Kamu harus cepat datang sebelum aku lelah menunggu.
Kamu harus sampai sekarang sembelum aku membeku.Atau setidaknya kamu bahkan harus tau aku ada.Bagaimana mungkin bisa kamu tak tau? padahal kau yang membuat pelangi dihatiku.Seorang siswa sekolah menengah atas terlihat buru buru mendatangi sekolah. Hari ini ada ulangan dan dia sudah telat lima menit. Waktu sudah menunjukkan pukul 07.05 WIB.
"Kiri Pak!" Gadis bernama Aqila itu berteriak pada kondektur bus, yang sebenarnya tak jauh dari tempatnya berdiri.
"Kiri pir supir." Kondektur memberi kode dengan mengetuk bagian atap bus.
"Hati hati neng." Kondektur memperingatkan Aqila yang terlihat berlari sejak turun dari bus.
Hari ini ayahnya tak bisa mengantar kesekolah jadi ia harus naik bus, untuk pertama kalinya. Karna itu Aqila telat kesekolah karna sempat tersasar, ya bagaimana tak kesasar? ia tak tau harus berhenti dimana.
"Permisi Bu." Aqila memasuki kelas dengan takut takut. Apalagi dia baru tiga bulan pindah kesekolah ini.
"Iya masuk." Guru yang mengajar menjawab Aqila.
"Maaf Bu telat, tadi kesasar, baru pertama naik bus." Aqila berkata dengan ragu, takut Guru tersebut tak mempercayainya. Ada rasa malu juga, karna sudah sebesar ini baru pertama naik bus, kesasar pula.
Diluar dugaan, guru tersebut justru tersenyum dan memperbolehkan Aqila duduk di bangku nya. "Iya nggak papa, langsung kerjakan Ulanganya ya." Bu Andini segera menyerahkan lembar soal pada Aqila.
"Trimakasih bu." Aqila menerimanya dengan wajah senang hingga ia setengah berlari menuju meja.
"Ulangan hari ini open book, Soalnya ibu ada rapat hari ini."
"Horee..." Mendadak suasana dikelas menjadi riuh karna suara para murid yang kegirangan. Seperti bunyi paduan suara tujuh belasan.
"Sttt.. tapi jangan brisik, Aqila nanti antar hasil ulangan diruang saya ya." Bu Andini memberi tugas pada Aqila yang tentu saja disanggupi Aqila.
Setelah semua selese mengerjakan ulangan, Aqila mengantar hasil ulangan kelasnya menuju ruangan bu Andini, Ia melewati kelas X IPA 1,yang diluarnya terdapat tumpukan bangku rusak, mungkin akan diperbaiki.
srekkk
Aqila kaget mendengar suara kain robek, terdengar dari belakangnya."Jangan jangan?" Aqila segera mengecek rok bagian belakangnya. Benar saja, rok nya baru saya tersangkut paku dari salah satu bangku yang rusak.
"Kok sobek si?" Gadis bernama Aqila itu mulai panik. Bagaimana tidak? hampir separuh roh nya jaitanya telah koyak.
"Gimana dung?" Matanya sudah ingin mengeluarkan air mata. Harus minta tolong siapa? Dia baru saja pindah kesini, belum banyak teman yang dimiliki. Tidak mungkin juga memaksa untuk berjalan, bisa kelihatan hotpants yang dipakainya.
"Pakai aja." Suara berat dari seseorang mengalihkan pandangannya. Lelaki tersebut memberikan sebuah jaket berwarna biru muda dengan gambar huruf D dibelakangnya.
"Ambil aja." Kini si pria tersebut mengucapkanya sambil tersenyum. Manis sekali, fikir Aqila.
Ragu ragu Aqila menerima Jaket itu, "Makasih." Segera ia melilitkan jaket itu pada rok nya, menali simpul kedua lenga jaket pada bagian depan rok sekolahnya.
"Ngembaliinya?" Aqila bertanya dengan sedikit berteriak pada pria yang kini berjalan menuju arah kantin.
"Itu kelas aku, anterin aja kesitu kalau mau ngembaliin." Pria tadi menunjuk kelas yang ada tepat didepan Aqila
"Oh.." Hanya itu yang bisa di ucapkan Aqila, menatap pria yang menolongnya semakin mendekat kearah kantin.
"Ardeo" Aqila melafalkan nama yang sempat di liriknya pada name tag baju pria tersebut.
Aqila tersenyum mengingat perkenalan pertamanya dengan Deo. Ahhh bukan perkenalan pertama, tapi pertemuan pertama. Bagaimana mau disebut perkenalan, Deo saja tak pernah tau ada makhluk bernama Aqila disekolahan.
"Aaaaaaa" Aqila berteriak kencang saat menyadari di pertigaan depan ada motor melaju dengan kecepatan tinggi akan menabrak dirinya.
brakkk
Motor yang Aqila kendarai sukses nyungsep melewati trotoar jalan. Dengan posisi jatuh motor menimpa sebagian badannya. Untung saja satu plastik penuh bakso yang baru dibelinya tidak terpental.
"Aduh gimana si mas, bisa bawa motor nggak si?" Aqila bersiap memaki orang yang membuatnya tersungkur dari motor.
"Kalau baru belajar naik motor nggak usah kebut kebutan." Gadis bertubuh mungil itu masih terus menggerutu. Padahal jika difikir difikir Aqila lah yang baru belajar dan baru bisa naik motor.
"Maaf mba maaf, nggak ada yang luka kan?" Orang yang menabraknya mengangkat motor yang menimpa Aqila.
Suara itu?
Aqila kenal betul suara ini, tidak mungkin salah, itu suara orang yang disukainya, Deo.
"Emm i i iya iya nggak papa , nggak papa" Aqila meralat nada bicaranya menjadi lebih lembut.
Aduh udah kelanjur marah marah lagi.
Aqila kembali berbicara sendiri dalam batinnya. Ini bisa jadi kesempatan untuk Deo bisa tau dirinya, tapi Aqila sudah terlanjur marah marah. Tidak mungkin kan kesan pertama berkenalan begini?.
"Beneran nggak papa? apa perlu ke rumah sakit?" Deo menawari Aqila.
Iya sepertinya aku memang perlu ke rumah sakit, bukan kakiku yang terluka tapi hatiku.
"Nggak usah nggak usah, nggak papa kok" Lain dimulut lain dihati memang. Apa yang sebenarnya diinginkan hati kadang tak pernah sampai ke mulut kan?. Seperti kalimat barusan contohnya.
"Yaudah kalau nggak papa, saya permisi, buru buru soal nya" Deo menyalakan mesinnya dan benar benar pergi.
"Tadi harusnya aku bilang ,aku kenapa kenapa" Sesalnya kemudian. Nah kan kalau begitu baru menyesal. Memang penyesalan selalu datang belakangan. Konon katanya kalau datang di awal bisa jadi pendaftaran. Jadi lebih baik datang belakangan saja. Supaya manusia bisa belajar dari kesalahan.
"Dia bahkan nggak tanya namaku." Aqila berjongkok disamping motornya.
"Mau berapa kali lagi kita ketemu tanpa dia pernah tau namaku." Aqila tak habis fikir, sudah belasan kali mereka bertemu tapi masih tak berkenalan. Bukanya itu keterlaluan?.
"Kita kira dari mana ya dia?." Jiwa keingin tahunnya kembali muncul.
"Si lelaki baik." Nama yang disematkan Aqila untuk Deo. Ya, sejak kejadian rok nya yang robek karna tersangkut paku. Lagi pula Deo memang lelaki baik, hanya nasibnya saja yang kurang beruntung.
*****
Deo mengenang semua kisah cintanya yang berakhir tragis. Ditinggalkan Wilda tanpa alasan, Diselingkuhi oleh Sthephani dan yang terakhir di campakkan Nadine.
Setelah semua yang terjadi, mulai hari ini Deo memutuskan untuk menjadi seseorang yang berbeda. Dia bertekad untuk merubah citra Deo yang lama, Deo yang lembut pada perempuan sudah tidak akan ada lagi.
"Mau pulang bareng?" Deo menyapa adik kelasnya yang berdiri sendirian di depan gerbang sekolahan.
"Saya kak?" Adek kelas tersebut memastikan Deo memang sedang berbicara dengannya.
"Iya lah kamu, kan di sekitar sini cuma ada kita berdua." Dengan senyumanya yang menawan Deo berusaha memikat Gadis tersebut.
"Emang nya ngak papa? nggak ada yang marah kalau aku pulang bareng kak Deo? " Jawaban yang menurut Deo sebagai bentuk penerimaan. Dan lagi, gadis ini sudah tau siapa Deo, ya siapa yang tidak tau? Deo cukup terkenal kan? selain otaknya encet dia juga anggota team basket sekolahan. Wajahnya juga tampan.
"Tentu saja! Siapa nama kamu?" Setelah merasa mendapat lampu hijau Deo kembali melancarkan aksinya, untuk pertama dia harus tau siapa nama gadis itu kan? .
"Siska" Gadis itu menjawab cepat
"Nama yang indah seindah orangnya, yaudah ayo aku antar pulang." Gombalan yang sudah kadaluwarsa sebenarnya, tapi boleh lah untuk orang yang pertama merayu.
Siska. Iya benar nama yang cukup indah. Wajahnya juga cantik. Cukuplah untuk menjadi korban pertama Ke fakboi an Deo. Bukan begitu Deo?.
Entah sihir jenis apa yang sedang kau gunakan.Di mataku, apapun yang kau lakukan harus ku maklum kan.Apapun yang kau buat adalah suatu kebenaranAku suka apapun yang kau katakan.Meski aku tau, itu hanyalah sebuah kebohongan.Aqila menatap seorang yang dulunya difikir nya baik, tapi sekarang telah berubah menjadi menyeramkan. Entah sudah berapa banyak gadis yang gonta ganti digandeng nya. tadi pagi jalan dengan Devi nanti siangnya bisa jadi jalan dengan sherly.Dalam jangka tiga bulan saja sudah hampir semua anak kelas 1 habis dipacarinya. Apa dengan begitu dia berfikir dia hebat?. Bukankah itu hanya sebuah tindakan gila!."Sudah banyak gadis didatangi nya, tapi dia bahkan tetap tak sekalipun menatap kearahku." Ini lebih gila dari tindakan Deo si playboy newbie itu. Bagaimana bisa ada seorang gadis yang
Aku sedang memantrai diriku sendiri.Memaksa kamu melihatku bukanlah solusi.Aku terus memantrai diriku sendiri.Bahwa biar saja anganku tentangmu hanya akan ada dalam fikir ini.Aku terus memantrai diri sendiriBiar saja bila nanti kau melihatku, pun itu karna memang kau ingini.Aqila merenungi kembali niat hatinya untuk ingin bersama Deo, setelah melihat apa yang dilakukan Deo pada Siska, nyali Aqila tiba tiba saja menciut. Ia tak siap patah hati, apalagi dipatahkan sehina itu.Wilda terus menyenggol bahu Aqila, seperti ada sebuah kode yang ingin disampaikan. "Apa?" Aqila masih tak mengerti apa yang diinginkan sahabatnya itu.Mata Wilda memberi isyarat agar Aqila menoleh kesamping kirinya. "Oh Elang." Kini Aqila tau apa yang dimaksud sahabatnya itu."Elang." Gadis cantik bertubuh mungil itu melambaikan tangan ke Elang, memberi tanda agar Elang mendekat.Dengan senyum sumpringah Elang mendatangi Aqila yang tengah bersama Wilda, dibelakan
Seperti kataku dulu, aku berdiri tepat dibelakangmu.Tak akan jauh dari jangkauan matamu.Kamu tak akan perlu susah payah untuk berlari.Aku bahkan sudah lama menunggu, sembari mengumpulkan titik menjadi satu kalimat cinta untukmu."Yang mana rumah kamu Wil?" Sejak tadi Elang hanya akan bicara bila menanyakan arah. Selain itu tak pernah ada pembicaraan lain, berulang kali Wilda mencoba membuat nya berbincang, sayang, selain hanya iya dan tidak, keheningan lah yang akan menjawab setiap pertanyaan Wilda."Depan lagi, yang cat warna kuning." Wilda menunjukkan arah rumahnya."Yang ini?" Elang memperlambat laju motornya, kali kali saja perkiraanya benar, rumah yang dia maksud benar rumah Wilda, jadi dia tak perlu berhenti mendadak."Iya bener, nggak mampir dulu Lang?" Wilda mencoba menawarkan Elang untuk mas
Deo sampai Didepan rumah Aqila ketika hujan juga reda, karna tak membawa jas hujan, keduanya terpaksa membiarkan tubuh basah kuyup."Sampai." Deo menghentikan motornya, menunggu Aqila turun dari jok belakangnya."Makasi ya, ohh ya tunggu sebentar biar aku ambilin jaketnya." Aqila berniat mengambil jaket yang sedari tadi menjadi sumber pembicaraan."Nggak usah, lain kali aja." Deo menahan tangan kanan Aqila. Padahal sedari tadi dirinya sendiri yang mengingatkan tentang jaket."Lain kali?" Aqila mencoba mencerna maksud perkataan Deo. Lain kali? itu artinya Deo ingin menemui Aqila lagi? .Kembali, tak ada jawaban pasti yang diucapkan Deo, "Masuk gih, nanti kamu sakit lagi." Suatu kalimat yang malah terkesan mengalihkan pembicaraan."Oh.. emm." Dengan bibir yang bergetar karna kedinginan Aqila ingin menyampaikan sesuatu pada Deo, tapi rasanya terlalu malu."Nggak usah lain kali aja." Seperti bisa membaca jalan fikiran Aqila , Deo menolak tawaran
Pepatah mengatakan tetaplah berbuat baik maka kamu akan bertemu orang baik jika tidak. Maka kamu akan ditemukan orang baik. Jika tetap tidak. Kamu lah orang baik itu.Sepertinya itu kata kata terbulsyit yang pernah ku dengar. Menjadi orang baik hanya akan membuatmu di anggap lemah. Sepertinya aku lebih menyukai kata pepatah yang lain "Dunia adalah tempat yang kejam. Hanya ada dua pilihan. Disakiti atau menyakiti!" _Ardeo_*****Aqila PovSeorang remaja lelaki terlihat membelah jalanan yang sedang terguyur hujan. Tak menghiraukan dirinya yang sedang basah kuyup. Dia lebih asyik menyembunyikan buku di dalam jaketnya."Nadine maaf ya telat diluar hujan. Jadi agak macet." Dia terlihat menyerahkan sebuah buku catatan kepada gadis didepanya.Manis sekali. Merelakan diri basah untuk sekedar mengantar buku catatan kekasihnya. Iya kekasihnya. Itu yang ku dengar dari teman teman bimbel.Namanya Ardeo kelas sebelas IPA1. Kudengar dari orang
Sebenarnya dalam suatu hubungan bukan masalah siapa yang benar siapa yang salah. Hanya saja terkadang sesuatu memang tak cocok mau sekeras apapun kita memaksa. Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri.Ini bukan kali pertama aku memperhatikanya. Aku sering melihatnya diam diam. Entahlah sejak pertama melihat dia aku rasa aku menyukainya. Apakah cinta pandangan pertama itu nyata adanya?"Rasanya sangat sakit melihat dia memilih yang lain. Tapi aku bisa apa? bahkan mungkin dia tak menyadari keberadaanku. Menyedihkan."*****Deo PovKelas Sudah ku isi penuh dengan bunga kertas yang kubuat berhari hari. Aku menyulap kelas menjadi meriah dengan bantuan teman temanku. Hari ini akan sangat bersejarah. Aku akan menyatakan perasaanku pada Wilda."Will you marry me?" Ucapku mempraktekkan kata kata yang akan ku ucapkan pada Wilda.Yang sukses dihadiahi jitakan oleh Reno. Temanku yang super nyinyir itu."Lu kata kita mau lamaran? ""Grogi g
Bukankah ini akan sangat menyakitkan? melihat dia yang kau cinta akan menyatakan perasaan pada yang lain? berita buruknya kamu yang harus mengabadikanya."aku bahkan harus tetap tersenyum." Seorang gadis berponi throung bang dengan rambut lurus nya itu berbicara didalam hati . Dengan terus mengabadikan moment yang ada didepanya.*****Elang memasuki kelas yang pintunya masih ditutup. X IPA 1 tertulis dibagian atas pintu."Sorry telat." Elang melakukan highfive dengan ketiga sahabatnya, lalu menyerahkan lima tangkai mawar yang baru saja dicuri olehnya."Kok yang satu beda lang? " Deo menanyakan kenapa ada satu bunga mawar putih diantara 4 mawar merah."Buru buru tadi jadi sedapetnya." Elang menjawab asal."Yaudah buat elu aja ni yang putih. BTW thank you Lang." Deo cengengesan mengucapkanya."Jadi anak durhaka gue Dey, gara gara elu!" Elang duduk di kursi samping Deo."Rekor ni lu mau bikin dosa lang. Hahaha." seperti
Konon katanya cinta adalah bahagia melihat yang dicintainya bahagia, tanpa syarat harus dengan siapa. Ingin sekali mengucapkan kata itu, tapi entah kenapa lidahku mendadak keluAqila tergesa gesa masuk kedalam rumah tanpa mempedulikan keadaan sekitar. Yang ia tau, ia harus segera masuk kamar sebelum bundanya melihat dia sedang menangis."Qila?" Sang ibu menegur anak gadisnya yang masuk kedalam rumah tanpa salam apalagi permisi."Qila capek bun, mau istirahat." Qila terus menaiki tangga tanpa menoleh ke Bundanya."Haduh maaf ya mba Rani, Qila jadi ngak sopan padahal biasanya ngak begitu lho." Ibunda Aqila berusaha menjelaskan pada temannya."Ngapapa mba Aisya, biasa namanya juga anak muda. Suka badmood." kedua teman lama itu tertawa bersama"Iya apalagi Aqila kan sedang masa puber. huh sering dibuat jengkel saya mba." Aisya, Ibunda Aqila membuka sesi curhat siang hari ini."Nah sama ini, anak saya juga sering banget buat jengkel saya, t
Deo sampai Didepan rumah Aqila ketika hujan juga reda, karna tak membawa jas hujan, keduanya terpaksa membiarkan tubuh basah kuyup."Sampai." Deo menghentikan motornya, menunggu Aqila turun dari jok belakangnya."Makasi ya, ohh ya tunggu sebentar biar aku ambilin jaketnya." Aqila berniat mengambil jaket yang sedari tadi menjadi sumber pembicaraan."Nggak usah, lain kali aja." Deo menahan tangan kanan Aqila. Padahal sedari tadi dirinya sendiri yang mengingatkan tentang jaket."Lain kali?" Aqila mencoba mencerna maksud perkataan Deo. Lain kali? itu artinya Deo ingin menemui Aqila lagi? .Kembali, tak ada jawaban pasti yang diucapkan Deo, "Masuk gih, nanti kamu sakit lagi." Suatu kalimat yang malah terkesan mengalihkan pembicaraan."Oh.. emm." Dengan bibir yang bergetar karna kedinginan Aqila ingin menyampaikan sesuatu pada Deo, tapi rasanya terlalu malu."Nggak usah lain kali aja." Seperti bisa membaca jalan fikiran Aqila , Deo menolak tawaran
Seperti kataku dulu, aku berdiri tepat dibelakangmu.Tak akan jauh dari jangkauan matamu.Kamu tak akan perlu susah payah untuk berlari.Aku bahkan sudah lama menunggu, sembari mengumpulkan titik menjadi satu kalimat cinta untukmu."Yang mana rumah kamu Wil?" Sejak tadi Elang hanya akan bicara bila menanyakan arah. Selain itu tak pernah ada pembicaraan lain, berulang kali Wilda mencoba membuat nya berbincang, sayang, selain hanya iya dan tidak, keheningan lah yang akan menjawab setiap pertanyaan Wilda."Depan lagi, yang cat warna kuning." Wilda menunjukkan arah rumahnya."Yang ini?" Elang memperlambat laju motornya, kali kali saja perkiraanya benar, rumah yang dia maksud benar rumah Wilda, jadi dia tak perlu berhenti mendadak."Iya bener, nggak mampir dulu Lang?" Wilda mencoba menawarkan Elang untuk mas
Aku sedang memantrai diriku sendiri.Memaksa kamu melihatku bukanlah solusi.Aku terus memantrai diriku sendiri.Bahwa biar saja anganku tentangmu hanya akan ada dalam fikir ini.Aku terus memantrai diri sendiriBiar saja bila nanti kau melihatku, pun itu karna memang kau ingini.Aqila merenungi kembali niat hatinya untuk ingin bersama Deo, setelah melihat apa yang dilakukan Deo pada Siska, nyali Aqila tiba tiba saja menciut. Ia tak siap patah hati, apalagi dipatahkan sehina itu.Wilda terus menyenggol bahu Aqila, seperti ada sebuah kode yang ingin disampaikan. "Apa?" Aqila masih tak mengerti apa yang diinginkan sahabatnya itu.Mata Wilda memberi isyarat agar Aqila menoleh kesamping kirinya. "Oh Elang." Kini Aqila tau apa yang dimaksud sahabatnya itu."Elang." Gadis cantik bertubuh mungil itu melambaikan tangan ke Elang, memberi tanda agar Elang mendekat.Dengan senyum sumpringah Elang mendatangi Aqila yang tengah bersama Wilda, dibelakan
Entah sihir jenis apa yang sedang kau gunakan.Di mataku, apapun yang kau lakukan harus ku maklum kan.Apapun yang kau buat adalah suatu kebenaranAku suka apapun yang kau katakan.Meski aku tau, itu hanyalah sebuah kebohongan.Aqila menatap seorang yang dulunya difikir nya baik, tapi sekarang telah berubah menjadi menyeramkan. Entah sudah berapa banyak gadis yang gonta ganti digandeng nya. tadi pagi jalan dengan Devi nanti siangnya bisa jadi jalan dengan sherly.Dalam jangka tiga bulan saja sudah hampir semua anak kelas 1 habis dipacarinya. Apa dengan begitu dia berfikir dia hebat?. Bukankah itu hanya sebuah tindakan gila!."Sudah banyak gadis didatangi nya, tapi dia bahkan tetap tak sekalipun menatap kearahku." Ini lebih gila dari tindakan Deo si playboy newbie itu. Bagaimana bisa ada seorang gadis yang
Kamu harus cepat datang sebelum aku lelah menunggu.Kamu harus sampai sekarang sembelum aku membeku.Atau setidaknya kamu bahkan harus tau aku ada.Bagaimana mungkin bisa kamu tak tau? padahal kau yang membuat pelangi dihatiku.Seorang siswa sekolah menengah atas terlihat buru buru mendatangi sekolah. Hari ini ada ulangan dan dia sudah telat lima menit. Waktu sudah menunjukkan pukul 07.05 WIB."Kiri Pak!" Gadis bernama Aqila itu berteriak pada kondektur bus, yang sebenarnya tak jauh dari tempatnya berdiri."Kiri pir supir." Kondektur memberi kode dengan mengetuk bagian atap bus."Hati hati neng." Kondektur memperingatkan Aqila yang terlihat berlari sejak turun dari bus.Hari ini ayahnya tak bisa mengantar kesekolah jadi ia harus naik bus, untuk pertama kalinya. Karna
-Mau sampai kapan kamu sadar? ada seseorang yang bahkan rela menjaga kamu dengan sepenuh hatinya?.Kenapa kamu justru terus memilih untuk terluka? apa tersakiti itu begitu menyenangkan?.Coba lah lihat kebelakang sebentar, aku ada tepat disitu- Aqila-Gadis bernama Aqila lebih memilih terus menyemprot setangkai mawarnya dengan air dari pada menganti bajunya."Ckk.. kenapa layu?" Mungkin jika ada orang yang melihat dia berbicara dengan setangkai mawar akan menganggapnya gila. Lagi pula bagaimana tidak layu? itu hanya setangkai mawar tanpa akar. Harusnya dia menanam saja bila ingin bunganya terus mekar."Tidak mungkin dibuang. Ini dari Deo" Kini malah dia memeluk vas bunga nya."Aku ada ide." Entah apa yang akan dilakukan. Ia justru mencabut bunga mawar dan bergegas pergi.Susah memang membaca fikiran orang yang tengah BUCIN.*****Sejak kejadian tempo hari Deo dan Sthephani memang semakin dekat. Sthephani yang agak sedikit agresif ag
-Aku baru saja akan mendekat, tapi entah kenapa antara kau dan aku seperti ada sekat.Sejak kau memilih dia, aku lebih memilih membunuh perasaanku. Membiarkanya menguap dan perlahan menghilang-Aqila lebih memilih menjauh dari dua orang didepanya yang sedang terlibat obrolan. Lagi pula untuk apa juga disana? tidak akan dianggap juga."Lukanya tak parah kan?" Sthep memegang lutut Deo yang masih terbungkus perbank."Aaa ya jangan di pegang juga!" Deo meneriaki wanita didepanya. Bagaimanapun lututnya sedang terluka, kenapa dia main pegang pegang. Lutut dan hatinya kini sama sama sakit."Kamu udah putus kan sama Wilda?" Tanpa basa basi Sthep menanyakan hal se sensitif itu pada orang yang baru saja patah hati. Meski blak blakan adalah karakternya, apa tidak ada cara lain untuk bertanya?."Bagus lah. Dia memang tak pantas buat kamu." Bahkan belum sempat Deo menjawab tapi Sthep kembali menyambung percakapan."Kenapa bicara begitu? buk
Sama seperti mawar putih ini, dimatamu aku tak pernah menarik.Sama seperti mawar putih ini, lebih dipilih kau singkirkan.kabar buruknya, kau tetap penghuni tetap hati ini.Gadis bermata sipit itu menuang air kedalam vas berisi setangkai mawar putih."Jangan layu." Ucapnya berbisik pada bunga kesayangannya.*****Deo masih termenung mendengar penuturan dari Wilda, kenapa kekasihnya, ahh mungkin sebentar lagi jadi mantannya, jadi bersikap begini? seingatnya dia tak melakukan kesalahan apapun."Maaf, tapi aku tak mau semakin nyakitin kamu." Wilda kembali menangis. Kenapa dia selalu menangis? baik diawal hubungan atau di akhir hubungan mereka."Kenapa?" Deo hanya mampu menatap nanar seseorang yang ada didepannya. Beberapa detik yang lalu masih berstatus kekasihnya, tapi detik ini hubunganya akan berakhir."Deo maaf, tapi kamu pantes dapet yang lebih baik dari pada aku." Alasan klise. Jadi maksudnya seseorang yang baik tidak boleh dicintai denga
Konon katanya cinta adalah bahagia melihat yang dicintainya bahagia, tanpa syarat harus dengan siapa. Ingin sekali mengucapkan kata itu, tapi entah kenapa lidahku mendadak keluAqila tergesa gesa masuk kedalam rumah tanpa mempedulikan keadaan sekitar. Yang ia tau, ia harus segera masuk kamar sebelum bundanya melihat dia sedang menangis."Qila?" Sang ibu menegur anak gadisnya yang masuk kedalam rumah tanpa salam apalagi permisi."Qila capek bun, mau istirahat." Qila terus menaiki tangga tanpa menoleh ke Bundanya."Haduh maaf ya mba Rani, Qila jadi ngak sopan padahal biasanya ngak begitu lho." Ibunda Aqila berusaha menjelaskan pada temannya."Ngapapa mba Aisya, biasa namanya juga anak muda. Suka badmood." kedua teman lama itu tertawa bersama"Iya apalagi Aqila kan sedang masa puber. huh sering dibuat jengkel saya mba." Aisya, Ibunda Aqila membuka sesi curhat siang hari ini."Nah sama ini, anak saya juga sering banget buat jengkel saya, t