Beranda / Romansa / I Want To Be Playboy / 10. Masih Mengharapkannya

Share

10. Masih Mengharapkannya

Penulis: Noe larassati
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-12 15:40:33

Aku sedang memantrai diriku sendiri.

Memaksa kamu melihatku bukanlah solusi.

Aku terus memantrai diriku sendiri.

Bahwa biar saja anganku tentangmu hanya akan ada dalam fikir ini.

Aku terus memantrai diri sendiri

Biar saja bila nanti kau melihatku, pun itu karna memang kau ingini.

Aqila merenungi kembali niat hatinya untuk ingin bersama Deo, setelah melihat apa yang dilakukan Deo pada Siska, nyali Aqila tiba tiba saja menciut. Ia tak siap patah hati, apalagi dipatahkan sehina itu.

Wilda terus menyenggol bahu Aqila, seperti ada sebuah kode yang ingin disampaikan. "Apa?" Aqila masih tak mengerti apa yang diinginkan sahabatnya itu.

Mata Wilda memberi isyarat agar Aqila menoleh kesamping kirinya. "Oh Elang." Kini Aqila tau apa yang dimaksud sahabatnya itu.

"Elang." Gadis cantik bertubuh mungil itu melambaikan tangan ke Elang, memberi tanda agar Elang mendekat.

Dengan senyum sumpringah Elang mendatangi Aqila yang tengah bersama Wilda, dibelakang Elang, Reno dan Dito mengekor tapi entah dimana Deo. "Udah pada mau pulang?"

"Iya ini baru aja mau pulang. Elang mau pulang?" Aqila basa basi bertanya, ada sebuah agenda percomblangan yang akan ia lakukan.

"Iya kebetulan lagi ngak ada rapat OSIS, jadi langsung pulang. Mau bareng?" Ahh Elang memang selalu begitu. Seorang lelaki yang gantle.

"Nggak pulang sama Reno sama dito?" Sejak tadi memang hanya Elang dan Aqila yang terlibat percakapan, sementara Wilda hanya sibuk terus mencubit cubit kecil badan Aqila, entah apa lagi maunya.

"Tenang aja La, kita berdua boncengan, jok belakang Elang masih kosong, tenang aja." Reno mulai ikut bersuara. Biasanya kalau Reno sudah ikut buka suara, suasana akan jadi riuh.

"Iya jones gini, gimana mau ada yang ngisi jok belakang, dulu mah Deo penghuni tetap jok belakang, sekarang si kampret satu itu sibuk ngurusin pacarnya.Hahaha" Guyonan Dito disambut gelak tawa yang lain.

Memang benar kan, sekarang Deo lebih memilih mengisi jok belakang motornya dengan wanita wanita cantik. Elang telah tersisih. Seperti sekarang, Deo pasti tengah sibuk dengan pacar pacarnya itu.

"Kalau Elang mau mah jok belakang udah lama keisi, iya ngak Lang?" Aqila sengaja mengatakan itu untuk melancarkan aksinya, lagi pula apa yang dikatakanya benar kan? Elang tampan, Ketua OSIS dan lumayan pintar, ya meski tak sepintar Deo. Tapi itu semua sudah cukup kan untuk menjadikannya Kriteria idaman wanita?.

"Bisa aja la. Jadi bareng pulang? " Seperti biasa Elang tak akan menanggapi pujian terhadap dirinya.

"Anterin Wilda pulang ya? dia harus segera sampai rumah, mau jenguk nenek nya." Sebenarnya hanya akal akalan Aqila saja untuk bisa mendekatkan Wilda dengan Elang. Kebetulan sekali jika Elang menawari pulang bareng.

Lama Elang termenung, sepertinya bingung ingin menjawab apa. "Kamu ntar pulangnya sama siapa?"

"Aku mah gampang, yang penting Wilda harus cepet pulang. Kamu bisa kan nganterin?" Kalo sudah begini Elang pasti tak sampai hati untuk menolak.

"Atau gini aja, nanti habis nganter Wilda aku balik jemput kamu?" Elang menawarkan sebuah solusi.

"Aku dijemput kok." Lagi lagi Aqila berbohong untuk meyakinkan Elang. Bagi Aqila bisa membantu Wilda dan Elang dekat cukup membuat nya senang. Keduanya orang yang baik. Akan cocok bila bersama.

"Emm yaudah, sekarang Will? " Kini pandangan Elang berpindah ke Wilda yang sedari tadi diam seribu bahasa.

"Iy iya iya." Wilda menjawab dengan terbata bata. Tak menyangka dirinya akan diantar pulang Elang.

"Atau lu mau gue anter pulang La? gue si lebih tertarik mboncengin cewek cantik dari pada mboncengin gentong" Reno bercanda dengan pura pura menggoda Aqila.

Dito menoyor kepala Reno dengan sangat keras, bercandaan khas mereka. "Awas aja ntar gue udah kaya Deo, jadi badboy sekolah sibuk ama cewe cewe trus elu kangen gue."

"Jijik woy gue kangen ama elu." Reno begidik menjawab sahabatnya itu.

"Aqila mending pulang ama gue, terjamin keamananya." Kini giliran Dito yang menggodanya. Tapi Aqila hanya terkikik melihat candaan dua manusia ini. Bahkan Reno dan Dito saja kenal dirinya, sedangkan Deo? sudah bertemu ribuan kali tetap tak mengenalnya.

"Mending di anterin abang abang gojek si dari pada di anterin kalian, hahaha." Aqila balas menjawab candaan dua manusia yang tengah merayu nya.

"Wah parah, gini gini kita ngak kalah ganteng dari Elang ataupun Deo." Reno menggelengkan kepalanya tanda tak percaya.

"Masih gantengan gue jauh lah malahan." Dito ikut tak Terima. Tentu saja hanya bercanda.

Sementara Aqila lekas pergi meninggalkan Reno dan Dito yang masih berdebat, mengenai siapa yang lebih tampan. Bisa tak pulang bila terus mendengarkan perdebatan dua anak adam itu.

*****

Rintik hujan mulai turun siang ini, angin semilir bergerak sejak tadi, tapi taksi online yang sejak tadi dipesan Aqila belum juga menunjukkan tanda tanda kedatangan. Bahkan maps pada aplikasi menunjukkan sang pengemudi tak bergerak menuju ke tempatnya berada. Padahal jarak antara dirinya dan tempat taksi online terakhir berada tak jauh.

"Hallo pak sampai mana?" Aqila memutuskan untuk menelphone supir taksi online yang tak kunjung memberi kabar apalagi datang.

"Maaf mba, saya kecelakaan, di cancel aja ya mba, nggak papa kan mba. Sekali lagi saya minta maaf mba." Terdengar suara bergetar dari seseorang disebrang sana.

"Iya Pak nggak papa, aduh maaf ya pak kalo saya tadi bikin bapak buru buru." Aqila merasa tidak enak, jangan jangan bapak supir taksi kecelakaan karna terburu buru mendatangi Aqila?.

"Bukan, mba saya aja tadi yang kurang hati hati. sekali lagi maaf ya." Panggilan telephone akhirnya di akhiri setelah kedua nya sepakat membatalkan aplikasi online.

"Cari." Aqila kembali berselancar pada aplikasi transportasi online warna hijau dengan logo huruf G itu. Mencari pengemudi baru yang siap mengantar nya pulang.

"Ckk, susah banget." Berkali kali dia mencari, tapi tak kunjung ada yang nyantol, memang di jam jam segini akan sulit sekali mendapatkan taksi online, tentu saja karna ini adalah jam sibuk. Jam pulang sekolah sekaligus jam makan siang.

"Atau minta jemput ayah?" Aqila mulai berinisiatif menghubungi ayahnya saja. Dari pada harus disekolahan sampai sore? ngeri juga, mengingat sekolahan juga mulai sepi. Akan sangat berbahaya kan? anak gadis sendirian?.

"Kakinya udah sembuh kan?" Seseorang tiba tiba menghentikan motor sport warna hitamnya didepan Aqila.

Aqila hanya termenung, membeku, ditempatnya duduk. Ia tak sedang bermimpi kan? dia tak sedang berkhayal kan? ini benar benar nyata?.

Kalau ini mimpi aku tak mau bangun. Kalau ini hanya khayalan aku tak mau sadar.

"Hai nggak papa kan?" Kini orang tersebut turun dari motornya dan duduk disamping Aqila.

"Nggak ngak papa." Mata Aqila masih mengerjap tak percaya.

"Syukurlah aku khawatir, harus nya pas dulu aku nganterin kamu pulang, aku jadi merasa bersalah." Deo mengucapkanya dengan penuh rasa sesal.

Deo khawatir sama aku? tapi itu kan udah empat bulan yang lalu, kenapa baru ingat sekarang?.

"Nggak papa cuman lecet dikit aja dulu."  Sedikit berbohong tak apa kan? meski dulu sebenarnya kaki nya agak terkilir.

"Sebagai permintaan maaf gimana kalau aku anterin pulang?" Deo menatap Aqila dalam.

"Anterin pulang?" Aqila benar benar tak percaya dengan apa yang dia dengar barusan.

"Kenapa Aqila ngak mau?atau takut ada yang marah?" Pertanyaan macam apa itu? siapa juga yang akan marah? selama ini Aqila hanya menatap seorang Deo kan?.

"Kamu tau nama ku?" Akhirnya, cita cita sederhana Aqila tercapai. Bukanya selama ini dia selalu memimpikan Deo tau namanya, hanya tau namanya akan membuatnya senang bukan kepalang. Dan sekarang Deo benar benar tau namanya. Deo tau ada makhluk bernama Aqila disekolah? tunggu! tapi dari mana dia tau?.

"Siapa yang tak tau Aqila?" Jawaban yang ambigu. Tak memberi penjelasan apapun. Jadi pada pertemuan ke berapa Deo sudah tau keberadaan Aqila? saat Aqila mengobatinya di UKS? Saat Aqila memberi nya bunga mawar kuning setelah dicampakkan Nadine? atau bahkan sejak saat Deo meminjamkan jaket?.

"Aku kira kamu nggak tau aku." Aqila merunduk tak tau harus berkata apalagi. Dia terlalu salah tingkah untuk menyikapi situasi ini.

"Deo." Deo mengulurkan tangannya untuk dijabat Aqila.

Aku udah tau nama kamu lama Deo.

Aqila tersenyum menerima uluran tangan Deo, biar sajalah, anggap saja ini pertemuan pertamanya, perkenalan pertamanya. "Aqila." Dijabatnya tangan Deo sebagai tanda perkenalan.

"Jadi gimana tawaran aku buat nganterin kamu pulang? diterima? sebelum hujan turun." Deo mengucapkanya sambil menunjuk langit yang awannya sudah berubah warna menjadi hitam, sepertinya hujan akan turun deras.

"Nggak ngerepotin?" Terlihat keraguan di mata Aqila, tadi dia sudah janji dengan Wilda untuk tak lagi mengharapkan Deo.

"Emang mau sampai kapan nunggu taksi online? nggak takut sendirian disini?." Benar benar orang yang sulit ditebak, Deo tak pernah memberi jawaban jelas, hanya memberi suatu pernyataan untuk kemudian Aqila analisis sendiri.

"Emmm, iya boleh." Akhirnya Aqila menerima tawaran Deo untuk mengantarnya pulang.

"Nah gitu dung, aku nggak bawa jas hujan, gerimis dikit nggak papa kan?" Deo mengucapkanya sambil memberikan helm.

Hanya anggukan yang diberikan Aqila, jangankan hanya gerimis, banjir bandang juga di tak apa kan kalo itu berdua dengan Deo.

"Sini biar aku bantuin." Deo mengaitkan pengaman pada helm yang dipakai Aqila.Kalau sudah begini yakin Aqila mau move on?.

Jangan baper jangan baper Aqila, Deo memang baik kesemua orang. Jangan berasa diistimewakan. Jangan Aqila.

Deo mengulurkan tangan kanannya, membuat Aqila bingung. "Buat pegangan, motornya tinggi." Apalagi ini? apa Deo sengaja membuat Aqila tak bisa melupakanya?.

Motor sport milik Deo memang tinggi, dengan tinggi badan yang tak terlalu tinggi tentu saja membuat Aqila kesusahan naik, tapi bukan berarti tak bisa naik sendiri. Sudah seperti princess saja.

Aku rasanya sulit bernafas, atau tak usah bernafas? jangan pingsan Aqila jangan.

Berkali kali Aqila mengatur detak jantungnya yang tak beraturan, andai saja diizinkan, jantungnya pasti sudah melompat keluar sejak tadi, saking senangnya.

"Siap?" Deo melirik Aqila dari kaca spionnya. Sedang wajah Aqila sekarang sudah mirip kepiting rebus, saking merahnya

"Iya." Nyaris tak ada suara yang keluar dari mulutnya.

"Pegangan." Deo menarik kedua tangan Aqila agar melingkarkan di perutnya, hingga seperti sedang memeluk dari belakang. Yang sukses membuat mata Aqila membulat sempurna.

"Kamu nggak takut kan kalau dibawa ngebut?soalnya sebentar lagi turun hujan, kasian kan kalau orang cantik kena air hujan,ntar karatan gimana?" Deo terus saja berbicara banyak hal yang lucu, Aqila baru tau, selain tampan Deo juga pandai membuat lelucon. Satu lagi, tentu saja pandai merayu.

Aqila hanya tertawa menanggapinya, perasaanya saat ini campur aduk, antara senang, malu, dan juga takut. Takut bila harapanya kembali membumbung tinggi. Dengan semua perlakuan Deo tadi, pasti akan semakin sulit melupakan. Padahal bisa saja Deo melakukan semua hal ini benar benar hanya sebagai permintaan maaf karena menabrak Aqila tempo hari.

Bagaimana jika hatiku kembali penuh dengan semua tentangmu Deo.

Deo sudah bukan yang dulu lagi, dia sudah banyak berubah. Bukan tidak mungkin jika apa yang dialami siska juga akan dialaminya. tapi kenapa harus berfikir sejauh itu? bisa saja Deo tak pernah berniat menjadikan nya pacar? nah kan, belum apa apa harapan sudah kembali meninggi.

"Jaket aku belum kering ya emangnya?" Deo kembali membuka percakapan.

"Jaket apa?" Aqila sebenarnya tau arah pembicaraan ini, hanya saja dia ingin memastikan apakah perkiraanya benar bahwa  Deo sudah menyadari keberadaan nya sejak lama.

"Jaket yang aku pinjemin pas rok kamu sobek." Deo kembali tersenyum melalui spionnya. Nah, benar kan. Deo sudah menyadari keberadaan Aqila sejak lama.

"Kamu inget?" Aqila benar benar tak menyangka Deo benar benar mengingat nya.

"Kamu fikir aku amnesia? kamu ini jaket orang dipinjam hampir dua tahun. hahaha." Tawa Deo meledak, apalagi kini wajah Aqila semakin tertunduk.

"Iya maaf, masih aku simpen kok jaketnya." Aqila benar benar merasa tak punya muka sekarang, sebenarnya Aqila bukanya berniat tak mengembalikan jaket itu, hanya saja ia berharap Deo mau mencarinya. Gila bukan?.

"Oh dibuat kenang kenangan gitu ya?."

"Bukan gitu, ya tapi.. ahh pokoknya gitu." Aqila tak tau harus berkata apa.

"Emm Aku kira kamu ngak pernah inget sama aku?" Aqila kembali menanyakan hal yang tadi tak di jawab Deo dengan jelas, mungkin saja kali ini akan di jawab dengan benar?.

"Mana mungkin aku lupa? sama orang yang minjem jaket aku ngak dibalikin, udah gitu bantuin aku pas nembak Wilda, ehh jaket aku tetap ngak dibalikin, bahkan sampai sekarang aku nganterin dia pulang jaket aku tetep ngak dibalikin." Deo sengaja kembali menggoda Aqila, menurutnya Wajah Aqila sangat menggemaskan jika malu.

"Ohh iya pas ngobatin aku di UKS jaket aku juga ngak dibalikin kan? hahaha." Sejak tadi Deo selalu tertawa, hal yang sudah lama tak dilihat oleh Aqila semenjak Deo berubah menjadi sosok yang menyeramkan.

"Yaudah nanti aku balikin. tenang aja masih utuh dan makin wangi."

"Kirain udah dijual." Lagi lagi Deo melirik nya melalui spion. Mungkin hari ini adalah salah satu hari paling bersejarah dalam hidup Aqila, bahkan tak pernah terfikir bahwa ia dan Deo akan menjadi dekat seperti ini.

Bab terkait

  • I Want To Be Playboy   11. Deo Makin Jahat

    Seperti kataku dulu, aku berdiri tepat dibelakangmu.Tak akan jauh dari jangkauan matamu.Kamu tak akan perlu susah payah untuk berlari.Aku bahkan sudah lama menunggu, sembari mengumpulkan titik menjadi satu kalimat cinta untukmu."Yang mana rumah kamu Wil?" Sejak tadi Elang hanya akan bicara bila menanyakan arah. Selain itu tak pernah ada pembicaraan lain, berulang kali Wilda mencoba membuat nya berbincang, sayang, selain hanya iya dan tidak, keheningan lah yang akan menjawab setiap pertanyaan Wilda."Depan lagi, yang cat warna kuning." Wilda menunjukkan arah rumahnya."Yang ini?" Elang memperlambat laju motornya, kali kali saja perkiraanya benar, rumah yang dia maksud benar rumah Wilda, jadi dia tak perlu berhenti mendadak."Iya bener, nggak mampir dulu Lang?" Wilda mencoba menawarkan Elang untuk mas

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-12
  • I Want To Be Playboy   12. Dia Menyusun Rencana

    Deo sampai Didepan rumah Aqila ketika hujan juga reda, karna tak membawa jas hujan, keduanya terpaksa membiarkan tubuh basah kuyup."Sampai." Deo menghentikan motornya, menunggu Aqila turun dari jok belakangnya."Makasi ya, ohh ya tunggu sebentar biar aku ambilin jaketnya." Aqila berniat mengambil jaket yang sedari tadi menjadi sumber pembicaraan."Nggak usah, lain kali aja." Deo menahan tangan kanan Aqila. Padahal sedari tadi dirinya sendiri yang mengingatkan tentang jaket."Lain kali?" Aqila mencoba mencerna maksud perkataan Deo. Lain kali? itu artinya Deo ingin menemui Aqila lagi? .Kembali, tak ada jawaban pasti yang diucapkan Deo, "Masuk gih, nanti kamu sakit lagi." Suatu kalimat yang malah terkesan mengalihkan pembicaraan."Oh.. emm." Dengan bibir yang bergetar karna kedinginan Aqila ingin menyampaikan sesuatu pada Deo, tapi rasanya terlalu malu."Nggak usah lain kali aja." Seperti bisa membaca jalan fikiran Aqila , Deo menolak tawaran

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-12
  • I Want To Be Playboy   1. Si Pria Baik Hati

    Pepatah mengatakan tetaplah berbuat baik maka kamu akan bertemu orang baik jika tidak. Maka kamu akan ditemukan orang baik. Jika tetap tidak. Kamu lah orang baik itu.Sepertinya itu kata kata terbulsyit yang pernah ku dengar. Menjadi orang baik hanya akan membuatmu di anggap lemah. Sepertinya aku lebih menyukai kata pepatah yang lain "Dunia adalah tempat yang kejam. Hanya ada dua pilihan. Disakiti atau menyakiti!" _Ardeo_*****Aqila PovSeorang remaja lelaki terlihat membelah jalanan yang sedang terguyur hujan. Tak menghiraukan dirinya yang sedang basah kuyup. Dia lebih asyik menyembunyikan buku di dalam jaketnya."Nadine maaf ya telat diluar hujan. Jadi agak macet." Dia terlihat menyerahkan sebuah buku catatan kepada gadis didepanya.Manis sekali. Merelakan diri basah untuk sekedar mengantar buku catatan kekasihnya. Iya kekasihnya. Itu yang ku dengar dari teman teman bimbel.Namanya Ardeo kelas sebelas IPA1. Kudengar dari orang

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-12
  • I Want To Be Playboy   2.Dia Akan Menyatakan Cinta?

    Sebenarnya dalam suatu hubungan bukan masalah siapa yang benar siapa yang salah. Hanya saja terkadang sesuatu memang tak cocok mau sekeras apapun kita memaksa. Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri.Ini bukan kali pertama aku memperhatikanya. Aku sering melihatnya diam diam. Entahlah sejak pertama melihat dia aku rasa aku menyukainya. Apakah cinta pandangan pertama itu nyata adanya?"Rasanya sangat sakit melihat dia memilih yang lain. Tapi aku bisa apa? bahkan mungkin dia tak menyadari keberadaanku. Menyedihkan."*****Deo PovKelas Sudah ku isi penuh dengan bunga kertas yang kubuat berhari hari. Aku menyulap kelas menjadi meriah dengan bantuan teman temanku. Hari ini akan sangat bersejarah. Aku akan menyatakan perasaanku pada Wilda."Will you marry me?" Ucapku mempraktekkan kata kata yang akan ku ucapkan pada Wilda.Yang sukses dihadiahi jitakan oleh Reno. Temanku yang super nyinyir itu."Lu kata kita mau lamaran? ""Grogi g

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-12
  • I Want To Be Playboy   3. Aku Harus Patah Hati?

    Bukankah ini akan sangat menyakitkan? melihat dia yang kau cinta akan menyatakan perasaan pada yang lain? berita buruknya kamu yang harus mengabadikanya."aku bahkan harus tetap tersenyum." Seorang gadis berponi throung bang dengan rambut lurus nya itu berbicara didalam hati . Dengan terus mengabadikan moment yang ada didepanya.*****Elang memasuki kelas yang pintunya masih ditutup. X IPA 1 tertulis dibagian atas pintu."Sorry telat." Elang melakukan highfive dengan ketiga sahabatnya, lalu menyerahkan lima tangkai mawar yang baru saja dicuri olehnya."Kok yang satu beda lang? " Deo menanyakan kenapa ada satu bunga mawar putih diantara 4 mawar merah."Buru buru tadi jadi sedapetnya." Elang menjawab asal."Yaudah buat elu aja ni yang putih. BTW thank you Lang." Deo cengengesan mengucapkanya."Jadi anak durhaka gue Dey, gara gara elu!" Elang duduk di kursi samping Deo."Rekor ni lu mau bikin dosa lang. Hahaha." seperti

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-12
  • I Want To Be Playboy   4. Kenapa Harus Dia?

    Konon katanya cinta adalah bahagia melihat yang dicintainya bahagia, tanpa syarat harus dengan siapa. Ingin sekali mengucapkan kata itu, tapi entah kenapa lidahku mendadak keluAqila tergesa gesa masuk kedalam rumah tanpa mempedulikan keadaan sekitar. Yang ia tau, ia harus segera masuk kamar sebelum bundanya melihat dia sedang menangis."Qila?" Sang ibu menegur anak gadisnya yang masuk kedalam rumah tanpa salam apalagi permisi."Qila capek bun, mau istirahat." Qila terus menaiki tangga tanpa menoleh ke Bundanya."Haduh maaf ya mba Rani, Qila jadi ngak sopan padahal biasanya ngak begitu lho." Ibunda Aqila berusaha menjelaskan pada temannya."Ngapapa mba Aisya, biasa namanya juga anak muda. Suka badmood." kedua teman lama itu tertawa bersama"Iya apalagi Aqila kan sedang masa puber. huh sering dibuat jengkel saya mba." Aisya, Ibunda Aqila membuka sesi curhat siang hari ini."Nah sama ini, anak saya juga sering banget buat jengkel saya, t

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-12
  • I Want To Be Playboy   5. kau Berubah

    Sama seperti mawar putih ini, dimatamu aku tak pernah menarik.Sama seperti mawar putih ini, lebih dipilih kau singkirkan.kabar buruknya, kau tetap penghuni tetap hati ini.Gadis bermata sipit itu menuang air kedalam vas berisi setangkai mawar putih."Jangan layu." Ucapnya berbisik pada bunga kesayangannya.*****Deo masih termenung mendengar penuturan dari Wilda, kenapa kekasihnya, ahh mungkin sebentar lagi jadi mantannya, jadi bersikap begini? seingatnya dia tak melakukan kesalahan apapun."Maaf, tapi aku tak mau semakin nyakitin kamu." Wilda kembali menangis. Kenapa dia selalu menangis? baik diawal hubungan atau di akhir hubungan mereka."Kenapa?" Deo hanya mampu menatap nanar seseorang yang ada didepannya. Beberapa detik yang lalu masih berstatus kekasihnya, tapi detik ini hubunganya akan berakhir."Deo maaf, tapi kamu pantes dapet yang lebih baik dari pada aku." Alasan klise. Jadi maksudnya seseorang yang baik tidak boleh dicintai denga

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-12
  • I Want To Be Playboy   6.Lihatlah Aku sekali Saja

    -Aku baru saja akan mendekat, tapi entah kenapa antara kau dan aku seperti ada sekat.Sejak kau memilih dia, aku lebih memilih membunuh perasaanku. Membiarkanya menguap dan perlahan menghilang-Aqila lebih memilih menjauh dari dua orang didepanya yang sedang terlibat obrolan. Lagi pula untuk apa juga disana? tidak akan dianggap juga."Lukanya tak parah kan?" Sthep memegang lutut Deo yang masih terbungkus perbank."Aaa ya jangan di pegang juga!" Deo meneriaki wanita didepanya. Bagaimanapun lututnya sedang terluka, kenapa dia main pegang pegang. Lutut dan hatinya kini sama sama sakit."Kamu udah putus kan sama Wilda?" Tanpa basa basi Sthep menanyakan hal se sensitif itu pada orang yang baru saja patah hati. Meski blak blakan adalah karakternya, apa tidak ada cara lain untuk bertanya?."Bagus lah. Dia memang tak pantas buat kamu." Bahkan belum sempat Deo menjawab tapi Sthep kembali menyambung percakapan."Kenapa bicara begitu? buk

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-12

Bab terbaru

  • I Want To Be Playboy   12. Dia Menyusun Rencana

    Deo sampai Didepan rumah Aqila ketika hujan juga reda, karna tak membawa jas hujan, keduanya terpaksa membiarkan tubuh basah kuyup."Sampai." Deo menghentikan motornya, menunggu Aqila turun dari jok belakangnya."Makasi ya, ohh ya tunggu sebentar biar aku ambilin jaketnya." Aqila berniat mengambil jaket yang sedari tadi menjadi sumber pembicaraan."Nggak usah, lain kali aja." Deo menahan tangan kanan Aqila. Padahal sedari tadi dirinya sendiri yang mengingatkan tentang jaket."Lain kali?" Aqila mencoba mencerna maksud perkataan Deo. Lain kali? itu artinya Deo ingin menemui Aqila lagi? .Kembali, tak ada jawaban pasti yang diucapkan Deo, "Masuk gih, nanti kamu sakit lagi." Suatu kalimat yang malah terkesan mengalihkan pembicaraan."Oh.. emm." Dengan bibir yang bergetar karna kedinginan Aqila ingin menyampaikan sesuatu pada Deo, tapi rasanya terlalu malu."Nggak usah lain kali aja." Seperti bisa membaca jalan fikiran Aqila , Deo menolak tawaran

  • I Want To Be Playboy   11. Deo Makin Jahat

    Seperti kataku dulu, aku berdiri tepat dibelakangmu.Tak akan jauh dari jangkauan matamu.Kamu tak akan perlu susah payah untuk berlari.Aku bahkan sudah lama menunggu, sembari mengumpulkan titik menjadi satu kalimat cinta untukmu."Yang mana rumah kamu Wil?" Sejak tadi Elang hanya akan bicara bila menanyakan arah. Selain itu tak pernah ada pembicaraan lain, berulang kali Wilda mencoba membuat nya berbincang, sayang, selain hanya iya dan tidak, keheningan lah yang akan menjawab setiap pertanyaan Wilda."Depan lagi, yang cat warna kuning." Wilda menunjukkan arah rumahnya."Yang ini?" Elang memperlambat laju motornya, kali kali saja perkiraanya benar, rumah yang dia maksud benar rumah Wilda, jadi dia tak perlu berhenti mendadak."Iya bener, nggak mampir dulu Lang?" Wilda mencoba menawarkan Elang untuk mas

  • I Want To Be Playboy   10. Masih Mengharapkannya

    Aku sedang memantrai diriku sendiri.Memaksa kamu melihatku bukanlah solusi.Aku terus memantrai diriku sendiri.Bahwa biar saja anganku tentangmu hanya akan ada dalam fikir ini.Aku terus memantrai diri sendiriBiar saja bila nanti kau melihatku, pun itu karna memang kau ingini.Aqila merenungi kembali niat hatinya untuk ingin bersama Deo, setelah melihat apa yang dilakukan Deo pada Siska, nyali Aqila tiba tiba saja menciut. Ia tak siap patah hati, apalagi dipatahkan sehina itu.Wilda terus menyenggol bahu Aqila, seperti ada sebuah kode yang ingin disampaikan. "Apa?" Aqila masih tak mengerti apa yang diinginkan sahabatnya itu.Mata Wilda memberi isyarat agar Aqila menoleh kesamping kirinya. "Oh Elang." Kini Aqila tau apa yang dimaksud sahabatnya itu."Elang." Gadis cantik bertubuh mungil itu melambaikan tangan ke Elang, memberi tanda agar Elang mendekat.Dengan senyum sumpringah Elang mendatangi Aqila yang tengah bersama Wilda, dibelakan

  • I Want To Be Playboy   9. Dia Bukan Si Pria Baik Lagi

    Entah sihir jenis apa yang sedang kau gunakan.Di mataku, apapun yang kau lakukan harus ku maklum kan.Apapun yang kau buat adalah suatu kebenaranAku suka apapun yang kau katakan.Meski aku tau, itu hanyalah sebuah kebohongan.Aqila menatap seorang yang dulunya difikir nya baik, tapi sekarang telah berubah menjadi menyeramkan. Entah sudah berapa banyak gadis yang gonta ganti digandeng nya. tadi pagi jalan dengan Devi nanti siangnya bisa jadi jalan dengan sherly.Dalam jangka tiga bulan saja sudah hampir semua anak kelas 1 habis dipacarinya. Apa dengan begitu dia berfikir dia hebat?. Bukankah itu hanya sebuah tindakan gila!."Sudah banyak gadis didatangi nya, tapi dia bahkan tetap tak sekalipun menatap kearahku." Ini lebih gila dari tindakan Deo si playboy newbie itu. Bagaimana bisa ada seorang gadis yang

  • I Want To Be Playboy   8. Pelangi Di Hati

    Kamu harus cepat datang sebelum aku lelah menunggu.Kamu harus sampai sekarang sembelum aku membeku.Atau setidaknya kamu bahkan harus tau aku ada.Bagaimana mungkin bisa kamu tak tau? padahal kau yang membuat pelangi dihatiku.Seorang siswa sekolah menengah atas terlihat buru buru mendatangi sekolah. Hari ini ada ulangan dan dia sudah telat lima menit. Waktu sudah menunjukkan pukul 07.05 WIB."Kiri Pak!" Gadis bernama Aqila itu berteriak pada kondektur bus, yang sebenarnya tak jauh dari tempatnya berdiri."Kiri pir supir." Kondektur memberi kode dengan mengetuk bagian atap bus."Hati hati neng." Kondektur memperingatkan Aqila yang terlihat berlari sejak turun dari bus.Hari ini ayahnya tak bisa mengantar kesekolah jadi ia harus naik bus, untuk pertama kalinya. Karna

  • I Want To Be Playboy   7.Aku Kenapa Kenapa

    -Mau sampai kapan kamu sadar? ada seseorang yang bahkan rela menjaga kamu dengan sepenuh hatinya?.Kenapa kamu justru terus memilih untuk terluka? apa tersakiti itu begitu menyenangkan?.Coba lah lihat kebelakang sebentar, aku ada tepat disitu- Aqila-Gadis bernama Aqila lebih memilih terus menyemprot setangkai mawarnya dengan air dari pada menganti bajunya."Ckk.. kenapa layu?" Mungkin jika ada orang yang melihat dia berbicara dengan setangkai mawar akan menganggapnya gila. Lagi pula bagaimana tidak layu? itu hanya setangkai mawar tanpa akar. Harusnya dia menanam saja bila ingin bunganya terus mekar."Tidak mungkin dibuang. Ini dari Deo" Kini malah dia memeluk vas bunga nya."Aku ada ide." Entah apa yang akan dilakukan. Ia justru mencabut bunga mawar dan bergegas pergi.Susah memang membaca fikiran orang yang tengah BUCIN.*****Sejak kejadian tempo hari Deo dan Sthephani memang semakin dekat. Sthephani yang agak sedikit agresif ag

  • I Want To Be Playboy   6.Lihatlah Aku sekali Saja

    -Aku baru saja akan mendekat, tapi entah kenapa antara kau dan aku seperti ada sekat.Sejak kau memilih dia, aku lebih memilih membunuh perasaanku. Membiarkanya menguap dan perlahan menghilang-Aqila lebih memilih menjauh dari dua orang didepanya yang sedang terlibat obrolan. Lagi pula untuk apa juga disana? tidak akan dianggap juga."Lukanya tak parah kan?" Sthep memegang lutut Deo yang masih terbungkus perbank."Aaa ya jangan di pegang juga!" Deo meneriaki wanita didepanya. Bagaimanapun lututnya sedang terluka, kenapa dia main pegang pegang. Lutut dan hatinya kini sama sama sakit."Kamu udah putus kan sama Wilda?" Tanpa basa basi Sthep menanyakan hal se sensitif itu pada orang yang baru saja patah hati. Meski blak blakan adalah karakternya, apa tidak ada cara lain untuk bertanya?."Bagus lah. Dia memang tak pantas buat kamu." Bahkan belum sempat Deo menjawab tapi Sthep kembali menyambung percakapan."Kenapa bicara begitu? buk

  • I Want To Be Playboy   5. kau Berubah

    Sama seperti mawar putih ini, dimatamu aku tak pernah menarik.Sama seperti mawar putih ini, lebih dipilih kau singkirkan.kabar buruknya, kau tetap penghuni tetap hati ini.Gadis bermata sipit itu menuang air kedalam vas berisi setangkai mawar putih."Jangan layu." Ucapnya berbisik pada bunga kesayangannya.*****Deo masih termenung mendengar penuturan dari Wilda, kenapa kekasihnya, ahh mungkin sebentar lagi jadi mantannya, jadi bersikap begini? seingatnya dia tak melakukan kesalahan apapun."Maaf, tapi aku tak mau semakin nyakitin kamu." Wilda kembali menangis. Kenapa dia selalu menangis? baik diawal hubungan atau di akhir hubungan mereka."Kenapa?" Deo hanya mampu menatap nanar seseorang yang ada didepannya. Beberapa detik yang lalu masih berstatus kekasihnya, tapi detik ini hubunganya akan berakhir."Deo maaf, tapi kamu pantes dapet yang lebih baik dari pada aku." Alasan klise. Jadi maksudnya seseorang yang baik tidak boleh dicintai denga

  • I Want To Be Playboy   4. Kenapa Harus Dia?

    Konon katanya cinta adalah bahagia melihat yang dicintainya bahagia, tanpa syarat harus dengan siapa. Ingin sekali mengucapkan kata itu, tapi entah kenapa lidahku mendadak keluAqila tergesa gesa masuk kedalam rumah tanpa mempedulikan keadaan sekitar. Yang ia tau, ia harus segera masuk kamar sebelum bundanya melihat dia sedang menangis."Qila?" Sang ibu menegur anak gadisnya yang masuk kedalam rumah tanpa salam apalagi permisi."Qila capek bun, mau istirahat." Qila terus menaiki tangga tanpa menoleh ke Bundanya."Haduh maaf ya mba Rani, Qila jadi ngak sopan padahal biasanya ngak begitu lho." Ibunda Aqila berusaha menjelaskan pada temannya."Ngapapa mba Aisya, biasa namanya juga anak muda. Suka badmood." kedua teman lama itu tertawa bersama"Iya apalagi Aqila kan sedang masa puber. huh sering dibuat jengkel saya mba." Aisya, Ibunda Aqila membuka sesi curhat siang hari ini."Nah sama ini, anak saya juga sering banget buat jengkel saya, t

DMCA.com Protection Status