"Waalaikumsalam" kuakhiri dengan salam telfon dari Mba Ningsih.
Semenjak menikah dengan Luna, hampir setiap hari aku mendapat sindiran secara halus yang dibungkus dengan lelucon, bahkan tak jarang aku mendapat teguran secara terang-terangan dari semua orang yang mengenalku.Apa yang Luna perbuat? Hingga semua orang ingin aku bersikap tegas atau meninggalkannya. Tak pantas bersanding denganku katanya, mengapa? Aku juga bukan orang yang pandai beragama dan berakhlak mulia. Hingga sebuah ingatan beberapa tahun lalu muncul di benakku."Gimana Thir? Parah sih kamu. Bisa-bisanya toh ndak ingat apa-apa. Kalo sampe cewe itu lapor, kita semua bisa kena imbasnya. Malu lah kalo sampe kita diturunkan jabatan , syukur-syukur ndak dimutasi" Sahwan~teman sejawatku kala itu menyalahkanku.Gara-gara ide Rohim~yang juga teman se-angkatan, membuatku terjebak dalam situasi genting yang ak"Iya Mas, ini aku di parkiran mau otw pulang. Tadi keasyikan sama temen, gatau kalo Mas telfon" suara Luna di ujung telfon terdengar sangat lembut."Yasudah, hati-hati lho ya! Mastadi khawatir, Luna ndak ada kabar soalnya. Cepet pulang, bawa mobilnya sante aja. Jangan kebut-kebutan , Mas tunggu di rumah Sayang. Assalamualaikum" akhirnya Fathir bisa bernapas lega mengetahui istri tercintanya dalam kondisi baik-baik saja."Waalaikumsalam" Luna tersenyum simpul.***"Aman Mas, aku pulang dulu ya. Mas Frans ati-ati lho" Luna mengerlingkan mata menatap Frans di depannya."Siap Sayangku, udah sana gih naik!" Ucap Frans memerintah.Mereka baru saja berkencan menikmati momen berdua, tentunya di belakang pasangan sah mereka.***"Istriku darimana aja ? Sampe susah dihubungi" Fathir menyambut kedatangan Luna.
"Asyiaaaaap, butuh bantuan apa nih?" suara bariton terdengar dari seberang telfon."Tolong selidiki wanita yang aku kirim fotonya , setauku dia bernama Luna, istri dari adik temanku. Kumpulkan informasi yang kamu dapat sebanyak-banyaknya, langsung hubungi aku. Bisa?" Sesak di dada Lita semakin terasa, amarahnya terlihat kuat."Siap, dengan senang hati""Oke, thanks ya Kev""Urwell"Lita segera mengakhiri pembicaraannya dengan Kevin, sahabatnya itu selalu ada saat dibutuhkan. Sejak kecil mereka bersahabat karena bertetangga, itulah alasan mereka bisa sedekat seperti sekarang.Dari awal Lita sudah menaruh curiga pada Luna, melihat tatapan mata Frans ke Luna membuat instingnya tajam sebagai istri . Hanya saja ,ia tak terlalu mempedulikan. Hingga akhir-akhir ini perubahan Frans sangat mengganggu pikiran Lita, ditambah bukti dari Mela bahwa
Luna sampai di rumah sekitar pukul 19.00.Fathir yang melihat kepulangan istri sahnya tampak lega. Matanya memancarkan kebahagiaan."Alhamdulillah akhirnya sampe rumah. Macet ya Sayang?" Fathir dengan sigap membawakan tas dan beberapa kantong belanja milik Luna."Iya Mas, maaf ya aku pulang telat. Suka lupa waktu kalo udah kumpul" Luna tersenyum tanpa dosa, tak merasa bersalah sekalipun."Yaudah kamu mandi dulu gih terus makan ya. Biar seger""Iya Mas"***Sepeninggal Luna mandi, Fathir membongkar tas dan kantong belanjaan Luna, tak ada yang aneh.Hanya ada beberapa helai pakaian , aneka macam kue dan pernak-pernik wanita lainnya.Fathir merasa bersalah karena mencurigai istrinya.Setan apa yang udah merasukiku sampai aku segitunya sama Luna, batin Fathir.Segera ia rap
Satu jam kemudian , Luna muncul dengan dandanan yang aduhaiiiiii....Rok pendek motif catur ala-ala girlband korea dipadu dengan kaus ketat andalannya berwarna putih. Makeup tipis dengan lipstick berwarna nude, anting dan gelang berwarna senada dengan lipstik. Tak lupa heels lima centimeter menambah kesan seksi pada tampilannya. Rambutnya dikuncir ekor kuda memperlihatkan lehernya yang putih mulus.Ck...cantik , aku menggumam.Lita melongo melihat tampilannya, mungkin juga mengagumi kecantikan Luna. Sama sepertiku."Mau kemana?" Tanyaku."Kan aku tadi udah bilang Mba, mau shopping. Males di rumah gabung sama Ibu-ibu," ujarnya . Matanya tak beralih dari layar ponselnya."Sialan, culamitan! Kamu juga bentar lagi jadi Ibu-ibu. Emang mau muda terus? Ngimpiii!" Sewotku."Ya setidaknya aku lebih oke lah ya walaupun jadi Ibu-ibu nantinya. Gak kayak situ y
"Jelasin aja sekarang , sejujur-jujurnya. InsyaaAllah aku gaakan marah, jangan berani bohong sama aku" suara Fathir berubah sedikit lembut."Huuuu....huuuuu...huuuuu.... Maafin Luna Mas, maaf . Bukan maksut Luna pingin nunda atau gamau punya momongan. Tap....tapiiiii..." Luna menangis sesenggukan."Tapi kenapa?""Luna belum siap , Mas . Apalagi rumah juga belum jadi. Luna takut ngerepotin kalau hamil di rumah Ibu, kasihan Ibu sudah sepuh masih ngerawat Luna. Luna janji Mas, mulai sekarang Luna berhenti minum pil KB itu. Luna siap hamil sekarang Mas, sungguh maafin Luna"Luna duduk di hadapan Fathir , kedua tangannya menutup muka, air mata mengalir deras dari matanya."Hft , sudahlah. Mas ngerti, jangan bohong lagi. Mas lebih suka kamu bilang jujur kalau emang kamu belum siap. Mas paham, udah gausah nangis. Mas maafin kamu" Fathir membantu Luna berdiri dan membawanya dalam pelukan, tangan
Sampai di depan rumah, Luna segera turun dari mobil dan membuka pagar untuk Fathir. Pikirannya tak bisa fokus, memikirkan suaminya itu pasti menghujani serentet pertanyaan dan tak lupa ceramah seperti biasanya . Membayangkan saja sudah membuat Luna jenuh."Kenapa kamu keluyuran dengan pakaian kayak gitu?" Fathir meletakkan kunci mobil asal, tersirat amarah pada wajah tampannya."Keluyuran? Aku cuma jogging aja kok! Wajar dong jongging pake baju kayak gini. Sejak kapan olahraga mengharuskan memakai gamis?" Luna mendelik sebal."Bukan gitu, khan kamu bisa pake kaos berlengan dan celana training yang panjang. Bukan pakaian kurang bahan begitu!""Ya gerah dong, Mas. Kamu ini makin hari makin aneh aja. Semua yang aku lakuin dilarang, ada saja salahku tiap hari . Sebenarnya mau kamu apa sih, Mas?" Luna berteriak seperti orang kesurupan."Jaga bicaramu Luna! Kamu ngomong
"Siap Lit?" Tanya Kevin menatap manik mata hitam milik Lita dengan lekat."Yeah" jawab Lita singkat.Meskipun tampak baik-baik saja di depan, Kevin paham betul hati Lita sedang cemas dan terluka."Dengerin aku, apapun yang kamu lihat dan semua bukti yang kamu dapatkan nanti. Kamu gaboleh nangis, jangan biarkan satu butirpun air matamu tumpah. Kamu harus kuat, bertahan sebaik mungkin demi hasil yang maksimal. Paham?" Kevin mengingatkan , namun lebih ke perintah menurut Lita."Iya iya bawel" Lita menjawab sekenanya."Oh ya, aku lupa bilang sama kamu. Tadi saat aku bangun tidur, rekanku memberikan satu info lagi yang tak kalah mencengangkan. Kamu juga pasti bakal kaget, tak akan menyangka" Kevin sengaja membuat Lita penasaran."Apa?" Lita hanya melirik Kevin sekilas."Hmmm apa ya?" Kevin menggoda Lita."Buruan napa sih. Aku gasuka basa-basi" ketu
"Assalamualaikum" kepulangan Fathir disambut hangat oleh Luna.Fathir terlihat terburu-buru memasuki kamar. Ada sesuatu yang harus dipastikan, netranya menyapu seisi ruangan. Barang yang dicarinya tak ada . Ia menghelas napas kasar.Luna terlihat bingung akan tingkah suaminya ,matanya ikut menyapu sekeliling ruangan dan sesekali melirik Fathir.Karna tak menemukan jawaban, Luna mengajukan pertanyaan. Ia tak ingin dirundung penasaran."Kenapa sih, Mas?""Haaa? Ohhh, enggak. Gapapa Sayang" Fathir termangu dalam diam."Apasih? Cari apa? Kok kelihatan serius gitu?" Luna bersedekap, matanya sibuk mencari kejujuran dari suaminya."Gapapa kok. Oh iya, kamu masak apa hari ini?" Fathir berusaha mengalihkan pembicaraan."Ha? Sejak kapan aku masak , Mas. Bukannya semenjak tinggal disini kita sel