustasi, hingga tega menjebak seorang pemuda yang mapan sampai akhirnya mau menikahiku.Aku malu, takut dan merasa bersalah tiap bayangan Mas Frans memenuhi pikiranku.Padahal Mas Fathir tak kekurangan satu apapun, harusnya aku lebih bersyukur.Dengan kehadiran Mas Fathir, aku berhasil keluar dari jeratan dunia hitam yang memabukkan. Walaupun dengan cara yang salah.Aku juga mulai suka dengan kelembutan Mas Fathir, tapi aku sangat mencintai Mas Frans.Aku jadi bimbang.Ya Tuhan, apa salahku? Sebesar inikah dosaku? Hingga membuatku kelimpungan dikelilingi dua lelaki idaman seperti ini.Ah rupanya terlalu pede juga aku ini..Akankah Mas Fathir kecewa? Jika mengetahui yang sebenarnya?Akankah Mas Fathir mencampakkanku setelah tau aku tak sesuci yang ia kira?Dan apakah Mas Fathir akan meninggalkanku setelah tau hancur leburnya masa laluku?Tak hanya dengan Mas Frans, namun dengan puluhan lelaki yang mungkin saja dikenalnya, mengingat banyak sekali lelaki yang berkencan denganku.Bukankah dunia hanya selebar daun kelor?Mataku berkaca-kaca, teringat kelamnya masa itu.Ah sudahlah, sudah terjadi. Untuk apa aku menyesali? Toh aku menikmati semua hasilnya selama ini.Hidup dengan mewah, membeli apapun tinggal tunjuk tanpa melihat harga, ponsel keluaran terbaru selalu di genggamanku, perawatan di salon tiap waktu, dan saldo di rekeningku yang semakin bertambah membuatku bahagia menikmati hidup ini.Hidup cuma sekali bukan?Jadi yaaaa, Nikmati saja.Okee, aku akan bermain-main dengan keduanya, asal aku senang. Tak ada satu orangpun yang boleh menghalangi kesenanganku. Aku harus bermain secantik mungkin, agar Mas Fathir tak curiga, dan akupun bisa leluasa memadu kasih sepuasnya dengan Mas Frans.Jangan panggil aku Luna, kalau tak bisa menaklukkan semua lelaki.Bukan Luna namanya jika tak jago membuat semua lelaki bertekuk lutut, apalagi urusan ranjang. Akulah juaranya.Karna lelaki memang makhluk visual, otaknya pun tak akan jauh seputar selangkangan, itulah kelemahan lelaki pada umumnya, dan aku sudah khatam jurusnya.Bukannya sombong, memang seperti itulah kenyataannya.Aku selalu menjadi primadona di berbagai Club yang sering aku kunjungi.Jadi , hal seperti ini bukan masalah yang besar kan?Tunggu Luna beraksi .....***** ** *****Akan ada banyak plot twist menanti kalianYuk kita kupas satu-satuPantengin shay ......****Sudah hampir tiga jam Luna tak kunjung kembali, aku berniat menyusulnya.Hendak mengeluarkan matic dari garasi, Luna datang membuka pagar."Nih Mba dagingnya, aku masuk duluan ya. Capek", belum sempat kutanya mengapa sampai selama ini hanya membeli daging . Tapi ku urungkan niatku, kasihan mungkin dia lelah.Luna banyak berubah akhir-akhir ini, menjadi pendiam seperti banyak beban.'ah sudahlah, biar menjadi urusannya' , aku memutuskan langsung membawa daging menuju dapur sekalian membantu Ibu memasak.***Selepas adzan magrib, Mas Rival menjemputku .Kami berkumpul di meja makan, menikmati masakan Ibu.Luna terlihat gusar sambil memainkan ponselnya. Sesekali menghembuskan nafas panjang."Kenapa Lun? Ada masalah?", Fathir menyadari perubahan istrinya.Luna hanya memasang senyum sambil menggelengkan kepala.
Sehabis sholat shubuh, aku bergegas membantu di dapur.Banyak tetangga ikut membantu mempersiapkan acara tasyakuran nanti malam.Mas Rival membantu membersihkan halaman dan menata tanaman dibantu Fathir.Arif memasang terop bersama Bapak dan warga lain.Sedangkan Chintya berkutat dengan kue-kue bermacam jenis buatannya .Ibu bermain bersama Kiara dan Alea.Luna tentu saja masih menikmati mimpinya di kamar sana."Sini Ning, bantu Mak ngupas bawang", Mak Uwan memanggilku."Nggeh mak", aku segera duduk tanpa alas di samping Mak Uwan dan Bu Sekar."Mana Jeng , menantu barumu? Kok gak ikutan gabung disini, biar akrab sama warga lain", Bu Inge yang sedang mencuci ayam bertanya pada Ibuk yang sedang menuang air panas ke dalam botol susu Kiara."Masih di kamar Nge, kurang enak badan. Jadi aku suruh istirahat dulu aja.
Jam menunjukkan pukul 16.45 WIBMas Rival datang dan bergegas mandi, keburu adzan maghrib.Makanan sudah rapi tertata di meja, Chitnya menyuapi Kiara.Sejak kejadian pagi tadi ,aku tak melihat Luna lagi. Mungkin tidur di kamarnya.Selepas shalat maghrib, kami sekeluarga menuju meja untuk buka bersama.Terdengar deru mobil, Fathir baru saja pulang.Luna langsung keluar menuju garasi menyambut Fathir."Assalamualaikum""Waalaikumsalam, wah Mas Fathir pulang. Akhirnya kita bisa buka puasa pertama bareng ya Mas, alhamdulillah" terdengar suara Luna mendayu-dayu.Mulai berdrama"Kamu makan duluan aja Lun, Mas mau mandi dulu ya. Gerah sayang" Fathir hendak menuju kamar mandi."Lho Mas, makan dulu ajasih baru mandi. Aku nungguin kamu lho daritadi rela nahan laper, biar bisa makan bareng kamu. Ini kan buka puasa pertama kita sebagai suami istri yang sah"
"Waalaikumsalam" kuakhiri dengan salam telfon dari Mba Ningsih.Semenjak menikah dengan Luna, hampir setiap hari aku mendapat sindiran secara halus yang dibungkus dengan lelucon, bahkan tak jarang aku mendapat teguran secara terang-terangan dari semua orang yang mengenalku.Apa yang Luna perbuat? Hingga semua orang ingin aku bersikap tegas atau meninggalkannya. Tak pantas bersanding denganku katanya, mengapa? Aku juga bukan orang yang pandai beragama dan berakhlak mulia. Hingga sebuah ingatan beberapa tahun lalu muncul di benakku."Gimana Thir? Parah sih kamu. Bisa-bisanya toh ndak ingat apa-apa. Kalo sampe cewe itu lapor, kita semua bisa kena imbasnya. Malu lah kalo sampe kita diturunkan jabatan , syukur-syukur ndak dimutasi" Sahwan~teman sejawatku kala itu menyalahkanku.Gara-gara ide Rohim~yang juga teman se-angkatan, membuatku terjebak dalam situasi genting yang ak
"Iya Mas, ini aku di parkiran mau otw pulang. Tadi keasyikan sama temen, gatau kalo Mas telfon" suara Luna di ujung telfon terdengar sangat lembut."Yasudah, hati-hati lho ya! Mastadi khawatir, Luna ndak ada kabar soalnya. Cepet pulang, bawa mobilnya sante aja. Jangan kebut-kebutan , Mas tunggu di rumah Sayang. Assalamualaikum" akhirnya Fathir bisa bernapas lega mengetahui istri tercintanya dalam kondisi baik-baik saja."Waalaikumsalam" Luna tersenyum simpul.***"Aman Mas, aku pulang dulu ya. Mas Frans ati-ati lho" Luna mengerlingkan mata menatap Frans di depannya."Siap Sayangku, udah sana gih naik!" Ucap Frans memerintah.Mereka baru saja berkencan menikmati momen berdua, tentunya di belakang pasangan sah mereka.***"Istriku darimana aja ? Sampe susah dihubungi" Fathir menyambut kedatangan Luna.
"Asyiaaaaap, butuh bantuan apa nih?" suara bariton terdengar dari seberang telfon."Tolong selidiki wanita yang aku kirim fotonya , setauku dia bernama Luna, istri dari adik temanku. Kumpulkan informasi yang kamu dapat sebanyak-banyaknya, langsung hubungi aku. Bisa?" Sesak di dada Lita semakin terasa, amarahnya terlihat kuat."Siap, dengan senang hati""Oke, thanks ya Kev""Urwell"Lita segera mengakhiri pembicaraannya dengan Kevin, sahabatnya itu selalu ada saat dibutuhkan. Sejak kecil mereka bersahabat karena bertetangga, itulah alasan mereka bisa sedekat seperti sekarang.Dari awal Lita sudah menaruh curiga pada Luna, melihat tatapan mata Frans ke Luna membuat instingnya tajam sebagai istri . Hanya saja ,ia tak terlalu mempedulikan. Hingga akhir-akhir ini perubahan Frans sangat mengganggu pikiran Lita, ditambah bukti dari Mela bahwa
Luna sampai di rumah sekitar pukul 19.00.Fathir yang melihat kepulangan istri sahnya tampak lega. Matanya memancarkan kebahagiaan."Alhamdulillah akhirnya sampe rumah. Macet ya Sayang?" Fathir dengan sigap membawakan tas dan beberapa kantong belanja milik Luna."Iya Mas, maaf ya aku pulang telat. Suka lupa waktu kalo udah kumpul" Luna tersenyum tanpa dosa, tak merasa bersalah sekalipun."Yaudah kamu mandi dulu gih terus makan ya. Biar seger""Iya Mas"***Sepeninggal Luna mandi, Fathir membongkar tas dan kantong belanjaan Luna, tak ada yang aneh.Hanya ada beberapa helai pakaian , aneka macam kue dan pernak-pernik wanita lainnya.Fathir merasa bersalah karena mencurigai istrinya.Setan apa yang udah merasukiku sampai aku segitunya sama Luna, batin Fathir.Segera ia rap
Satu jam kemudian , Luna muncul dengan dandanan yang aduhaiiiiii....Rok pendek motif catur ala-ala girlband korea dipadu dengan kaus ketat andalannya berwarna putih. Makeup tipis dengan lipstick berwarna nude, anting dan gelang berwarna senada dengan lipstik. Tak lupa heels lima centimeter menambah kesan seksi pada tampilannya. Rambutnya dikuncir ekor kuda memperlihatkan lehernya yang putih mulus.Ck...cantik , aku menggumam.Lita melongo melihat tampilannya, mungkin juga mengagumi kecantikan Luna. Sama sepertiku."Mau kemana?" Tanyaku."Kan aku tadi udah bilang Mba, mau shopping. Males di rumah gabung sama Ibu-ibu," ujarnya . Matanya tak beralih dari layar ponselnya."Sialan, culamitan! Kamu juga bentar lagi jadi Ibu-ibu. Emang mau muda terus? Ngimpiii!" Sewotku."Ya setidaknya aku lebih oke lah ya walaupun jadi Ibu-ibu nantinya. Gak kayak situ y
##BAB Terakhir Ending Akhir Kisah Luna“Apa, sih, Mas?” tanya Stefani kesal. Pasalnya gadis itu capek ingin merebahkan tubuhnya di atas ranjang untuk beristirahat.“Kamu jelaskan sama Mas sekarang! Benarkah kamu yang menaburkan bubuk gatal di pakaian Luna?” tanya Frans kali ini merendahkan suaranya.“Iya, kenapa?” sahut Fani enteng.“Apa alasanmu melakukan itu?” selidik Frans.“Kamu nggak tahu aja, Mas. Mbak Luna itu nyebelin tahu nggak, sih. Dia mesti bikin aku kesal. Nggak Cuma aku, bahkan ke Mama juga. Semua orang yang berdekatan dengannya juga pasti dibuat kesel sama dia!”“Nggak boleh gitu. Walaupun bagaimana kondisinya, Luna itu tetap Kakakmu juga!” kata Frans menasehati.“Dia aja nggak pernah ngehargain aku, Mas. Gimana aku bisa nganggep dia Kakak? Aku nggak suka dia ada di sini!” ketus Fani.“Terus maksud kamu? Kamu ngusir aku?” tanya Frans.“Bukan begitu. Pokoknya aku nggak suka Mas Frans sama dia. Kayak nggak ada cewek lain saja!”“Nggak bisa. Mas cinta sama Luna lagi pula s
Entah sudah berapa lama Luna terpejam, ia terbangun karena tenggorokannya kering. Ia melihat jarum jam menunjukkan pukul 02.00 WIB.Luna beranjak dari tempat tidur, ia keluar kamar menuju dapur. Sesampainya di dapur, ia menuang air galon ke dalam gelas. Meneguknya hingga tandas.Setelah puas minum, Luna penasaran akan Frans dan Zhuema, ke mana mereka?Sejak kejadian tadi malam, Luna belum melihat keberadaan mereka.Dengan langkah pelan, ia meuju kamar tidur khusus tamu yang terletak di kamar sebelahnya. Entah kenapa perasaannya mengatakan Frans ada di dalam.Ceklek!Luna memutar knop pintu dengan pelan, tak ingin menimbulkan suara di tengah malam seperti ini.Luna mengendap-endap masuk ke dalam kamar tersebut, dengan cahaya yang remang ia masih mampu melihat seseorang yang sedang terlelap di atas kasur berukuran standart.Matanya memicing, mengamati wajah seseorang itu. Benar sekali perasaannya, seseorang itu adalah Frans, suaminya. Nampak tertidur pulas dengan suara dengkuran halus.
"Paket ... paket ... paket ...," teriak kurir berjaket hitam dengan menggunakan sepeda motor berwarna senada. Kurir tersebut tampak celingukan di depan pagar rumah Pak Handoko.Satpam menghampiri tanpa membuka pagar."Iya, Pak. Ada apa?" tanya satpam sembari memandang penampilan kurir dari atas ke bawah."Ini ada paket atas nama Stefani benar di sini?" kata kurir sembari mengacungkan sebuah barang berbungkus plastik hitam."Iya, dari mana?" tanya satpam."Dari Jonggol, ya, mana saya tahu ini dari mana, tugas saya cuma ngirim. Bener nggak di sini kediaman Bu Stefani?" kata kurir lagi sembari memandang satpam tak yakin."Bener, sih. Tapi Mbak Stefani itu belum menikah, ngapain situ panggil-panggil Bu?" tanya satpam masih keukeh tak membukakan pagar."Duh, Pak. Ini terima, sini saya foto, capek deh kalo nemu orang gaptek macem ni bisa puyeng akikah!" Kurir bergegas menscan barcode yang tertera di sampul paketan, lalu menyerah
Entah sudah berapa lama Luna terpejam, ia terbangun karena tenggorokannya kering. Ia melihat jarum jam menunjukkan pukul 02.00 WIB.Luna beranjak dari tempat tidur, ia keluar kamar menuju dapur. Sesampainya di dapur, ia menuang air galon ke dalam gelas. Meneguknya hingga tandas.Setelah puas minum, Luna penasaran akan Frans dan Zhuema, ke mana mereka?Sejak kejadian tadi malam, Luna belum melihat keberadaan mereka.Dengan langkah pelan, ia meuju kamar tidur khusus tamu yang terletak di kamar sebelahnya. Entah kenapa perasaannya mengatakan Frans ada di dalam.Ceklek!Luna memutar knop pintu dengan pelan, tak ingin menimbulkan suara di tengah malam seperti ini.Luna mengendap-endap masuk ke dalam kamar tersebut, dengan cahaya yang remang ia masih mampu melihat seseorang yang sedang terlelap di atas kasur berukuran standart.Matanya memicing, mengamati wajah seseorang itu. Benar sekali perasaannya, seseor
Zhuema kembali terlelap dalam gendongan Luna. Dengan hati-hati, Luna meletakkan Zhuema ke dalam box bayi, tempat tidur Zhuema selama ini. Bahkan box tersebut pemberian dari mantan ibu mertuanya, Bu Lujeng.Setelah memastikan Zhuema pulas, Luna berjalan mendekat. Ia naik ke atas kasur, mengambil bantal yang menutupi wajah suaminya."Kenapa, sih?" tanya Luna menatap wajah Frans dengan lekat."Hmm ...," gumam Frans tanpa mau membuka mata."Ayo cerita sini, kenapa?" ulang Luna sembari mengguncang tubuh Frans.Frans yang merasa tidak nyaman dengan perlakuan Luna, terpaksa membuka mata. Ia melirik sekilas ke arah Luna."Duduk! Cerita sama aku, kamu kenapa!" tegas Luna.Frans menuruti perkataan Luna, ia menyusun beberapa bantal di belakang tubuhnya, untuk bersandar.Kini mereka sama-sama terdiam dalam posisi duduk bersandar pada bantal.Luna menunggu dengan sabar kalimat yang akan muncul dari bibir Frans."Aku habi
Seusai sarapan, Frans mengajak Luna ke Mall, mereka akan membeli ponsel baru untuk Luna. Tentu saja setelah menitipkan Zhuema pada Bi Asih."Mas, pokoknya aku mau iphone series terbaru, ya!" kata Luna manja."Iya!" kata Frans singkat.Mereka memasuki konter dengan brand ternama. Setelah disambut dengan hangat, Luna segera meluncur ke etalase. Matanya berbinar melihat aneka ponsel mahal berjejer rapi."Mbak, iphone series terbaru sekarang ini apa, ya?" tanya Luna pada SPG konter."Oh, yang baru launching, sih, iphone 12 pro max, Kak. Udah lengkap banget untuk specnya," ujar Mbak SPG ramah."Oke, mau satu, ya, Mbak!" kata Luna.Mbak SPG segera mengambilkan pesanan Luna, namun dalam bentuk contoh display. Setelah dijelaskan mengenai fitur dan lain sebagainya. Luna mengiyakan, ia segera meminta Frans untuk membayarnya."Mas, bayar, gih!" titah Luna.Frans mengambil dompetnya, ia meng
Bu Niken menatap tajam ke arah Luna dan Stefani bergantian."Ada yang bisa jelasin ini kenapa?" tanya Bu Niken dengan sorot mata menyeramkan.Luna menunduk, Stefani pun angkat bicara. Frans menghela napas panjang. Mereka terdiam, tidak satu pun berniat menjelaskan."Fani ...," panggil Bu Niken menatap Stefani, berharap putrinya itu mau menjelaskan."Menantu Mama itu nggak ada akhlaq!" cebik Stefani.Bu Niken mengerutkan kening, tatapannya beralih ke Luna."Anak Mama aja, tuh, yang lebay. Bocil alay!" kata Luna memutar bola mata malas."Kenapa, sih? Frans coba jelaskan!" Bu Niken mengambil jalan tengah, ia ingin putranya menjelaskan dengan detail."Fani tuh tiba-tiba gedor kamar pengantin, mana malam pertama. Nggak sopan banget!" jelas Frans pada Mamanya."Eh, kalo istri kesayanganmu itu nggak cari gara-gara duluan, aku nggak sudi juga kali ganggu waktumu!" kata Stefani dengan kesal."Hmm ... kamu
Acara pernikahan Frans dan Luna akhirnya selesai juga. Mereka cukup lelah menyambut tamu yang datang. Tapi wajah Luna tampak fresh dan berseri-seri. Mereka pindah ke kamar yang berada di lantai atas. Tepat di sebelah kamar Stefani. Luna meminta Frans untuk segera mencarikan baby sitter. Bu Niken keberatan, karena di rumah sudah ada Bi Asih yang menyiapkan segala keperluan mereka. Jadi Bu Niken merasa Luna masih sanggup menjaga baby Zhue tanpa bantuan baby sitter. "Pokoknya aku nggak mau tau, ya, Mas! Aku minta baby sitter untuk merawat baby Zhue. Aku bisa cepet tua kalo harus merawat baby Zhue sendirian setiap hari, belum lagi harus melayani kamu. Stres yang ada!" Luna menata pakaiannya di dalam lemari besar. Ia langsung meminta pindah kamar saat acara usai. "Iya-iya. Gampang lah nanti aku carikan. Oh, ya. Aku keberatan kalo Zhuema harus dipanggil baby Zhue. Itu 'kan nama pemberian Fathir. Mulai sekarang panggil dia Zhuema nggak usah d
Setelah kejadian di malam itu, Luna mengurung diri di kamar.Ia tak lagi mempedulikan pernikahannya yang hanya hitungan jam.Frans terpaksa harus merayunya. Seperti sekarang, ia sudah berdiri di depan pintu Luna. Berkali-kali Frans mengetuk pintu namun Luna tak kunjung membukanya."Sayang, dih calon manten kok ngambekan sih?" ucap Fathir sembari tetap mengetuk pintu."Udah sana kamu urus aja keluargamu, nggak usah peduli sama aku!" tandas Luna dari dalam kamar."Eh, jangan teriak - teriak dong, Princess. Nanti baby Zhue bangun kasihan." Frans mengetuk pintu sekali lagi.Luna tetap saja tak mau membuka pintu. Tak kehabisan akal, Frans membujuk dengan jurus andalan. Seakan ia sudah paham kelemahan wanita yang dicintainya tersebut."Yakin nih nggak mau buka? Aku punya sesuatu, loh. Hmm ... tebel banget nih kantong aku. Yakin nggak mau shopping pasca acara nikahan nanti?" tanya Frans dengan nada menggoda. Berharap Luna luluh.