-Aku baru saja akan mendekat, tapi entah kenapa antara kau dan aku seperti ada sekat.
Sejak kau memilih dia, aku lebih memilih membunuh perasaanku. Membiarkanya menguap dan perlahan menghilang-Aqila lebih memilih menjauh dari dua orang didepanya yang sedang terlibat obrolan. Lagi pula untuk apa juga disana? tidak akan dianggap juga.
"Lukanya tak parah kan?" Sthep memegang lutut Deo yang masih terbungkus perbank.
"Aaa ya jangan di pegang juga!" Deo meneriaki wanita didepanya. Bagaimanapun lututnya sedang terluka, kenapa dia main pegang pegang. Lutut dan hatinya kini sama sama sakit.
"Kamu udah putus kan sama Wilda?" Tanpa basa basi Sthep menanyakan hal se sensitif itu pada orang yang baru saja patah hati. Meski blak blakan adalah karakternya, apa tidak ada cara lain untuk bertanya?.
"Bagus lah. Dia memang tak pantas buat kamu." Bahkan belum sempat Deo menjawab tapi Sthep kembali menyambung percakapan.
"Kenapa bicara begitu? bukanya Wilda sahabat kamu?." Deo merasa heran, kenapa bisa bisanya Sthep menjelekkan sahabat nya sendiri.
"Ya memang itu kenyataannya Deo, kamu kan ganteng, pinter, baik lagi. Ngak pantes disakitin." Entah apa maksudnya tapi Sthep terus memuji Deo.
"Ya tetap saja kau tak boleh menjelekkan Wilda." Lama lama kesal juga dengan wanita satu ini. Bagaimanapun saat ini Deo masih mencintai Wilda, jadi wajar saja bila tak Terima kalau ada yang menjelekkan Wilda.
"Sini." Dengan secepat kilat Sthep mengambil handphone yang sedang dipegang Deo. Mengetik sebuah nomor dan memanggil.
"Sudah." KaliSthep mengembalikan handphone Deo yang tadi dipinjamnya.
Deo terlalu malas untk menanyakan apa saja yang diperbuat Sthep terhadap handphone nya.
"Aku tadi miscall in nomor kamu ke handphone aku." Sthep tersenyum lebar memamerkan giginya. Nah kan, tanpa ditanya pun Sthep akan menjelaskan. Dia kan paling ngak bisa diam.
"Terserah lah." Deo benar benar malas meladeni Sthep. Kepalanya sudah pusing karna memikirkan Wilda, jangan sampai tambah pusing karna Sthep.
Deo menurunkan kaki dari ranjang UKS bergegas pulang, Sebelum dua tangan menyekal Sikunya.
"Deo mau kemana?" Sthep memandang Deo tak suka, bukan artian tak menyukai Deo, justru sebaliknya, dia terlihat menyukai Deo makanya tak suka melihat Deo pergi meninggalkan dirinya disini.
"Pulang lah." Deo menjawab sekenanya.
"Aku anterin ya?" Mata belo Sthep berbinar mengucapkanya.
"Nggak usah." Deo jelas saja menolak, kenapa seorang lelaki harus diantar pulang seorang gadis? yang benar saja.
"Tapi nanti malam aku nelphone kamu ya?" Tak ada berhenti berhentinya Sthep merayu Deo.
"Kamu ini kenapa si Sthep?" Deo yang semakin tak mengerti maksud sikap Sthep dengan terpaksa bertanya.
"Aku suka kamu. Tapi kamu malah milih Wilda!" Ini untuk pertama kalinya Sthep membuang muka saat berbicara.
Tunggu sebentar? apa? dia menyukai ku? apa karna ini Wilda minta putus?.
"Jadi karna ini Wilda minta putus?" Deo berusaha menahan emosi. Jika benar alasanya karna Sthep, dia tak akan memaafkan gadis yang sedang didepannya.
Mata Sthep melotot tak terpercaya karna Deo berbicara dengan nada emosi padanya, bahkan terkesan membentak. "Ya bukan lah, Wilda mana pernah mikirin perasaan aku. Meski dia tau aku suka sama kamu dia juga tetep nerima kamu."
Sthep yang dari tadi berbicara dengan nada lemah lembut cenderunh lenje sekarang mulai berteriak.
"Wilda kan sukanya sama sahabat kamu, makanya dia mutusin kamu." Sthep terlihat sangat kesal karna Deo menuduhnya.
"Siapa?" Deo tak bisa menyembunyikan rasa penasaranya. Wilda menyukai sahabatnya? siapa? Dito? Reno? atau Elang?.
Sthep mengendikkan bahunya tanda tak tau. "Wilda cuma bilang, dia deketin kamu tu supaya bisa di comblangin sama sahabat kamu, ehh kamu salah faham. Padahal Wilda bilang bakal ngedeketin kamu sama aku kalo berhasil pacaran sama sahabat kamu. Tapi kenyataannya dia nikung aku"
"Jahat banget kan dia?.Aku tu benci sama Wilda.Tapi Deo malah nyalain Sthep" Sthep memanyunkan bibirnya.
Jadi begitulah ceritanya. Pantas saja saat Deo menembaknya dia justru menangis. Deo fikir saat itu Wilda terharu, Ternyata karna mengharapkan orang lain.
"Maaf." Bagaimana pun Deo salah karna telah menuduh Sthep, tanpa mendengar penjelasan terlebih dulu.
"Ngak papa. Kan Deo ngak tau, jadi wajar kalo Deo nganggep Sthep yang bikin Deo putus! Sthep anterin pulang ya?" Gaya bicaranya sudah kembali seperti semula. Tandanya Sthep sudah tidak marah.
"Yaudah iya." Terpaksa Deo mengiyakan permintaan Sthep, anggap saja sebagai permintaan maaf.
Sebenarnya Sthep ini baik juga, berteman dengannya tak masalah kan harusnya?.
"Kalau Deo ada masalah, Cerita aja ama aku, aku siap dengerin" Sthep berjalan perlahan sambil membantu Deo yang tertatih.
Deo hanya tersenyum mendengar semua penuturan Sthep yang dianggapnya blak blakan tapi apa adanya, tanpa kebohongan.
Sementara dari balik dinding, seorang gadis tengah bersembunyi agar tak terlihat oleh Deo dan Sthep. Ya Aqila belum benar benar pergi dari UKS, sejak tadi dia duduk di kursi samping pintu UKS. Tentu saja dia mendengar semua pembicaraan Deo dan Step.
"Secepat itu?" Aqila membatin dalam hatinya. Baru saja putus dari Wilda belum ada satu minggu, tapi kini sudah ada yang mendekatinya lagi. Si lelaki baik nya telah kembali diambil yang lain.
*****
"Mau bareng pulang?" Elang menghampiri Aqila yang sedang duduk sendirian di halte. Sudah sesore ini mana mungkin ada bus lewat.
"Gratis kan?" Senyum Aqila merekah mengatakannya. Sebenarnya dia sudah tau kalo ini pasti gratis, hanya sekedar menggoda teman barunya saja.
Ya, semenjak kejadian dirumah Aqila tempo hari, dua anak manusia itu, kini berteman akrab. Meneruskan persahabatan Mama mereka mungkin?.
"Untuk neng Aqila, babang ojek siap mengantar sampai rumah dengan selamat, GRATIS lagi." Elang membalas godaan Aqila sembari memberikan helm.
"Tiap hari emang selalu bawa helm dua?" Gadis yang kini menghuni jok belakang motor Elang, menanyakan dengan sedikit berteriak. Maklum saja saat motor melaju suara manusia akan kalah dengan suara angin.
"Hah?" Samar Samar Elang mendengar suara Aqila, tak begitu jelas.
"Helm." Aqila menunjuk helm nya sendiri yang dilihat Elang melalui kaca spion kirinya.
"Ooo.. punya nya Deo, tapi tadi dia pulang naik taksi online. Abis jatuh soalnya." Elang mengeraskan suaranya agar orang yang ada di boncenganya mendengar.
"Pulang sendirian?" Aqila berniat mengorek informasi dari Elang.
"Ngak tau, ngak bilang tadi. Kenapa?" Elang merasa heran kenapa Aqila terdengar khawatir?.
"Emmm..." Hanya itu yang digumamkan Aqila. Sebenarnya dia tau, kalo Deo pasti pulang dengan Sthep. Hanya ingin memastikan saja sebenarnya. Apa setelah ini mereka akan jadian?.
"Hayo kenapa?"
"Hihh kamu tu Lang, Kan aku cuman takut ntar dikira ngerebut kamu dari Deo." Aqila menjulur kan lidahnya. Bermaksud bercanda.
"Yaudah rebut aja, Aku ikhlas." Tawa Elang meledak.
"Dihh Nggak lucu tauk." Gadis ayu itu memukul kecil punggung Elang. Sampai seseorang mengalihkan perhatian Aqila. Dia melihat Wilda sedang mengendarai motor bersama wanita separuh baya, mungkin ibunya. Jelas sekali terlihat keterkejutan diwajah Wilda.
"Itu tadi Wilda kan Lang?" Aqila memberanikan diri menanyakan pada Elang yang langsung diam setelah melewati Wilda.
"Iya kayanya."
"Wilda suka ya sama Elang?" Firasat Aqila mengatakan bahwa sahabat Deo yang dimaksud Sthep adalah Elang. Ditambah ekpresi Wilda saat melihat dia dan Elang tadi semakin menambah keyakinannya.
"Ahh ngaco kamu la." Elang mengelak dari tuduhan Aqila.
Bagaimanapun persahabatan nya dengan Deo tak boleh hancur. Jangan sampai Deo tau Wilda menyukai nya. Lagi pula dia juga tak menyukai Wilda. Sudah ada gadis lain yang menarik perhatian nya.
-Mau sampai kapan kamu sadar? ada seseorang yang bahkan rela menjaga kamu dengan sepenuh hatinya?.Kenapa kamu justru terus memilih untuk terluka? apa tersakiti itu begitu menyenangkan?.Coba lah lihat kebelakang sebentar, aku ada tepat disitu- Aqila-Gadis bernama Aqila lebih memilih terus menyemprot setangkai mawarnya dengan air dari pada menganti bajunya."Ckk.. kenapa layu?" Mungkin jika ada orang yang melihat dia berbicara dengan setangkai mawar akan menganggapnya gila. Lagi pula bagaimana tidak layu? itu hanya setangkai mawar tanpa akar. Harusnya dia menanam saja bila ingin bunganya terus mekar."Tidak mungkin dibuang. Ini dari Deo" Kini malah dia memeluk vas bunga nya."Aku ada ide." Entah apa yang akan dilakukan. Ia justru mencabut bunga mawar dan bergegas pergi.Susah memang membaca fikiran orang yang tengah BUCIN.*****Sejak kejadian tempo hari Deo dan Sthephani memang semakin dekat. Sthephani yang agak sedikit agresif ag
Kamu harus cepat datang sebelum aku lelah menunggu.Kamu harus sampai sekarang sembelum aku membeku.Atau setidaknya kamu bahkan harus tau aku ada.Bagaimana mungkin bisa kamu tak tau? padahal kau yang membuat pelangi dihatiku.Seorang siswa sekolah menengah atas terlihat buru buru mendatangi sekolah. Hari ini ada ulangan dan dia sudah telat lima menit. Waktu sudah menunjukkan pukul 07.05 WIB."Kiri Pak!" Gadis bernama Aqila itu berteriak pada kondektur bus, yang sebenarnya tak jauh dari tempatnya berdiri."Kiri pir supir." Kondektur memberi kode dengan mengetuk bagian atap bus."Hati hati neng." Kondektur memperingatkan Aqila yang terlihat berlari sejak turun dari bus.Hari ini ayahnya tak bisa mengantar kesekolah jadi ia harus naik bus, untuk pertama kalinya. Karna
Entah sihir jenis apa yang sedang kau gunakan.Di mataku, apapun yang kau lakukan harus ku maklum kan.Apapun yang kau buat adalah suatu kebenaranAku suka apapun yang kau katakan.Meski aku tau, itu hanyalah sebuah kebohongan.Aqila menatap seorang yang dulunya difikir nya baik, tapi sekarang telah berubah menjadi menyeramkan. Entah sudah berapa banyak gadis yang gonta ganti digandeng nya. tadi pagi jalan dengan Devi nanti siangnya bisa jadi jalan dengan sherly.Dalam jangka tiga bulan saja sudah hampir semua anak kelas 1 habis dipacarinya. Apa dengan begitu dia berfikir dia hebat?. Bukankah itu hanya sebuah tindakan gila!."Sudah banyak gadis didatangi nya, tapi dia bahkan tetap tak sekalipun menatap kearahku." Ini lebih gila dari tindakan Deo si playboy newbie itu. Bagaimana bisa ada seorang gadis yang
Aku sedang memantrai diriku sendiri.Memaksa kamu melihatku bukanlah solusi.Aku terus memantrai diriku sendiri.Bahwa biar saja anganku tentangmu hanya akan ada dalam fikir ini.Aku terus memantrai diri sendiriBiar saja bila nanti kau melihatku, pun itu karna memang kau ingini.Aqila merenungi kembali niat hatinya untuk ingin bersama Deo, setelah melihat apa yang dilakukan Deo pada Siska, nyali Aqila tiba tiba saja menciut. Ia tak siap patah hati, apalagi dipatahkan sehina itu.Wilda terus menyenggol bahu Aqila, seperti ada sebuah kode yang ingin disampaikan. "Apa?" Aqila masih tak mengerti apa yang diinginkan sahabatnya itu.Mata Wilda memberi isyarat agar Aqila menoleh kesamping kirinya. "Oh Elang." Kini Aqila tau apa yang dimaksud sahabatnya itu."Elang." Gadis cantik bertubuh mungil itu melambaikan tangan ke Elang, memberi tanda agar Elang mendekat.Dengan senyum sumpringah Elang mendatangi Aqila yang tengah bersama Wilda, dibelakan
Seperti kataku dulu, aku berdiri tepat dibelakangmu.Tak akan jauh dari jangkauan matamu.Kamu tak akan perlu susah payah untuk berlari.Aku bahkan sudah lama menunggu, sembari mengumpulkan titik menjadi satu kalimat cinta untukmu."Yang mana rumah kamu Wil?" Sejak tadi Elang hanya akan bicara bila menanyakan arah. Selain itu tak pernah ada pembicaraan lain, berulang kali Wilda mencoba membuat nya berbincang, sayang, selain hanya iya dan tidak, keheningan lah yang akan menjawab setiap pertanyaan Wilda."Depan lagi, yang cat warna kuning." Wilda menunjukkan arah rumahnya."Yang ini?" Elang memperlambat laju motornya, kali kali saja perkiraanya benar, rumah yang dia maksud benar rumah Wilda, jadi dia tak perlu berhenti mendadak."Iya bener, nggak mampir dulu Lang?" Wilda mencoba menawarkan Elang untuk mas
Deo sampai Didepan rumah Aqila ketika hujan juga reda, karna tak membawa jas hujan, keduanya terpaksa membiarkan tubuh basah kuyup."Sampai." Deo menghentikan motornya, menunggu Aqila turun dari jok belakangnya."Makasi ya, ohh ya tunggu sebentar biar aku ambilin jaketnya." Aqila berniat mengambil jaket yang sedari tadi menjadi sumber pembicaraan."Nggak usah, lain kali aja." Deo menahan tangan kanan Aqila. Padahal sedari tadi dirinya sendiri yang mengingatkan tentang jaket."Lain kali?" Aqila mencoba mencerna maksud perkataan Deo. Lain kali? itu artinya Deo ingin menemui Aqila lagi? .Kembali, tak ada jawaban pasti yang diucapkan Deo, "Masuk gih, nanti kamu sakit lagi." Suatu kalimat yang malah terkesan mengalihkan pembicaraan."Oh.. emm." Dengan bibir yang bergetar karna kedinginan Aqila ingin menyampaikan sesuatu pada Deo, tapi rasanya terlalu malu."Nggak usah lain kali aja." Seperti bisa membaca jalan fikiran Aqila , Deo menolak tawaran
Pepatah mengatakan tetaplah berbuat baik maka kamu akan bertemu orang baik jika tidak. Maka kamu akan ditemukan orang baik. Jika tetap tidak. Kamu lah orang baik itu.Sepertinya itu kata kata terbulsyit yang pernah ku dengar. Menjadi orang baik hanya akan membuatmu di anggap lemah. Sepertinya aku lebih menyukai kata pepatah yang lain "Dunia adalah tempat yang kejam. Hanya ada dua pilihan. Disakiti atau menyakiti!" _Ardeo_*****Aqila PovSeorang remaja lelaki terlihat membelah jalanan yang sedang terguyur hujan. Tak menghiraukan dirinya yang sedang basah kuyup. Dia lebih asyik menyembunyikan buku di dalam jaketnya."Nadine maaf ya telat diluar hujan. Jadi agak macet." Dia terlihat menyerahkan sebuah buku catatan kepada gadis didepanya.Manis sekali. Merelakan diri basah untuk sekedar mengantar buku catatan kekasihnya. Iya kekasihnya. Itu yang ku dengar dari teman teman bimbel.Namanya Ardeo kelas sebelas IPA1. Kudengar dari orang
Sebenarnya dalam suatu hubungan bukan masalah siapa yang benar siapa yang salah. Hanya saja terkadang sesuatu memang tak cocok mau sekeras apapun kita memaksa. Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri.Ini bukan kali pertama aku memperhatikanya. Aku sering melihatnya diam diam. Entahlah sejak pertama melihat dia aku rasa aku menyukainya. Apakah cinta pandangan pertama itu nyata adanya?"Rasanya sangat sakit melihat dia memilih yang lain. Tapi aku bisa apa? bahkan mungkin dia tak menyadari keberadaanku. Menyedihkan."*****Deo PovKelas Sudah ku isi penuh dengan bunga kertas yang kubuat berhari hari. Aku menyulap kelas menjadi meriah dengan bantuan teman temanku. Hari ini akan sangat bersejarah. Aku akan menyatakan perasaanku pada Wilda."Will you marry me?" Ucapku mempraktekkan kata kata yang akan ku ucapkan pada Wilda.Yang sukses dihadiahi jitakan oleh Reno. Temanku yang super nyinyir itu."Lu kata kita mau lamaran? ""Grogi g
Deo sampai Didepan rumah Aqila ketika hujan juga reda, karna tak membawa jas hujan, keduanya terpaksa membiarkan tubuh basah kuyup."Sampai." Deo menghentikan motornya, menunggu Aqila turun dari jok belakangnya."Makasi ya, ohh ya tunggu sebentar biar aku ambilin jaketnya." Aqila berniat mengambil jaket yang sedari tadi menjadi sumber pembicaraan."Nggak usah, lain kali aja." Deo menahan tangan kanan Aqila. Padahal sedari tadi dirinya sendiri yang mengingatkan tentang jaket."Lain kali?" Aqila mencoba mencerna maksud perkataan Deo. Lain kali? itu artinya Deo ingin menemui Aqila lagi? .Kembali, tak ada jawaban pasti yang diucapkan Deo, "Masuk gih, nanti kamu sakit lagi." Suatu kalimat yang malah terkesan mengalihkan pembicaraan."Oh.. emm." Dengan bibir yang bergetar karna kedinginan Aqila ingin menyampaikan sesuatu pada Deo, tapi rasanya terlalu malu."Nggak usah lain kali aja." Seperti bisa membaca jalan fikiran Aqila , Deo menolak tawaran
Seperti kataku dulu, aku berdiri tepat dibelakangmu.Tak akan jauh dari jangkauan matamu.Kamu tak akan perlu susah payah untuk berlari.Aku bahkan sudah lama menunggu, sembari mengumpulkan titik menjadi satu kalimat cinta untukmu."Yang mana rumah kamu Wil?" Sejak tadi Elang hanya akan bicara bila menanyakan arah. Selain itu tak pernah ada pembicaraan lain, berulang kali Wilda mencoba membuat nya berbincang, sayang, selain hanya iya dan tidak, keheningan lah yang akan menjawab setiap pertanyaan Wilda."Depan lagi, yang cat warna kuning." Wilda menunjukkan arah rumahnya."Yang ini?" Elang memperlambat laju motornya, kali kali saja perkiraanya benar, rumah yang dia maksud benar rumah Wilda, jadi dia tak perlu berhenti mendadak."Iya bener, nggak mampir dulu Lang?" Wilda mencoba menawarkan Elang untuk mas
Aku sedang memantrai diriku sendiri.Memaksa kamu melihatku bukanlah solusi.Aku terus memantrai diriku sendiri.Bahwa biar saja anganku tentangmu hanya akan ada dalam fikir ini.Aku terus memantrai diri sendiriBiar saja bila nanti kau melihatku, pun itu karna memang kau ingini.Aqila merenungi kembali niat hatinya untuk ingin bersama Deo, setelah melihat apa yang dilakukan Deo pada Siska, nyali Aqila tiba tiba saja menciut. Ia tak siap patah hati, apalagi dipatahkan sehina itu.Wilda terus menyenggol bahu Aqila, seperti ada sebuah kode yang ingin disampaikan. "Apa?" Aqila masih tak mengerti apa yang diinginkan sahabatnya itu.Mata Wilda memberi isyarat agar Aqila menoleh kesamping kirinya. "Oh Elang." Kini Aqila tau apa yang dimaksud sahabatnya itu."Elang." Gadis cantik bertubuh mungil itu melambaikan tangan ke Elang, memberi tanda agar Elang mendekat.Dengan senyum sumpringah Elang mendatangi Aqila yang tengah bersama Wilda, dibelakan
Entah sihir jenis apa yang sedang kau gunakan.Di mataku, apapun yang kau lakukan harus ku maklum kan.Apapun yang kau buat adalah suatu kebenaranAku suka apapun yang kau katakan.Meski aku tau, itu hanyalah sebuah kebohongan.Aqila menatap seorang yang dulunya difikir nya baik, tapi sekarang telah berubah menjadi menyeramkan. Entah sudah berapa banyak gadis yang gonta ganti digandeng nya. tadi pagi jalan dengan Devi nanti siangnya bisa jadi jalan dengan sherly.Dalam jangka tiga bulan saja sudah hampir semua anak kelas 1 habis dipacarinya. Apa dengan begitu dia berfikir dia hebat?. Bukankah itu hanya sebuah tindakan gila!."Sudah banyak gadis didatangi nya, tapi dia bahkan tetap tak sekalipun menatap kearahku." Ini lebih gila dari tindakan Deo si playboy newbie itu. Bagaimana bisa ada seorang gadis yang
Kamu harus cepat datang sebelum aku lelah menunggu.Kamu harus sampai sekarang sembelum aku membeku.Atau setidaknya kamu bahkan harus tau aku ada.Bagaimana mungkin bisa kamu tak tau? padahal kau yang membuat pelangi dihatiku.Seorang siswa sekolah menengah atas terlihat buru buru mendatangi sekolah. Hari ini ada ulangan dan dia sudah telat lima menit. Waktu sudah menunjukkan pukul 07.05 WIB."Kiri Pak!" Gadis bernama Aqila itu berteriak pada kondektur bus, yang sebenarnya tak jauh dari tempatnya berdiri."Kiri pir supir." Kondektur memberi kode dengan mengetuk bagian atap bus."Hati hati neng." Kondektur memperingatkan Aqila yang terlihat berlari sejak turun dari bus.Hari ini ayahnya tak bisa mengantar kesekolah jadi ia harus naik bus, untuk pertama kalinya. Karna
-Mau sampai kapan kamu sadar? ada seseorang yang bahkan rela menjaga kamu dengan sepenuh hatinya?.Kenapa kamu justru terus memilih untuk terluka? apa tersakiti itu begitu menyenangkan?.Coba lah lihat kebelakang sebentar, aku ada tepat disitu- Aqila-Gadis bernama Aqila lebih memilih terus menyemprot setangkai mawarnya dengan air dari pada menganti bajunya."Ckk.. kenapa layu?" Mungkin jika ada orang yang melihat dia berbicara dengan setangkai mawar akan menganggapnya gila. Lagi pula bagaimana tidak layu? itu hanya setangkai mawar tanpa akar. Harusnya dia menanam saja bila ingin bunganya terus mekar."Tidak mungkin dibuang. Ini dari Deo" Kini malah dia memeluk vas bunga nya."Aku ada ide." Entah apa yang akan dilakukan. Ia justru mencabut bunga mawar dan bergegas pergi.Susah memang membaca fikiran orang yang tengah BUCIN.*****Sejak kejadian tempo hari Deo dan Sthephani memang semakin dekat. Sthephani yang agak sedikit agresif ag
-Aku baru saja akan mendekat, tapi entah kenapa antara kau dan aku seperti ada sekat.Sejak kau memilih dia, aku lebih memilih membunuh perasaanku. Membiarkanya menguap dan perlahan menghilang-Aqila lebih memilih menjauh dari dua orang didepanya yang sedang terlibat obrolan. Lagi pula untuk apa juga disana? tidak akan dianggap juga."Lukanya tak parah kan?" Sthep memegang lutut Deo yang masih terbungkus perbank."Aaa ya jangan di pegang juga!" Deo meneriaki wanita didepanya. Bagaimanapun lututnya sedang terluka, kenapa dia main pegang pegang. Lutut dan hatinya kini sama sama sakit."Kamu udah putus kan sama Wilda?" Tanpa basa basi Sthep menanyakan hal se sensitif itu pada orang yang baru saja patah hati. Meski blak blakan adalah karakternya, apa tidak ada cara lain untuk bertanya?."Bagus lah. Dia memang tak pantas buat kamu." Bahkan belum sempat Deo menjawab tapi Sthep kembali menyambung percakapan."Kenapa bicara begitu? buk
Sama seperti mawar putih ini, dimatamu aku tak pernah menarik.Sama seperti mawar putih ini, lebih dipilih kau singkirkan.kabar buruknya, kau tetap penghuni tetap hati ini.Gadis bermata sipit itu menuang air kedalam vas berisi setangkai mawar putih."Jangan layu." Ucapnya berbisik pada bunga kesayangannya.*****Deo masih termenung mendengar penuturan dari Wilda, kenapa kekasihnya, ahh mungkin sebentar lagi jadi mantannya, jadi bersikap begini? seingatnya dia tak melakukan kesalahan apapun."Maaf, tapi aku tak mau semakin nyakitin kamu." Wilda kembali menangis. Kenapa dia selalu menangis? baik diawal hubungan atau di akhir hubungan mereka."Kenapa?" Deo hanya mampu menatap nanar seseorang yang ada didepannya. Beberapa detik yang lalu masih berstatus kekasihnya, tapi detik ini hubunganya akan berakhir."Deo maaf, tapi kamu pantes dapet yang lebih baik dari pada aku." Alasan klise. Jadi maksudnya seseorang yang baik tidak boleh dicintai denga
Konon katanya cinta adalah bahagia melihat yang dicintainya bahagia, tanpa syarat harus dengan siapa. Ingin sekali mengucapkan kata itu, tapi entah kenapa lidahku mendadak keluAqila tergesa gesa masuk kedalam rumah tanpa mempedulikan keadaan sekitar. Yang ia tau, ia harus segera masuk kamar sebelum bundanya melihat dia sedang menangis."Qila?" Sang ibu menegur anak gadisnya yang masuk kedalam rumah tanpa salam apalagi permisi."Qila capek bun, mau istirahat." Qila terus menaiki tangga tanpa menoleh ke Bundanya."Haduh maaf ya mba Rani, Qila jadi ngak sopan padahal biasanya ngak begitu lho." Ibunda Aqila berusaha menjelaskan pada temannya."Ngapapa mba Aisya, biasa namanya juga anak muda. Suka badmood." kedua teman lama itu tertawa bersama"Iya apalagi Aqila kan sedang masa puber. huh sering dibuat jengkel saya mba." Aisya, Ibunda Aqila membuka sesi curhat siang hari ini."Nah sama ini, anak saya juga sering banget buat jengkel saya, t