Pepatah mengatakan tetaplah berbuat baik maka kamu akan bertemu orang baik jika tidak. Maka kamu akan ditemukan orang baik. Jika tetap tidak. Kamu lah orang baik itu.
Sepertinya itu kata kata terbulsyit yang pernah ku dengar. Menjadi orang baik hanya akan membuatmu di anggap lemah. Sepertinya aku lebih menyukai kata pepatah yang lain "Dunia adalah tempat yang kejam. Hanya ada dua pilihan. Disakiti atau menyakiti!" _Ardeo_
*****Aqila PovSeorang remaja lelaki terlihat membelah jalanan yang sedang terguyur hujan. Tak menghiraukan dirinya yang sedang basah kuyup. Dia lebih asyik menyembunyikan buku di dalam jaketnya."Nadine maaf ya telat diluar hujan. Jadi agak macet." Dia terlihat menyerahkan sebuah buku catatan kepada gadis didepanya.
Manis sekali. Merelakan diri basah untuk sekedar mengantar buku catatan kekasihnya. Iya kekasihnya. Itu yang ku dengar dari teman teman bimbel.
Namanya Ardeo kelas sebelas IPA1. Kudengar dari orang orang dia seseorang yang cerdas. Sering juara umum disekolah. hebat. Aku masih memandangi nya dari jendela tempatku duduk.
"Deo maafin aku ya ngerepotin kamu terus. Kamu jadi basah gini." Nadine terlihat menekuk wajahnya. Tapi dari yang ku lihat. dia tak benar benar tulus melakukanya. Hahaha. Ahh kenapa aku jadi psikolog dadakan.
"Ngak papa. Aku lebih seneng kamu repotin . Itu artinya kamu nganggep aku." Mereka terlihat saling melempar senyum. Serial drama Korea akan dimulai sepertinya.
"Tapi nanti kalo kamu sakit gimana? Aku ngak mau kamu kenapa napa."
"Enggak Nadine. Aku baik baik aja. Cowok macam apa cuman kena air aja tumbang." Katanya sesumbar. Cowok macam apa dia bilang? padahal dari yang kulihat matanya sudah memerah karna hujan. Nah hidung nya juga dari tadi mengeluarkan ingus. Masih bisa bisanya bilang tidak apa apa.
Harusnya dia gentle bilang. Dia sakit."Kamu masuk kelas gih. Nanti telat. " Dia terdengar menginteruksi nadine.
"Yaudah aku masuk kelas dulu. Hati hati" Nadine terlihat agak malu malu mengatakannya
"Deo jangan lupa jemput nanti jam 5." Nadine tampak melambaikan tangannya pada sosok yang semakin jauh mengendarai motor matic nya.
Semoga kali ini dia benar benar mendapatkan orang yang tulus. Tak disakiti lagi. Dia pria yang baik.
"Pacar baru ya Nad?" Aku sekedar bosa basi menanyakan. Aku dan Nadine teman satu sekolah. Hanya beda kelas saja.
Nadine hanya tersenyum penuh arti. Tak mengiyakan atau pun menyangkal.
"Menurutmu kita cocok?" Hanya balasan itu yang kudengar dari Nadine. Tak tau apa artinya. Hanya ku harap kali ini pria baik itu tak tersakiti lagi.
"Sangat cocok!" Aku tersenyum menjawab nadine.
Dari yang kutau Nadine memang dekat dengan banyak lelaki. Mungkin karna pribadinya yang supel. Tentu saja juga cantik.Tapi semoga kali ini dia benar benar tulus dengan pria baik itu.
*****
Deo pov"Nadine!" Aku masih bersikap setenang mungkin menghampiri Nadine. Kekasihku. yang sedang asyik bermesraan dengan laki laki lain. Kulihat dari bet bajunya. Dia adalah kakak kelas kami."Apa maksudnya semua ini?" Aku mengamati mereka berdua yang tak juga menunjukkan sikap terkejut. Hebat. Dua orang paling tak tau malu di dunia.
"Maksud kamu? " Nadine terlebih dulu menjawab dengan ekpresi yang sulit ku artikan. Gadis ini benar benar.
"Kita masih ada hubungan Nadine. kamu masih pacar ku. Tapi ini...." Aku benar benar tak bisa melanjutkan kalimatku.
"Deo...." Nadine menjeda kalimatnya. menarik nafasnya dalam. Kena kau sekarang Nadine.
"Deo.. aku ngak tau ya. apa yang ada didalam otakmu? sampai kamu berfikiran kita ini punya hubungan. Memang aku pernah bilang kalau aku menyukaimu? hahaha pacaran apanya." Nadine dan pria sialan disampingnya menertawakan ku.
"Deo, selama ini aku cuman kasian aja sama kamu. Setelah dicampakkan Stephani kamu tampak menyedihkan. Yah sebagai orang yang baik. Aku cuman bantu kamu aja supaya ngak merasa kesepian. Ngak lebih."
Hahaha. Apa katanya. Semua yang selama ini dia lakukan cuman kasihan?. Setiap hari aku antar jemput dia? kita nonton setiap malam minggu? berjam jam telfon setiap malam? hahaha. Cuman hanya bahan bercandaan dia?.
"Termasuk saat kamu bilang cinta ini?" Aku menunjukkan layar handphone ku. Terdapat bukti screenshot percakapan kita .
Di screenshot itu terdapat chat dari Nadine yang bilang kalo dia mencintaiku dan tak bisa hidup tanpaku. Aku yakin kali ini nadine takkan bisa mengelak lagi.
Tapi Nadine hanya mendengus.
"Deo kamu harus menerima kenyataan bahwa kita tak pernah ada hubungan apa apa. Kita cuman sebatas teman. Dan kak Rasya ini pacarku." Ucapnya bangga menunjuk lelaki jangkung disampingnya."Maaf Deo, tapi aku ngak pernah punya perasaan apa apa sama kamu. Aku harap kamu mengerti. Ayo kak Rasya" Dia bergegas pergi bersama pria disampingnya. Dan aku? hanya bisa menatap kepergian mereka dengan melongo.
Apa ini? aku kembali dicampakkan? aku kembali di buang? kisah cintaku berakhir seperti ini lagi? sepertinya dunia memang bukan tempat yang baik untuk orang berhati tulus.
Nadine yang awalnya ku anggap tulus. Nyatanya hanya memanfaatkan ku. Menyuruhku kesana kemari seperti tukang ojek. Menyuruhku mengerjakan tugas sekolahnya. Dan hasilnya apa? bahkan dia tak pernah menganggap kita pernah punya hubungan? apakah ini tidak keterlaluan?.
"Selamat hari kemanusian. Semoga harimu menyenangkan." Seseorang menyerahkan bunga mawar kuning dengan sebatang coklat kepadaku.
Apanya yang hari kemanusiaan. para wanita itu bahkan tak memperlakukanku seperti manusia. Aku melengos menerima hadiah dari seseorang tersebut.
"Figthing!" Sebuah kartu ucapan yang tertulis di bungkus coklat itu.
"Ehh tunggu." Aku memanggil seseorang yang memberiku bunga tadi. Tapi dia tetap tak menoleh. Sambil terus membagikan bunganya
*****
Deo povElang, Dito dan Reno sudah tertawa tawa melihatku yang berjalan gontai menuju kelas. Kurasa mereka sudah tau yang terjadi. Dasar mereka tertawa diatas penderitaanku
"Wah makan makan ni." Dito paling semangat diantara yang lain. Walaupun tubuhnya kurus perut dito memang seperti gentong. Makan saja yang dia tau.
" Halah udah kaya Dilan ditinggal Milea aja lu. sok sok an galau." Reno si mulut nyinyir tak mau kalah.
Sementara Elang yang memang paling pendiam diantara kami hanya senyum senyum saja tak berniat menimpali dua manusia purba yang terus mengoceh ini.
"Apa gue dulu di kehidupan sebelumnya penghianat negara ya? kok kisah cinta gue sial amet." Aku bergumam sendiri.
"Nah makanya itu, ayo kita rayakan putus nya elu dengan makan makan dikantin. Kalo nunggu lo anniversary baru makan makan ngak bakal kejadian. Ngoahahaha" Dito tertawa sampai mengalihkan perhatian seluruh penghuni kelas.
"Sialan lo to. Lu kira gue jones. Dari pada lu ngak pernah punya pacar. " Aku tak mau kalah.
" Emang si Nadine kenape lagi? bukanya lu berdua udah kaya Romeo Juliet? behhh sampai lautan lu kuras buat buktiin cinta ke si Nadine? " Reno berseloroh tiba tiba.
"Gue cuman di friendzone nin bro. Dia bilang kita ngak ada hubungan apa apa. Sadis ngak? kaya lagunya Afgan."
Tawa mereka malah makin meledak setelah mendengar pengakuan ku. Dasar sahabat tak berguna mereka.
"Alah lu juga ngak cinta cinta amet ama si Nadine. Ngak sebesar cinta lu ke Stef kan? yang bikin lu nangis nangis dibawah ujan kaya pilem India" Dito kembali dengan candaanya.
Iya Dito bener. Rasa sakit hati ini ngak sebesar saat Sthef hianati gue. Atau saat Wilda pergi tanpa alasan. Bisa dibilang patah hati sama Nadine cuman patah hati level 1. Alias ngak kerasa. Tapi untuk menghindari sakit hati lebih dalam gue harus memutuskan sesuatu yang besar dalam hidup gue.
"Gue mau jadi fakboi!" Ucap ku spontan pada tiga manusia yang didepanku.
Bukan dukungan yang kudapat malah mereka semakin terpingkal.
"Punya satu cewek aja lu keteteran. Sok sok an mau jadi fakboi lu." Reno menoyor kepalaku.
"Gue serius ni. Menurut gue selama ini gue disakiti. Ya karna gue terlalu baik. Jadi gue bakal ngubah diri gue" ucap ku serius.
" Masih terlalu dini ngak si kita mikirin cinta. Kita baru kelas XI. Mending kita fokus belajar. Nilai lu bukanya makin turun Dey? " Elang kali ini memberi argumen.
"Noh dengerin orang bijak ngasih argumen." Reno menimpali omongan Elang.
"Lagian Muka lempeng gini mana bisa jadi fakboi." Kudengar Dito masih tertawa tertawa tak meyakini perkataanku.
Tapi aku tak peduli kali ini aku sudah memutuskan. Keputusanku sudah bulat. Aku akan jadi fakboi. Aku akan menyakiti hati para wanita. Aku hanya tak perlu mencintai siapun.
*****
Aqila Pov.
Aku melihatnya menangis lagi. sama seperti sebelumnya. Kenapa pria baik itu selalu disakiti? wajahnya bahkan terlalu lucu untuk disakiti.
"Selamat hari kemanusiaan" Aku sengaja memberikanya bunga kuning. Lengkap dengan coklat.
"Fighting" Kuharap dia tetap bersemangat dengan hidupnya. Dan akan menemukan seseorang yang tulus.
Harapan terbesarku apapun yang terjadi. Dia harus tetap jadi pria baik. Sama seperti sebelumnya. Meski banyak hal yang menyakitinya tapi dia tetap jadi pria baik.
Apapun nanti yang terjadi di masa depan. Kuharap dunia tak menghilangkan orang orang baik. Atau mengubahnya menjadi jahat.
Sebenarnya dalam suatu hubungan bukan masalah siapa yang benar siapa yang salah. Hanya saja terkadang sesuatu memang tak cocok mau sekeras apapun kita memaksa. Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri.Ini bukan kali pertama aku memperhatikanya. Aku sering melihatnya diam diam. Entahlah sejak pertama melihat dia aku rasa aku menyukainya. Apakah cinta pandangan pertama itu nyata adanya?"Rasanya sangat sakit melihat dia memilih yang lain. Tapi aku bisa apa? bahkan mungkin dia tak menyadari keberadaanku. Menyedihkan."*****Deo PovKelas Sudah ku isi penuh dengan bunga kertas yang kubuat berhari hari. Aku menyulap kelas menjadi meriah dengan bantuan teman temanku. Hari ini akan sangat bersejarah. Aku akan menyatakan perasaanku pada Wilda."Will you marry me?" Ucapku mempraktekkan kata kata yang akan ku ucapkan pada Wilda.Yang sukses dihadiahi jitakan oleh Reno. Temanku yang super nyinyir itu."Lu kata kita mau lamaran? ""Grogi g
Bukankah ini akan sangat menyakitkan? melihat dia yang kau cinta akan menyatakan perasaan pada yang lain? berita buruknya kamu yang harus mengabadikanya."aku bahkan harus tetap tersenyum." Seorang gadis berponi throung bang dengan rambut lurus nya itu berbicara didalam hati . Dengan terus mengabadikan moment yang ada didepanya.*****Elang memasuki kelas yang pintunya masih ditutup. X IPA 1 tertulis dibagian atas pintu."Sorry telat." Elang melakukan highfive dengan ketiga sahabatnya, lalu menyerahkan lima tangkai mawar yang baru saja dicuri olehnya."Kok yang satu beda lang? " Deo menanyakan kenapa ada satu bunga mawar putih diantara 4 mawar merah."Buru buru tadi jadi sedapetnya." Elang menjawab asal."Yaudah buat elu aja ni yang putih. BTW thank you Lang." Deo cengengesan mengucapkanya."Jadi anak durhaka gue Dey, gara gara elu!" Elang duduk di kursi samping Deo."Rekor ni lu mau bikin dosa lang. Hahaha." seperti
Konon katanya cinta adalah bahagia melihat yang dicintainya bahagia, tanpa syarat harus dengan siapa. Ingin sekali mengucapkan kata itu, tapi entah kenapa lidahku mendadak keluAqila tergesa gesa masuk kedalam rumah tanpa mempedulikan keadaan sekitar. Yang ia tau, ia harus segera masuk kamar sebelum bundanya melihat dia sedang menangis."Qila?" Sang ibu menegur anak gadisnya yang masuk kedalam rumah tanpa salam apalagi permisi."Qila capek bun, mau istirahat." Qila terus menaiki tangga tanpa menoleh ke Bundanya."Haduh maaf ya mba Rani, Qila jadi ngak sopan padahal biasanya ngak begitu lho." Ibunda Aqila berusaha menjelaskan pada temannya."Ngapapa mba Aisya, biasa namanya juga anak muda. Suka badmood." kedua teman lama itu tertawa bersama"Iya apalagi Aqila kan sedang masa puber. huh sering dibuat jengkel saya mba." Aisya, Ibunda Aqila membuka sesi curhat siang hari ini."Nah sama ini, anak saya juga sering banget buat jengkel saya, t
Sama seperti mawar putih ini, dimatamu aku tak pernah menarik.Sama seperti mawar putih ini, lebih dipilih kau singkirkan.kabar buruknya, kau tetap penghuni tetap hati ini.Gadis bermata sipit itu menuang air kedalam vas berisi setangkai mawar putih."Jangan layu." Ucapnya berbisik pada bunga kesayangannya.*****Deo masih termenung mendengar penuturan dari Wilda, kenapa kekasihnya, ahh mungkin sebentar lagi jadi mantannya, jadi bersikap begini? seingatnya dia tak melakukan kesalahan apapun."Maaf, tapi aku tak mau semakin nyakitin kamu." Wilda kembali menangis. Kenapa dia selalu menangis? baik diawal hubungan atau di akhir hubungan mereka."Kenapa?" Deo hanya mampu menatap nanar seseorang yang ada didepannya. Beberapa detik yang lalu masih berstatus kekasihnya, tapi detik ini hubunganya akan berakhir."Deo maaf, tapi kamu pantes dapet yang lebih baik dari pada aku." Alasan klise. Jadi maksudnya seseorang yang baik tidak boleh dicintai denga
-Aku baru saja akan mendekat, tapi entah kenapa antara kau dan aku seperti ada sekat.Sejak kau memilih dia, aku lebih memilih membunuh perasaanku. Membiarkanya menguap dan perlahan menghilang-Aqila lebih memilih menjauh dari dua orang didepanya yang sedang terlibat obrolan. Lagi pula untuk apa juga disana? tidak akan dianggap juga."Lukanya tak parah kan?" Sthep memegang lutut Deo yang masih terbungkus perbank."Aaa ya jangan di pegang juga!" Deo meneriaki wanita didepanya. Bagaimanapun lututnya sedang terluka, kenapa dia main pegang pegang. Lutut dan hatinya kini sama sama sakit."Kamu udah putus kan sama Wilda?" Tanpa basa basi Sthep menanyakan hal se sensitif itu pada orang yang baru saja patah hati. Meski blak blakan adalah karakternya, apa tidak ada cara lain untuk bertanya?."Bagus lah. Dia memang tak pantas buat kamu." Bahkan belum sempat Deo menjawab tapi Sthep kembali menyambung percakapan."Kenapa bicara begitu? buk
-Mau sampai kapan kamu sadar? ada seseorang yang bahkan rela menjaga kamu dengan sepenuh hatinya?.Kenapa kamu justru terus memilih untuk terluka? apa tersakiti itu begitu menyenangkan?.Coba lah lihat kebelakang sebentar, aku ada tepat disitu- Aqila-Gadis bernama Aqila lebih memilih terus menyemprot setangkai mawarnya dengan air dari pada menganti bajunya."Ckk.. kenapa layu?" Mungkin jika ada orang yang melihat dia berbicara dengan setangkai mawar akan menganggapnya gila. Lagi pula bagaimana tidak layu? itu hanya setangkai mawar tanpa akar. Harusnya dia menanam saja bila ingin bunganya terus mekar."Tidak mungkin dibuang. Ini dari Deo" Kini malah dia memeluk vas bunga nya."Aku ada ide." Entah apa yang akan dilakukan. Ia justru mencabut bunga mawar dan bergegas pergi.Susah memang membaca fikiran orang yang tengah BUCIN.*****Sejak kejadian tempo hari Deo dan Sthephani memang semakin dekat. Sthephani yang agak sedikit agresif ag
Kamu harus cepat datang sebelum aku lelah menunggu.Kamu harus sampai sekarang sembelum aku membeku.Atau setidaknya kamu bahkan harus tau aku ada.Bagaimana mungkin bisa kamu tak tau? padahal kau yang membuat pelangi dihatiku.Seorang siswa sekolah menengah atas terlihat buru buru mendatangi sekolah. Hari ini ada ulangan dan dia sudah telat lima menit. Waktu sudah menunjukkan pukul 07.05 WIB."Kiri Pak!" Gadis bernama Aqila itu berteriak pada kondektur bus, yang sebenarnya tak jauh dari tempatnya berdiri."Kiri pir supir." Kondektur memberi kode dengan mengetuk bagian atap bus."Hati hati neng." Kondektur memperingatkan Aqila yang terlihat berlari sejak turun dari bus.Hari ini ayahnya tak bisa mengantar kesekolah jadi ia harus naik bus, untuk pertama kalinya. Karna
Entah sihir jenis apa yang sedang kau gunakan.Di mataku, apapun yang kau lakukan harus ku maklum kan.Apapun yang kau buat adalah suatu kebenaranAku suka apapun yang kau katakan.Meski aku tau, itu hanyalah sebuah kebohongan.Aqila menatap seorang yang dulunya difikir nya baik, tapi sekarang telah berubah menjadi menyeramkan. Entah sudah berapa banyak gadis yang gonta ganti digandeng nya. tadi pagi jalan dengan Devi nanti siangnya bisa jadi jalan dengan sherly.Dalam jangka tiga bulan saja sudah hampir semua anak kelas 1 habis dipacarinya. Apa dengan begitu dia berfikir dia hebat?. Bukankah itu hanya sebuah tindakan gila!."Sudah banyak gadis didatangi nya, tapi dia bahkan tetap tak sekalipun menatap kearahku." Ini lebih gila dari tindakan Deo si playboy newbie itu. Bagaimana bisa ada seorang gadis yang
Deo sampai Didepan rumah Aqila ketika hujan juga reda, karna tak membawa jas hujan, keduanya terpaksa membiarkan tubuh basah kuyup."Sampai." Deo menghentikan motornya, menunggu Aqila turun dari jok belakangnya."Makasi ya, ohh ya tunggu sebentar biar aku ambilin jaketnya." Aqila berniat mengambil jaket yang sedari tadi menjadi sumber pembicaraan."Nggak usah, lain kali aja." Deo menahan tangan kanan Aqila. Padahal sedari tadi dirinya sendiri yang mengingatkan tentang jaket."Lain kali?" Aqila mencoba mencerna maksud perkataan Deo. Lain kali? itu artinya Deo ingin menemui Aqila lagi? .Kembali, tak ada jawaban pasti yang diucapkan Deo, "Masuk gih, nanti kamu sakit lagi." Suatu kalimat yang malah terkesan mengalihkan pembicaraan."Oh.. emm." Dengan bibir yang bergetar karna kedinginan Aqila ingin menyampaikan sesuatu pada Deo, tapi rasanya terlalu malu."Nggak usah lain kali aja." Seperti bisa membaca jalan fikiran Aqila , Deo menolak tawaran
Seperti kataku dulu, aku berdiri tepat dibelakangmu.Tak akan jauh dari jangkauan matamu.Kamu tak akan perlu susah payah untuk berlari.Aku bahkan sudah lama menunggu, sembari mengumpulkan titik menjadi satu kalimat cinta untukmu."Yang mana rumah kamu Wil?" Sejak tadi Elang hanya akan bicara bila menanyakan arah. Selain itu tak pernah ada pembicaraan lain, berulang kali Wilda mencoba membuat nya berbincang, sayang, selain hanya iya dan tidak, keheningan lah yang akan menjawab setiap pertanyaan Wilda."Depan lagi, yang cat warna kuning." Wilda menunjukkan arah rumahnya."Yang ini?" Elang memperlambat laju motornya, kali kali saja perkiraanya benar, rumah yang dia maksud benar rumah Wilda, jadi dia tak perlu berhenti mendadak."Iya bener, nggak mampir dulu Lang?" Wilda mencoba menawarkan Elang untuk mas
Aku sedang memantrai diriku sendiri.Memaksa kamu melihatku bukanlah solusi.Aku terus memantrai diriku sendiri.Bahwa biar saja anganku tentangmu hanya akan ada dalam fikir ini.Aku terus memantrai diri sendiriBiar saja bila nanti kau melihatku, pun itu karna memang kau ingini.Aqila merenungi kembali niat hatinya untuk ingin bersama Deo, setelah melihat apa yang dilakukan Deo pada Siska, nyali Aqila tiba tiba saja menciut. Ia tak siap patah hati, apalagi dipatahkan sehina itu.Wilda terus menyenggol bahu Aqila, seperti ada sebuah kode yang ingin disampaikan. "Apa?" Aqila masih tak mengerti apa yang diinginkan sahabatnya itu.Mata Wilda memberi isyarat agar Aqila menoleh kesamping kirinya. "Oh Elang." Kini Aqila tau apa yang dimaksud sahabatnya itu."Elang." Gadis cantik bertubuh mungil itu melambaikan tangan ke Elang, memberi tanda agar Elang mendekat.Dengan senyum sumpringah Elang mendatangi Aqila yang tengah bersama Wilda, dibelakan
Entah sihir jenis apa yang sedang kau gunakan.Di mataku, apapun yang kau lakukan harus ku maklum kan.Apapun yang kau buat adalah suatu kebenaranAku suka apapun yang kau katakan.Meski aku tau, itu hanyalah sebuah kebohongan.Aqila menatap seorang yang dulunya difikir nya baik, tapi sekarang telah berubah menjadi menyeramkan. Entah sudah berapa banyak gadis yang gonta ganti digandeng nya. tadi pagi jalan dengan Devi nanti siangnya bisa jadi jalan dengan sherly.Dalam jangka tiga bulan saja sudah hampir semua anak kelas 1 habis dipacarinya. Apa dengan begitu dia berfikir dia hebat?. Bukankah itu hanya sebuah tindakan gila!."Sudah banyak gadis didatangi nya, tapi dia bahkan tetap tak sekalipun menatap kearahku." Ini lebih gila dari tindakan Deo si playboy newbie itu. Bagaimana bisa ada seorang gadis yang
Kamu harus cepat datang sebelum aku lelah menunggu.Kamu harus sampai sekarang sembelum aku membeku.Atau setidaknya kamu bahkan harus tau aku ada.Bagaimana mungkin bisa kamu tak tau? padahal kau yang membuat pelangi dihatiku.Seorang siswa sekolah menengah atas terlihat buru buru mendatangi sekolah. Hari ini ada ulangan dan dia sudah telat lima menit. Waktu sudah menunjukkan pukul 07.05 WIB."Kiri Pak!" Gadis bernama Aqila itu berteriak pada kondektur bus, yang sebenarnya tak jauh dari tempatnya berdiri."Kiri pir supir." Kondektur memberi kode dengan mengetuk bagian atap bus."Hati hati neng." Kondektur memperingatkan Aqila yang terlihat berlari sejak turun dari bus.Hari ini ayahnya tak bisa mengantar kesekolah jadi ia harus naik bus, untuk pertama kalinya. Karna
-Mau sampai kapan kamu sadar? ada seseorang yang bahkan rela menjaga kamu dengan sepenuh hatinya?.Kenapa kamu justru terus memilih untuk terluka? apa tersakiti itu begitu menyenangkan?.Coba lah lihat kebelakang sebentar, aku ada tepat disitu- Aqila-Gadis bernama Aqila lebih memilih terus menyemprot setangkai mawarnya dengan air dari pada menganti bajunya."Ckk.. kenapa layu?" Mungkin jika ada orang yang melihat dia berbicara dengan setangkai mawar akan menganggapnya gila. Lagi pula bagaimana tidak layu? itu hanya setangkai mawar tanpa akar. Harusnya dia menanam saja bila ingin bunganya terus mekar."Tidak mungkin dibuang. Ini dari Deo" Kini malah dia memeluk vas bunga nya."Aku ada ide." Entah apa yang akan dilakukan. Ia justru mencabut bunga mawar dan bergegas pergi.Susah memang membaca fikiran orang yang tengah BUCIN.*****Sejak kejadian tempo hari Deo dan Sthephani memang semakin dekat. Sthephani yang agak sedikit agresif ag
-Aku baru saja akan mendekat, tapi entah kenapa antara kau dan aku seperti ada sekat.Sejak kau memilih dia, aku lebih memilih membunuh perasaanku. Membiarkanya menguap dan perlahan menghilang-Aqila lebih memilih menjauh dari dua orang didepanya yang sedang terlibat obrolan. Lagi pula untuk apa juga disana? tidak akan dianggap juga."Lukanya tak parah kan?" Sthep memegang lutut Deo yang masih terbungkus perbank."Aaa ya jangan di pegang juga!" Deo meneriaki wanita didepanya. Bagaimanapun lututnya sedang terluka, kenapa dia main pegang pegang. Lutut dan hatinya kini sama sama sakit."Kamu udah putus kan sama Wilda?" Tanpa basa basi Sthep menanyakan hal se sensitif itu pada orang yang baru saja patah hati. Meski blak blakan adalah karakternya, apa tidak ada cara lain untuk bertanya?."Bagus lah. Dia memang tak pantas buat kamu." Bahkan belum sempat Deo menjawab tapi Sthep kembali menyambung percakapan."Kenapa bicara begitu? buk
Sama seperti mawar putih ini, dimatamu aku tak pernah menarik.Sama seperti mawar putih ini, lebih dipilih kau singkirkan.kabar buruknya, kau tetap penghuni tetap hati ini.Gadis bermata sipit itu menuang air kedalam vas berisi setangkai mawar putih."Jangan layu." Ucapnya berbisik pada bunga kesayangannya.*****Deo masih termenung mendengar penuturan dari Wilda, kenapa kekasihnya, ahh mungkin sebentar lagi jadi mantannya, jadi bersikap begini? seingatnya dia tak melakukan kesalahan apapun."Maaf, tapi aku tak mau semakin nyakitin kamu." Wilda kembali menangis. Kenapa dia selalu menangis? baik diawal hubungan atau di akhir hubungan mereka."Kenapa?" Deo hanya mampu menatap nanar seseorang yang ada didepannya. Beberapa detik yang lalu masih berstatus kekasihnya, tapi detik ini hubunganya akan berakhir."Deo maaf, tapi kamu pantes dapet yang lebih baik dari pada aku." Alasan klise. Jadi maksudnya seseorang yang baik tidak boleh dicintai denga
Konon katanya cinta adalah bahagia melihat yang dicintainya bahagia, tanpa syarat harus dengan siapa. Ingin sekali mengucapkan kata itu, tapi entah kenapa lidahku mendadak keluAqila tergesa gesa masuk kedalam rumah tanpa mempedulikan keadaan sekitar. Yang ia tau, ia harus segera masuk kamar sebelum bundanya melihat dia sedang menangis."Qila?" Sang ibu menegur anak gadisnya yang masuk kedalam rumah tanpa salam apalagi permisi."Qila capek bun, mau istirahat." Qila terus menaiki tangga tanpa menoleh ke Bundanya."Haduh maaf ya mba Rani, Qila jadi ngak sopan padahal biasanya ngak begitu lho." Ibunda Aqila berusaha menjelaskan pada temannya."Ngapapa mba Aisya, biasa namanya juga anak muda. Suka badmood." kedua teman lama itu tertawa bersama"Iya apalagi Aqila kan sedang masa puber. huh sering dibuat jengkel saya mba." Aisya, Ibunda Aqila membuka sesi curhat siang hari ini."Nah sama ini, anak saya juga sering banget buat jengkel saya, t