Jakarta, 15 Tahun kemudian
Seorang gadis cantik berambut hitam panjang berjalan dengan ceria ke arah sebuah mobil sedan hitam yang sedang menunggunya. Sambil memasukkan tasnya dan buku-buku di pelukannya, kaki kanannya yang putih dan jenjang melangkah masuk menaiki mobil saat seorang pelayan keluar dari arah rumah dan berlari tergesa-gesa mengejarnya
"Non Ciaaa...bekal nya ketinggalan Non"
Si gadis menengok ke arah pelayan itu dan kembali mengecek tasnya di dalam mobil, begitu tersadar bekalnya ketinggalan, gadis itu menepuk dahinya sambil bergumam pelan
"oh iya...duh lupa"
Melangkah keluar dari mobil, gadis itu mengambil bekal yang di sodorkan si pelayan sambil mengucapkan "Terima kasih Bibi Ida...aku lupa hehehe" cengirnya.
"Iya Non, tidak apa-apa, untung masih terkejar saya" Bi Ida sambil tersenyum maklum karena sudah terbiasa dengan kecerobohan majikan kecilnya ini.
“Iya Bi. Aku berangkat dulu ya, hari ini ada tugas kelompok jadi aku akan pulang malam”.
“Baik Non, Bibi akan sampaikan juga ke bapak dan ibu supaya mereka ndak cemas”
“Makasih ya Bi, aku berangkat” pamit Marcia sambal melambaikan tangannya dengan ceria sambil berjalan ke mobil sedan hitam itu, masuk dan menutup pintunya.
‘***
Kelas bisnis siang itu berlangsung membosankan tetapi Marcia Kellgaren tetap mengikuti kuliahnya dengan antusias. Gadis itu sedang dipersiapkan oleh Thomas Tjahyadinata untuk meneruskan K Global Eterprise perusahaan peninggalan Andrew Kellgaren sahabatnya yang telah tiada 15 tahun yang lalu.
Saat itu, sejak mengetahui kondisi Andrew yang kritis dengan kemungkinan pulih begitu tipis, Thomas berinisiatif memborong saham K Global Enterprise yang sedang terjun bebas untuk menyelamatkan dan mengambil alih kepemimpinan di perusahaan tersebut.
Sejak saat itu, Marcia Kellgaren tinggal bersamanya dan istri serta putranya Killian.
Mereka begitu menyayangi Marcia kecil yang lucu dan meggemaskan, yang selalu ceria dan polos. Gadis itu belum mengerti bahwa dirinya sudah ditinggalkan ayahnya dan terpisah dengan ibunya. Gadis malang itu hanya tahu bahwa ayah dan ibunya sedang bekerja di tempat yang jauh. Dan nanti pasti akan pulang untuk menjemputnya.
***
Marcia bergegas membereskan buku-bukunya, menggendong tas ranselnya kemudian berjalan kearah pintu kelas sampai tiba-tiba seorang pemuda menghampirinya dan merangkul pundaknya. Marcia yang kaget refleks mengibaskan tangan pemuda itu dan sudah siap menyemburkan ketidaksukaannya atas tindakan kurang ajar pemuda itu sampai Marcia menyadari bahwa pemuda itu adalah Keenan Putra Widodo kekasihnya sejak Sekolah Menengah Atas.
Keenan adalah kakak kelasnya saat mereka masih Sekolah Menengah Atas. Pemuda itu adalah kapten tim basket di sekolahnya. Dengan kepribadiannya yang ramah membuat Keenan mudah bergaul dan mempunyai banyak teman. Dengan kepopuleran Marcia sebagai gadis most wanted di sekolah dan keramahan Keenan, mereka menjadi pasangan yang paling diidolakan seantero sekolah.
“ Ooh Kak Keenan, aku kira siapa orang kurang ajar yang merangkul aku seenaknya” sambil cemberut Marcia menatap kesal kearah Keenan.
Keenan hanya terkekeh kemudian mengacak rambut hitam Marcia sambil mengambil alih buku-buku tebal dalam gendongan kekasihnya.
“Sini kubantu bawakan buku-bukumu. Habis kelas ini ada kelas lagi? Mau makan siang dulu di kantin By?”
“Ke kantin dulu yuk. Aku lapar” cengir Marcia sambil merapikan rambutnya yang berantakan dan menyerahkan buku-bukunya kepada Keenan yang berjalan di sampingnya “ As you wish By, C’mon let’s eat. I’m hungry too” sambil berjalan menuruni tangga mereka berdua melangkah beriringan menuju kantin yang terdapat di Fakultas Bisnis. Langkah mereka yang beriringan mengundang pandangan banyak orang yang berpapasan dengan Keenan dan Marcia. Yang wanita cantik, putih, tinggi semampai bak model yang modis dan stylish dengan mata birunya yang membius setiap yang memandangnya. Yang Pria tampan, maskulin, tinggi dengan rambut hitam tebal bergelombang dan ramah. Siapapun yang memandang mereka berdua pasti akan langsung terpesona karena mereka pasangan yang serasi.
Sesampainya dikantin, kebetulan ada 2 tempat duduk kosong di pojok dekat dengan penjual bakso. Keenan dan Marcia duduk disana dan memesan 2 porsi bakso. Mereka masih berbincang seru sambil menunggu pesanan mereka datang,
“ Hari Sabtu ini kamu ada rencana By?” Tanya Keenan sambil meniup kuah baksonya yang masih mengepul.
“ Tidak ada Kak. Ada apa?”
“ Uuhh panas banget” keluh Marcia sambil meniup kuah di mangkoknya.
“ Aku mau ajak kamu nonton By. Udah lama kita gak kencan. Aku kangen kamu. Sejak kamu sibuk mempersiapkan ujian masuk di kampus ini sampai sekarang kita jarang bertemu”
Marcia yang mendengar itu jadi merasa tidak enak pada kekasihnya. Marcia juga merindukan kebersamaan mereka, tapi semenjak mempersiapkan diri untuk ujian masuk ke Universitas incarannya, mereka memang jarang bertemu dan hanya berhubungan melalui pesan singkat dari applikasi hijau dan saling telepon saja jika kangen.
“Iya Kak, aku juga kangen. Maaf ya aku sibuk belakangan ini”
“ Jadi, mau nonton dimana Kak? “ Marcia bertanya sambil meniup bihunnya yang masih panas.
“ Ke Mall X aja ya By. Disana dekat dengan rumah kamu. Aku gak mau kamu kecapekan kalo pergi ke mall yang agak jauh. Aku hanya ingin menghabiskan waktu bersamamu saja By” Senyum Keenan sambil menatap Marcia dengan tatapan dalam yang penuh cinta.
Marcia yang ditatap seperti itu jadi salah tingkah. Dengan wajah yang memerah malu, gadis itu tersedak kuah baksonya membuatnya terbatuk-batuk dan Keenan langsung dengan sigap mengambil tissue dan mengusap bibir Marcia.
“ uuhuk uhuk uhuk…uuhhh panas hahh” sambil kipas-kipas wajahnya dengan tangannya.
“ Hati-hati By” cemas Keenan sambil mengelap bibir dan kening Marcia yang berkeringat karena kepanasan.
“Minum dulu supaya enakan” sambil menyodorkan botol air mineral kepada Marcia.
“ Makasih Kak”
“ Sama-sama By”
‘***
Sebuah mobil sedan hitam meluncur dengan mulus ke pekarangan rumah mewah itu.
Marcia keluar dari mobil tersebut dan melangkah lelah sambil menggendong buku-buku kuliahnya dan menyampirkan tas ranselnya ke bahu kirinya. Melangkah lelah sambil menaiki undakan teras dan melewati pintu utama yang sudah terbuka.
Sambil melangkah melewati ruang tamu Marcia mengecek ponselnya dan berhenti ketika mendengar suara Ibunya yang memanggilnya dari arah ruang makan. Wangi masakan semakin terendus oleh hidungnya yang mancung. Seketika Marcia lapar dan bergegas menghampiri Sang Ibu yang sedang berdiri di meja dapur sambil mengenakan celemek.
“ Cia sayang kamu sudah pulang? Makan dulu ya. Kamu laparkan?”
“ Selamat Malam Ibu” sapa Marcia sambil mencium kening Ibunya dan mencomot paha ayam goreng kuning kesukaannya.
“ nyammm enak Bu. Ayam goreng buatan Ibu memang gak ada yang ngalahin deh” sambil nyengir Marcia memakan habis sepotong paha ayam goreng tersebut di meja makan.
Ibu menghampiri putrinya yang sedang duduk di meja makan sambil membawa sepiring nasi putih hangat sepotong ayam goreng dan tumis sayur untuk putrinya yang baru sampai rumah padahal sudah jam 9 malam dan putrinya baru makan malam. Pikir Ibu yang cemas akan kesehatan Marcia.
“ Ayah mana Bu?” sambil makan Marcia bertanya akan keberadaan Sang Ayah.
“ Ayah sudah tidur. Tadi tidak enak badan jadi Ayah tidur cepat” jelas Ibu sambil merapikan rambut putrinya dengan sayang.
“Apa?? Tapi Ayah baik-baik saja kan Bu?” cemas Marcia akan keadaan ayahnya. Dia jadi kehilangan selera makan saat mendengar ayahnya sedang tidak enak badan.
“ Tidak apa-apa sayang. Jangan cemas Ayah hanya masuk angin biasa karena sudah seminggu ini Ayah sedang banyak pekerjaan dikantor. Maklumlah ayahmu sudah ingin pensiun. Mau istirahat aja, jadi sengaja menyelesaikan pekerjaannya sebelum diambil alih kakakmu.”
“ Kak Lian akan kembali?” gumam Marcia yang masih bisa di dengar Ibu.
“ Iya sayang. Ayahmu sudah memanggilnya untuk kembali memimpin Phoenix Corporation di Jakarta. Akhirnya setelah bertahun-tahun membujuknya untuk kembali ke Jakarta, Kakakmu mau juga pulang ke rumah Cia” cerita Ibu dengan wajah tersenyum bahagia.
***
Bersambung...
Suara tangisan menggema diseluruh ruangan di ruang keluarga. Seorang gadis kecil sedang menangis meraung-raung mencari ibunya."Hiks hiks...huaaaaa..mama...mama..""Cia sayang, jangan menangis nak cup cup...sudah ya, mama sebentar lagi pulang. Cia jangan sedih lagi ya anak manis" rayu Bi Ida yang siang itu di tugaskan menjaga Marcia.Seorang pemuda berjalan masuk sambil bersiul dan memutar kunci mobil dengan jarinya seketika langsung berhenti di ruang tengah dan menatap gadis kecil yang sedang menangis itu."Cia kenapa Bi Ida ?""Oh, Tuan Lian sudah pulang. Ini Non Cia mencari mamanya. Tadi siang Nyonya Ellena mendadak harus ke kantor saat Non Cia sedang tidur siang Tuan".Marcia yang sedang menangis sesengukan langsung berhenti menangis karena mendengar suara kakak favoritnya."Kak Lian.." panggil Marcia dengan lucu sambil menatap Killian dengan mata bulatnya yang bening dan sebiru lautan."Hallo Cia
Killian melajukan kendaraannya dengan mulus sambil bersenandung mengikuti lagu yang sedang diputar di radio. Dia tersenyum senang karena akan bertemu Marcia lagi. Gadis terkasihnya.Ya, Killian akhirnya menyadari kalau dia sudah jatuh cinta kepada Marcia, gadis kecil cantik bermata biru yang tinggal di rumah orang tuanya.Rasa berdebar, gugup dan salah tingkah yang kerap menderanya jika Marcia berada di dekatnya membuatnya menyadari perasaannya kepada Marcia.Dan mengetahui hal itu Killian ketakutan akan perasaannya kepada gadis itu. Takut karena perbedaan usia mereka terpaut 15 tahun perbedaan yang sangat jauh, takut jika kedua orang tuanya tidak merestui hubungan mereka, takut jika dia menyampaikan perasaannya kepada Marcia, hubungan mereka akan berubah dan berjarak, takut hanya karena perasaannya suasana damai dan harmonis di rumahnya akan rusak dan terutama takut jika Marcia menolaknya dan pergi dari rumah karena tidak memiliki perasaan yang sama kepad
Killian hanya menatap dingin tangan Keenan yang disodorkan padanya kemudian berbalik ke sampingnya dan mengusap rambut Marcia dengan sayang. "Darl apa benar bocah ini kekasihmu?" Bocah ? Batin Marcia sambil mengerutkan dahinya bingung. Kemudian sadar kalau yang dimaksud kakaknya adalah Keenan, Marcia langsung menjawab "Iya Kak. Keenan kekasih Cia. Kami udah empat bulan bersama" Marcia tersenyum sumringah sambil menatap Keenan yang juga tersenyum lembut padanya dan menggandeng tangan laki-laki itu. Killian yang mendengar pengakuan Marcia langsung merasakan ada yang nyeri dan berdarah di hatinya, bagai petir di siang bolong dia di kagetkan dengan pengakuan gadis tercintanya. Rasanya ada yang sedang mengiris-iris hatinya yang sudah hancur dan bernanah. Apalagi Killian menyaksikan adegan itu tepat di depan matanya. Tatapan lembut Marcia begitu penuh cinta kepada bocah ingusan ini membuat Killian cemburu
Seorang wanita berjalan tergesa-gesa menuju unit apartemennya. Bunyi sepasang sepatu hak tinggi memenuhi koridor apartemen mewah di lantai dua puluh itu. Koridor yang sepi membuat suasana semakin mencekam. Wanita itu membetulkan tas mahalnya yang tersampir di pundaknya yang terpampang mulus, dress mahalnya yang bermodel sabrina memang seksi dan mempertegas lekukan tubuhnya yang semampai dan berisi. Sampai di depan unit apartemen tujuannya, dengan percaya diri wanita itu memencet kode private dan mulai melangkah masuk ke unit apartemen tersebut dengan perlahan. Ruangan yang temaram menyambut penglihatan wanita itu. Melepas sepatu heelsnya, meletakkan tas mahalnya dan mulai menyalakan saklar lampu untuk menerangi ruangan tersebut, wanita itu mulai berjalan dengan santai menjelajahi ruangan-ruangan di apartemen tersebut, hingga saat di ruangan dapur tiba-tiba ada sepasang tangan kekar yang mendekap wanita itu dari belakang, memeluknya erat
‘Sial!’ Batin Angga. “Jawab Pa!” Teriak Putri sudah mulai murka. “Ma, Papa bisa jelaskan” Angga berusaha membujuk istrinya, Putri agar mendengarkannya. Perlahan di tuntunnya istrinya untuk duduk di sofa di kamar mereka, tetapi Putri menepis tangan Angga dengan kasar dan mulai berjalan sendiri kearah sofa dan duduk di sana dengan anggun. “Aku mendengarkan” Mulai Putri dengan dingin sambil menatap tajam Angga tanpa senyum sama sekali. Tangannya bersedekap di dada menunggu penjelasan atau entah kebohongan apalagi yang akan di katakan suaminya itu. Melihat gesture istrinya, Angga menelan saliva gugup kemudian berdeham tidak ingin terlihat salah tingkah dan berusaha tenang, lalu duduk di samping istrinya dan mulai menjelaskan. “Ma, itu…jadi ehem” Angga berdehem lagi karena merasa terintimidasi dengan tatapan tajam istrinya. Putri bergeming di tempat duduknya tidak mengindahkan kegelisahan Angga. “Ma, kemarin mama tau kan kalau perus
Marcia yang tidak siap di dorong sekuat itu langsung jatuh ke arah motor yang baru saja di parkir dan knalpotnya masih panas ketika tiba-tiba sebuah tangan menangkapnya. “Sayang!” teriak Keenan sambil menangkap tubuh Marcia yang punggungnya sudah hampir menghantam badan motor. Ditariknya tubuh Marcia dengan gesit ke dalam pelukannya. “Kamu udah gila hah!” sentak Keenan kepada Amira yang uda kesal karena melihat Keenan cowok incarannya memeluk Marcia cewek yang paling tidak disukainya. “Kalau sampai Marcia terluka aku tidak akan memaafkanmu!” hardik Keenan masih tidak suka atas kelakuan Amira. Kemudian Keenan langsung menggandeng tangan Marcia dan membawanya berjalan menjauh. “Ayo Sayang kita pergi” &n
"Sudahlah Killian, jangan minum lagi. Kamu tuh udah mabuk berat. Ayo aku antar sampai ke apartemenmu" cegah Benjamin salah satu sahabat Killian. Selama di New York, Killian dan Benjamin memang kerap hangout bersama. Malam ini sebenarnya Killian ingin menyendiri tapi entah bagaimana Benjamin tau dirinya sedang mabuk berat begini. Karena sudah mabuk berat Killian menyerah dan dia pun ambruk di parkiran di depan mobilnya sendiri. Benjamin yang melihat itu menghela napas dalam lalu segera memapah Killian dan membawanya masuk ke dalam mobil. "Berat banget sih kamu Lian...kamu berhutang padaku sobat" gumam Benjamin sambil menyalakan mesin mobil di kursi pengemudi lalu membawa killian pulang ke apartemennya dengan selamat. *** "Duhhh...sakit" Killian memegangi kepalanya yang sakit bukan main pagi itu. Biarpun uda sering mabuk tapi rasanya mabuk kali ini sangat be
“Ya?”“Agung, atur penerbangan untukku kembali ke Jakarta”“Secepatnya!”“Baik Bos”Killian kemudian mematikan ponselnya, menuangkan wine ke dalam gelas dan menyesapnya perlahan sambil memandang hamparan langit sore dari jendela besar di apartemennya di New York. Sambil memikirkan langkah-langkah yang harus di ambilnya saat di Jakarta nanti.Tapi pertama-tama ia harus mendelegasikan tugasnya terdahulu kepada wakilnya di Phoenix Corporation cabang New York.***Jakarta, Kampus“Marcia!” panggil Adel Handoko sahabat Marcia di kampus.“Ya?” Marcia yang sedang menerima telpon membalikkan tubuhnya dan memandang penuh tanya pada temannya sambil memegang ponselnya di telinga.“Ok Bu, nanti aku jemput Kak Killian di bandara. Jam 5 sore kan pesawatnya?” lanjut Marcia berbicara pada ponselnya dimana ada ibunya yan