Back Pov Ningsih
Aku sudah bersiap memasukkan barang-barangku ke mobil, hendak pulang.
Alea asyik dengan dot susunya, selepas maghrib aku akan pulang. Sekitar tiga puluh menit lagi.Chintya beserta suami dan anaknya sudah pulang se-jam yang lalu.Aku asyik menonton televisi, Mas Rival berkutat dengan ponselnya. Mungkin saja urusan pekerjaan.Bapak dan Ibu sedang menghadiri undangan hajatan di tetangga.Terdengar suara deru mobil masuk ke garasi. Fathir dan Luna sudah pulang.Tanpa salam Luna nyelonong masuk ke kamarnya, menganggapku tidak ada.Fathir masuk dengan membawa berbagai kantong belanjaan dengan brand ternama, terlihat sedikit susah melewati pintu kamar."Wiidih, penganten baru habis buka angpo langsung borong nih ye" Fathir hanya melemparkan senyuman sekilah ke arahku, lalu masuk menuju kamar mengekori Luna.Suara pintu kamar ditutup dari dalam dengan sangat keras, Luna memang gak punya etika.Tak berselang lama, terdengar suara pintu dibuka.Luna keluar kamar hanya menggunakan handuk. Tubuhnya yang seksi, putih dan mulus itu hanya tertutupi handuk mini.Ter ekspos dengan jelas, punggung, pundak paha kebawah. Seakan sudah hilang urat malunya, Luna lewat di depanku dan Mas Rival dengan langkah yang pelan. Terkesan dibuat-buat.Mas Rival menatap Luna tanpa berkedip.Aku sungguh muak dengan ipar yang satu ini.Tak mungkin aku menegurnya, aku takut membuat kekacauan dan menambah pikiran Bapak&Ibu.Akhirnya aku memilih mendiamkannya, seolah-olah tidak peduli.Mas Rival menatap Luna hingga ia hilang ke lorong menuju kamar mandi.Kutatap dalam, Mas Rival menelan ludah.Awas kau Mas ! Bener-bener!Aku menghentak kakiku kesal, sedikit nyeri kurasakan di dalam dada.****** ****** ******Sebulan pasca kejadian di rumah Ibu, kami semua hidup berkutat dengan aktifitas masing-masing.
Luna dan Fathir tetap tinggal dirumah Ibu, rumah barunya masih setengah jadi."Mas, nanti siang aku mau ke salon ya. Rambutku sudah waktunya perawatan dan potong, jangan lupa di transfer ya.""Iyaa nanti aku transfer" Mas Rival melahap nasi goreng buatanku.Alea juga sibuk dengan nugget dinonya.Setelas Mas Rival berangkat, aku segera merapikan meja makan, mencuci piring dan menyapu.Kupastikan rumah bersih dan rapi, baru aku menuju salon langgananku.Hendak mengeluarkan matic kesayanganku, Luna muncul dari taxi online sambil menenteng paper bag."Loh mau kemana Mba? Baru juga disamperin udah mau kabur aja" sewotnya."Aku ada urusan sebentar, tumben kesini. Ada apa?" Jujur saja aku malas berbasa basi dengannya."Aku lagi coba bikin kue, banyak banget nih. Mau berbagi aja sih,sama sekalian main. Ga boleh?" gayanya yang angkuh selalu terlihat menyebalkan.Aku celingukan, seakan tau kebingunganku. Luna bergegas menjelaskan."Aku sendirian, Mas Fathir dines pagi. Aku sudah pamit sama Bapak Ibu kok. Lagian bosen dirumah terus.""Ayo Mama, katanya mau potong rambutnya " Alea menengahi obrolan kami."Iya Sayang, yuk naik!." "Udah dulu ya Lun, aku mau ke salon, kamu kalo mau main masuk aja." "Yah, aku ikut ya Mba. Aku kan juga mau ke salon Mba, sekalian ganti warna." Cengirnya.Ahhh aku sudah males berdebat, akhirnya kuputuskan membonceng Luna menuju salon."Loh, kok pake motor sih Mba? Mobilan aja ya? Atau kita pesen taxi online aja aku yang bayar deh. Aku udah lama ga naik motor Mba, takut mabuk."Aku mengiyakan ajakan Luna. Mana ada naik motor mabuk? Dasar sok jadi cewe.Aku juga males kalo harus nyetirin dia mobil, akhirnya kita naik taxi online.Setelah sampai salon, aku memilih creambath dan spa yang memakan waktu hampir empat jam, dan Luna memilih mengganti cat rambutnya serta nail art .Luna selesai terlebih dahulu dan menunggu di lantai bawah , aku yang sedang sauna di lantai atas bersantai menikmati terapi sambil memainkan hp .Ada chat wa masuk dari Luna."Mba aku balik duluan ya, mau nyiapin makan buat Mas Fathir. Mas Fathir otw pulang katanya"."Oke,tiati." Aku menghela napas lega, akhirnya dia pergi juga. Ahh Luna ternyata punya sisi baik juga sebagai seorang istri, baguslah.Setelah selesai, tubuhku rasanya fresh dan ringan sekali. Benar-benar menenangkan .Segera aku menuju kasir untuk membayar."Atas nama Ibu Ningsih ya? Saya rinci untuk satu paket spa plus ratus, potong plus creambath, colouring serta nail art. Total semuanya sembilan ratus lima puluh ribu rupiah Bu, ini rincianny. Silahkan di cek terlebih dahulu."Mba kasir menyodorkan nota rincian yang harus aku bayar.Benar-benar gila. Baru saja tadi aku memujinya. Kutarik kembali pujianku. Rupanya ada maunya, sial.Untuk tagihanku sendiri hanya empat ratus tujuh puluh lima ribu, sisanya milik Luna.Awas saja.Mas Rival hanya memberiku enam ratus ribu rupiah untuk nyalon, itu artinya aku harus nombok tiga ratus lima puluh ribu dari tabunganku sendiri untuk ipar ajaib itu.Dengan sangat terpaksa aku membayarnya, tapi nanti akan kubikin perhitungan.Enak saja mau membodohiku."Gimana Bu? Sudah bisa dilakukan pembayarannya?.""Oh iya Mba ini pake debit ya Mba."Setelah memesan taxi online, aku dan Alea bergegas pulang. Tanpa makan terlebih dahulu, biasanya kami mampir untuk makan di Restaurant sebelah salon. Tapi tidak untuk saat ini. Uangku sudah menipis karna ulah Luna."Heh, apa maksutmu nyalon ga bayar main pergi aja alesan mau masak?"Kuketik pesan di hp untuk Luna.Tak lama ia membalas."Ya ampun Mba, perhitungan banget, sekali-sekali nraktir ipar lah.""Kamu gaada bilang minta traktir dari awal. Kamu mau nodong aku? Balikin ! Tagihanmu 425rb, udah sini tranfer 400rb aja. Cepetan!.""Ihh yaudah. Nih aku bilang. Mba Ningsih yang baik hati dan cantik, traktir aku nyalon ya Mba? Iya dong? Udah kan? Jangan pelit-pelit Mba! Lagian aku tadi juga udah bayarin taxi online Mba."Tak kubalas lagi pesan dari Luna, membuatku pusing saja.Baru saja pikiranku fresh, sekarang harus kusut lagi hanya gara-gara Luna.Baiklah, kali ini kamu lolos, Lun .Aku ikhlas, tapi untuk pertama dan terakhir saja.Sebenernya aku juga mau-mau saja jika dia meminta dan mau sedikit sopan saja padaku.Sudahlah, membahas kelakuan Luna tak kunjung habis.Mending aku tidur aja sampai rumah.***** ***** *****Hari ini Kiara (anak Chintya) tepat berusia satu tahun, mengadakan acara syukuran dirumahnya. Mengundang semua keluarga serta tetangga kompleknya.Aku, Mas Rival dan Alea berangkat pagi ke rumah Chintya, agar lebih lama dan bisa sedikit membantu Chintya mempersiapkan pesta untuk Kiara.Sesampainya dirumah Chintya, masih sepi .Bapak dan Ibu belum datang, Fathir dan Luna juga belum kelihatan batang hidungnya.Aroma masakan harum tercium hingga garasi depan.Chintya menyewa catering beserta petugas lengkap dengan dekorasi dan pernak pernik pesta yang di desain khusus untuk ultah balita.Balon-balon terpasang rapi dan indah, kue tart tingkat tiga bertema princess menjulang ditengah meja, tak lupa aneka snack table tersusun rapi di meja.Semua sudah siap, padahal acara baru dimulai jam tiga sore.Ini masih jam sepuluh pagi
Aku mulai jatuh cinta padamu', terlihat status itu ditulis sekitar empat tahun yang lalu.'Harusnya aku tak boleh jatuh cinta''Ah.. semoga perasaan ini hanya sementara''Aku mulai terbiasa denganmu''Ratusan lelaki hadir, hanya dirimu yang meninggalkan kesan'Aku mengernyitUntuk siapa status-status ini dibuat ?Apakah seseorang di masa lalu Luna?Pacar Luna mungkin?Isinya hanya tentang wanita sedang jatuh cinta yang memuja lelaki idaman nya.'dimana kamu.. kenapa tak pernah hadir'Status itu sekitar 2 tahun yang lalu.'aku resah tanpamu''apa kau hanya mempermainkanku? Ataukah aku yang berharap lebih?''harus kemana aku mencarimu''aku putus asa kehilanganmu''demi kamu, aku rela menjadi lebih baik''lembaran baru. Bismillah'Itu status t
Setelah Mas Rival berangkat kerja, aku main kerumah ibu bersama Alea.Tiba-tiba aku rindu dendeng balado masakan Ibu.Rumah Ibu tampak sepi, mungkin Bapak ke sawah, Fathir jelas bekerja jam segini .Ibu dan Luna kemana ya?Rumah tak dikunci, aku merebahkan diri di sofa ruang tamu sambil memantau Alea bermain boneka di karpet bawah.15 menit kemudian, terdengar suara dari arah luar."Loh Nduk? Udah lama? Kok nggak bilang mau maen? Ibu habis dari Supermarket. Belanja bulanan ini ditemani Luna."Aku mengernyit heran, 'Luna tumben mau nemeni Ibuk belanja bulanan. Ah mungkin iparku satu ini sudah berubah' .Luna hanya diam saja."Iya nih Buk. Tiba-tiba pengen dendeng nya Ibuk." Aku merajuk seperti anak kecil.Ibuk tersenyum, "oke ,Ibu buatkan. Tapi beli daging sapinya dulu ya , Ibu tadi cuma beli daging untuk
Sudah hampir tiga jam Luna tak kunjung kembali, aku berniat menyusulnya.Hendak mengeluarkan matic dari garasi, Luna datang membuka pagar."Nih Mba dagingnya, aku masuk duluan ya. Capek", belum sempat kutanya mengapa sampai selama ini hanya membeli daging . Tapi ku urungkan niatku, kasihan mungkin dia lelah.Luna banyak berubah akhir-akhir ini, menjadi pendiam seperti banyak beban.'ah sudahlah, biar menjadi urusannya' , aku memutuskan langsung membawa daging menuju dapur sekalian membantu Ibu memasak.***Selepas adzan magrib, Mas Rival menjemputku .Kami berkumpul di meja makan, menikmati masakan Ibu.Luna terlihat gusar sambil memainkan ponselnya. Sesekali menghembuskan nafas panjang."Kenapa Lun? Ada masalah?", Fathir menyadari perubahan istrinya.Luna hanya memasang senyum sambil menggelengkan kepala.
Sehabis sholat shubuh, aku bergegas membantu di dapur.Banyak tetangga ikut membantu mempersiapkan acara tasyakuran nanti malam.Mas Rival membantu membersihkan halaman dan menata tanaman dibantu Fathir.Arif memasang terop bersama Bapak dan warga lain.Sedangkan Chintya berkutat dengan kue-kue bermacam jenis buatannya .Ibu bermain bersama Kiara dan Alea.Luna tentu saja masih menikmati mimpinya di kamar sana."Sini Ning, bantu Mak ngupas bawang", Mak Uwan memanggilku."Nggeh mak", aku segera duduk tanpa alas di samping Mak Uwan dan Bu Sekar."Mana Jeng , menantu barumu? Kok gak ikutan gabung disini, biar akrab sama warga lain", Bu Inge yang sedang mencuci ayam bertanya pada Ibuk yang sedang menuang air panas ke dalam botol susu Kiara."Masih di kamar Nge, kurang enak badan. Jadi aku suruh istirahat dulu aja.
Jam menunjukkan pukul 16.45 WIBMas Rival datang dan bergegas mandi, keburu adzan maghrib.Makanan sudah rapi tertata di meja, Chitnya menyuapi Kiara.Sejak kejadian pagi tadi ,aku tak melihat Luna lagi. Mungkin tidur di kamarnya.Selepas shalat maghrib, kami sekeluarga menuju meja untuk buka bersama.Terdengar deru mobil, Fathir baru saja pulang.Luna langsung keluar menuju garasi menyambut Fathir."Assalamualaikum""Waalaikumsalam, wah Mas Fathir pulang. Akhirnya kita bisa buka puasa pertama bareng ya Mas, alhamdulillah" terdengar suara Luna mendayu-dayu.Mulai berdrama"Kamu makan duluan aja Lun, Mas mau mandi dulu ya. Gerah sayang" Fathir hendak menuju kamar mandi."Lho Mas, makan dulu ajasih baru mandi. Aku nungguin kamu lho daritadi rela nahan laper, biar bisa makan bareng kamu. Ini kan buka puasa pertama kita sebagai suami istri yang sah"
"Waalaikumsalam" kuakhiri dengan salam telfon dari Mba Ningsih.Semenjak menikah dengan Luna, hampir setiap hari aku mendapat sindiran secara halus yang dibungkus dengan lelucon, bahkan tak jarang aku mendapat teguran secara terang-terangan dari semua orang yang mengenalku.Apa yang Luna perbuat? Hingga semua orang ingin aku bersikap tegas atau meninggalkannya. Tak pantas bersanding denganku katanya, mengapa? Aku juga bukan orang yang pandai beragama dan berakhlak mulia. Hingga sebuah ingatan beberapa tahun lalu muncul di benakku."Gimana Thir? Parah sih kamu. Bisa-bisanya toh ndak ingat apa-apa. Kalo sampe cewe itu lapor, kita semua bisa kena imbasnya. Malu lah kalo sampe kita diturunkan jabatan , syukur-syukur ndak dimutasi" Sahwan~teman sejawatku kala itu menyalahkanku.Gara-gara ide Rohim~yang juga teman se-angkatan, membuatku terjebak dalam situasi genting yang ak
"Iya Mas, ini aku di parkiran mau otw pulang. Tadi keasyikan sama temen, gatau kalo Mas telfon" suara Luna di ujung telfon terdengar sangat lembut."Yasudah, hati-hati lho ya! Mastadi khawatir, Luna ndak ada kabar soalnya. Cepet pulang, bawa mobilnya sante aja. Jangan kebut-kebutan , Mas tunggu di rumah Sayang. Assalamualaikum" akhirnya Fathir bisa bernapas lega mengetahui istri tercintanya dalam kondisi baik-baik saja."Waalaikumsalam" Luna tersenyum simpul.***"Aman Mas, aku pulang dulu ya. Mas Frans ati-ati lho" Luna mengerlingkan mata menatap Frans di depannya."Siap Sayangku, udah sana gih naik!" Ucap Frans memerintah.Mereka baru saja berkencan menikmati momen berdua, tentunya di belakang pasangan sah mereka.***"Istriku darimana aja ? Sampe susah dihubungi" Fathir menyambut kedatangan Luna.
##BAB Terakhir Ending Akhir Kisah LunaâApa, sih, Mas?â tanya Stefani kesal. Pasalnya gadis itu capek ingin merebahkan tubuhnya di atas ranjang untuk beristirahat.âKamu jelaskan sama Mas sekarang! Benarkah kamu yang menaburkan bubuk gatal di pakaian Luna?â tanya Frans kali ini merendahkan suaranya.âIya, kenapa?â sahut Fani enteng.âApa alasanmu melakukan itu?â selidik Frans.âKamu nggak tahu aja, Mas. Mbak Luna itu nyebelin tahu nggak, sih. Dia mesti bikin aku kesal. Nggak Cuma aku, bahkan ke Mama juga. Semua orang yang berdekatan dengannya juga pasti dibuat kesel sama dia!ââNggak boleh gitu. Walaupun bagaimana kondisinya, Luna itu tetap Kakakmu juga!â kata Frans menasehati.âDia aja nggak pernah ngehargain aku, Mas. Gimana aku bisa nganggep dia Kakak? Aku nggak suka dia ada di sini!â ketus Fani.âTerus maksud kamu? Kamu ngusir aku?â tanya Frans.âBukan begitu. Pokoknya aku nggak suka Mas Frans sama dia. Kayak nggak ada cewek lain saja!ââNggak bisa. Mas cinta sama Luna lagi pula s
Entah sudah berapa lama Luna terpejam, ia terbangun karena tenggorokannya kering. Ia melihat jarum jam menunjukkan pukul 02.00 WIB.Luna beranjak dari tempat tidur, ia keluar kamar menuju dapur. Sesampainya di dapur, ia menuang air galon ke dalam gelas. Meneguknya hingga tandas.Setelah puas minum, Luna penasaran akan Frans dan Zhuema, ke mana mereka?Sejak kejadian tadi malam, Luna belum melihat keberadaan mereka.Dengan langkah pelan, ia meuju kamar tidur khusus tamu yang terletak di kamar sebelahnya. Entah kenapa perasaannya mengatakan Frans ada di dalam.Ceklek!Luna memutar knop pintu dengan pelan, tak ingin menimbulkan suara di tengah malam seperti ini.Luna mengendap-endap masuk ke dalam kamar tersebut, dengan cahaya yang remang ia masih mampu melihat seseorang yang sedang terlelap di atas kasur berukuran standart.Matanya memicing, mengamati wajah seseorang itu. Benar sekali perasaannya, seseorang itu adalah Frans, suaminya. Nampak tertidur pulas dengan suara dengkuran halus.
"Paket ... paket ... paket ...," teriak kurir berjaket hitam dengan menggunakan sepeda motor berwarna senada. Kurir tersebut tampak celingukan di depan pagar rumah Pak Handoko.Satpam menghampiri tanpa membuka pagar."Iya, Pak. Ada apa?" tanya satpam sembari memandang penampilan kurir dari atas ke bawah."Ini ada paket atas nama Stefani benar di sini?" kata kurir sembari mengacungkan sebuah barang berbungkus plastik hitam."Iya, dari mana?" tanya satpam."Dari Jonggol, ya, mana saya tahu ini dari mana, tugas saya cuma ngirim. Bener nggak di sini kediaman Bu Stefani?" kata kurir lagi sembari memandang satpam tak yakin."Bener, sih. Tapi Mbak Stefani itu belum menikah, ngapain situ panggil-panggil Bu?" tanya satpam masih keukeh tak membukakan pagar."Duh, Pak. Ini terima, sini saya foto, capek deh kalo nemu orang gaptek macem ni bisa puyeng akikah!" Kurir bergegas menscan barcode yang tertera di sampul paketan, lalu menyerah
Entah sudah berapa lama Luna terpejam, ia terbangun karena tenggorokannya kering. Ia melihat jarum jam menunjukkan pukul 02.00 WIB.Luna beranjak dari tempat tidur, ia keluar kamar menuju dapur. Sesampainya di dapur, ia menuang air galon ke dalam gelas. Meneguknya hingga tandas.Setelah puas minum, Luna penasaran akan Frans dan Zhuema, ke mana mereka?Sejak kejadian tadi malam, Luna belum melihat keberadaan mereka.Dengan langkah pelan, ia meuju kamar tidur khusus tamu yang terletak di kamar sebelahnya. Entah kenapa perasaannya mengatakan Frans ada di dalam.Ceklek!Luna memutar knop pintu dengan pelan, tak ingin menimbulkan suara di tengah malam seperti ini.Luna mengendap-endap masuk ke dalam kamar tersebut, dengan cahaya yang remang ia masih mampu melihat seseorang yang sedang terlelap di atas kasur berukuran standart.Matanya memicing, mengamati wajah seseorang itu. Benar sekali perasaannya, seseor
Zhuema kembali terlelap dalam gendongan Luna. Dengan hati-hati, Luna meletakkan Zhuema ke dalam box bayi, tempat tidur Zhuema selama ini. Bahkan box tersebut pemberian dari mantan ibu mertuanya, Bu Lujeng.Setelah memastikan Zhuema pulas, Luna berjalan mendekat. Ia naik ke atas kasur, mengambil bantal yang menutupi wajah suaminya."Kenapa, sih?" tanya Luna menatap wajah Frans dengan lekat."Hmm ...," gumam Frans tanpa mau membuka mata."Ayo cerita sini, kenapa?" ulang Luna sembari mengguncang tubuh Frans.Frans yang merasa tidak nyaman dengan perlakuan Luna, terpaksa membuka mata. Ia melirik sekilas ke arah Luna."Duduk! Cerita sama aku, kamu kenapa!" tegas Luna.Frans menuruti perkataan Luna, ia menyusun beberapa bantal di belakang tubuhnya, untuk bersandar.Kini mereka sama-sama terdiam dalam posisi duduk bersandar pada bantal.Luna menunggu dengan sabar kalimat yang akan muncul dari bibir Frans."Aku habi
Seusai sarapan, Frans mengajak Luna ke Mall, mereka akan membeli ponsel baru untuk Luna. Tentu saja setelah menitipkan Zhuema pada Bi Asih."Mas, pokoknya aku mau iphone series terbaru, ya!" kata Luna manja."Iya!" kata Frans singkat.Mereka memasuki konter dengan brand ternama. Setelah disambut dengan hangat, Luna segera meluncur ke etalase. Matanya berbinar melihat aneka ponsel mahal berjejer rapi."Mbak, iphone series terbaru sekarang ini apa, ya?" tanya Luna pada SPG konter."Oh, yang baru launching, sih, iphone 12 pro max, Kak. Udah lengkap banget untuk specnya," ujar Mbak SPG ramah."Oke, mau satu, ya, Mbak!" kata Luna.Mbak SPG segera mengambilkan pesanan Luna, namun dalam bentuk contoh display. Setelah dijelaskan mengenai fitur dan lain sebagainya. Luna mengiyakan, ia segera meminta Frans untuk membayarnya."Mas, bayar, gih!" titah Luna.Frans mengambil dompetnya, ia meng
Bu Niken menatap tajam ke arah Luna dan Stefani bergantian."Ada yang bisa jelasin ini kenapa?" tanya Bu Niken dengan sorot mata menyeramkan.Luna menunduk, Stefani pun angkat bicara. Frans menghela napas panjang. Mereka terdiam, tidak satu pun berniat menjelaskan."Fani ...," panggil Bu Niken menatap Stefani, berharap putrinya itu mau menjelaskan."Menantu Mama itu nggak ada akhlaq!" cebik Stefani.Bu Niken mengerutkan kening, tatapannya beralih ke Luna."Anak Mama aja, tuh, yang lebay. Bocil alay!" kata Luna memutar bola mata malas."Kenapa, sih? Frans coba jelaskan!" Bu Niken mengambil jalan tengah, ia ingin putranya menjelaskan dengan detail."Fani tuh tiba-tiba gedor kamar pengantin, mana malam pertama. Nggak sopan banget!" jelas Frans pada Mamanya."Eh, kalo istri kesayanganmu itu nggak cari gara-gara duluan, aku nggak sudi juga kali ganggu waktumu!" kata Stefani dengan kesal."Hmm ... kamu
Acara pernikahan Frans dan Luna akhirnya selesai juga. Mereka cukup lelah menyambut tamu yang datang. Tapi wajah Luna tampak fresh dan berseri-seri. Mereka pindah ke kamar yang berada di lantai atas. Tepat di sebelah kamar Stefani. Luna meminta Frans untuk segera mencarikan baby sitter. Bu Niken keberatan, karena di rumah sudah ada Bi Asih yang menyiapkan segala keperluan mereka. Jadi Bu Niken merasa Luna masih sanggup menjaga baby Zhue tanpa bantuan baby sitter. "Pokoknya aku nggak mau tau, ya, Mas! Aku minta baby sitter untuk merawat baby Zhue. Aku bisa cepet tua kalo harus merawat baby Zhue sendirian setiap hari, belum lagi harus melayani kamu. Stres yang ada!" Luna menata pakaiannya di dalam lemari besar. Ia langsung meminta pindah kamar saat acara usai. "Iya-iya. Gampang lah nanti aku carikan. Oh, ya. Aku keberatan kalo Zhuema harus dipanggil baby Zhue. Itu 'kan nama pemberian Fathir. Mulai sekarang panggil dia Zhuema nggak usah d
Setelah kejadian di malam itu, Luna mengurung diri di kamar.Ia tak lagi mempedulikan pernikahannya yang hanya hitungan jam.Frans terpaksa harus merayunya. Seperti sekarang, ia sudah berdiri di depan pintu Luna. Berkali-kali Frans mengetuk pintu namun Luna tak kunjung membukanya."Sayang, dih calon manten kok ngambekan sih?" ucap Fathir sembari tetap mengetuk pintu."Udah sana kamu urus aja keluargamu, nggak usah peduli sama aku!" tandas Luna dari dalam kamar."Eh, jangan teriak - teriak dong, Princess. Nanti baby Zhue bangun kasihan." Frans mengetuk pintu sekali lagi.Luna tetap saja tak mau membuka pintu. Tak kehabisan akal, Frans membujuk dengan jurus andalan. Seakan ia sudah paham kelemahan wanita yang dicintainya tersebut."Yakin nih nggak mau buka? Aku punya sesuatu, loh. Hmm ... tebel banget nih kantong aku. Yakin nggak mau shopping pasca acara nikahan nanti?" tanya Frans dengan nada menggoda. Berharap Luna luluh.