-Mau sampai kapan kamu sadar? ada seseorang yang bahkan rela menjaga kamu dengan sepenuh hatinya?.
Kenapa kamu justru terus memilih untuk terluka? apa tersakiti itu begitu menyenangkan?.Coba lah lihat kebelakang sebentar, aku ada tepat disitu- Aqila-Gadis bernama Aqila lebih memilih terus menyemprot setangkai mawarnya dengan air dari pada menganti bajunya.
"Ckk.. kenapa layu?" Mungkin jika ada orang yang melihat dia berbicara dengan setangkai mawar akan menganggapnya gila. Lagi pula bagaimana tidak layu? itu hanya setangkai mawar tanpa akar. Harusnya dia menanam saja bila ingin bunganya terus mekar.
"Tidak mungkin dibuang. Ini dari Deo" Kini malah dia memeluk vas bunga nya.
"Aku ada ide." Entah apa yang akan dilakukan. Ia justru mencabut bunga mawar dan bergegas pergi.
Susah memang membaca fikiran orang yang tengah BUCIN.
*****
Sejak kejadian tempo hari Deo dan Sthephani memang semakin dekat. Sthephani yang agak sedikit agresif agaknya sangat mudah meluluhkan Deo. Bahkan kini kabar yang beredar mengatakan mereka berdua tengah menjalin hubungan."Kamu macarin Deo?" Wilda langsung menghujani Sthephani dengan kata yang tajam.
"Udah satu bulan?" Sambil membubuhkan lipstik warna merah maroon, Sthephani tak menjawab iya atau tidak.
"Sthep." Wilda memekik semakin tajam.
"Kenapa? toh kamu sudah putus. Deo bebas buat aku kan?" Dengan jengah Sthep menjawab sahabatnya. Atau mungkin kini sudah menjadi mantan sahabat nya?.
"Bukan gini Sthep caranya, aku tau kamu ya! aku tau niat kamu deketin Deo karna.. "
"Stop, jangan pernah komentar tentang hidup gue. Gue ngak mau ngomong lagi sama lu! lagian kita udah bukan sahabat lagi." Keduanya terlibat tatapan tajam saling membunuh.
"Oke fine!" Wilda memilih pergi meninggalkan mantan sahabatnya, sudah kehabisan kata kata menghadapi Sthep.
"Ada apa ini?" Deo sudah berdiri di ambang pintu.
"Hati hati aja sama pacar baru kamu." Wilda berkata sinis dan keluar dari kelas.
Ada apa dengan Wilda? apa dia sedang cemburu?.
*****
Hari ini sudah satu tahun sejak Deo dan Sthepani menjalani hari sebagai kekasih. Banyak hal yang telah Deo lewati bersama Sthep. Bagi Deo Sthep adalah sosok perempuan yang sempurna. Cantik menyenangkan dan setia.Rasanya ia harus sangat bersyukur, kalau saat itu Wilda tak memutuskan dirinya tak mungkin dia bisa bertemu Sthep.
Untuk itu hari ini dia ingin membuat kejutan untuk kekasihnya. Tapi tak akan melibatkan para sahabatnya lagi, ia tak mau kejadian Wilda terulang. Dimana Wilda ternyata lebih tertarik dengan sahabatnya. Bahkan sampai kini siapa yang disukai Wilda. Dan memang tak ingin mencari tau, tak mau sakit lebih parah. Lagi pula untuk apa? dia sudah punya Sthep.
"Wilda bilang kamu selingkuh?" Seorang lelaki yang tingginya hampir sama dengan Deo terlihat menahan emosinya.
"Ngak mungkin lah beib." Apa tadi katanya? Beib? bukankah itu panggilan sayang?.
"Karna kita LDR bukan berarti kamu bebas selingkuh ya Sthep." Lelaki tersebut menunjuk Sthep tepat di mukanya. Membuat Sthep pucat pasi.
"Kamu lebih percaya Wilda dari pada aku? pacar kamu sendiri?" Kali ini Sthep ikut terpancing emosi dengan menunjuk balik seseorang yang juga kekasihnya?
"Foto ini udah cukup jelas. Masih bisa ngelak kamu?" Meski tak cukup melihat siapa yang dimaksud di dalam foto tersebut Deo masih tetap berdiri diluar pagar rumah Sthep. Menunggu maksud dari semua kejadian ini.
"Dia cuman temen. CU-MA TE-MEN . Ngak lebih." Sthep menekankan setiap kata yang diucapkan.
"Siapa yang cuman temen sayang?" Deo tiba tiba muncul diantara perkelahian dua pasang kekasih itu dengan wajah datarnya.
"De Deo." Sthep semakin pucat layaknya mayat setelah tau Deo berdiri dihadapanya.
Mau bagaimana kalau sudah begini? Punya dua pacar tidak selalu mengenakkan ternyata.
"Ooh jadi ini selingkuhan elu? dasar murahan!" Lelaki itu mulai mengumpat.
"Aku atau dia Sthep yang selingkuhan?" Biar bagaimanapun harus diperjelas. Siapa disini yang jadi selingkuhan. Deo atau Lelaki itu.
"Deo Deo, kamu denger penjelasan aku dulu ya. Ini ngak kaya yang kamu fikirkan." Sthephani mendekati Deo yang berdiri di halaman rumahnya.
"Ooo jadi lu lebih milih ama si Bajingan ini? emang bener bener pelacur!" Berbagai umpatan keluar dari mulut seseorang yang mengaku pacar Sthep itu.
"Stop Rio! aku udah ngak kuat ya ngadepin kamu. Dua tahun hubungan ini kamu selalu perlakuin aku dengan kasar. Kamu sering mukul,ngumpat, dan perlakuin aku sesuka kamu. Jadi wajar kalo aku lebih nyaman sama Deo." Sthep ter engah engah dengan nafas nya.
"Mulai sekarang kita putus Rio." Sthep mengakhiri kalimatnya.
"Oke. buat apa juga mertahanin cewek matre trus tukang selingkuh kaya elu." Rio pergi meninggalkan rumah Sthep menaiki mobil warna hitam dengan lambang bintang segitiga lingkaran didepan ya.
"Jadi aku selingkuhan kamu Sthep?" Deo masih bertanya dengan wajah yang datar. Jangan kan memanggil sayang, Memanggil namanya saja sudah malas.
"Aku bisa jelasin Deo." Air mata Sthep tak berhenti mengalir.
"Apa?" Suara berat Deo terdengar, entah menahan tangis atau amarah. Atau mungkin ke duanya?.
Sthep lekas memegang ke dua tangan Deo, masih dengan air matanya dia mentap Deo yang bahkan tak mau melihatnya. "Aku sama Rio pacaran udah 2tahun." Sthep menjeda kalimatnya, sementara Deo tertawa sinis.
"Aku sama Rio LDR, dia kuliah dibandung sementara aku disini. Awal awal nya hubungan aku sama Rio masih baik baik aja.. "
"Oh trus jadi berantakan karna aku?" Dengan kilatan amarah dimatanya Deo memotong pembicaraan Sthep."Bukan gitu Deo, dengerin dulu." Nyaris seperti anak kecil yang memohon, Sthep merengek agar Deo mau mendengarnya.
"Sampai akhirnya aku tau Rio selingkuh. Aku sakit Deo!" Terdengar suara keputus asaan dari kalimat Sthep.
"Trus kamu jadiin aku pelampiasan?" Kini Deo benar benar marah.
Sthep menggeleng kuat kuat. "Awalnya aku berfikir begitu. Kita sama sama baru aja terluka. Jadi apa salahnya kita mencoba bersama? Tapi lama lama aku beneran suka sama kamu Deo. Aku nyaman sama kamu. Bahkan aku lebih cinta kamu dari pada Rio."
"Bullshit." Tampak sekali kekecewaan di raut wajah Deo. Dia sudah tak percaya lagi apapun yang dikatakan wanita yang saat ini bersamanya .
"Aku serius Deo, aku bahkan udah berniat mutusin dia buat kamu." Lirih Sthep mengatakan itu.
"Trus tadi kamu bilang aku cuman temen apa? munafik kamu Sthep." Deo tetap kukuh pada penpendirianya.
"Deo kamu ngak tau gimana Rio. aku emang mau putus sama dia. Tapi kalau dia tau aku mutusin dia karna cowok lain, dia pasti celakain kamu. Aku ngak mau itu terjadi sama kamu. Please percaya sama aku."
"Kita selese sampai disini Sthep." Deo bergegas meninggalkan Sthep yang masih menahannya. Mau bagaimanapun ceritanya. Tetap saja Sthep berselingkuh. Dan sialnya. dirinya lah selingkuhan itu.
Deo memacu motornya dengan sangat kencang. Tak menghiraukan Apapun yang dilewatinya, Hingga di pertigaan jalan ada motor datang dengan tiba tiba. Untung dia bisa menghindari motor tersebut.
Terdengar suara benturan aspal dan motor diikuti teriakan seorang perempuan.
"Aduh gimana si mas, hati hati dung"
Deo lekas men standar motornya dan menolong seseorang yang terjatuh akibat ulahnya. "Maaf mbak maaf, ngak ada yang luka kan?".
" Emm iya iya , ngak papa." Berbeda dengan tadi yang terlihat sangat kesal, kini seseorang yang ditabrak Deo berubah jadi lembut.
"Beneran ngak papa ? apa perlu ke rumah sakit?" Tawar Deo.
"Nggak usah nggak usah, nggak papa kok."
"Yaudah kalo ngak kenapa kenapa saya permisi dulu. Buru buru."
Deo kini benar benar pergi.
"Harusnya tadi aku bilang Aku kenapa kenapa" Sesalnya saat motor Deo sudah melaju jauh, tak terlihat.
Kamu harus cepat datang sebelum aku lelah menunggu.Kamu harus sampai sekarang sembelum aku membeku.Atau setidaknya kamu bahkan harus tau aku ada.Bagaimana mungkin bisa kamu tak tau? padahal kau yang membuat pelangi dihatiku.Seorang siswa sekolah menengah atas terlihat buru buru mendatangi sekolah. Hari ini ada ulangan dan dia sudah telat lima menit. Waktu sudah menunjukkan pukul 07.05 WIB."Kiri Pak!" Gadis bernama Aqila itu berteriak pada kondektur bus, yang sebenarnya tak jauh dari tempatnya berdiri."Kiri pir supir." Kondektur memberi kode dengan mengetuk bagian atap bus."Hati hati neng." Kondektur memperingatkan Aqila yang terlihat berlari sejak turun dari bus.Hari ini ayahnya tak bisa mengantar kesekolah jadi ia harus naik bus, untuk pertama kalinya. Karna
Entah sihir jenis apa yang sedang kau gunakan.Di mataku, apapun yang kau lakukan harus ku maklum kan.Apapun yang kau buat adalah suatu kebenaranAku suka apapun yang kau katakan.Meski aku tau, itu hanyalah sebuah kebohongan.Aqila menatap seorang yang dulunya difikir nya baik, tapi sekarang telah berubah menjadi menyeramkan. Entah sudah berapa banyak gadis yang gonta ganti digandeng nya. tadi pagi jalan dengan Devi nanti siangnya bisa jadi jalan dengan sherly.Dalam jangka tiga bulan saja sudah hampir semua anak kelas 1 habis dipacarinya. Apa dengan begitu dia berfikir dia hebat?. Bukankah itu hanya sebuah tindakan gila!."Sudah banyak gadis didatangi nya, tapi dia bahkan tetap tak sekalipun menatap kearahku." Ini lebih gila dari tindakan Deo si playboy newbie itu. Bagaimana bisa ada seorang gadis yang
Aku sedang memantrai diriku sendiri.Memaksa kamu melihatku bukanlah solusi.Aku terus memantrai diriku sendiri.Bahwa biar saja anganku tentangmu hanya akan ada dalam fikir ini.Aku terus memantrai diri sendiriBiar saja bila nanti kau melihatku, pun itu karna memang kau ingini.Aqila merenungi kembali niat hatinya untuk ingin bersama Deo, setelah melihat apa yang dilakukan Deo pada Siska, nyali Aqila tiba tiba saja menciut. Ia tak siap patah hati, apalagi dipatahkan sehina itu.Wilda terus menyenggol bahu Aqila, seperti ada sebuah kode yang ingin disampaikan. "Apa?" Aqila masih tak mengerti apa yang diinginkan sahabatnya itu.Mata Wilda memberi isyarat agar Aqila menoleh kesamping kirinya. "Oh Elang." Kini Aqila tau apa yang dimaksud sahabatnya itu."Elang." Gadis cantik bertubuh mungil itu melambaikan tangan ke Elang, memberi tanda agar Elang mendekat.Dengan senyum sumpringah Elang mendatangi Aqila yang tengah bersama Wilda, dibelakan
Seperti kataku dulu, aku berdiri tepat dibelakangmu.Tak akan jauh dari jangkauan matamu.Kamu tak akan perlu susah payah untuk berlari.Aku bahkan sudah lama menunggu, sembari mengumpulkan titik menjadi satu kalimat cinta untukmu."Yang mana rumah kamu Wil?" Sejak tadi Elang hanya akan bicara bila menanyakan arah. Selain itu tak pernah ada pembicaraan lain, berulang kali Wilda mencoba membuat nya berbincang, sayang, selain hanya iya dan tidak, keheningan lah yang akan menjawab setiap pertanyaan Wilda."Depan lagi, yang cat warna kuning." Wilda menunjukkan arah rumahnya."Yang ini?" Elang memperlambat laju motornya, kali kali saja perkiraanya benar, rumah yang dia maksud benar rumah Wilda, jadi dia tak perlu berhenti mendadak."Iya bener, nggak mampir dulu Lang?" Wilda mencoba menawarkan Elang untuk mas
Deo sampai Didepan rumah Aqila ketika hujan juga reda, karna tak membawa jas hujan, keduanya terpaksa membiarkan tubuh basah kuyup."Sampai." Deo menghentikan motornya, menunggu Aqila turun dari jok belakangnya."Makasi ya, ohh ya tunggu sebentar biar aku ambilin jaketnya." Aqila berniat mengambil jaket yang sedari tadi menjadi sumber pembicaraan."Nggak usah, lain kali aja." Deo menahan tangan kanan Aqila. Padahal sedari tadi dirinya sendiri yang mengingatkan tentang jaket."Lain kali?" Aqila mencoba mencerna maksud perkataan Deo. Lain kali? itu artinya Deo ingin menemui Aqila lagi? .Kembali, tak ada jawaban pasti yang diucapkan Deo, "Masuk gih, nanti kamu sakit lagi." Suatu kalimat yang malah terkesan mengalihkan pembicaraan."Oh.. emm." Dengan bibir yang bergetar karna kedinginan Aqila ingin menyampaikan sesuatu pada Deo, tapi rasanya terlalu malu."Nggak usah lain kali aja." Seperti bisa membaca jalan fikiran Aqila , Deo menolak tawaran
Pepatah mengatakan tetaplah berbuat baik maka kamu akan bertemu orang baik jika tidak. Maka kamu akan ditemukan orang baik. Jika tetap tidak. Kamu lah orang baik itu.Sepertinya itu kata kata terbulsyit yang pernah ku dengar. Menjadi orang baik hanya akan membuatmu di anggap lemah. Sepertinya aku lebih menyukai kata pepatah yang lain "Dunia adalah tempat yang kejam. Hanya ada dua pilihan. Disakiti atau menyakiti!" _Ardeo_*****Aqila PovSeorang remaja lelaki terlihat membelah jalanan yang sedang terguyur hujan. Tak menghiraukan dirinya yang sedang basah kuyup. Dia lebih asyik menyembunyikan buku di dalam jaketnya."Nadine maaf ya telat diluar hujan. Jadi agak macet." Dia terlihat menyerahkan sebuah buku catatan kepada gadis didepanya.Manis sekali. Merelakan diri basah untuk sekedar mengantar buku catatan kekasihnya. Iya kekasihnya. Itu yang ku dengar dari teman teman bimbel.Namanya Ardeo kelas sebelas IPA1. Kudengar dari orang
Sebenarnya dalam suatu hubungan bukan masalah siapa yang benar siapa yang salah. Hanya saja terkadang sesuatu memang tak cocok mau sekeras apapun kita memaksa. Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri.Ini bukan kali pertama aku memperhatikanya. Aku sering melihatnya diam diam. Entahlah sejak pertama melihat dia aku rasa aku menyukainya. Apakah cinta pandangan pertama itu nyata adanya?"Rasanya sangat sakit melihat dia memilih yang lain. Tapi aku bisa apa? bahkan mungkin dia tak menyadari keberadaanku. Menyedihkan."*****Deo PovKelas Sudah ku isi penuh dengan bunga kertas yang kubuat berhari hari. Aku menyulap kelas menjadi meriah dengan bantuan teman temanku. Hari ini akan sangat bersejarah. Aku akan menyatakan perasaanku pada Wilda."Will you marry me?" Ucapku mempraktekkan kata kata yang akan ku ucapkan pada Wilda.Yang sukses dihadiahi jitakan oleh Reno. Temanku yang super nyinyir itu."Lu kata kita mau lamaran? ""Grogi g
Bukankah ini akan sangat menyakitkan? melihat dia yang kau cinta akan menyatakan perasaan pada yang lain? berita buruknya kamu yang harus mengabadikanya."aku bahkan harus tetap tersenyum." Seorang gadis berponi throung bang dengan rambut lurus nya itu berbicara didalam hati . Dengan terus mengabadikan moment yang ada didepanya.*****Elang memasuki kelas yang pintunya masih ditutup. X IPA 1 tertulis dibagian atas pintu."Sorry telat." Elang melakukan highfive dengan ketiga sahabatnya, lalu menyerahkan lima tangkai mawar yang baru saja dicuri olehnya."Kok yang satu beda lang? " Deo menanyakan kenapa ada satu bunga mawar putih diantara 4 mawar merah."Buru buru tadi jadi sedapetnya." Elang menjawab asal."Yaudah buat elu aja ni yang putih. BTW thank you Lang." Deo cengengesan mengucapkanya."Jadi anak durhaka gue Dey, gara gara elu!" Elang duduk di kursi samping Deo."Rekor ni lu mau bikin dosa lang. Hahaha." seperti
Deo sampai Didepan rumah Aqila ketika hujan juga reda, karna tak membawa jas hujan, keduanya terpaksa membiarkan tubuh basah kuyup."Sampai." Deo menghentikan motornya, menunggu Aqila turun dari jok belakangnya."Makasi ya, ohh ya tunggu sebentar biar aku ambilin jaketnya." Aqila berniat mengambil jaket yang sedari tadi menjadi sumber pembicaraan."Nggak usah, lain kali aja." Deo menahan tangan kanan Aqila. Padahal sedari tadi dirinya sendiri yang mengingatkan tentang jaket."Lain kali?" Aqila mencoba mencerna maksud perkataan Deo. Lain kali? itu artinya Deo ingin menemui Aqila lagi? .Kembali, tak ada jawaban pasti yang diucapkan Deo, "Masuk gih, nanti kamu sakit lagi." Suatu kalimat yang malah terkesan mengalihkan pembicaraan."Oh.. emm." Dengan bibir yang bergetar karna kedinginan Aqila ingin menyampaikan sesuatu pada Deo, tapi rasanya terlalu malu."Nggak usah lain kali aja." Seperti bisa membaca jalan fikiran Aqila , Deo menolak tawaran
Seperti kataku dulu, aku berdiri tepat dibelakangmu.Tak akan jauh dari jangkauan matamu.Kamu tak akan perlu susah payah untuk berlari.Aku bahkan sudah lama menunggu, sembari mengumpulkan titik menjadi satu kalimat cinta untukmu."Yang mana rumah kamu Wil?" Sejak tadi Elang hanya akan bicara bila menanyakan arah. Selain itu tak pernah ada pembicaraan lain, berulang kali Wilda mencoba membuat nya berbincang, sayang, selain hanya iya dan tidak, keheningan lah yang akan menjawab setiap pertanyaan Wilda."Depan lagi, yang cat warna kuning." Wilda menunjukkan arah rumahnya."Yang ini?" Elang memperlambat laju motornya, kali kali saja perkiraanya benar, rumah yang dia maksud benar rumah Wilda, jadi dia tak perlu berhenti mendadak."Iya bener, nggak mampir dulu Lang?" Wilda mencoba menawarkan Elang untuk mas
Aku sedang memantrai diriku sendiri.Memaksa kamu melihatku bukanlah solusi.Aku terus memantrai diriku sendiri.Bahwa biar saja anganku tentangmu hanya akan ada dalam fikir ini.Aku terus memantrai diri sendiriBiar saja bila nanti kau melihatku, pun itu karna memang kau ingini.Aqila merenungi kembali niat hatinya untuk ingin bersama Deo, setelah melihat apa yang dilakukan Deo pada Siska, nyali Aqila tiba tiba saja menciut. Ia tak siap patah hati, apalagi dipatahkan sehina itu.Wilda terus menyenggol bahu Aqila, seperti ada sebuah kode yang ingin disampaikan. "Apa?" Aqila masih tak mengerti apa yang diinginkan sahabatnya itu.Mata Wilda memberi isyarat agar Aqila menoleh kesamping kirinya. "Oh Elang." Kini Aqila tau apa yang dimaksud sahabatnya itu."Elang." Gadis cantik bertubuh mungil itu melambaikan tangan ke Elang, memberi tanda agar Elang mendekat.Dengan senyum sumpringah Elang mendatangi Aqila yang tengah bersama Wilda, dibelakan
Entah sihir jenis apa yang sedang kau gunakan.Di mataku, apapun yang kau lakukan harus ku maklum kan.Apapun yang kau buat adalah suatu kebenaranAku suka apapun yang kau katakan.Meski aku tau, itu hanyalah sebuah kebohongan.Aqila menatap seorang yang dulunya difikir nya baik, tapi sekarang telah berubah menjadi menyeramkan. Entah sudah berapa banyak gadis yang gonta ganti digandeng nya. tadi pagi jalan dengan Devi nanti siangnya bisa jadi jalan dengan sherly.Dalam jangka tiga bulan saja sudah hampir semua anak kelas 1 habis dipacarinya. Apa dengan begitu dia berfikir dia hebat?. Bukankah itu hanya sebuah tindakan gila!."Sudah banyak gadis didatangi nya, tapi dia bahkan tetap tak sekalipun menatap kearahku." Ini lebih gila dari tindakan Deo si playboy newbie itu. Bagaimana bisa ada seorang gadis yang
Kamu harus cepat datang sebelum aku lelah menunggu.Kamu harus sampai sekarang sembelum aku membeku.Atau setidaknya kamu bahkan harus tau aku ada.Bagaimana mungkin bisa kamu tak tau? padahal kau yang membuat pelangi dihatiku.Seorang siswa sekolah menengah atas terlihat buru buru mendatangi sekolah. Hari ini ada ulangan dan dia sudah telat lima menit. Waktu sudah menunjukkan pukul 07.05 WIB."Kiri Pak!" Gadis bernama Aqila itu berteriak pada kondektur bus, yang sebenarnya tak jauh dari tempatnya berdiri."Kiri pir supir." Kondektur memberi kode dengan mengetuk bagian atap bus."Hati hati neng." Kondektur memperingatkan Aqila yang terlihat berlari sejak turun dari bus.Hari ini ayahnya tak bisa mengantar kesekolah jadi ia harus naik bus, untuk pertama kalinya. Karna
-Mau sampai kapan kamu sadar? ada seseorang yang bahkan rela menjaga kamu dengan sepenuh hatinya?.Kenapa kamu justru terus memilih untuk terluka? apa tersakiti itu begitu menyenangkan?.Coba lah lihat kebelakang sebentar, aku ada tepat disitu- Aqila-Gadis bernama Aqila lebih memilih terus menyemprot setangkai mawarnya dengan air dari pada menganti bajunya."Ckk.. kenapa layu?" Mungkin jika ada orang yang melihat dia berbicara dengan setangkai mawar akan menganggapnya gila. Lagi pula bagaimana tidak layu? itu hanya setangkai mawar tanpa akar. Harusnya dia menanam saja bila ingin bunganya terus mekar."Tidak mungkin dibuang. Ini dari Deo" Kini malah dia memeluk vas bunga nya."Aku ada ide." Entah apa yang akan dilakukan. Ia justru mencabut bunga mawar dan bergegas pergi.Susah memang membaca fikiran orang yang tengah BUCIN.*****Sejak kejadian tempo hari Deo dan Sthephani memang semakin dekat. Sthephani yang agak sedikit agresif ag
-Aku baru saja akan mendekat, tapi entah kenapa antara kau dan aku seperti ada sekat.Sejak kau memilih dia, aku lebih memilih membunuh perasaanku. Membiarkanya menguap dan perlahan menghilang-Aqila lebih memilih menjauh dari dua orang didepanya yang sedang terlibat obrolan. Lagi pula untuk apa juga disana? tidak akan dianggap juga."Lukanya tak parah kan?" Sthep memegang lutut Deo yang masih terbungkus perbank."Aaa ya jangan di pegang juga!" Deo meneriaki wanita didepanya. Bagaimanapun lututnya sedang terluka, kenapa dia main pegang pegang. Lutut dan hatinya kini sama sama sakit."Kamu udah putus kan sama Wilda?" Tanpa basa basi Sthep menanyakan hal se sensitif itu pada orang yang baru saja patah hati. Meski blak blakan adalah karakternya, apa tidak ada cara lain untuk bertanya?."Bagus lah. Dia memang tak pantas buat kamu." Bahkan belum sempat Deo menjawab tapi Sthep kembali menyambung percakapan."Kenapa bicara begitu? buk
Sama seperti mawar putih ini, dimatamu aku tak pernah menarik.Sama seperti mawar putih ini, lebih dipilih kau singkirkan.kabar buruknya, kau tetap penghuni tetap hati ini.Gadis bermata sipit itu menuang air kedalam vas berisi setangkai mawar putih."Jangan layu." Ucapnya berbisik pada bunga kesayangannya.*****Deo masih termenung mendengar penuturan dari Wilda, kenapa kekasihnya, ahh mungkin sebentar lagi jadi mantannya, jadi bersikap begini? seingatnya dia tak melakukan kesalahan apapun."Maaf, tapi aku tak mau semakin nyakitin kamu." Wilda kembali menangis. Kenapa dia selalu menangis? baik diawal hubungan atau di akhir hubungan mereka."Kenapa?" Deo hanya mampu menatap nanar seseorang yang ada didepannya. Beberapa detik yang lalu masih berstatus kekasihnya, tapi detik ini hubunganya akan berakhir."Deo maaf, tapi kamu pantes dapet yang lebih baik dari pada aku." Alasan klise. Jadi maksudnya seseorang yang baik tidak boleh dicintai denga
Konon katanya cinta adalah bahagia melihat yang dicintainya bahagia, tanpa syarat harus dengan siapa. Ingin sekali mengucapkan kata itu, tapi entah kenapa lidahku mendadak keluAqila tergesa gesa masuk kedalam rumah tanpa mempedulikan keadaan sekitar. Yang ia tau, ia harus segera masuk kamar sebelum bundanya melihat dia sedang menangis."Qila?" Sang ibu menegur anak gadisnya yang masuk kedalam rumah tanpa salam apalagi permisi."Qila capek bun, mau istirahat." Qila terus menaiki tangga tanpa menoleh ke Bundanya."Haduh maaf ya mba Rani, Qila jadi ngak sopan padahal biasanya ngak begitu lho." Ibunda Aqila berusaha menjelaskan pada temannya."Ngapapa mba Aisya, biasa namanya juga anak muda. Suka badmood." kedua teman lama itu tertawa bersama"Iya apalagi Aqila kan sedang masa puber. huh sering dibuat jengkel saya mba." Aisya, Ibunda Aqila membuka sesi curhat siang hari ini."Nah sama ini, anak saya juga sering banget buat jengkel saya, t