Tahun 2006
Jakarta, Kediaman Tjahyadinata pukul 1:00AM
Bagaimana bisa?! Ini tidak mungkin!
Seorang pria tercengang menatap layar laptopnya yang menampilkan grafik-grafik dan angka-angka rumit. Selama apapun dia menatap angka-angka dan grafik itu tetap saja tidak akan mengubah keadaan.
Bulan sudah terbit tinggi, sudah menjelang tengah malam dan pria itu masih berusaha memahami nilai saham perusahaannya yang terjun bebas sejak menjelang penutupan Bursa Efek Jakarta sejak sore tadi.
Masih berkutat dengan kenyataan yang harus diterimanya, jika perusahaannya yang sudah dirintis dengan susah payah dengan mempertaruhkan segalanya harus runtuh dalam semalam. Bahkan karena sebab yang masih belum diketahui.
Sejak nilai saham perusahaannya semakin jatuh, pria itu langsung mengadakan rapat darurat dengan Dewan Direksi dan memerintahkan orang kepercayaannya untuk melakukan investigasi mencaritahu penyebabnya. Dan sejauh yang diketahui mereka, tidak ada yang aneh dengan kondisi perusahaan dan kondisi di pabrik.
Dan kesimpulan hasil rapat tadi sore hanyalah nilai saham perusahaan mereka hancur karena hasil kerja hacker yang bahkan belum diketahui keberadaannya.
***
"BRUUUMMMM"
Sebuah mobil melaju kencang dengan kecepatan tinggi membelah jalanan ibukota yang lenggang dan sepi.
Seorang pria tampak kesulitan bernapas, butir-butir keringat dingin mulai bermunculan di pelipisnya, dengan susah payah dia meremas dada kirinya dimana jantungnya berada.
"Bertahanlah sobat, kamu pasti bisa. Ingat Marcia dan Misato membutuhkanmu Andrew!"
Ya, pria yang sedang sekarat itu adalah Andrew Kellgaren, pemilik K Global Enterprise. Perusahaan yang bergerak di bidang transportasi dan pabrik makanan ringan dengan merek dagang "OHIO"
Andrew mendadak kolapse di ruang kerja di kediaman Keluarga Tjahyadinata, sahabatnya sejak kuliah, tempatnya menginap selama berada di Jakarta.
"Ayah! Paman Andrew..." panik seorang remaja pria sambil meneteskan airmata dalam ketakutannya.
"Tenanglah Lian, jangan panik! Sebentar lagi kita sampai di rumah sakit" sahut seorang pria sambil menengok kebelakang sekilas, kemudian langsung menginjak pedal gas dan mobil itu langsung melaju dengan kecepatan penuh membelah jalanan ibukota menuju ke rumah sakit terdekat.
***
Rumah Sakit Pelita, IGD
Seorang perawat keluar dari ruang IGD sambil mendorong brankar, diikuti seorang dokter. "Pasiennya dinaikkan ke brankar pak" ucap sang dokter kepada Killian dan ayahnya Thomas yang sedang mengeluarkan tubuh Andrew yang sudah tidak sadarkan diri dari mobil mereka dengan dibantu oleh seorang tenaga kesehatan pria.
"Langsung bawa ke ruang tindakan suster! Siapkan Defribrilator!" dan brankar Andrew langsung di dorong masuk ke ruang tindakan di IGD.
Thomas dan Killian menunggu di luar ruang IGD, mereka berdua duduk di kursi besi di depan ruang IGD termenung dalam kekalutan.
Bagaimana ini bisa terjadi? Batin Thomas, kemarin siang harga sahamnya masih stabil, arus jual beli juga masih normal, tetapi menjelang penutupan bursa langsung anjlok drastis...Ahhhhh tidak heran Andrew shock mendengarnya pikir Thomas.
Dan kemudian Thomas menengok ke arah Killian. Ditatapnya putranya yang sedang duduk bersandar sambil memejamkan mata.
"Son, pulanglah ke rumah..istirahatlah, kamu pasti lelah besok masih harus kuliah. Jangan cemaskan Paman Andrew, biar ayah yang menjaganya di sini. Ibumu pasti cemas, pulanglah beri kabar pada ibumu".
Mendengar perkataan ayahnya, Killian langsung mendongakkan kepalanya dan menatap sang ayah. Kemudian menganggukkan kepalanya mengiyakan perintah Thomas dengan lelah.
Sebelum berjalan ke pintu, sekali lagi Killian menatap sang ayah..."Ayah juga istirahatlah, besok selesai kuliah aku akan langsung ke sini menggantikan ayah. Aku pulang dulu yah".
"Hati-hati son...”
***
Tokyo, Kediaman Kellgaren pukul 3:00AM
PRANGGG!! Di tengah dapur yang temaram dekat bar stool, seorang wanita cantik berambut lurus hitam panjang mendadak tersentak dan menjatuhkan sebuah gelas yang sedang di pegangnya.
Jari-jari tangannya mendadak gemetar hebat, pelipisnya mulai berkeringat dingin, wajahnya yang cantik pucat dengan bibir gemetar.
Wanita cantik bermata sipit itu mendadak merasakan kegelisahan yang teramat sangat.
Kenapa aku merasa tidak enak ya? Lebih baik aku kembali tidur dan istirahat. Mungkin ini hanya perasaanku saja karena terlalu lelah. Pikir wanita itu.
Di ambilnya sapu dan pengki untuk membersihkan pecahan gelas tersebut, setelah itu, wanita itu berjalan keluar dapur dan menaiki anak tangga menuju lantai dua dimana kamar utama yang di tempatinya berada.
Sebelum berjalan menuju kamarnya untuk beristirahat, wanita itu terlebih dahulu mengecek kamar putri satu-satunya. Berjalan mendekat ke arah tempat tidur sang putri, wanita itu memandang putrinya penuh cinta dan tersenyum penuh kasih kemudian membetulkan letak selimut sang putri sebatas dada, mengecup keningnya dan kemudian berjalan dengan anggun keluar kamar sang putri untuk menuju kamar utama yang ditempatinya bersama sang suami yang sekarang sedang bertugas ke luar negeri.
***
Jakarta, Rumah Sakit Pelita
Sinar Matahari menerobos masuk menyinari ruangan ICU. Hanya bunyi mesin penopang hidup Andrew yang berbunyi seiring dengan suara detak jantungnya yang stabil dengan grafik-grafik yang menunjukan detak jantungnya di layar monitor.
Thomas memandang sedih kondisi Andrew dari balik kaca transparan tersebut, sebagai pembatas ruangan steril dengan ruang tunggu.
Suara langkah kaki tergesa-gesa makin mendekat.
"Apa yang terjadi Yah?"
Dengan raut wajah cemas Ellena Tjahjadinata melangkah menghampiri Thomas, suami nya di depan ruang ICU. Mendengar suara istrinya, Thomas hanya mampu memejamkan mata sejenak untuk menenangkan diri kemudian menatap istrinya dengan sendu dan menceritakan kejadian semalam dari awal.
Mendengar penuturan suaminya, Ellena hanya mampu terkesiap sambil beralih menatap ke arah Andrew yang terbaring tidak berdaya di dalam ruang ICU dan menutup mulutnya dengan tangan yang gemetar dan air yang menggenang di sudut matanya yang cantik " Bagaimana bisa Yah?"
" Apakah sudah tidak dapat di selamatkan lagi? Bagaimana dengan Misato dan Marcia? Apa mereka sudah tahu hal ini? Hiks hiks…" tangis Ellena sambil mengusap hidungnya dengan tissue.
"Aku akan menghubungi Misato setelah dokter visit siang ini sayang. Bagaimanapun dia harus tahu apa yang terjadi pada perusahaan dan Andrew."
"Hiks...hiks...iya sayang, aku akan mendampingimu untuk mengabarkan berita ini padanya" ucap Ellena sambil menyusut air mata yang menetes di pipi pucatnya.
"Killian sudah ke kampus?"
"Sudah...putra kita akan kemari jam 2 siang nanti"
"Baiklah, ayo kita sarapan dulu Bu. Kamu pasti belum makan."
"Ayo Yah...Ayah juga pasti belum makan. Maaf ya ibu tidak masak pagi ini" sesal Ellena merasa bersalah pada suaminya karena tidak melaksanakan tugasnya sebagai istri.
"Tidak apa Bu. Sekali-sekali kita sarapan di luar gak masalah. Lagipula ibu juga perlu istirahat dari daerah dapur hahaha…" canda Thomas pada istrinya sambil tersenyum.
Ellena yang mendengar candaan suaminya pun tersenyum sambil memukul pelan lengan suami tersayang.
“ Ayah bisa aja”
***
Tokyo, Kediaman Kellgaren
Misato sungguh terkejut luar biasa saat menonton siaran berita di televisi yang menayangkan berita mengenai kolapsenya K Global Enterprise, perusahaan Andrew, suaminya.
Tanpa banyak berpikir lagi, Misato langsung menghubungi nomor ponsel Andrew. Setelah dering beberapa kali tidak ada yang mengangkat dan, baru setelah percobaan ke tiga akhirnya ada yang mengangkat telponnya.
“Halo sayang ?” sambut Misato
“……..”
“Apa……??”
Dan berita dari seberang sama membuatnya syok.
Sambil meneteskan air mata di pipi pucatnya, Misato menatap ke arah taman di halaman belakang rumahnya. Menatap gadis kecilnya yang masih berusia 3 tahun yang sedang bermain bola dan tersenyum ceria sambil memandang ke arahnya.
Sambil tersenyum polos dan ceria gadis kecil itu memanggilnya dengan antusias sambal melambaikan tangannya kearah Ibunya.
“Mama”
"Marcia......Putriku..." bisik Misato dengan pilu.
***
Bersambung...
Jakarta, 15 Tahun kemudianSeorang gadis cantik berambut hitam panjang berjalan dengan ceria ke arah sebuah mobil sedan hitam yang sedang menunggunya. Sambil memasukkan tasnya dan buku-buku di pelukannya, kaki kanannya yang putih dan jenjang melangkah masuk menaiki mobil saat seorang pelayan keluar dari arah rumah dan berlari tergesa-gesa mengejarnya"Non Ciaaa...bekal nya ketinggalan Non"Si gadis menengok ke arah pelayan itu dan kembali mengecek tasnya di dalam mobil, begitu tersadar bekalnya ketinggalan, gadis itu menepuk dahinya sambil bergumam pelan"oh iya...duh lupa"Melangkah keluar dari mobil, gadis itu mengambil bekal yang di sodorkan si pelayan sambil mengucapkan "Terima kasih Bibi Ida...aku lupa hehehe" cengirnya."Iya Non, tidak apa-apa, untung masih terkejar saya" Bi Ida sambil tersenyum maklum karena sudah terbiasa dengan kecerobohan majikan kecilnya ini.“Iy
Suara tangisan menggema diseluruh ruangan di ruang keluarga. Seorang gadis kecil sedang menangis meraung-raung mencari ibunya."Hiks hiks...huaaaaa..mama...mama..""Cia sayang, jangan menangis nak cup cup...sudah ya, mama sebentar lagi pulang. Cia jangan sedih lagi ya anak manis" rayu Bi Ida yang siang itu di tugaskan menjaga Marcia.Seorang pemuda berjalan masuk sambil bersiul dan memutar kunci mobil dengan jarinya seketika langsung berhenti di ruang tengah dan menatap gadis kecil yang sedang menangis itu."Cia kenapa Bi Ida ?""Oh, Tuan Lian sudah pulang. Ini Non Cia mencari mamanya. Tadi siang Nyonya Ellena mendadak harus ke kantor saat Non Cia sedang tidur siang Tuan".Marcia yang sedang menangis sesengukan langsung berhenti menangis karena mendengar suara kakak favoritnya."Kak Lian.." panggil Marcia dengan lucu sambil menatap Killian dengan mata bulatnya yang bening dan sebiru lautan."Hallo Cia
Killian melajukan kendaraannya dengan mulus sambil bersenandung mengikuti lagu yang sedang diputar di radio. Dia tersenyum senang karena akan bertemu Marcia lagi. Gadis terkasihnya.Ya, Killian akhirnya menyadari kalau dia sudah jatuh cinta kepada Marcia, gadis kecil cantik bermata biru yang tinggal di rumah orang tuanya.Rasa berdebar, gugup dan salah tingkah yang kerap menderanya jika Marcia berada di dekatnya membuatnya menyadari perasaannya kepada Marcia.Dan mengetahui hal itu Killian ketakutan akan perasaannya kepada gadis itu. Takut karena perbedaan usia mereka terpaut 15 tahun perbedaan yang sangat jauh, takut jika kedua orang tuanya tidak merestui hubungan mereka, takut jika dia menyampaikan perasaannya kepada Marcia, hubungan mereka akan berubah dan berjarak, takut hanya karena perasaannya suasana damai dan harmonis di rumahnya akan rusak dan terutama takut jika Marcia menolaknya dan pergi dari rumah karena tidak memiliki perasaan yang sama kepad
Killian hanya menatap dingin tangan Keenan yang disodorkan padanya kemudian berbalik ke sampingnya dan mengusap rambut Marcia dengan sayang. "Darl apa benar bocah ini kekasihmu?" Bocah ? Batin Marcia sambil mengerutkan dahinya bingung. Kemudian sadar kalau yang dimaksud kakaknya adalah Keenan, Marcia langsung menjawab "Iya Kak. Keenan kekasih Cia. Kami udah empat bulan bersama" Marcia tersenyum sumringah sambil menatap Keenan yang juga tersenyum lembut padanya dan menggandeng tangan laki-laki itu. Killian yang mendengar pengakuan Marcia langsung merasakan ada yang nyeri dan berdarah di hatinya, bagai petir di siang bolong dia di kagetkan dengan pengakuan gadis tercintanya. Rasanya ada yang sedang mengiris-iris hatinya yang sudah hancur dan bernanah. Apalagi Killian menyaksikan adegan itu tepat di depan matanya. Tatapan lembut Marcia begitu penuh cinta kepada bocah ingusan ini membuat Killian cemburu
Seorang wanita berjalan tergesa-gesa menuju unit apartemennya. Bunyi sepasang sepatu hak tinggi memenuhi koridor apartemen mewah di lantai dua puluh itu. Koridor yang sepi membuat suasana semakin mencekam. Wanita itu membetulkan tas mahalnya yang tersampir di pundaknya yang terpampang mulus, dress mahalnya yang bermodel sabrina memang seksi dan mempertegas lekukan tubuhnya yang semampai dan berisi. Sampai di depan unit apartemen tujuannya, dengan percaya diri wanita itu memencet kode private dan mulai melangkah masuk ke unit apartemen tersebut dengan perlahan. Ruangan yang temaram menyambut penglihatan wanita itu. Melepas sepatu heelsnya, meletakkan tas mahalnya dan mulai menyalakan saklar lampu untuk menerangi ruangan tersebut, wanita itu mulai berjalan dengan santai menjelajahi ruangan-ruangan di apartemen tersebut, hingga saat di ruangan dapur tiba-tiba ada sepasang tangan kekar yang mendekap wanita itu dari belakang, memeluknya erat
‘Sial!’ Batin Angga. “Jawab Pa!” Teriak Putri sudah mulai murka. “Ma, Papa bisa jelaskan” Angga berusaha membujuk istrinya, Putri agar mendengarkannya. Perlahan di tuntunnya istrinya untuk duduk di sofa di kamar mereka, tetapi Putri menepis tangan Angga dengan kasar dan mulai berjalan sendiri kearah sofa dan duduk di sana dengan anggun. “Aku mendengarkan” Mulai Putri dengan dingin sambil menatap tajam Angga tanpa senyum sama sekali. Tangannya bersedekap di dada menunggu penjelasan atau entah kebohongan apalagi yang akan di katakan suaminya itu. Melihat gesture istrinya, Angga menelan saliva gugup kemudian berdeham tidak ingin terlihat salah tingkah dan berusaha tenang, lalu duduk di samping istrinya dan mulai menjelaskan. “Ma, itu…jadi ehem” Angga berdehem lagi karena merasa terintimidasi dengan tatapan tajam istrinya. Putri bergeming di tempat duduknya tidak mengindahkan kegelisahan Angga. “Ma, kemarin mama tau kan kalau perus
Marcia yang tidak siap di dorong sekuat itu langsung jatuh ke arah motor yang baru saja di parkir dan knalpotnya masih panas ketika tiba-tiba sebuah tangan menangkapnya. “Sayang!” teriak Keenan sambil menangkap tubuh Marcia yang punggungnya sudah hampir menghantam badan motor. Ditariknya tubuh Marcia dengan gesit ke dalam pelukannya. “Kamu udah gila hah!” sentak Keenan kepada Amira yang uda kesal karena melihat Keenan cowok incarannya memeluk Marcia cewek yang paling tidak disukainya. “Kalau sampai Marcia terluka aku tidak akan memaafkanmu!” hardik Keenan masih tidak suka atas kelakuan Amira. Kemudian Keenan langsung menggandeng tangan Marcia dan membawanya berjalan menjauh. “Ayo Sayang kita pergi” &n
"Sudahlah Killian, jangan minum lagi. Kamu tuh udah mabuk berat. Ayo aku antar sampai ke apartemenmu" cegah Benjamin salah satu sahabat Killian. Selama di New York, Killian dan Benjamin memang kerap hangout bersama. Malam ini sebenarnya Killian ingin menyendiri tapi entah bagaimana Benjamin tau dirinya sedang mabuk berat begini. Karena sudah mabuk berat Killian menyerah dan dia pun ambruk di parkiran di depan mobilnya sendiri. Benjamin yang melihat itu menghela napas dalam lalu segera memapah Killian dan membawanya masuk ke dalam mobil. "Berat banget sih kamu Lian...kamu berhutang padaku sobat" gumam Benjamin sambil menyalakan mesin mobil di kursi pengemudi lalu membawa killian pulang ke apartemennya dengan selamat. *** "Duhhh...sakit" Killian memegangi kepalanya yang sakit bukan main pagi itu. Biarpun uda sering mabuk tapi rasanya mabuk kali ini sangat be