New York, Empat tahun kemudian...
Matahari bersinar indah dan mulai terik di luar rumah. Suasana di dalam rumah sangat tenang dan adem. Tentu saja tenang, karena hari masih menunjukkan pukul enam tiga puluh pagi.
Dan hari ini tanggal merah artinya Killian libur kerja dan Kieran yang sudah berusia tiga setengah tahun juga sedang libur sekolah. Kedua pria tersayang Marcia sedang tertidur lelap di tempat tidur mereka masing-masing.
Sejak dini Marcia dan Killian sudah melatih Kieran untuk tidur di kamar sendiri. Tentu saja yang paling senang adalah Killian. Dengan begitu dia bisa memiliki istrinya di malam hari untuk dirinya sendiri.
Awalnya memang sulit dan penuh dengan drama, terutama drama antara ayah dengan anak laki-lakinya.
Kieran selalu menangis meraung-raung dan memaksa agar mamanya tidur sambil memeluknya. Tapi setelah dua minggu di biasakan dan di beri pengertian akhirnya Kieran kecil mulai terbiasa dan beradaptasi.
Tapi tidak dengan s
Killian mendekatkan tubuh mereka dan mencium bibir merah Marcia yang merekah menyambutnya. Tangan Marcia memeluk suaminya. Membalas kecupan sang suami.Ciuman mereka yang lembut dan dalam penuh dengan cinta itu perlahan membuat Killian mulai panas dan merasakan bagian tubuhnya yang paling sensitif mulai memberontak ingin meminta lebih.Ciuman itu mulai berubah menjadi lebih menuntut dan lebih cepat, tangan Killian mulai naik dari pinggang sang istri menuju perut rata nan kencang tersebut dan mulai naik lagi ke salah satu aset sensitif sang istri di atas.Tangan itu mulai membelai dan meremas dengan gesit mulai masuk ke dalam piyama Marcia. Membuat istrinya terkesiap dan melepaskan ciuman mereka yang mulai panas dan intens.Napas keduanya tersengal, mata keduanya saling menatap dalam kabut gairah yang sudah mulai naik. Tanpa menunggu lebih lama lagi, Killian langsung membuka piyamanya dan membuangnya sembarangan lalu mulai menerjang Marcia.Cumbuan di leher Marcia perlahan mulai turun k
Tahun 2006Jakarta, Kediaman Tjahyadinata pukul 1:00AMBagaimana bisa?! Ini tidak mungkin!Seorang pria tercengang menatap layar laptopnya yang menampilkan grafik-grafik dan angka-angka rumit. Selama apapun dia menatap angka-angka dan grafik itu tetap saja tidak akan mengubah keadaan.Bulan sudah terbit tinggi, sudah menjelang tengah malam dan pria itu masih berusaha memahami nilai saham perusahaannya yang terjun bebas sejak menjelang penutupan Bursa Efek Jakarta sejak sore tadi.Masih berkutat dengan kenyataan yang harus diterimanya, jika perusahaannya yang sudah dirintis dengan susah payah dengan mempertaruhkan segalanya harus runtuh dalam semalam. Bahkan karena sebab yang masih belum diketahui.Sejak nilai saham perusahaannya semakin jatuh, pria itu langsung mengadakan rapat darurat dengan Dewan Direksi dan memerintahkan orang kepercayaannya untuk melakukan investigasi
Jakarta, 15 Tahun kemudianSeorang gadis cantik berambut hitam panjang berjalan dengan ceria ke arah sebuah mobil sedan hitam yang sedang menunggunya. Sambil memasukkan tasnya dan buku-buku di pelukannya, kaki kanannya yang putih dan jenjang melangkah masuk menaiki mobil saat seorang pelayan keluar dari arah rumah dan berlari tergesa-gesa mengejarnya"Non Ciaaa...bekal nya ketinggalan Non"Si gadis menengok ke arah pelayan itu dan kembali mengecek tasnya di dalam mobil, begitu tersadar bekalnya ketinggalan, gadis itu menepuk dahinya sambil bergumam pelan"oh iya...duh lupa"Melangkah keluar dari mobil, gadis itu mengambil bekal yang di sodorkan si pelayan sambil mengucapkan "Terima kasih Bibi Ida...aku lupa hehehe" cengirnya."Iya Non, tidak apa-apa, untung masih terkejar saya" Bi Ida sambil tersenyum maklum karena sudah terbiasa dengan kecerobohan majikan kecilnya ini.“Iy
Suara tangisan menggema diseluruh ruangan di ruang keluarga. Seorang gadis kecil sedang menangis meraung-raung mencari ibunya."Hiks hiks...huaaaaa..mama...mama..""Cia sayang, jangan menangis nak cup cup...sudah ya, mama sebentar lagi pulang. Cia jangan sedih lagi ya anak manis" rayu Bi Ida yang siang itu di tugaskan menjaga Marcia.Seorang pemuda berjalan masuk sambil bersiul dan memutar kunci mobil dengan jarinya seketika langsung berhenti di ruang tengah dan menatap gadis kecil yang sedang menangis itu."Cia kenapa Bi Ida ?""Oh, Tuan Lian sudah pulang. Ini Non Cia mencari mamanya. Tadi siang Nyonya Ellena mendadak harus ke kantor saat Non Cia sedang tidur siang Tuan".Marcia yang sedang menangis sesengukan langsung berhenti menangis karena mendengar suara kakak favoritnya."Kak Lian.." panggil Marcia dengan lucu sambil menatap Killian dengan mata bulatnya yang bening dan sebiru lautan."Hallo Cia
Killian melajukan kendaraannya dengan mulus sambil bersenandung mengikuti lagu yang sedang diputar di radio. Dia tersenyum senang karena akan bertemu Marcia lagi. Gadis terkasihnya.Ya, Killian akhirnya menyadari kalau dia sudah jatuh cinta kepada Marcia, gadis kecil cantik bermata biru yang tinggal di rumah orang tuanya.Rasa berdebar, gugup dan salah tingkah yang kerap menderanya jika Marcia berada di dekatnya membuatnya menyadari perasaannya kepada Marcia.Dan mengetahui hal itu Killian ketakutan akan perasaannya kepada gadis itu. Takut karena perbedaan usia mereka terpaut 15 tahun perbedaan yang sangat jauh, takut jika kedua orang tuanya tidak merestui hubungan mereka, takut jika dia menyampaikan perasaannya kepada Marcia, hubungan mereka akan berubah dan berjarak, takut hanya karena perasaannya suasana damai dan harmonis di rumahnya akan rusak dan terutama takut jika Marcia menolaknya dan pergi dari rumah karena tidak memiliki perasaan yang sama kepad
Killian hanya menatap dingin tangan Keenan yang disodorkan padanya kemudian berbalik ke sampingnya dan mengusap rambut Marcia dengan sayang. "Darl apa benar bocah ini kekasihmu?" Bocah ? Batin Marcia sambil mengerutkan dahinya bingung. Kemudian sadar kalau yang dimaksud kakaknya adalah Keenan, Marcia langsung menjawab "Iya Kak. Keenan kekasih Cia. Kami udah empat bulan bersama" Marcia tersenyum sumringah sambil menatap Keenan yang juga tersenyum lembut padanya dan menggandeng tangan laki-laki itu. Killian yang mendengar pengakuan Marcia langsung merasakan ada yang nyeri dan berdarah di hatinya, bagai petir di siang bolong dia di kagetkan dengan pengakuan gadis tercintanya. Rasanya ada yang sedang mengiris-iris hatinya yang sudah hancur dan bernanah. Apalagi Killian menyaksikan adegan itu tepat di depan matanya. Tatapan lembut Marcia begitu penuh cinta kepada bocah ingusan ini membuat Killian cemburu
Seorang wanita berjalan tergesa-gesa menuju unit apartemennya. Bunyi sepasang sepatu hak tinggi memenuhi koridor apartemen mewah di lantai dua puluh itu. Koridor yang sepi membuat suasana semakin mencekam. Wanita itu membetulkan tas mahalnya yang tersampir di pundaknya yang terpampang mulus, dress mahalnya yang bermodel sabrina memang seksi dan mempertegas lekukan tubuhnya yang semampai dan berisi. Sampai di depan unit apartemen tujuannya, dengan percaya diri wanita itu memencet kode private dan mulai melangkah masuk ke unit apartemen tersebut dengan perlahan. Ruangan yang temaram menyambut penglihatan wanita itu. Melepas sepatu heelsnya, meletakkan tas mahalnya dan mulai menyalakan saklar lampu untuk menerangi ruangan tersebut, wanita itu mulai berjalan dengan santai menjelajahi ruangan-ruangan di apartemen tersebut, hingga saat di ruangan dapur tiba-tiba ada sepasang tangan kekar yang mendekap wanita itu dari belakang, memeluknya erat
‘Sial!’ Batin Angga. “Jawab Pa!” Teriak Putri sudah mulai murka. “Ma, Papa bisa jelaskan” Angga berusaha membujuk istrinya, Putri agar mendengarkannya. Perlahan di tuntunnya istrinya untuk duduk di sofa di kamar mereka, tetapi Putri menepis tangan Angga dengan kasar dan mulai berjalan sendiri kearah sofa dan duduk di sana dengan anggun. “Aku mendengarkan” Mulai Putri dengan dingin sambil menatap tajam Angga tanpa senyum sama sekali. Tangannya bersedekap di dada menunggu penjelasan atau entah kebohongan apalagi yang akan di katakan suaminya itu. Melihat gesture istrinya, Angga menelan saliva gugup kemudian berdeham tidak ingin terlihat salah tingkah dan berusaha tenang, lalu duduk di samping istrinya dan mulai menjelaskan. “Ma, itu…jadi ehem” Angga berdehem lagi karena merasa terintimidasi dengan tatapan tajam istrinya. Putri bergeming di tempat duduknya tidak mengindahkan kegelisahan Angga. “Ma, kemarin mama tau kan kalau perus
Killian mendekatkan tubuh mereka dan mencium bibir merah Marcia yang merekah menyambutnya. Tangan Marcia memeluk suaminya. Membalas kecupan sang suami.Ciuman mereka yang lembut dan dalam penuh dengan cinta itu perlahan membuat Killian mulai panas dan merasakan bagian tubuhnya yang paling sensitif mulai memberontak ingin meminta lebih.Ciuman itu mulai berubah menjadi lebih menuntut dan lebih cepat, tangan Killian mulai naik dari pinggang sang istri menuju perut rata nan kencang tersebut dan mulai naik lagi ke salah satu aset sensitif sang istri di atas.Tangan itu mulai membelai dan meremas dengan gesit mulai masuk ke dalam piyama Marcia. Membuat istrinya terkesiap dan melepaskan ciuman mereka yang mulai panas dan intens.Napas keduanya tersengal, mata keduanya saling menatap dalam kabut gairah yang sudah mulai naik. Tanpa menunggu lebih lama lagi, Killian langsung membuka piyamanya dan membuangnya sembarangan lalu mulai menerjang Marcia.Cumbuan di leher Marcia perlahan mulai turun k
New York, Empat tahun kemudian...Matahari bersinar indah dan mulai terik di luar rumah. Suasana di dalam rumah sangat tenang dan adem. Tentu saja tenang, karena hari masih menunjukkan pukul enam tiga puluh pagi.Dan hari ini tanggal merah artinya Killian libur kerja dan Kieran yang sudah berusia tiga setengah tahun juga sedang libur sekolah. Kedua pria tersayang Marcia sedang tertidur lelap di tempat tidur mereka masing-masing.Sejak dini Marcia dan Killian sudah melatih Kieran untuk tidur di kamar sendiri. Tentu saja yang paling senang adalah Killian. Dengan begitu dia bisa memiliki istrinya di malam hari untuk dirinya sendiri.Awalnya memang sulit dan penuh dengan drama, terutama drama antara ayah dengan anak laki-lakinya.Kieran selalu menangis meraung-raung dan memaksa agar mamanya tidur sambil memeluknya. Tapi setelah dua minggu di biasakan dan di beri pengertian akhirnya Kieran kecil mulai terbiasa dan beradaptasi.Tapi tidak dengan s
Soraya memacu mobilnya ugal-ugalan. ‘Sial!’ Batinnya kesal.Begitu sampai di rumah Angga, Soraya langsung keluar dari mobil dan berlari kecil ke satu tempat yang sudah lama menjadi incarannya. Bahkan mobilnya di biarkannya terparkir sembarangan.Ruang kerja!Iya ruang kerja Angga. Soraya pernah secara tidak sengaja melihat Angga menyimpan setumpuk uang dalam mata uang dollar di brankas rahasianya.Saat itu mereka sedang kelelahan setelah bercinta di sofa di ruang kerja Angga dan pria tua itu mengira kalau Soraya sedang tertidur karena kelelahan, padahal sebenarnya Soraya tidak tidur dan saat itulah Angga menerima uang dari asistennya sebanyak satu tas kecil yang semua isinya di pindahkan ke dalam brankas rahasianya.Dan tentu saja mata Soraya yang sangat jeli langsung bisa melihat nomor kombinasi digital yang di input oleh Angga karena Sofa tempat Soraya tiduri sangat dekat dengan brankas itu.
“Bagaimana keadaan ayah saya dokter”“Pak Angga mengalami koma” Keterangan dokter membuat Keenan bagai di hantam truk tronton.Dadanya berdebar nyeri mendengar ayahnya mengalami kecelakan dan koma seperti ini. Bagaimanapun buruknya sang ayah, Angga tetap seorang ayah yang penyayang untuk Keenan.Sejak kecil Angga berusaha membersamai tumbuh kembang Keenan kecil sampai masa dewasanya. Meskipun caranya terbilang ekstrim sampai menyakiti orang lain, Keenan tetap menyayangi ayahnya.Keenan sudah tidak bisa mendengarkan penjelasan dokter. Dia hanya bisa diam dan mengangguk kecil sebagai responnya untuk penjelasan dokter.Keenan menatap sang ayah yang sedang di tangani di ruang ICU. Sedikit mengusap sudut matanya dan berusaha tetap tenang.Tanpa di sadarinya ada Soraya yang tiba-tiba sudah berdiri di belakangnya dan mengusap pundaknya dari belakang “Bersabarl
Killian sampai rumah jam sepuluh malam. Rumah sudah sepi karena semua pelayan sudah masuk ke kamar masing-masing.Dengan perlahan Killian membuka pintu kamar dan mendapati Marcia yang tertidur sambil memeluk Kieran yang tidur di sampingnya.Kedua hartanya yang paling berharga. Killian sangat terharu melihat impiannya terwujud di depan matanya dan sedang terlelap dengan nyenyak saat ini.Berusaha tidak menimbulkan suara, Killian melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Dia harus mandi sampai bersih apalagi tadi darah si supir sempat muncrat ke bajunya.Selesai membersihkan diri, Killian berjalan ke walk in closetnya dan mengenakan piyamanya di sana kemudian berjalan ke tempat tidur dan mengecup pelan kening Marcia dan Kieran lalu merebahkan dirinya di samping sang istri.Killian lalu tidur dan melepas lelah sambil memeluk belahan jiwanya sampai pagi menyapa.&n
Supir itu terkesiap “Ja-jangan tolong!” Supir itu memohon dengan gemetar.Tapi Killian sudah kepalang murka. Dalam sekali tebas darah segar langsung mengucur di dada supir truck tersebut. Teriakan kesakitannya terdengar sangat menyakitkan memenuhi ruangan suram itu.“AAAAAKKKKKKHHH SAKITT!!!” Teriak supir itu.“Cih!” Kesal Killian membersihkan cipratan darah yang mengotori tangannya. Kemudian Killian tersenyum kejam menatap datar supir itu.Ketika tangannya akan menyayat tubuh di depannya lagi, supir tersebut langsung berteriak “Jangan saya mohon! Saya akan katakan semuanya tapi tolong ! Tolong” Teriak supir itu sambil menangis meratapi luka sayatan di dadanya yang cukup dalam itu.Mendengar perkataan supir itu Killian mendengus. Kemudian menghela napas dalam lalu menatap Agung di sampingnya.Agung yang mengerti kode dari Killian langsung menarik supir itu ag
Sejak mengetahui Marcia sedang kritis di rumah sakit dan mengetahui tentang kekejaman papanya, Keenan belum bertemu lagi dengan sang papa. Dia hanya kembali ke rumah sang mama dan di penghujung hari setelah pulang dari kantor, Keenan akan pulang ke apartemennya.Meskipun Amira selalu menelponnya yang tidak pernah di angkat oleh Keenan karena Keenan mengetahui Soraya, ibunya Amira juga ikut andil dalam mencelakai Marcia meskipun tidak secara langsung.Keenan sangat muak dengan ibu dan anak itu yang selalu membayangi hidupnya. Mereka berdua tidak ubahnya lintah yang terus menempel dan menghabiskan harta papanya.Tidak cukupkah mereka menghancurkan keluarganya, membuat papa dan mamamya bercerai dan membuatnya hidup tanpa kasih sayang yang utuh dari papanya. Meskipun Keenan tumbuh besar dalam pengasuhan kedua orangtuanya di tempat terpisah. Mengingat itu Keenan menjadi kesal.Alhasil yang Keenan lakukan
Pemandangan indah penuh bunga dan rumput musim semi menyapa Marcia yang tiba-tiba menginjakkan kakinya di padang indah itu.Sejauh mata memandang hanya ada hamparan rumput hijau dan bunga-bunga berbagai warna dengan aromanya yang harum. Marcia sangat menyukai bunga dan musim semi. Karena itulah dia sangat suka padang ini dalam sekali lihat.“Wah....Yuhuuuu...” Teriak Marcia dengan penuh semangat merentangkan kedua tangannya dan berlari berputar-putar menjelajahi padang bunga itu.“Cantik banget tempat ini”Kemudian Marcia menarik napas dalam sambil memejamkan mata dan menghembuskannya. Menikmati suasana sekitarnya yang sunyi dan udaranya yang segar dengan senyuman tidak henti menghiasi wajah cantiknya.“Aku ingin tunjukin tempat ini ke Kak Lian. Eh, tapi kok Kak Lian dari tadi ‘gak ada ya” Gumam Marcia baru sadar kalau sejak tadi dia sendirian.Kemudian Marci
Sepasang suami istri itu berlarian dengan panik di lorong rumah sakit. Keduanya mendapat kabar dari Agung kalau putra-putri mereka mendapat kecelakaan dan sekarang Marcia sedang di operasi untuk mengeluarkan bayinya.Thomas berjalan secepat mungkin ke arah ruang operasi dan menemukan Killian yang sedang tertunduk lesu.Kemeja dan celana panjangnya terdapat banyak noda darah.‘Apa Killian terluka?’ Batin Thomas cemas.“Lian!” Ellena sang ibu memanggil putranya dan segera memeluk sang putra saat di lihatnya putranya sedang tidak baik-baik saja.Killian langsung memeluk ibunya dan menangis tersedu di sana. Dia sudah tidak bisa menahan air matanya lagi. Segala resah, cemas, takut dan khawatir istri dan bayinya kenapa- kenapa campur aduk menjadi satu.Thomas yang melihat putranya sedang butuh dukungan langsung memeluk istri dan anaknya deng