Sehabis sholat shubuh, aku bergegas membantu di dapur.
Banyak tetangga ikut membantu mempersiapkan acara tasyakuran nanti malam.Mas Rival membantu membersihkan halaman dan menata tanaman dibantu Fathir.Arif memasang terop bersama Bapak dan warga lain.Sedangkan Chintya berkutat dengan kue-kue bermacam jenis buatannya .Ibu bermain bersama Kiara dan Alea.Luna tentu saja masih menikmati mimpinya di kamar sana."Sini Ning, bantu Mak ngupas bawang", Mak Uwan memanggilku."Nggeh mak", aku segera duduk tanpa alas di samping Mak Uwan dan Bu Sekar."Mana Jeng , menantu barumu? Kok gak ikutan gabung disini, biar akrab sama warga lain", Bu Inge yang sedang mencuci ayam bertanya pada Ibuk yang sedang menuang air panas ke dalam botol susu Kiara."Masih di kamar Nge, kurang enak badan. Jadi aku suruh istirahat dulu aja. Kasian" , Ibuk menjawab pelan.'Sakit apa? Bukannya anak itu baik-baik aja kemarin?, Pasti alasan Ibuk aja nih. Ibuk kan selalu saja begitu. Gak pernah mengumbar aib orang lain, apalagi anaknya' sedikit rasa iri muncul dari dalam hatiku.Bu Inge hanya manggut-manggut.Mak Uwan menyikutku, "Ibukmu itu suayang toh sama mantunya? Tak lihat-lihat mantunya itu sering keluar ,gapernah sobo omah lho Ning, papasan sama tetangga lainnya aja diem . Angkuh gitu ndak ada mesem-mesem e lho.""Iya Ning bener, pas itu saya ketemu di jalan depan . Mbok ya permisi kalo lewat, ndak lho . Malah nglakson keras sampe Wiwit-cucuku bangun karena kaget. Di ingetin malah melengos gitu aja. Warga sini pada igit-igit ,ndak ada sopannya sama sekali sama yang lebih tua. Kami ini mau negur Lujeng (Ibuk) kok ya ndak enak. Ibukmu itu baik banget, ndak tega yang mau nasehatin." Bu Sekar ikut menimpali, dengan suara sedikit berbisik tentunya."Yah mau gimana lagi Mak, Buk. Ningsih juga sudah bilang ke Fathir. Tapi ya tetep aja, Ningsih ndakmau dikira terlalu ikut campur Mak, takut salah paham sama Ibuk" aku berusaha menjelaskan.Hhhhhaaahhmmmm...... Mak Uwan dan Bu Sekar tak berbicara lagi, sibuk melanjutkan mengupas bawang.Kami bersenda gurau ngalor ngidul membahas ke-absurdan seputar rumah tangga."Wah ,pada seru nih rame-rame . Minta tolong kalo bercanda agak dikecilin ya Buibu suaranya. Mengganggu kenyamanan saya, saya jadi bangun. Kurang tidur bisa bikin saya pusing soalnya . Jadi mohon dimengerti yaa semua." Luna muncul di dapur hendak mengambil minum lalu membawanya ke kamar. Semua warga memandangku dengan geram, aku hanya mengangkat bahu.'Wes sekarepmu, Lun' aku sedang malas berdebat dengannya. Tak ingin merusak suasana.*****Sore hari ,semua hidangan sudah rapi tertata di meja. Para tetangga berpamitan untuk mandi dan bersiap mengikuti pengajian.Ibuk sudah siap dengan gamis pemberian dari Luna.Semua duduk manis menunggu undangan datang.Luna keluar dari kamar, mengambil tempat duduk di samping Fathir.Aku melotot melihat pakaiannya.Luna memakai mini dress sepaha berwarna gold , riasan makeup natural dan rambut yang dicepol memperlihatkan leher jenjangnya yang putih mulus.Pengajian dengan pakaian seperti itu? Sint*ng !!!Fathir ikut menyusul masuk ke dalam.
Chintya hanya tertawa melihatku menahan emosi.Terdengar kasak-kusuk dari sebagian tetangga yang sudah datang.Aku bisa melihat, wajah Bapak merah padam.***Luna muncul kembali memakai tunik motif bunga dipadukan dengan legging hitam, tak lupa pashmina yang dipakai asal di sebagian kepala, memperlihatkan setengah rambutnya.Mendingan lah daripada penampilannya tadi.Alhamdulillah acara berjalan dengan lancar dan khidmat.Semua semangat menyambut bulan suci Ramadhan. Bulan yang penuh berkah.***Sudah menjadi rutinitas tahunan, setiap hari pertama puasa , wajib sahur dan berbuka puasa bersama di rumah Ibuk.Aku menunggu Mas Rival pulang bekerja, baru kami berangkat bersama ke rumah Ibuk.Senang sekali dipertemukan dengan Ramadhan lagi bersama keluarga yang utuh dan dalam kondisi sehat. Meskipun kedatangan satu personil yang ajaib.Alarm ponsel ku berbunyi.Pukul 03.00Aku bergegas ke dapur menyiapkan makan untuk sahur keluarga kami.Ibuk sudah berada di meja mengiris bawang dan cabai."Masak apa Buk?""Bikin sarden sama dadar telur aja Nduk. Simple aja buat sahur, seperti biasa"Aku mengangguk paham."Lho, Chintya belum bangun?""Sudah tadi Nduk, bikin susu buat Kiara. Mungkin masih menyusui Kiara di kamar"Aku dengan sigap memecah delapan butir telur ke dalam mangkok besar, menambah terigu sedikit serta menaburi garam dan penyedap rasa secukupnya.Setelah makanan tersaji, aku segera membangunkan Mas Rival dan Fathir.Tok .. tok .. tok.."Thir, ayo bangun. Sahur dulu Dek" Fathir membuka pintu sambil mengucek mata."Iya Mba, tunggu sebentar ya. Aku bangunin Luna dulu""Oke, langsung ke meja ya. Semua udah nunggu tuh. Jangan lama-lama"Setelah hampir sepuluh menit.....Fathir bergabung bersama Luna.Luna terlihat menguap beberapa kali .Rambutnya acak-acakan, memakai babydoll selutut yang tampak kusut.Tampilannya acakadul."Alhamdulillah masih diberikan kesehatan buat keluarga besar kita, semoga ibadah puasa kita lancar sampai selesai. Aamiin"Bapak memimpin do'a.Ibuk mengambilkan nasi dan lauk untuk Bapak .Bergantian aku dan Chintya mengambilkan untuk suami masing-masing.Fathir hanya diam, menunggu Luna mengambilkannya nasi dan lauk.Namun, apa yang terjadi?Luna tertidur di atas meja bertopang kedua tangannya. Kepalanya tertunduk.Aku hanya geleng-geleng melihat tingkah konyolnya.Fathir tampaknya masih bersabar, ditepuk halus pundak Luna, disandarkan badannya ke kursi.Luna mengerjap beberapa kali....."Kalo ngantuk tidur aja, gausah sahur! Bikin selera makan ilang aja kamu ini", kesal sekali aku dibuatnya.Luna mengerucutkan bibir.Pandangannya melihat ke atas meja.Matanya terlihat malas , aku tau iparku itu tak berselera."Mas , aku ndak sahur ya. Ngantuk banget nih. Pusing kepalaku. Aku lanjut tidur aja yaaa. Dah"Tanpa menunggu jawaban Fathir, Luna meninggalkan meja menuju kamarnya.Tuh kan, aku bilang juga apa. Luna tuh pilih-pilih banget soal makanan, ngantuk disertai pusing hanyalah alibinya.Sepertinya semua anggota keluarga sudah kebal dengan tingkah Luna, terbukti semua hanya diam saja melanjutkan makan. Seolah tak terjadi apa-apa.Fathir makan dengan kepala terus menunduk.Mungkin malu sama kelakuan Luna.Aku terbangun pukul 09.00 , selepas sholat shubuh aku kembali tidur karena rasa kantukku teramat sangat.Bapak&Ibu mungkin pergi ke sawah, Alea masih tidur.Chintya sedang membaca majalah berisi kumpulan resep sambil menemani Kiara bermain di karpet ruang tamu.Terdengar suara sendok beradu dengan piring .Siapa yang makan di saat puasa gini?Aku bergegas menuju meja makan.Aku melongo, melihat Luna makan sambil memainkan ponselnya."Lho Lun , kamu ga puasa? Kok malah enak-enakan makan di sini""Kemarin kan ga saur Mba, laper. Lagian kalo puasa tuh aku suka lemes gitu , udah deh Mba urusanku lah mau puasa atau nggak. Jangan bawel"Aku sungguh geram. Ga pernah diajarin sopan santun nih anak. Makin ngelunjak.Sabar.... Sabar......Aku tidak ingin kehilangan pahalaku, apalagi di bulan suci seperti ini.Aku hanya menghembuskan napas panjang, membuang emosiku bersama helaan napas .Hendak berlalu meninggalkan Luna yang sedang asyik makan, kembali suara cemprengnya terdengar."Jangan bilang Fathir lho Mba, awas aja kalo Mba jadi tukang ngadu di keluarga ini"Ancamnya tajam.Apa tadi dia bilang? Beraninya dia mengancamku!"Urus urusan masing-masing. Terserah aku dong mau jadi tukang ngadu juga bukan urusan kamu!"Aku membalasnya tak kalah sengit ."Oh yaudah gapapa . Tapi jangan salahin aku kalo Bapak&Ibu jadi stres gara-gara aduan Mba. Silahkan" tantangnya.Aku tak menggubris, bisa batal puasaku meladeni makhluk astral satu ini .Enaknya diapain ya iparku yang satu ini??!!!**** **** ****Maaf kalo ada salah kata dalam penulisan, maklum masih belajar hehe.Jam menunjukkan pukul 16.45 WIBMas Rival datang dan bergegas mandi, keburu adzan maghrib.Makanan sudah rapi tertata di meja, Chitnya menyuapi Kiara.Sejak kejadian pagi tadi ,aku tak melihat Luna lagi. Mungkin tidur di kamarnya.Selepas shalat maghrib, kami sekeluarga menuju meja untuk buka bersama.Terdengar deru mobil, Fathir baru saja pulang.Luna langsung keluar menuju garasi menyambut Fathir."Assalamualaikum""Waalaikumsalam, wah Mas Fathir pulang. Akhirnya kita bisa buka puasa pertama bareng ya Mas, alhamdulillah" terdengar suara Luna mendayu-dayu.Mulai berdrama"Kamu makan duluan aja Lun, Mas mau mandi dulu ya. Gerah sayang" Fathir hendak menuju kamar mandi."Lho Mas, makan dulu ajasih baru mandi. Aku nungguin kamu lho daritadi rela nahan laper, biar bisa makan bareng kamu. Ini kan buka puasa pertama kita sebagai suami istri yang sah"
"Waalaikumsalam" kuakhiri dengan salam telfon dari Mba Ningsih.Semenjak menikah dengan Luna, hampir setiap hari aku mendapat sindiran secara halus yang dibungkus dengan lelucon, bahkan tak jarang aku mendapat teguran secara terang-terangan dari semua orang yang mengenalku.Apa yang Luna perbuat? Hingga semua orang ingin aku bersikap tegas atau meninggalkannya. Tak pantas bersanding denganku katanya, mengapa? Aku juga bukan orang yang pandai beragama dan berakhlak mulia. Hingga sebuah ingatan beberapa tahun lalu muncul di benakku."Gimana Thir? Parah sih kamu. Bisa-bisanya toh ndak ingat apa-apa. Kalo sampe cewe itu lapor, kita semua bisa kena imbasnya. Malu lah kalo sampe kita diturunkan jabatan , syukur-syukur ndak dimutasi" Sahwan~teman sejawatku kala itu menyalahkanku.Gara-gara ide Rohim~yang juga teman se-angkatan, membuatku terjebak dalam situasi genting yang ak
"Iya Mas, ini aku di parkiran mau otw pulang. Tadi keasyikan sama temen, gatau kalo Mas telfon" suara Luna di ujung telfon terdengar sangat lembut."Yasudah, hati-hati lho ya! Mastadi khawatir, Luna ndak ada kabar soalnya. Cepet pulang, bawa mobilnya sante aja. Jangan kebut-kebutan , Mas tunggu di rumah Sayang. Assalamualaikum" akhirnya Fathir bisa bernapas lega mengetahui istri tercintanya dalam kondisi baik-baik saja."Waalaikumsalam" Luna tersenyum simpul.***"Aman Mas, aku pulang dulu ya. Mas Frans ati-ati lho" Luna mengerlingkan mata menatap Frans di depannya."Siap Sayangku, udah sana gih naik!" Ucap Frans memerintah.Mereka baru saja berkencan menikmati momen berdua, tentunya di belakang pasangan sah mereka.***"Istriku darimana aja ? Sampe susah dihubungi" Fathir menyambut kedatangan Luna.
"Asyiaaaaap, butuh bantuan apa nih?" suara bariton terdengar dari seberang telfon."Tolong selidiki wanita yang aku kirim fotonya , setauku dia bernama Luna, istri dari adik temanku. Kumpulkan informasi yang kamu dapat sebanyak-banyaknya, langsung hubungi aku. Bisa?" Sesak di dada Lita semakin terasa, amarahnya terlihat kuat."Siap, dengan senang hati""Oke, thanks ya Kev""Urwell"Lita segera mengakhiri pembicaraannya dengan Kevin, sahabatnya itu selalu ada saat dibutuhkan. Sejak kecil mereka bersahabat karena bertetangga, itulah alasan mereka bisa sedekat seperti sekarang.Dari awal Lita sudah menaruh curiga pada Luna, melihat tatapan mata Frans ke Luna membuat instingnya tajam sebagai istri . Hanya saja ,ia tak terlalu mempedulikan. Hingga akhir-akhir ini perubahan Frans sangat mengganggu pikiran Lita, ditambah bukti dari Mela bahwa
Luna sampai di rumah sekitar pukul 19.00.Fathir yang melihat kepulangan istri sahnya tampak lega. Matanya memancarkan kebahagiaan."Alhamdulillah akhirnya sampe rumah. Macet ya Sayang?" Fathir dengan sigap membawakan tas dan beberapa kantong belanja milik Luna."Iya Mas, maaf ya aku pulang telat. Suka lupa waktu kalo udah kumpul" Luna tersenyum tanpa dosa, tak merasa bersalah sekalipun."Yaudah kamu mandi dulu gih terus makan ya. Biar seger""Iya Mas"***Sepeninggal Luna mandi, Fathir membongkar tas dan kantong belanjaan Luna, tak ada yang aneh.Hanya ada beberapa helai pakaian , aneka macam kue dan pernak-pernik wanita lainnya.Fathir merasa bersalah karena mencurigai istrinya.Setan apa yang udah merasukiku sampai aku segitunya sama Luna, batin Fathir.Segera ia rap
Satu jam kemudian , Luna muncul dengan dandanan yang aduhaiiiiii....Rok pendek motif catur ala-ala girlband korea dipadu dengan kaus ketat andalannya berwarna putih. Makeup tipis dengan lipstick berwarna nude, anting dan gelang berwarna senada dengan lipstik. Tak lupa heels lima centimeter menambah kesan seksi pada tampilannya. Rambutnya dikuncir ekor kuda memperlihatkan lehernya yang putih mulus.Ck...cantik , aku menggumam.Lita melongo melihat tampilannya, mungkin juga mengagumi kecantikan Luna. Sama sepertiku."Mau kemana?" Tanyaku."Kan aku tadi udah bilang Mba, mau shopping. Males di rumah gabung sama Ibu-ibu," ujarnya . Matanya tak beralih dari layar ponselnya."Sialan, culamitan! Kamu juga bentar lagi jadi Ibu-ibu. Emang mau muda terus? Ngimpiii!" Sewotku."Ya setidaknya aku lebih oke lah ya walaupun jadi Ibu-ibu nantinya. Gak kayak situ y
"Jelasin aja sekarang , sejujur-jujurnya. InsyaaAllah aku gaakan marah, jangan berani bohong sama aku" suara Fathir berubah sedikit lembut."Huuuu....huuuuu...huuuuu.... Maafin Luna Mas, maaf . Bukan maksut Luna pingin nunda atau gamau punya momongan. Tap....tapiiiii..." Luna menangis sesenggukan."Tapi kenapa?""Luna belum siap , Mas . Apalagi rumah juga belum jadi. Luna takut ngerepotin kalau hamil di rumah Ibu, kasihan Ibu sudah sepuh masih ngerawat Luna. Luna janji Mas, mulai sekarang Luna berhenti minum pil KB itu. Luna siap hamil sekarang Mas, sungguh maafin Luna"Luna duduk di hadapan Fathir , kedua tangannya menutup muka, air mata mengalir deras dari matanya."Hft , sudahlah. Mas ngerti, jangan bohong lagi. Mas lebih suka kamu bilang jujur kalau emang kamu belum siap. Mas paham, udah gausah nangis. Mas maafin kamu" Fathir membantu Luna berdiri dan membawanya dalam pelukan, tangan
Sampai di depan rumah, Luna segera turun dari mobil dan membuka pagar untuk Fathir. Pikirannya tak bisa fokus, memikirkan suaminya itu pasti menghujani serentet pertanyaan dan tak lupa ceramah seperti biasanya . Membayangkan saja sudah membuat Luna jenuh."Kenapa kamu keluyuran dengan pakaian kayak gitu?" Fathir meletakkan kunci mobil asal, tersirat amarah pada wajah tampannya."Keluyuran? Aku cuma jogging aja kok! Wajar dong jongging pake baju kayak gini. Sejak kapan olahraga mengharuskan memakai gamis?" Luna mendelik sebal."Bukan gitu, khan kamu bisa pake kaos berlengan dan celana training yang panjang. Bukan pakaian kurang bahan begitu!""Ya gerah dong, Mas. Kamu ini makin hari makin aneh aja. Semua yang aku lakuin dilarang, ada saja salahku tiap hari . Sebenarnya mau kamu apa sih, Mas?" Luna berteriak seperti orang kesurupan."Jaga bicaramu Luna! Kamu ngomong
##BAB Terakhir Ending Akhir Kisah LunaâApa, sih, Mas?â tanya Stefani kesal. Pasalnya gadis itu capek ingin merebahkan tubuhnya di atas ranjang untuk beristirahat.âKamu jelaskan sama Mas sekarang! Benarkah kamu yang menaburkan bubuk gatal di pakaian Luna?â tanya Frans kali ini merendahkan suaranya.âIya, kenapa?â sahut Fani enteng.âApa alasanmu melakukan itu?â selidik Frans.âKamu nggak tahu aja, Mas. Mbak Luna itu nyebelin tahu nggak, sih. Dia mesti bikin aku kesal. Nggak Cuma aku, bahkan ke Mama juga. Semua orang yang berdekatan dengannya juga pasti dibuat kesel sama dia!ââNggak boleh gitu. Walaupun bagaimana kondisinya, Luna itu tetap Kakakmu juga!â kata Frans menasehati.âDia aja nggak pernah ngehargain aku, Mas. Gimana aku bisa nganggep dia Kakak? Aku nggak suka dia ada di sini!â ketus Fani.âTerus maksud kamu? Kamu ngusir aku?â tanya Frans.âBukan begitu. Pokoknya aku nggak suka Mas Frans sama dia. Kayak nggak ada cewek lain saja!ââNggak bisa. Mas cinta sama Luna lagi pula s
Entah sudah berapa lama Luna terpejam, ia terbangun karena tenggorokannya kering. Ia melihat jarum jam menunjukkan pukul 02.00 WIB.Luna beranjak dari tempat tidur, ia keluar kamar menuju dapur. Sesampainya di dapur, ia menuang air galon ke dalam gelas. Meneguknya hingga tandas.Setelah puas minum, Luna penasaran akan Frans dan Zhuema, ke mana mereka?Sejak kejadian tadi malam, Luna belum melihat keberadaan mereka.Dengan langkah pelan, ia meuju kamar tidur khusus tamu yang terletak di kamar sebelahnya. Entah kenapa perasaannya mengatakan Frans ada di dalam.Ceklek!Luna memutar knop pintu dengan pelan, tak ingin menimbulkan suara di tengah malam seperti ini.Luna mengendap-endap masuk ke dalam kamar tersebut, dengan cahaya yang remang ia masih mampu melihat seseorang yang sedang terlelap di atas kasur berukuran standart.Matanya memicing, mengamati wajah seseorang itu. Benar sekali perasaannya, seseorang itu adalah Frans, suaminya. Nampak tertidur pulas dengan suara dengkuran halus.
"Paket ... paket ... paket ...," teriak kurir berjaket hitam dengan menggunakan sepeda motor berwarna senada. Kurir tersebut tampak celingukan di depan pagar rumah Pak Handoko.Satpam menghampiri tanpa membuka pagar."Iya, Pak. Ada apa?" tanya satpam sembari memandang penampilan kurir dari atas ke bawah."Ini ada paket atas nama Stefani benar di sini?" kata kurir sembari mengacungkan sebuah barang berbungkus plastik hitam."Iya, dari mana?" tanya satpam."Dari Jonggol, ya, mana saya tahu ini dari mana, tugas saya cuma ngirim. Bener nggak di sini kediaman Bu Stefani?" kata kurir lagi sembari memandang satpam tak yakin."Bener, sih. Tapi Mbak Stefani itu belum menikah, ngapain situ panggil-panggil Bu?" tanya satpam masih keukeh tak membukakan pagar."Duh, Pak. Ini terima, sini saya foto, capek deh kalo nemu orang gaptek macem ni bisa puyeng akikah!" Kurir bergegas menscan barcode yang tertera di sampul paketan, lalu menyerah
Entah sudah berapa lama Luna terpejam, ia terbangun karena tenggorokannya kering. Ia melihat jarum jam menunjukkan pukul 02.00 WIB.Luna beranjak dari tempat tidur, ia keluar kamar menuju dapur. Sesampainya di dapur, ia menuang air galon ke dalam gelas. Meneguknya hingga tandas.Setelah puas minum, Luna penasaran akan Frans dan Zhuema, ke mana mereka?Sejak kejadian tadi malam, Luna belum melihat keberadaan mereka.Dengan langkah pelan, ia meuju kamar tidur khusus tamu yang terletak di kamar sebelahnya. Entah kenapa perasaannya mengatakan Frans ada di dalam.Ceklek!Luna memutar knop pintu dengan pelan, tak ingin menimbulkan suara di tengah malam seperti ini.Luna mengendap-endap masuk ke dalam kamar tersebut, dengan cahaya yang remang ia masih mampu melihat seseorang yang sedang terlelap di atas kasur berukuran standart.Matanya memicing, mengamati wajah seseorang itu. Benar sekali perasaannya, seseor
Zhuema kembali terlelap dalam gendongan Luna. Dengan hati-hati, Luna meletakkan Zhuema ke dalam box bayi, tempat tidur Zhuema selama ini. Bahkan box tersebut pemberian dari mantan ibu mertuanya, Bu Lujeng.Setelah memastikan Zhuema pulas, Luna berjalan mendekat. Ia naik ke atas kasur, mengambil bantal yang menutupi wajah suaminya."Kenapa, sih?" tanya Luna menatap wajah Frans dengan lekat."Hmm ...," gumam Frans tanpa mau membuka mata."Ayo cerita sini, kenapa?" ulang Luna sembari mengguncang tubuh Frans.Frans yang merasa tidak nyaman dengan perlakuan Luna, terpaksa membuka mata. Ia melirik sekilas ke arah Luna."Duduk! Cerita sama aku, kamu kenapa!" tegas Luna.Frans menuruti perkataan Luna, ia menyusun beberapa bantal di belakang tubuhnya, untuk bersandar.Kini mereka sama-sama terdiam dalam posisi duduk bersandar pada bantal.Luna menunggu dengan sabar kalimat yang akan muncul dari bibir Frans."Aku habi
Seusai sarapan, Frans mengajak Luna ke Mall, mereka akan membeli ponsel baru untuk Luna. Tentu saja setelah menitipkan Zhuema pada Bi Asih."Mas, pokoknya aku mau iphone series terbaru, ya!" kata Luna manja."Iya!" kata Frans singkat.Mereka memasuki konter dengan brand ternama. Setelah disambut dengan hangat, Luna segera meluncur ke etalase. Matanya berbinar melihat aneka ponsel mahal berjejer rapi."Mbak, iphone series terbaru sekarang ini apa, ya?" tanya Luna pada SPG konter."Oh, yang baru launching, sih, iphone 12 pro max, Kak. Udah lengkap banget untuk specnya," ujar Mbak SPG ramah."Oke, mau satu, ya, Mbak!" kata Luna.Mbak SPG segera mengambilkan pesanan Luna, namun dalam bentuk contoh display. Setelah dijelaskan mengenai fitur dan lain sebagainya. Luna mengiyakan, ia segera meminta Frans untuk membayarnya."Mas, bayar, gih!" titah Luna.Frans mengambil dompetnya, ia meng
Bu Niken menatap tajam ke arah Luna dan Stefani bergantian."Ada yang bisa jelasin ini kenapa?" tanya Bu Niken dengan sorot mata menyeramkan.Luna menunduk, Stefani pun angkat bicara. Frans menghela napas panjang. Mereka terdiam, tidak satu pun berniat menjelaskan."Fani ...," panggil Bu Niken menatap Stefani, berharap putrinya itu mau menjelaskan."Menantu Mama itu nggak ada akhlaq!" cebik Stefani.Bu Niken mengerutkan kening, tatapannya beralih ke Luna."Anak Mama aja, tuh, yang lebay. Bocil alay!" kata Luna memutar bola mata malas."Kenapa, sih? Frans coba jelaskan!" Bu Niken mengambil jalan tengah, ia ingin putranya menjelaskan dengan detail."Fani tuh tiba-tiba gedor kamar pengantin, mana malam pertama. Nggak sopan banget!" jelas Frans pada Mamanya."Eh, kalo istri kesayanganmu itu nggak cari gara-gara duluan, aku nggak sudi juga kali ganggu waktumu!" kata Stefani dengan kesal."Hmm ... kamu
Acara pernikahan Frans dan Luna akhirnya selesai juga. Mereka cukup lelah menyambut tamu yang datang. Tapi wajah Luna tampak fresh dan berseri-seri. Mereka pindah ke kamar yang berada di lantai atas. Tepat di sebelah kamar Stefani. Luna meminta Frans untuk segera mencarikan baby sitter. Bu Niken keberatan, karena di rumah sudah ada Bi Asih yang menyiapkan segala keperluan mereka. Jadi Bu Niken merasa Luna masih sanggup menjaga baby Zhue tanpa bantuan baby sitter. "Pokoknya aku nggak mau tau, ya, Mas! Aku minta baby sitter untuk merawat baby Zhue. Aku bisa cepet tua kalo harus merawat baby Zhue sendirian setiap hari, belum lagi harus melayani kamu. Stres yang ada!" Luna menata pakaiannya di dalam lemari besar. Ia langsung meminta pindah kamar saat acara usai. "Iya-iya. Gampang lah nanti aku carikan. Oh, ya. Aku keberatan kalo Zhuema harus dipanggil baby Zhue. Itu 'kan nama pemberian Fathir. Mulai sekarang panggil dia Zhuema nggak usah d
Setelah kejadian di malam itu, Luna mengurung diri di kamar.Ia tak lagi mempedulikan pernikahannya yang hanya hitungan jam.Frans terpaksa harus merayunya. Seperti sekarang, ia sudah berdiri di depan pintu Luna. Berkali-kali Frans mengetuk pintu namun Luna tak kunjung membukanya."Sayang, dih calon manten kok ngambekan sih?" ucap Fathir sembari tetap mengetuk pintu."Udah sana kamu urus aja keluargamu, nggak usah peduli sama aku!" tandas Luna dari dalam kamar."Eh, jangan teriak - teriak dong, Princess. Nanti baby Zhue bangun kasihan." Frans mengetuk pintu sekali lagi.Luna tetap saja tak mau membuka pintu. Tak kehabisan akal, Frans membujuk dengan jurus andalan. Seakan ia sudah paham kelemahan wanita yang dicintainya tersebut."Yakin nih nggak mau buka? Aku punya sesuatu, loh. Hmm ... tebel banget nih kantong aku. Yakin nggak mau shopping pasca acara nikahan nanti?" tanya Frans dengan nada menggoda. Berharap Luna luluh.