Bukankah ini akan sangat menyakitkan? melihat dia yang kau cinta akan menyatakan perasaan pada yang lain? berita buruknya kamu yang harus mengabadikanya.
"aku bahkan harus tetap tersenyum." Seorang gadis berponi throung bang dengan rambut lurus nya itu berbicara didalam hati . Dengan terus mengabadikan moment yang ada didepanya.
*****
Elang memasuki kelas yang pintunya masih ditutup. X IPA 1 tertulis dibagian atas pintu.
"Sorry telat." Elang melakukan highfive dengan ketiga sahabatnya, lalu menyerahkan lima tangkai mawar yang baru saja dicuri olehnya.
"Kok yang satu beda lang? " Deo menanyakan kenapa ada satu bunga mawar putih diantara 4 mawar merah.
"Buru buru tadi jadi sedapetnya." Elang menjawab asal.
"Yaudah buat elu aja ni yang putih. BTW thank you Lang." Deo cengengesan mengucapkanya.
"Jadi anak durhaka gue Dey, gara gara elu!" Elang duduk di kursi samping Deo.
"Rekor ni lu mau bikin dosa lang. Hahaha." seperti biasa Reno akan nyinyir.
"Nyolong kembang lagi." Dito masih tak percaya apa yang dilakukan Elang
"Demi sahabat gue ini." Elang menyenderkan punggungnya.
"Gue udah ngasih tau Wilda tadi buat nemuin Elu kesini . Bentar lagi mungkin kesini." Elang kembali memberi informasi pada sahabatnya.
"Yaudah ayo siap siap. nah elu ntar berdiri disini lang disamping Reno pegang ni tulisan." Deo menyerahkan sebuah kertas bertuliskan H.
"Elu tapi yakin di Terima dey? taunya ntar ditolak." Reno kembali membuat lelucon leluconnya.
"Yakin lah seratus persen, 1000% malahan!" Deo berucap penuh keyakinan.
Deo berkata begitu bukan tanpa alasan. Karna selama masa pendekatan ini Wilda memberi respon yang sangat baik.
Deo teringat saat Wilda membawakanya makanan setiap pagi.
flasback on
"Deo kamu udah sarapan? Aku bawain bekal buat kamu. Emm aku bawa dua si, yang satu buat temenmu. Aku liat dia jarang sarapan di kantin." Wilda memberikan dua kotak bekal makanan pada Deo. Satu kotak berwarna biru polos dan satu kotak lagi berwarna pink dengan motif gambar hati.
"Emmm yang buat Deo yang ini." Wilda menunjui kotak warna biru.
"Biru kan warna favorit ku." Deo membatin dalam hati.
Setelah itu rutin setiap pagi Wilda membawakan dua bekal untuk Deo. Membuat Deo lama kelamaan luluh hatinya.
"Gimana masakan aku? enak? dimakan ngak?" Wilda antusias menanyakan rasa masakan ya pada Deo.
"Enak banget. kata Elang juga enak banget. Dito sama Reno juga ikutan makan. Dito sampai pengen nambah." Deo senang melihat antusias Wilda.
"Beneran? dia bilang gitu?" Wilda terlihat begitu senang dengan apa yang baru saja dia dengar.
"Yaudah mulai besok aku bakal terus bawain . Makasi Deo." Wilda pergi melangkahkan kakinya dengan wajah yang sumpringah.
"Bukanya aku yang harus makasih?" Deo berfikir dengan bingung. Kenapa jadi Wilda yang lebih senang.
Selanjutnya mereka sering bertukar pesan. Wilda sering mengirimi Deo pesan singkat melalui aplikasi WhatsApp. Bahkan menfollow semua akun sosial medianya.
Semakin hari Wilda semakin aneh. dia sering bertanya apa Deo punya waktu. Kemudian menanyakan segala sesuatu yang Deo suka.
"kamu suka music apa?" wilda memulai pembicaraan malam ini. Iya tadi wilda mengajak Deo bertemu untuk sekedar makan malam.
"aku suka music roll and roll." Deo memperagakan gaya roker di hadapan Wilda. Membuat perempuan yang ada di depannya tertawa.
"Temen temen kamu juga suka music itu? emm Dito Rino atau Elang misalnya?" Wilda kembali membuka percakapan.
"Iya aku Elang Dito Rino itu punya selera yang sama. music warna baju bahkan sampai cewek." Deo hanya berusaha membual saja sebenarnya. Tentu saja ada beberapa hal yang berbeda diantara mereka berempat.
"Serius? kalau menurut kamu aku gimana? masuk ngak kriteria ngak? " tiba tiba Wilda berbicara aneh .
Kriteria? apa Wilda sedang menunjukkan perasaannya? Deo berfikir begitu. Mulai sejak itu Deo yakin bahwa Wilda menyukainya. Untuk itu hari ini Deo memutuskan Untuk menyatakan perasaanya.
Karna dia yakin Wilda pun menyukainya.
Flasback Off
"Ngehalu terosssss." Dito membuyarkan lamunan Deo.
"Ehh bentar deh bukanya kita butuh dokumentasi moment ini? " Reno mengusulkan pada teman temannya.
"Trus siapa? Kita kan udah ada jobdrib sendiri sendiri? " Deo menimpali ucapan teman temannya.
"Lagian yang lain lagi pada sibuk Class meeting. Pasti pada ngak mau lah."
Saat ini sekolah memang sedang disibukkan dengan acara Class Meeting. Sebagai tanda selesainya kegiatan semester genap tahun ini dan akan dimulainya tahun ajaran baru.
"Yaudah biar aku aja yang nyari." Elang berinisiatif mencari orang yang bisa mendokumentasikan moment penting sahabatnya.
Diluar kelas Elang melihat seorang gadis duduk sendirian sedang memainkan ponselnya. Gadis itu hanya terlihat punggungnya.
"Hai boleh minta tolong?" Elang menepuk punggung gadis itu.
Gadis itu menoleh kearah Elang. Dan sukses membuat Elang terpana. Matanya yang sipit tapi tajam. Kulit putih nya yang kini kemerahan karna sinar matahari serta bola mata yang berkibar indah. Sangat cantik batin Elang.
"Kenapa?" gadis itu bertanya sambil menyematkan rambutnya.
Elang masih memandang gadis itu takjub. Kenapa dia tak pernah melihat gadis ini sebelumnya?.
"Emm itu boleh minta tolong videoin acara ku sama temen temen?" Elang akhirnya tersadar setelah tersedot pesona si gadis itu.
"Oh. Iya boleh" Hanya itu yang ia katakan. Lalu Gadis itu berdiri dari tempat duduknya.
"Dimana? "
"Disana ,disana" Elang yang sejak tadi masih memandang gadis itu gelagapan menjawab.
Elang jalan duluan kemudian diikuti gadis itu dibelakangnya.
Andai sedang tidak buru buru. Pasti akan mengajaknya berkenalan. Tapi Deo pasti sudah menunggunya.
*****
Diruangan Kelas
"Lang..lang untung lu cepet dateng. Wilda udah mau kesini. Lu standby ya." Deo memberi perintah pada Elang.
"Oke oke." Elang mengiyakan perintah Deo
"Emm kamu nanti ambil gambarnya dari sini ya." Elang mmenunjukkan area pojok depan kelas. Sementara gadis itu hanya menggangguk.
"Nanti kamu shoot pas wajah Wilda sama Deo ya." Elang agak sungkan mengatakannya, bagaimanapun mereka baru kenal tidak mungkin menyuruh nyuruh.
"Ini acara apa? "
belum sempat Elang menjawab terdengar ada yang akan masuk ke kelas yang mereka tempati."Ayo ambil posisi masing masing Wilda udah mau nyampe." Deo terlihat tergesa gesa.
Semua sudah diposisi masing masing ketika Wilda sampai di dalam kelas.
Terrlihat ketara sekali Wilda kaget dengan suasana kelas yang Menjadi penuh bunga. apalagi di sisi belakang Kelas terlihat Elang dan kedua temannya berdiri.
Hari ini akan menjadi hari paling menyenangkan untuknya. Begitu fikir Wilda.
Wilda tersenyum dan berjalan menuju Elang sebelum sebuah suara menghentikanya.
"Wilda aku tak tau ini terlalu cepat atau tidak?" Deo berlutut didepan Wilda.
"Tapi kebersamaan kita selama ini berhasil mengisi hatiku." Deo melanjutkan ucapanya. Diikuti ketiga temanya yang mulai membuka kertas yang di pegang.
Mereka bergantian membalik kertas yang dipegang
"S Sa." Dito mengucapkan arti tulisan yang dia bawa.
Di ikuti Reno yang membaca tulisan di kertasnya "R Rang."
"H hae." Elang melanjutkan kata yang diucapkan ke dua sahabatnya.
"SARANGHAE Wilda. Kamu mau jadi pacarku?" Deo mengeja dengan sempurna kata kata yang di susun para sahabatnya.
"Deo ini kamu yang nembak aku?" Wilda kembali memastikan apa yang baru dia dengar.
"Iya Wilda. Aku Ardeo meminta Wilda Khaira menjadi Pacarku. Seseorang yang akan mengisi hari hariku." Deo masih berlutut sambil membawa bunga mawar.
"Deo... " Wilda terlihat berkaca kaca. Matanya dari tadi terus bergerak tak tentu arah. Sesekali melihat ke arah belakang. Tempat teman teman Deo berdiri dengan selembar kertas.
"Kamu mau nerima aku kan?" Deo mengulang pertanyaanya.
Wilda hanya diam lama. Terlihat dia menahan air matanya. Mengatur suaranya untuk kemudian menjawab Deo.
Sementara di pojok depan kelas terlihat pemandangan yang tak kalah menyedihkan. Tangan gadis yang merekam semua dokumentasi ini bergetar hebat.
Pertanda sang empunya sedang menahan tangis yang tak kalah menyayat.
Konon katanya cinta adalah bahagia melihat yang dicintainya bahagia, tanpa syarat harus dengan siapa. Ingin sekali mengucapkan kata itu, tapi entah kenapa lidahku mendadak keluAqila tergesa gesa masuk kedalam rumah tanpa mempedulikan keadaan sekitar. Yang ia tau, ia harus segera masuk kamar sebelum bundanya melihat dia sedang menangis."Qila?" Sang ibu menegur anak gadisnya yang masuk kedalam rumah tanpa salam apalagi permisi."Qila capek bun, mau istirahat." Qila terus menaiki tangga tanpa menoleh ke Bundanya."Haduh maaf ya mba Rani, Qila jadi ngak sopan padahal biasanya ngak begitu lho." Ibunda Aqila berusaha menjelaskan pada temannya."Ngapapa mba Aisya, biasa namanya juga anak muda. Suka badmood." kedua teman lama itu tertawa bersama"Iya apalagi Aqila kan sedang masa puber. huh sering dibuat jengkel saya mba." Aisya, Ibunda Aqila membuka sesi curhat siang hari ini."Nah sama ini, anak saya juga sering banget buat jengkel saya, t
Sama seperti mawar putih ini, dimatamu aku tak pernah menarik.Sama seperti mawar putih ini, lebih dipilih kau singkirkan.kabar buruknya, kau tetap penghuni tetap hati ini.Gadis bermata sipit itu menuang air kedalam vas berisi setangkai mawar putih."Jangan layu." Ucapnya berbisik pada bunga kesayangannya.*****Deo masih termenung mendengar penuturan dari Wilda, kenapa kekasihnya, ahh mungkin sebentar lagi jadi mantannya, jadi bersikap begini? seingatnya dia tak melakukan kesalahan apapun."Maaf, tapi aku tak mau semakin nyakitin kamu." Wilda kembali menangis. Kenapa dia selalu menangis? baik diawal hubungan atau di akhir hubungan mereka."Kenapa?" Deo hanya mampu menatap nanar seseorang yang ada didepannya. Beberapa detik yang lalu masih berstatus kekasihnya, tapi detik ini hubunganya akan berakhir."Deo maaf, tapi kamu pantes dapet yang lebih baik dari pada aku." Alasan klise. Jadi maksudnya seseorang yang baik tidak boleh dicintai denga
-Aku baru saja akan mendekat, tapi entah kenapa antara kau dan aku seperti ada sekat.Sejak kau memilih dia, aku lebih memilih membunuh perasaanku. Membiarkanya menguap dan perlahan menghilang-Aqila lebih memilih menjauh dari dua orang didepanya yang sedang terlibat obrolan. Lagi pula untuk apa juga disana? tidak akan dianggap juga."Lukanya tak parah kan?" Sthep memegang lutut Deo yang masih terbungkus perbank."Aaa ya jangan di pegang juga!" Deo meneriaki wanita didepanya. Bagaimanapun lututnya sedang terluka, kenapa dia main pegang pegang. Lutut dan hatinya kini sama sama sakit."Kamu udah putus kan sama Wilda?" Tanpa basa basi Sthep menanyakan hal se sensitif itu pada orang yang baru saja patah hati. Meski blak blakan adalah karakternya, apa tidak ada cara lain untuk bertanya?."Bagus lah. Dia memang tak pantas buat kamu." Bahkan belum sempat Deo menjawab tapi Sthep kembali menyambung percakapan."Kenapa bicara begitu? buk
-Mau sampai kapan kamu sadar? ada seseorang yang bahkan rela menjaga kamu dengan sepenuh hatinya?.Kenapa kamu justru terus memilih untuk terluka? apa tersakiti itu begitu menyenangkan?.Coba lah lihat kebelakang sebentar, aku ada tepat disitu- Aqila-Gadis bernama Aqila lebih memilih terus menyemprot setangkai mawarnya dengan air dari pada menganti bajunya."Ckk.. kenapa layu?" Mungkin jika ada orang yang melihat dia berbicara dengan setangkai mawar akan menganggapnya gila. Lagi pula bagaimana tidak layu? itu hanya setangkai mawar tanpa akar. Harusnya dia menanam saja bila ingin bunganya terus mekar."Tidak mungkin dibuang. Ini dari Deo" Kini malah dia memeluk vas bunga nya."Aku ada ide." Entah apa yang akan dilakukan. Ia justru mencabut bunga mawar dan bergegas pergi.Susah memang membaca fikiran orang yang tengah BUCIN.*****Sejak kejadian tempo hari Deo dan Sthephani memang semakin dekat. Sthephani yang agak sedikit agresif ag
Kamu harus cepat datang sebelum aku lelah menunggu.Kamu harus sampai sekarang sembelum aku membeku.Atau setidaknya kamu bahkan harus tau aku ada.Bagaimana mungkin bisa kamu tak tau? padahal kau yang membuat pelangi dihatiku.Seorang siswa sekolah menengah atas terlihat buru buru mendatangi sekolah. Hari ini ada ulangan dan dia sudah telat lima menit. Waktu sudah menunjukkan pukul 07.05 WIB."Kiri Pak!" Gadis bernama Aqila itu berteriak pada kondektur bus, yang sebenarnya tak jauh dari tempatnya berdiri."Kiri pir supir." Kondektur memberi kode dengan mengetuk bagian atap bus."Hati hati neng." Kondektur memperingatkan Aqila yang terlihat berlari sejak turun dari bus.Hari ini ayahnya tak bisa mengantar kesekolah jadi ia harus naik bus, untuk pertama kalinya. Karna
Entah sihir jenis apa yang sedang kau gunakan.Di mataku, apapun yang kau lakukan harus ku maklum kan.Apapun yang kau buat adalah suatu kebenaranAku suka apapun yang kau katakan.Meski aku tau, itu hanyalah sebuah kebohongan.Aqila menatap seorang yang dulunya difikir nya baik, tapi sekarang telah berubah menjadi menyeramkan. Entah sudah berapa banyak gadis yang gonta ganti digandeng nya. tadi pagi jalan dengan Devi nanti siangnya bisa jadi jalan dengan sherly.Dalam jangka tiga bulan saja sudah hampir semua anak kelas 1 habis dipacarinya. Apa dengan begitu dia berfikir dia hebat?. Bukankah itu hanya sebuah tindakan gila!."Sudah banyak gadis didatangi nya, tapi dia bahkan tetap tak sekalipun menatap kearahku." Ini lebih gila dari tindakan Deo si playboy newbie itu. Bagaimana bisa ada seorang gadis yang
Aku sedang memantrai diriku sendiri.Memaksa kamu melihatku bukanlah solusi.Aku terus memantrai diriku sendiri.Bahwa biar saja anganku tentangmu hanya akan ada dalam fikir ini.Aku terus memantrai diri sendiriBiar saja bila nanti kau melihatku, pun itu karna memang kau ingini.Aqila merenungi kembali niat hatinya untuk ingin bersama Deo, setelah melihat apa yang dilakukan Deo pada Siska, nyali Aqila tiba tiba saja menciut. Ia tak siap patah hati, apalagi dipatahkan sehina itu.Wilda terus menyenggol bahu Aqila, seperti ada sebuah kode yang ingin disampaikan. "Apa?" Aqila masih tak mengerti apa yang diinginkan sahabatnya itu.Mata Wilda memberi isyarat agar Aqila menoleh kesamping kirinya. "Oh Elang." Kini Aqila tau apa yang dimaksud sahabatnya itu."Elang." Gadis cantik bertubuh mungil itu melambaikan tangan ke Elang, memberi tanda agar Elang mendekat.Dengan senyum sumpringah Elang mendatangi Aqila yang tengah bersama Wilda, dibelakan
Seperti kataku dulu, aku berdiri tepat dibelakangmu.Tak akan jauh dari jangkauan matamu.Kamu tak akan perlu susah payah untuk berlari.Aku bahkan sudah lama menunggu, sembari mengumpulkan titik menjadi satu kalimat cinta untukmu."Yang mana rumah kamu Wil?" Sejak tadi Elang hanya akan bicara bila menanyakan arah. Selain itu tak pernah ada pembicaraan lain, berulang kali Wilda mencoba membuat nya berbincang, sayang, selain hanya iya dan tidak, keheningan lah yang akan menjawab setiap pertanyaan Wilda."Depan lagi, yang cat warna kuning." Wilda menunjukkan arah rumahnya."Yang ini?" Elang memperlambat laju motornya, kali kali saja perkiraanya benar, rumah yang dia maksud benar rumah Wilda, jadi dia tak perlu berhenti mendadak."Iya bener, nggak mampir dulu Lang?" Wilda mencoba menawarkan Elang untuk mas
Deo sampai Didepan rumah Aqila ketika hujan juga reda, karna tak membawa jas hujan, keduanya terpaksa membiarkan tubuh basah kuyup."Sampai." Deo menghentikan motornya, menunggu Aqila turun dari jok belakangnya."Makasi ya, ohh ya tunggu sebentar biar aku ambilin jaketnya." Aqila berniat mengambil jaket yang sedari tadi menjadi sumber pembicaraan."Nggak usah, lain kali aja." Deo menahan tangan kanan Aqila. Padahal sedari tadi dirinya sendiri yang mengingatkan tentang jaket."Lain kali?" Aqila mencoba mencerna maksud perkataan Deo. Lain kali? itu artinya Deo ingin menemui Aqila lagi? .Kembali, tak ada jawaban pasti yang diucapkan Deo, "Masuk gih, nanti kamu sakit lagi." Suatu kalimat yang malah terkesan mengalihkan pembicaraan."Oh.. emm." Dengan bibir yang bergetar karna kedinginan Aqila ingin menyampaikan sesuatu pada Deo, tapi rasanya terlalu malu."Nggak usah lain kali aja." Seperti bisa membaca jalan fikiran Aqila , Deo menolak tawaran
Seperti kataku dulu, aku berdiri tepat dibelakangmu.Tak akan jauh dari jangkauan matamu.Kamu tak akan perlu susah payah untuk berlari.Aku bahkan sudah lama menunggu, sembari mengumpulkan titik menjadi satu kalimat cinta untukmu."Yang mana rumah kamu Wil?" Sejak tadi Elang hanya akan bicara bila menanyakan arah. Selain itu tak pernah ada pembicaraan lain, berulang kali Wilda mencoba membuat nya berbincang, sayang, selain hanya iya dan tidak, keheningan lah yang akan menjawab setiap pertanyaan Wilda."Depan lagi, yang cat warna kuning." Wilda menunjukkan arah rumahnya."Yang ini?" Elang memperlambat laju motornya, kali kali saja perkiraanya benar, rumah yang dia maksud benar rumah Wilda, jadi dia tak perlu berhenti mendadak."Iya bener, nggak mampir dulu Lang?" Wilda mencoba menawarkan Elang untuk mas
Aku sedang memantrai diriku sendiri.Memaksa kamu melihatku bukanlah solusi.Aku terus memantrai diriku sendiri.Bahwa biar saja anganku tentangmu hanya akan ada dalam fikir ini.Aku terus memantrai diri sendiriBiar saja bila nanti kau melihatku, pun itu karna memang kau ingini.Aqila merenungi kembali niat hatinya untuk ingin bersama Deo, setelah melihat apa yang dilakukan Deo pada Siska, nyali Aqila tiba tiba saja menciut. Ia tak siap patah hati, apalagi dipatahkan sehina itu.Wilda terus menyenggol bahu Aqila, seperti ada sebuah kode yang ingin disampaikan. "Apa?" Aqila masih tak mengerti apa yang diinginkan sahabatnya itu.Mata Wilda memberi isyarat agar Aqila menoleh kesamping kirinya. "Oh Elang." Kini Aqila tau apa yang dimaksud sahabatnya itu."Elang." Gadis cantik bertubuh mungil itu melambaikan tangan ke Elang, memberi tanda agar Elang mendekat.Dengan senyum sumpringah Elang mendatangi Aqila yang tengah bersama Wilda, dibelakan
Entah sihir jenis apa yang sedang kau gunakan.Di mataku, apapun yang kau lakukan harus ku maklum kan.Apapun yang kau buat adalah suatu kebenaranAku suka apapun yang kau katakan.Meski aku tau, itu hanyalah sebuah kebohongan.Aqila menatap seorang yang dulunya difikir nya baik, tapi sekarang telah berubah menjadi menyeramkan. Entah sudah berapa banyak gadis yang gonta ganti digandeng nya. tadi pagi jalan dengan Devi nanti siangnya bisa jadi jalan dengan sherly.Dalam jangka tiga bulan saja sudah hampir semua anak kelas 1 habis dipacarinya. Apa dengan begitu dia berfikir dia hebat?. Bukankah itu hanya sebuah tindakan gila!."Sudah banyak gadis didatangi nya, tapi dia bahkan tetap tak sekalipun menatap kearahku." Ini lebih gila dari tindakan Deo si playboy newbie itu. Bagaimana bisa ada seorang gadis yang
Kamu harus cepat datang sebelum aku lelah menunggu.Kamu harus sampai sekarang sembelum aku membeku.Atau setidaknya kamu bahkan harus tau aku ada.Bagaimana mungkin bisa kamu tak tau? padahal kau yang membuat pelangi dihatiku.Seorang siswa sekolah menengah atas terlihat buru buru mendatangi sekolah. Hari ini ada ulangan dan dia sudah telat lima menit. Waktu sudah menunjukkan pukul 07.05 WIB."Kiri Pak!" Gadis bernama Aqila itu berteriak pada kondektur bus, yang sebenarnya tak jauh dari tempatnya berdiri."Kiri pir supir." Kondektur memberi kode dengan mengetuk bagian atap bus."Hati hati neng." Kondektur memperingatkan Aqila yang terlihat berlari sejak turun dari bus.Hari ini ayahnya tak bisa mengantar kesekolah jadi ia harus naik bus, untuk pertama kalinya. Karna
-Mau sampai kapan kamu sadar? ada seseorang yang bahkan rela menjaga kamu dengan sepenuh hatinya?.Kenapa kamu justru terus memilih untuk terluka? apa tersakiti itu begitu menyenangkan?.Coba lah lihat kebelakang sebentar, aku ada tepat disitu- Aqila-Gadis bernama Aqila lebih memilih terus menyemprot setangkai mawarnya dengan air dari pada menganti bajunya."Ckk.. kenapa layu?" Mungkin jika ada orang yang melihat dia berbicara dengan setangkai mawar akan menganggapnya gila. Lagi pula bagaimana tidak layu? itu hanya setangkai mawar tanpa akar. Harusnya dia menanam saja bila ingin bunganya terus mekar."Tidak mungkin dibuang. Ini dari Deo" Kini malah dia memeluk vas bunga nya."Aku ada ide." Entah apa yang akan dilakukan. Ia justru mencabut bunga mawar dan bergegas pergi.Susah memang membaca fikiran orang yang tengah BUCIN.*****Sejak kejadian tempo hari Deo dan Sthephani memang semakin dekat. Sthephani yang agak sedikit agresif ag
-Aku baru saja akan mendekat, tapi entah kenapa antara kau dan aku seperti ada sekat.Sejak kau memilih dia, aku lebih memilih membunuh perasaanku. Membiarkanya menguap dan perlahan menghilang-Aqila lebih memilih menjauh dari dua orang didepanya yang sedang terlibat obrolan. Lagi pula untuk apa juga disana? tidak akan dianggap juga."Lukanya tak parah kan?" Sthep memegang lutut Deo yang masih terbungkus perbank."Aaa ya jangan di pegang juga!" Deo meneriaki wanita didepanya. Bagaimanapun lututnya sedang terluka, kenapa dia main pegang pegang. Lutut dan hatinya kini sama sama sakit."Kamu udah putus kan sama Wilda?" Tanpa basa basi Sthep menanyakan hal se sensitif itu pada orang yang baru saja patah hati. Meski blak blakan adalah karakternya, apa tidak ada cara lain untuk bertanya?."Bagus lah. Dia memang tak pantas buat kamu." Bahkan belum sempat Deo menjawab tapi Sthep kembali menyambung percakapan."Kenapa bicara begitu? buk
Sama seperti mawar putih ini, dimatamu aku tak pernah menarik.Sama seperti mawar putih ini, lebih dipilih kau singkirkan.kabar buruknya, kau tetap penghuni tetap hati ini.Gadis bermata sipit itu menuang air kedalam vas berisi setangkai mawar putih."Jangan layu." Ucapnya berbisik pada bunga kesayangannya.*****Deo masih termenung mendengar penuturan dari Wilda, kenapa kekasihnya, ahh mungkin sebentar lagi jadi mantannya, jadi bersikap begini? seingatnya dia tak melakukan kesalahan apapun."Maaf, tapi aku tak mau semakin nyakitin kamu." Wilda kembali menangis. Kenapa dia selalu menangis? baik diawal hubungan atau di akhir hubungan mereka."Kenapa?" Deo hanya mampu menatap nanar seseorang yang ada didepannya. Beberapa detik yang lalu masih berstatus kekasihnya, tapi detik ini hubunganya akan berakhir."Deo maaf, tapi kamu pantes dapet yang lebih baik dari pada aku." Alasan klise. Jadi maksudnya seseorang yang baik tidak boleh dicintai denga
Konon katanya cinta adalah bahagia melihat yang dicintainya bahagia, tanpa syarat harus dengan siapa. Ingin sekali mengucapkan kata itu, tapi entah kenapa lidahku mendadak keluAqila tergesa gesa masuk kedalam rumah tanpa mempedulikan keadaan sekitar. Yang ia tau, ia harus segera masuk kamar sebelum bundanya melihat dia sedang menangis."Qila?" Sang ibu menegur anak gadisnya yang masuk kedalam rumah tanpa salam apalagi permisi."Qila capek bun, mau istirahat." Qila terus menaiki tangga tanpa menoleh ke Bundanya."Haduh maaf ya mba Rani, Qila jadi ngak sopan padahal biasanya ngak begitu lho." Ibunda Aqila berusaha menjelaskan pada temannya."Ngapapa mba Aisya, biasa namanya juga anak muda. Suka badmood." kedua teman lama itu tertawa bersama"Iya apalagi Aqila kan sedang masa puber. huh sering dibuat jengkel saya mba." Aisya, Ibunda Aqila membuka sesi curhat siang hari ini."Nah sama ini, anak saya juga sering banget buat jengkel saya, t