Home / Romansa / I Want To Be Playboy / 4. Kenapa Harus Dia?

Share

4. Kenapa Harus Dia?

Author: Noe larassati
last update Last Updated: 2021-04-12 15:33:48

Konon katanya cinta adalah bahagia melihat yang dicintainya bahagia, tanpa syarat harus dengan siapa. Ingin sekali mengucapkan kata itu, tapi entah kenapa lidahku mendadak kelu

Aqila tergesa gesa masuk kedalam rumah tanpa mempedulikan keadaan sekitar. Yang ia tau, ia harus segera masuk kamar sebelum bundanya melihat dia sedang menangis.

"Qila?" Sang ibu menegur anak gadisnya yang masuk kedalam rumah tanpa salam apalagi permisi.

"Qila capek bun, mau istirahat." Qila terus menaiki tangga tanpa menoleh ke Bundanya.

"Haduh maaf ya mba Rani, Qila jadi ngak sopan padahal biasanya ngak begitu lho." Ibunda Aqila berusaha menjelaskan pada temannya.

"Ngapapa mba Aisya, biasa namanya juga anak muda. Suka badmood."  kedua teman lama itu tertawa bersama

"Iya apalagi Aqila kan sedang masa puber. huh sering dibuat jengkel saya mba." Aisya, Ibunda Aqila membuka sesi curhat siang hari ini.

"Nah sama ini, anak saya juga sering banget buat jengkel saya, tau ngak? tadi pagi bunga mawar kesayangan saya habis dipotong sama dia" Kedua Ibu Ibu itu mulai membicarakan anaknya.

"Iya? memang ya anak anak jaman sekarang, ada ada aja tingkahnya.Elang sekarang sekolah dimana?" Aisya mengajukan pertanyaan pada sahabatnya.

"Elang sekolah di di SMA NUSA BANGSA, kalo Aqila?"

"Kok sama si mba? Aqila juga sekolah disitu, atau malah mereka udah saling kenal?" Aisya antusias menjawab

"Mungkin aja, Coba biar nanti aku tanya Elang? atau aku suruh Elang jemput aku aja ya?" Rani Mama Elang menemukan ide bagus

"Benar, biar ku telephone saja Elang." Raniapun bergegas mengambil handphone untuk menghubungi anaknya.

*****

Kantin Sekolah

Empat sahabat terlihat sedang menikmati Bakso urat spesial bikinan mamang kantin.Tampak sendau gurau antara mereka.

"Jadi lu ntar pulang pertama bareng pacar baru?" Dito berkata dengan bakso yang masih penuh dimulutnya.

"Pasti dung." Terlihat raut bahagia di wajah Deo.

"Iya hallo Ma?" Elang mengangkat telephone dari mamanya, membuat ketiga sahabatnya menoleh kearahnya.

"Ngak bisa ma, Elang lagi sama temen temen, ada acara." Elang masih tampak sibuk berbicara lewat telephone genggamnya.

"Uhuk uhuk" Tiba tiba saja Elang terbatuk entah tersedak, Membuat teman temanya kaget.

"Minum ni minum!" Reno mendekatkan gelas minuman milik Elang.

"Mama mah asal nuduh, mana coba buktinya?" Elang tampak mengelak dari lawan bicaranya.

"Oh CCTV" Elang akhirnya merendahkan nada suaranya.

"Iya maaf, yaudah iya Elang jemput kesana" wajah Elang tampak murung.

Setelah telephone ditutup teman temanya langsung membrondong Elang dengan berbagai pertanyaan.

"Kenapa Lang?" Reno paling pertama bertanya.

"Lu bakal dipingit Lang?" Dito bisa bisanya masih bercanda.

"Nyokap elu dah tau Lang?" Deo yang terlihat paling khawatir, karna bagaimanapun juga ini terjadi karna dia.

Elang memandang satu persatu temannya. "Gue ke gap CCTV"

"Yah" Ketiga sahabatnya kompak menjawab

"Lupa belum gue matiin" Jawab Elang santai.

Benar, harusnya tadi Elang matikan dulu CCTV rumahnya, supaya mamanya tak tau.

"Tapi tenang aja, Mama ngak bakal bisa marah ke gue, tapi gue harus buru buru jemput Mama. Sorry ya ngak bisa ikut ngumpul lebih lama"

Lebih baik kan, hanya dihukum menjemput Mamanya. Padahal dia telah memotong bunga mawar kesayangan Mamanya.

*****

Rumah Aqila

Setelah lelah menangis seharian Aqila memutuskan untuk turun kebawah. Rasanya tubuhnya sudah mulai dehidrasi. "Ternyata patah hati menguras banyak energi." Gadis yang matanya sembab itu meneguk satu botol penuh air mineral tanpa tersisa.

"Bahkan kulkas tak bisa mendinginkan hatiku" Lagi lagi dia bertingkah konyol dengan memeluk pintu kulkas yang masih terbuka.

Ting tung

Ting tung

"Ckk.. siapa si pencet pencet bel terus, ngak liat sikon" Aqila menggerutu sendiri, sejak tadi memang  bel rumah terus saja berbunyi.

Sebenarnya dia malas sekali membukakan pintu, tapi setelah melihat sekitar, baik bundanya atau bi Irah tak ada, dengan terpaksa dia menuju ke arah pintu.

"Bunda sama bi Irah kemana si?" Aqila setengah berlari menuju ke arah pintu.

"Iya sebentar." Aqila memegang gagang pintu dan mulai membuka daun pintu.

Tapi sosok yang berdiri didepan pintunya malah sukses membuat dirinya terkejut.

"Kamu?" Aqila menunjuk seorang pria bertubuh tinggi yang masih memakai seragam sekolahnya. Bukanya dia temannya Deo yang meminta tolong kepadanya untuk merekam proses nembak tadi?.

"Hai" Pria yang ternyata elang itu malah menyapa Aqila dengan senyum yang memamerkan deretan giginya yang rapi.

"Nyari siapa?" Aqila justru gelagapan menanggapinya. Merasa bingung, bagaimana pria ini bisa tau rumahnya?.

"Mama" Jawab Elang cepat.Yang malah membuat kening Aqila berkerut?.

"Mama aku maksudnya!" Elang segera melengkapi jawaban dari pertanyaan Aqila.

"tadi mama aku minta dijemput dirumah temenya. Ehh ternyata di rumah kamu." Elang menjelaskan maksud kedatanganya.

Aqila melengok kedalam rumah, tapi tak dilihatnya siapa siapa. Tadi saat pulang, memang dia sempat melihat ada tamu dirumahnya, tapi kenapa sekarang tak ada siapa siapa dirumah?.

Apa mungkin Bundanya pergi dengan mama pria ini?Atau bisa saja pria didepanya ini bohong? hanya modus saja, sekarang kan banyak penipuan.

"Tapi didalam rumah ngak ada siapa siapa." Aqila menjawab dengan tatapan curiga. Dengan posisi masih memegang gagang pintu serta separuh tubuhnya berada dibalik pintu.

"Oh.. yaudah biar aku telphone Mama ku" Elang menjawab dengan senyum yang dipaksanakan. Dia tau, perempuan didepanya tak merasa nyaman dengan kedatanganya.

"Iya"

Elang lantas mengeluarkan handphone yang ada dikantung celananya.

"Belum diangkat" Lagi, Elang tersenyum garing, karna merasa kecanggungan. Aqila masih menatapnya curiga.

"Ahh.. Udah diangkat" Elang kembali berbicara sendiri, karna dari tadi Aqila tak sekalipun menimpali pembicaraanya.

"Ma, Elang udah didepan, iya cepet" Pria itu berbicara masih dengan melirik kearah Aqila.

"Iya Elang tungguin" Kemudian mematikan sambungan telephone nya, dan kembali memasukkan smart phone nya kedalam saku celana.

"Lagi di taman bunga belakang sama Mama kamu ternyata" Sebenarnya dia berniat memberi informasi pada Aqila. Tapi lagi lagi tak mendapatkan respon.

"Aku boleh tunggu disini?" Elang menunjuk kursi yang ada diteras Aqila. Sementara Aqila hanya menatapnya tak peduli serta bergegas menutup pintu rumahnya.

"Elang" Elang mencekal pintu yang akan ditutup Aqila. Cukup lama Aqila memandangi pria yang didepanya dan bukanya menjawab.

"Aqila." Akhirnya gadis itu mau menjawab Elang. Meski hanya singkat.

"Tunggu sebentar" Kini Elang mengeluarkan sesuatu dari dalam tas nya. Setangkai bunga mawar putih yang tadi ditolak Deo karna berbeda sendiri dari yang lain.

Tadi nya Elang ingin memberikan kembali pada mamanya sebagai permintaan maaf. Tapi sepertinya lebih baik untuk Aqila saja.

"Ucapan terimakasih karna tadi udah ngebantuin aku sama teman temanku" Elang menyerahkan bunga itu.

Aqila ragu untuk menerimanya, bunga ini mengingatkanya pada Deo. Tadi Deo menembak Wilda dengan bunga mawar ini. Ya meski yang tadi mawar merah si.

Tapi bukanlah tak boleh menolak pemberian orang? lagi pula bunga ini sempat dipegang Deo kan pasti? apa salah nya menerimanya?. "Trimakasih" Aqila memutuskan mengambil bunga mawar putih itu dari tangan Elang.

"Ini bunga hasil nyuri kan?" Aqila bertanya dengan senyum mengembang dibibirnya. Senyum pertama sejak berbicara dengannya.

Aqila tadi sempat mendengar percakapan Bundanya dan Mama nya Elang. Dia bilang anaknya memotong semua mawar kesayangannya. Anak yang dimaksud pasti Elang kan?.

"APA?" Pertanyaan dari Aqila membuat Elang kaget dan mati kutu. Tak bisa menjawab.

*****

Dua Minggu Kemudian

Deo menghentikan memotornya tepat di depan rumah kekasihnya, Wilda.

"Udah sampai sayang" Deo segera melepas helm nya dan turun dari motor. Deo juga berniat ingin membantu Wilda melepaskan helm dikepala perempuan tercintanya.

Tapi wilda lebih dulu mencegah dengan cara melepas helm nya sendiri segera.

"Makasi" Wilda tersenyum dengan dipaksakan. Entahlah, menurut Deo, pacarnya ini berubah sikapnya sejak jadian. Tapi Deo masih berpositif thingking mungkin saja karna Wilda belum terbiasa dengan status baru mereka.

"Iya sayang, masuk gih." Deo masih berusaha keras bersikap romantis.

"Deo aku mau putus" Perkataan Wilda seperti petir di siang bolong. Menyambar pas dihatinya.

Putus? bukanya mereka baru jadian?.

Related chapters

  • I Want To Be Playboy   5. kau Berubah

    Sama seperti mawar putih ini, dimatamu aku tak pernah menarik.Sama seperti mawar putih ini, lebih dipilih kau singkirkan.kabar buruknya, kau tetap penghuni tetap hati ini.Gadis bermata sipit itu menuang air kedalam vas berisi setangkai mawar putih."Jangan layu." Ucapnya berbisik pada bunga kesayangannya.*****Deo masih termenung mendengar penuturan dari Wilda, kenapa kekasihnya, ahh mungkin sebentar lagi jadi mantannya, jadi bersikap begini? seingatnya dia tak melakukan kesalahan apapun."Maaf, tapi aku tak mau semakin nyakitin kamu." Wilda kembali menangis. Kenapa dia selalu menangis? baik diawal hubungan atau di akhir hubungan mereka."Kenapa?" Deo hanya mampu menatap nanar seseorang yang ada didepannya. Beberapa detik yang lalu masih berstatus kekasihnya, tapi detik ini hubunganya akan berakhir."Deo maaf, tapi kamu pantes dapet yang lebih baik dari pada aku." Alasan klise. Jadi maksudnya seseorang yang baik tidak boleh dicintai denga

    Last Updated : 2021-04-12
  • I Want To Be Playboy   6.Lihatlah Aku sekali Saja

    -Aku baru saja akan mendekat, tapi entah kenapa antara kau dan aku seperti ada sekat.Sejak kau memilih dia, aku lebih memilih membunuh perasaanku. Membiarkanya menguap dan perlahan menghilang-Aqila lebih memilih menjauh dari dua orang didepanya yang sedang terlibat obrolan. Lagi pula untuk apa juga disana? tidak akan dianggap juga."Lukanya tak parah kan?" Sthep memegang lutut Deo yang masih terbungkus perbank."Aaa ya jangan di pegang juga!" Deo meneriaki wanita didepanya. Bagaimanapun lututnya sedang terluka, kenapa dia main pegang pegang. Lutut dan hatinya kini sama sama sakit."Kamu udah putus kan sama Wilda?" Tanpa basa basi Sthep menanyakan hal se sensitif itu pada orang yang baru saja patah hati. Meski blak blakan adalah karakternya, apa tidak ada cara lain untuk bertanya?."Bagus lah. Dia memang tak pantas buat kamu." Bahkan belum sempat Deo menjawab tapi Sthep kembali menyambung percakapan."Kenapa bicara begitu? buk

    Last Updated : 2021-04-12
  • I Want To Be Playboy   7.Aku Kenapa Kenapa

    -Mau sampai kapan kamu sadar? ada seseorang yang bahkan rela menjaga kamu dengan sepenuh hatinya?.Kenapa kamu justru terus memilih untuk terluka? apa tersakiti itu begitu menyenangkan?.Coba lah lihat kebelakang sebentar, aku ada tepat disitu- Aqila-Gadis bernama Aqila lebih memilih terus menyemprot setangkai mawarnya dengan air dari pada menganti bajunya."Ckk.. kenapa layu?" Mungkin jika ada orang yang melihat dia berbicara dengan setangkai mawar akan menganggapnya gila. Lagi pula bagaimana tidak layu? itu hanya setangkai mawar tanpa akar. Harusnya dia menanam saja bila ingin bunganya terus mekar."Tidak mungkin dibuang. Ini dari Deo" Kini malah dia memeluk vas bunga nya."Aku ada ide." Entah apa yang akan dilakukan. Ia justru mencabut bunga mawar dan bergegas pergi.Susah memang membaca fikiran orang yang tengah BUCIN.*****Sejak kejadian tempo hari Deo dan Sthephani memang semakin dekat. Sthephani yang agak sedikit agresif ag

    Last Updated : 2021-04-12
  • I Want To Be Playboy   8. Pelangi Di Hati

    Kamu harus cepat datang sebelum aku lelah menunggu.Kamu harus sampai sekarang sembelum aku membeku.Atau setidaknya kamu bahkan harus tau aku ada.Bagaimana mungkin bisa kamu tak tau? padahal kau yang membuat pelangi dihatiku.Seorang siswa sekolah menengah atas terlihat buru buru mendatangi sekolah. Hari ini ada ulangan dan dia sudah telat lima menit. Waktu sudah menunjukkan pukul 07.05 WIB."Kiri Pak!" Gadis bernama Aqila itu berteriak pada kondektur bus, yang sebenarnya tak jauh dari tempatnya berdiri."Kiri pir supir." Kondektur memberi kode dengan mengetuk bagian atap bus."Hati hati neng." Kondektur memperingatkan Aqila yang terlihat berlari sejak turun dari bus.Hari ini ayahnya tak bisa mengantar kesekolah jadi ia harus naik bus, untuk pertama kalinya. Karna

    Last Updated : 2021-04-12
  • I Want To Be Playboy   9. Dia Bukan Si Pria Baik Lagi

    Entah sihir jenis apa yang sedang kau gunakan.Di mataku, apapun yang kau lakukan harus ku maklum kan.Apapun yang kau buat adalah suatu kebenaranAku suka apapun yang kau katakan.Meski aku tau, itu hanyalah sebuah kebohongan.Aqila menatap seorang yang dulunya difikir nya baik, tapi sekarang telah berubah menjadi menyeramkan. Entah sudah berapa banyak gadis yang gonta ganti digandeng nya. tadi pagi jalan dengan Devi nanti siangnya bisa jadi jalan dengan sherly.Dalam jangka tiga bulan saja sudah hampir semua anak kelas 1 habis dipacarinya. Apa dengan begitu dia berfikir dia hebat?. Bukankah itu hanya sebuah tindakan gila!."Sudah banyak gadis didatangi nya, tapi dia bahkan tetap tak sekalipun menatap kearahku." Ini lebih gila dari tindakan Deo si playboy newbie itu. Bagaimana bisa ada seorang gadis yang

    Last Updated : 2021-04-12
  • I Want To Be Playboy   10. Masih Mengharapkannya

    Aku sedang memantrai diriku sendiri.Memaksa kamu melihatku bukanlah solusi.Aku terus memantrai diriku sendiri.Bahwa biar saja anganku tentangmu hanya akan ada dalam fikir ini.Aku terus memantrai diri sendiriBiar saja bila nanti kau melihatku, pun itu karna memang kau ingini.Aqila merenungi kembali niat hatinya untuk ingin bersama Deo, setelah melihat apa yang dilakukan Deo pada Siska, nyali Aqila tiba tiba saja menciut. Ia tak siap patah hati, apalagi dipatahkan sehina itu.Wilda terus menyenggol bahu Aqila, seperti ada sebuah kode yang ingin disampaikan. "Apa?" Aqila masih tak mengerti apa yang diinginkan sahabatnya itu.Mata Wilda memberi isyarat agar Aqila menoleh kesamping kirinya. "Oh Elang." Kini Aqila tau apa yang dimaksud sahabatnya itu."Elang." Gadis cantik bertubuh mungil itu melambaikan tangan ke Elang, memberi tanda agar Elang mendekat.Dengan senyum sumpringah Elang mendatangi Aqila yang tengah bersama Wilda, dibelakan

    Last Updated : 2021-04-12
  • I Want To Be Playboy   11. Deo Makin Jahat

    Seperti kataku dulu, aku berdiri tepat dibelakangmu.Tak akan jauh dari jangkauan matamu.Kamu tak akan perlu susah payah untuk berlari.Aku bahkan sudah lama menunggu, sembari mengumpulkan titik menjadi satu kalimat cinta untukmu."Yang mana rumah kamu Wil?" Sejak tadi Elang hanya akan bicara bila menanyakan arah. Selain itu tak pernah ada pembicaraan lain, berulang kali Wilda mencoba membuat nya berbincang, sayang, selain hanya iya dan tidak, keheningan lah yang akan menjawab setiap pertanyaan Wilda."Depan lagi, yang cat warna kuning." Wilda menunjukkan arah rumahnya."Yang ini?" Elang memperlambat laju motornya, kali kali saja perkiraanya benar, rumah yang dia maksud benar rumah Wilda, jadi dia tak perlu berhenti mendadak."Iya bener, nggak mampir dulu Lang?" Wilda mencoba menawarkan Elang untuk mas

    Last Updated : 2021-04-12
  • I Want To Be Playboy   12. Dia Menyusun Rencana

    Deo sampai Didepan rumah Aqila ketika hujan juga reda, karna tak membawa jas hujan, keduanya terpaksa membiarkan tubuh basah kuyup."Sampai." Deo menghentikan motornya, menunggu Aqila turun dari jok belakangnya."Makasi ya, ohh ya tunggu sebentar biar aku ambilin jaketnya." Aqila berniat mengambil jaket yang sedari tadi menjadi sumber pembicaraan."Nggak usah, lain kali aja." Deo menahan tangan kanan Aqila. Padahal sedari tadi dirinya sendiri yang mengingatkan tentang jaket."Lain kali?" Aqila mencoba mencerna maksud perkataan Deo. Lain kali? itu artinya Deo ingin menemui Aqila lagi? .Kembali, tak ada jawaban pasti yang diucapkan Deo, "Masuk gih, nanti kamu sakit lagi." Suatu kalimat yang malah terkesan mengalihkan pembicaraan."Oh.. emm." Dengan bibir yang bergetar karna kedinginan Aqila ingin menyampaikan sesuatu pada Deo, tapi rasanya terlalu malu."Nggak usah lain kali aja." Seperti bisa membaca jalan fikiran Aqila , Deo menolak tawaran

    Last Updated : 2021-04-12

Latest chapter

  • I Want To Be Playboy   12. Dia Menyusun Rencana

    Deo sampai Didepan rumah Aqila ketika hujan juga reda, karna tak membawa jas hujan, keduanya terpaksa membiarkan tubuh basah kuyup."Sampai." Deo menghentikan motornya, menunggu Aqila turun dari jok belakangnya."Makasi ya, ohh ya tunggu sebentar biar aku ambilin jaketnya." Aqila berniat mengambil jaket yang sedari tadi menjadi sumber pembicaraan."Nggak usah, lain kali aja." Deo menahan tangan kanan Aqila. Padahal sedari tadi dirinya sendiri yang mengingatkan tentang jaket."Lain kali?" Aqila mencoba mencerna maksud perkataan Deo. Lain kali? itu artinya Deo ingin menemui Aqila lagi? .Kembali, tak ada jawaban pasti yang diucapkan Deo, "Masuk gih, nanti kamu sakit lagi." Suatu kalimat yang malah terkesan mengalihkan pembicaraan."Oh.. emm." Dengan bibir yang bergetar karna kedinginan Aqila ingin menyampaikan sesuatu pada Deo, tapi rasanya terlalu malu."Nggak usah lain kali aja." Seperti bisa membaca jalan fikiran Aqila , Deo menolak tawaran

  • I Want To Be Playboy   11. Deo Makin Jahat

    Seperti kataku dulu, aku berdiri tepat dibelakangmu.Tak akan jauh dari jangkauan matamu.Kamu tak akan perlu susah payah untuk berlari.Aku bahkan sudah lama menunggu, sembari mengumpulkan titik menjadi satu kalimat cinta untukmu."Yang mana rumah kamu Wil?" Sejak tadi Elang hanya akan bicara bila menanyakan arah. Selain itu tak pernah ada pembicaraan lain, berulang kali Wilda mencoba membuat nya berbincang, sayang, selain hanya iya dan tidak, keheningan lah yang akan menjawab setiap pertanyaan Wilda."Depan lagi, yang cat warna kuning." Wilda menunjukkan arah rumahnya."Yang ini?" Elang memperlambat laju motornya, kali kali saja perkiraanya benar, rumah yang dia maksud benar rumah Wilda, jadi dia tak perlu berhenti mendadak."Iya bener, nggak mampir dulu Lang?" Wilda mencoba menawarkan Elang untuk mas

  • I Want To Be Playboy   10. Masih Mengharapkannya

    Aku sedang memantrai diriku sendiri.Memaksa kamu melihatku bukanlah solusi.Aku terus memantrai diriku sendiri.Bahwa biar saja anganku tentangmu hanya akan ada dalam fikir ini.Aku terus memantrai diri sendiriBiar saja bila nanti kau melihatku, pun itu karna memang kau ingini.Aqila merenungi kembali niat hatinya untuk ingin bersama Deo, setelah melihat apa yang dilakukan Deo pada Siska, nyali Aqila tiba tiba saja menciut. Ia tak siap patah hati, apalagi dipatahkan sehina itu.Wilda terus menyenggol bahu Aqila, seperti ada sebuah kode yang ingin disampaikan. "Apa?" Aqila masih tak mengerti apa yang diinginkan sahabatnya itu.Mata Wilda memberi isyarat agar Aqila menoleh kesamping kirinya. "Oh Elang." Kini Aqila tau apa yang dimaksud sahabatnya itu."Elang." Gadis cantik bertubuh mungil itu melambaikan tangan ke Elang, memberi tanda agar Elang mendekat.Dengan senyum sumpringah Elang mendatangi Aqila yang tengah bersama Wilda, dibelakan

  • I Want To Be Playboy   9. Dia Bukan Si Pria Baik Lagi

    Entah sihir jenis apa yang sedang kau gunakan.Di mataku, apapun yang kau lakukan harus ku maklum kan.Apapun yang kau buat adalah suatu kebenaranAku suka apapun yang kau katakan.Meski aku tau, itu hanyalah sebuah kebohongan.Aqila menatap seorang yang dulunya difikir nya baik, tapi sekarang telah berubah menjadi menyeramkan. Entah sudah berapa banyak gadis yang gonta ganti digandeng nya. tadi pagi jalan dengan Devi nanti siangnya bisa jadi jalan dengan sherly.Dalam jangka tiga bulan saja sudah hampir semua anak kelas 1 habis dipacarinya. Apa dengan begitu dia berfikir dia hebat?. Bukankah itu hanya sebuah tindakan gila!."Sudah banyak gadis didatangi nya, tapi dia bahkan tetap tak sekalipun menatap kearahku." Ini lebih gila dari tindakan Deo si playboy newbie itu. Bagaimana bisa ada seorang gadis yang

  • I Want To Be Playboy   8. Pelangi Di Hati

    Kamu harus cepat datang sebelum aku lelah menunggu.Kamu harus sampai sekarang sembelum aku membeku.Atau setidaknya kamu bahkan harus tau aku ada.Bagaimana mungkin bisa kamu tak tau? padahal kau yang membuat pelangi dihatiku.Seorang siswa sekolah menengah atas terlihat buru buru mendatangi sekolah. Hari ini ada ulangan dan dia sudah telat lima menit. Waktu sudah menunjukkan pukul 07.05 WIB."Kiri Pak!" Gadis bernama Aqila itu berteriak pada kondektur bus, yang sebenarnya tak jauh dari tempatnya berdiri."Kiri pir supir." Kondektur memberi kode dengan mengetuk bagian atap bus."Hati hati neng." Kondektur memperingatkan Aqila yang terlihat berlari sejak turun dari bus.Hari ini ayahnya tak bisa mengantar kesekolah jadi ia harus naik bus, untuk pertama kalinya. Karna

  • I Want To Be Playboy   7.Aku Kenapa Kenapa

    -Mau sampai kapan kamu sadar? ada seseorang yang bahkan rela menjaga kamu dengan sepenuh hatinya?.Kenapa kamu justru terus memilih untuk terluka? apa tersakiti itu begitu menyenangkan?.Coba lah lihat kebelakang sebentar, aku ada tepat disitu- Aqila-Gadis bernama Aqila lebih memilih terus menyemprot setangkai mawarnya dengan air dari pada menganti bajunya."Ckk.. kenapa layu?" Mungkin jika ada orang yang melihat dia berbicara dengan setangkai mawar akan menganggapnya gila. Lagi pula bagaimana tidak layu? itu hanya setangkai mawar tanpa akar. Harusnya dia menanam saja bila ingin bunganya terus mekar."Tidak mungkin dibuang. Ini dari Deo" Kini malah dia memeluk vas bunga nya."Aku ada ide." Entah apa yang akan dilakukan. Ia justru mencabut bunga mawar dan bergegas pergi.Susah memang membaca fikiran orang yang tengah BUCIN.*****Sejak kejadian tempo hari Deo dan Sthephani memang semakin dekat. Sthephani yang agak sedikit agresif ag

  • I Want To Be Playboy   6.Lihatlah Aku sekali Saja

    -Aku baru saja akan mendekat, tapi entah kenapa antara kau dan aku seperti ada sekat.Sejak kau memilih dia, aku lebih memilih membunuh perasaanku. Membiarkanya menguap dan perlahan menghilang-Aqila lebih memilih menjauh dari dua orang didepanya yang sedang terlibat obrolan. Lagi pula untuk apa juga disana? tidak akan dianggap juga."Lukanya tak parah kan?" Sthep memegang lutut Deo yang masih terbungkus perbank."Aaa ya jangan di pegang juga!" Deo meneriaki wanita didepanya. Bagaimanapun lututnya sedang terluka, kenapa dia main pegang pegang. Lutut dan hatinya kini sama sama sakit."Kamu udah putus kan sama Wilda?" Tanpa basa basi Sthep menanyakan hal se sensitif itu pada orang yang baru saja patah hati. Meski blak blakan adalah karakternya, apa tidak ada cara lain untuk bertanya?."Bagus lah. Dia memang tak pantas buat kamu." Bahkan belum sempat Deo menjawab tapi Sthep kembali menyambung percakapan."Kenapa bicara begitu? buk

  • I Want To Be Playboy   5. kau Berubah

    Sama seperti mawar putih ini, dimatamu aku tak pernah menarik.Sama seperti mawar putih ini, lebih dipilih kau singkirkan.kabar buruknya, kau tetap penghuni tetap hati ini.Gadis bermata sipit itu menuang air kedalam vas berisi setangkai mawar putih."Jangan layu." Ucapnya berbisik pada bunga kesayangannya.*****Deo masih termenung mendengar penuturan dari Wilda, kenapa kekasihnya, ahh mungkin sebentar lagi jadi mantannya, jadi bersikap begini? seingatnya dia tak melakukan kesalahan apapun."Maaf, tapi aku tak mau semakin nyakitin kamu." Wilda kembali menangis. Kenapa dia selalu menangis? baik diawal hubungan atau di akhir hubungan mereka."Kenapa?" Deo hanya mampu menatap nanar seseorang yang ada didepannya. Beberapa detik yang lalu masih berstatus kekasihnya, tapi detik ini hubunganya akan berakhir."Deo maaf, tapi kamu pantes dapet yang lebih baik dari pada aku." Alasan klise. Jadi maksudnya seseorang yang baik tidak boleh dicintai denga

  • I Want To Be Playboy   4. Kenapa Harus Dia?

    Konon katanya cinta adalah bahagia melihat yang dicintainya bahagia, tanpa syarat harus dengan siapa. Ingin sekali mengucapkan kata itu, tapi entah kenapa lidahku mendadak keluAqila tergesa gesa masuk kedalam rumah tanpa mempedulikan keadaan sekitar. Yang ia tau, ia harus segera masuk kamar sebelum bundanya melihat dia sedang menangis."Qila?" Sang ibu menegur anak gadisnya yang masuk kedalam rumah tanpa salam apalagi permisi."Qila capek bun, mau istirahat." Qila terus menaiki tangga tanpa menoleh ke Bundanya."Haduh maaf ya mba Rani, Qila jadi ngak sopan padahal biasanya ngak begitu lho." Ibunda Aqila berusaha menjelaskan pada temannya."Ngapapa mba Aisya, biasa namanya juga anak muda. Suka badmood." kedua teman lama itu tertawa bersama"Iya apalagi Aqila kan sedang masa puber. huh sering dibuat jengkel saya mba." Aisya, Ibunda Aqila membuka sesi curhat siang hari ini."Nah sama ini, anak saya juga sering banget buat jengkel saya, t

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status