Killian hanya menatap dingin tangan Keenan yang disodorkan padanya kemudian berbalik ke sampingnya dan mengusap rambut Marcia dengan sayang.
"Darl apa benar bocah ini kekasihmu?"
Bocah ? Batin Marcia sambil mengerutkan dahinya bingung. Kemudian sadar kalau yang dimaksud kakaknya adalah Keenan, Marcia langsung menjawab
"Iya Kak. Keenan kekasih Cia. Kami udah empat bulan bersama" Marcia tersenyum sumringah sambil menatap Keenan yang juga tersenyum lembut padanya dan menggandeng tangan laki-laki itu.
Killian yang mendengar pengakuan Marcia langsung merasakan ada yang nyeri dan berdarah di hatinya, bagai petir di siang bolong dia di kagetkan dengan pengakuan gadis tercintanya. Rasanya ada yang sedang mengiris-iris hatinya yang sudah hancur dan bernanah.
Apalagi Killian menyaksikan adegan itu tepat di depan matanya. Tatapan lembut Marcia begitu penuh cinta kepada bocah ingusan ini membuat Killian cemburu. Sangat cemburu. Bahkan Killian ingin menghajar bocah ini sampai babak belur.
Menarik napas dalam dengan pelan Killian memaksakan dirinya tersenyum kepada Marcia sambil menatapnya datar.
"Begitukah? Dari pada pacaran sebaiknya kamu rajin belajar Cia. Ingat, kalian itu pelajar kerjanya ya belajar dengan rajin bukan pacaran!" tegur Killian kepada Marcia dan Keenan sambil melihat Keenan sekilas dengan tatapan dingin.
Keenan yang di tatap begitu tajam jadi serba salah dan Marcia juga salah tingkah. Kemudian dengan bibir merengut Marcia melepas pegangan tangannya dengan Keenan dan menatap kakaknya dengan tatapan tidak setuju.
"Iya iya tau. Aku nggak lupa dengan tugas utama aku Kak Lian. Terbukti kan selama ini nilai-nilaiku nggak jeblok. Lagian, Keenan sebentar lagi lulus kak. Bentar lagi Keenan kuliah." protes Marcia kesal.
"Kak Lian ngerti Cia. Tapi kamu kan masih kecil. Nggak usah pacaran dulu. Kalo emang jodoh nggak bakalan kemana kok"
Marcia yang ingin membalas perkataan Killian akhirnya tidak jadi karena Keenan menepuk pundak Marcia, membuat gadis itu menengok ke arahnya.
"Nggak apa-apa By. Aku ngerti kok kekhawatiran kakak kamu." Marcia langsung cemberut mendengar itu. Alisnya mengernyit tidak suka, bibirnya langsung maju 5 centi dan memelototi Killian dengan protes.
Killian yang melihat tingkah menggemaskan Marcia refleks tersenyum sangat tipis tapi tidak menunjukkannya. Dia berusaha menjaga tatapannya tetap datar dan dingin kepada Keenan.
"Maaf kak. Saya mengerti kekhawatiran Kak Killian. Tapi saya berjanji akan selalu menjaga dan mendampingi Marcia semampu saya." Lanjut Keenan dengan serius menatap mata Killian.
Terdengar suara pintu terbuka, mereka bertiga menoleh ke arah pintu dan Ellena masuk ke ruang rawat tersebut diikuti Thomas dibelakangnya sambil membawa bungkusan makanan dan buah-buahan.
"Eh ada Nak Keenan" Sapa Ellena dengan ramah. "Sudah lama?"
"Selamat Malam Om dan Tante. Iya nih, saya sudah mau pamit pulang. Sudah malam." Sapa Keenan tersenyum.
"Kok cepet? Baru juga bertemu sama Om dan Tante Nan. Ayok duduk dulu sebentar, sudah makan malam belum?" Tanya Ellena sambil mengambil box makanan yang di taruh Thomas di atas nakas, menuangkan isinya ke piring kosong yang sudah disiapkannya dan menyerahkannya kepada Marcia.
"Tidak apa-apa Tante dan Om, saya makan malam di rumah saja. Sudah di tunggu juga. Saya pamit dulu ya Om dan Tante, mari Kak Killian." pamit Keenan sambil sedikit menunduk dan tersenyum kepada keluarga kecil itu dan mengabaikan tatapan tajam nan dingin penuh intimidasi Killian sambil melangkah ke arah pintu ruangan.
"Aku antar ya" dengan sigap Marcia meletakkan piring makannya dan pamit kepada kedua orang tua dan kakaknya, lalu menyusul Keenan di depan pintu.
Sambil keluar ruang rawat inap berdua, Marcia menggandeng lengan Keenan dan berjalan beriringan menuju lift.
"Baby, aku nggak usah di anter. Kamu masuk lagi gih. Kamu jangan telat makan By. Aku nggak mau sakit maag kamu kambuh." sambil berdiri menunggu di depan lift Keenan mengusap pucuk kepala Marcia dan mengecup keningnya dengan sayang.
"Tapi aku mau nganter kamu Nan. Seenggaknya sampai di Lobby aja ya" Marcia mencoba bernegosiasi dengan Keenan.
"Nggak Baby. Kamu masuk ya. Dengerin aku oke"
"Makan yang banyak sayang. Nanti aku kabarin kalo udah sampai rumah"
Ting. Bunyi lift yang ditunggu sudah terbuka pintunya. Keenan melangkah masuk dan tersenyum lembut kepada Marcia sebelum pintu lift menutup
" Aku pulang Baby. Love you"
"Hati-hati Nan. Love you too"
***
Sepeninggal Marcia di ruang rawat inap, mood Killian langsung terjun bebas. Tapi dia berusaha terlihat baik-baik saja bagaimanapun ada orang tuanya disini.
"Ibu dan Ayah sudah tau kalau Marcia dan bocah ingusan itu sedang menjalin hubungan?" tanya Killian pada kedua orang tuanya.
Thomas yang sedang duduk di sofa melihat ke arah Killian dan menatapnya sambil tersenyum lalu menyeruput kopinya. " Iya Lian, Keenan itu kakak kelas Marcia di sekolah. Dia suka anterin Cia pulang kerumah dan minta izin kepada ayah kalau mau ajak Cia kencan" tutur Thomas sambil meletakkan cangkir kopinya ke atas meja kaca.
"Keenan anak yang baik juga sopan, selalu mengantar Marcia pulang tepat waktu" sambung Thomas lagi tanpa ampun. Tidak sadar kalau Killian sudah kesal karena ayahnya memuji Keenan dan kelihatan menyukai bocah itu.
"Kok aku nggak pernah lihat dia mampir ke rumah sih" kesalnya lagi. Kentara sekali Killian tidak setuju dengan hubungan Marcia dan Keenan membuat Thomas tersenyum.
"Gimana mau ketemu dia kalau kamunya aja jarang pulang ke rumah Son" tutur ayahnya lagi. "Kamu kan lebih suka tinggal di apartemen dan lebih banyak menghabiskan waktumu di cabang perusahaan kita di Singapura" tambah Thomas.
Dalam hati Killian membenarkan ucapan ayahnya. Selama ini Killian lebih suka mengurus cabang perusahaan di Singapura kalaupun pulang ke Indonesia, Killian lebih suka tinggal di apartemennya daripada di rumah Keluarga Tjahyadinata.
Bukannya apa-apa. Tetapi dia melakukan itu supaya tidak bertemu dengan Marcia, karena Killian takut dia kehilangan kontrol atas perasaannya terhadap Marcia. Karena itulah dia berusaha untuk jarang pulang kerumah dan mengurangi intensitasnya bertemu Marcia dan lebih sering berpacaran dengan banyak wanita sebagai salah satu cara mengalihkan perasaan terlarangnya terhadap Marcia.
Di tengah perasaannya yang galau dan campur aduk tiba-tiba seorang wanita cantik masuk.
"Selamat malam semua" sapa wanita cantik tersebut kemudian menyalami Thomas dan bercipika-cipiki dengan Ellena lalu melangkah ke brankar tempat Killian terbaring.
"Hai sayang, bagaimana keadaanmu hari ini?" sapa wanita itu dan mengecup kening Killian lalu mendudukkan bokongnya di kursi samping brankar.
Pertanyaan konyol batin Killian "Seperti yang kamu lihat Tiff" jawab Killian sambil meringis ngilu karena tangan kanannya terasa nyeri.
"Maaf sayang, aku baru bisa datang malam ini. Tadi sedang hectic di kantor" sesal Tiffani kekasih Killian sambil membenarkan rambut Killian yang sedikit berantakan.
"Loh, ada Kak Tiffani. Hai kak Tiff. Aku makan dulu ya" sapa Marcia yang sudah kembali ke ruang rawat Killian, lalu mengambil piring makanannya dan melanjutkan makan malamnya yang sempat tertunda.
Seminggu berlalu hari ini Killian sudah boleh pulang ke rumah. Karena tangan kanan dan kakinya masih di gips, Killian pulang ke rumah orang tuanya. Biarpun terpaksa tapi Killian harus terima karena jika dia sendirian dia yang akan susah sendiri.
***
Sudah sebulan Killian tinggal di rumah orang tuanya setiap hari Marcia selalu merawat dan menjaganya. Membantunya mengambil keperluannya dan memapahnya ke kamar mandi. Hal itu membuat Killian sangat tersiksa apalagi Keenan selalu datang ke rumah membantu Marcia belajar dan malam mingguan di rumahnya. Sungguh membuat Killian sangat jengkel dan cemburu.
Seperti saat ini, Keenan datang ke rumahnya dan bermesraan dengan Marcia tepat di depan matanya di pinggir kolam renang yang menyatu dengan taman belakang rumahnya. Entah itu merangkul gadis itu, mengusap kepalanya, bercanda dengannya dan menatapnya dengan tatapan dalam khas laki-laki yang sedang jatuh cinta. Sungguh menguras energy Killian yang melihatnya. Belum lagi Bayu sahabatnya datang menemaninya sekaligus mengejeknya yang cemburu karena melihat kemesraan dua sejoli itu bermalam mingguan bukannya ademin malah jadi kompor dasar sahabat nggak ada akhlak!!….ahhh sungguh menyedihkan nasibmu Lian…Lian ckckck.
“Sudah Bro jangan diliatin terus. Nanti bisa gosong si Keenan” canda Bayu sambil menyeringai jahil kepadanya.
Saat ini mereka semua sedang melihat pemandangan yang paling menyakitkan hati Killian, Marcia yang sedang mengobrol santai dengan Keenan di kursi rotan di pinggir kolam renang.
Gadis itu sangat cantik sore ini. Mengenakan kamisol hitam di lapisi kemeja putih tipis dan hotpans jins biru muda, dengan rambut hitamnya yang terikat asal berantakan tertiup angin membuatnya terlihat sangat manis sekaligus seksi dimata Killian.
Gadis itu tersenyum lembut kepada kekasihnya yang sedang menceritakan lelucon lucu, membuat gadis itu tertawa terbahak-bahak, terkadang tersenyum simpul dengan pipinya yang merona pink….sangat manis sekali. Batin Killian tersenyum kecut. Karena Killian sangat sadar kalau senyum itu, tawa itu, bukan untuknya.
“Biarin. Kalau emang tuh bocah bisa gosong justru lebih bagus” ketus Killian jengkel karena Bayu meledeknya habis-habisan sore ini.
“Elllaaaahhh yang ngambek hahahahaha” tanpa ampun Bayu menertawakan sahabatnya itu.
“Btw Bro, tuh liat siapa yang dateng” tunjuk Bayu dengan dagunya kearah taman yang berbatasan dengan pintu dapur.
Seorang wanita cantik sedang berjalan kearah mereka sambil membawa nampan berisi es jeruk dan beberapa camilan untuk mereka berlima.
“Hai sayang” sapa Tiffani sambil meletakkan nampan dimeja rotan tersebut. Marcia yang melihat kedatangan Tiffani langsung menghampiri meja Killian dan menawarkan bantuan.
“Kak Tiff, aku bantu ya”
“Ah iya, ini punya kamu dan Keenan Cia” sambil menyerahkan dua gelas es jeruk dan setoples camilan ke tangan Marcia.
“Terima kasih Kak Tiff, aku kesana dulu ya. Yuk semua”
“Untuk apa kesini Tiff? Bukankah kita sudah putus” Tanya Killian dengan datar dan dingin.
“Aku kangen Yang” jawab Tiffani sambil menatap memelas manja pada Killian. Berharap tingkahnya itu akan membuat Killian luluh.
Melihat gelagat Tiffani yang akan segera melancarkan aksi manja dan tidak tahu malunya, Killian segera mengambil tongkatnya dan meminta Bayu menemaninya ke kamarnya menghiraukan Tiffani yang sudah mendengus kesal karena Killian dengan dingin langsung pergi darinya.
“Yuk Bay, temenin ke atas. Aku males disini lama-lama. Dan kamu Tiffani, jangan datang lagi ke sini ataupun mendekati aku lagi. Kita sudah putus. Jangan mengharapkan apapun dariku!” kemudian Bayu dan Killian pergi dari hadapan Tiffani yang sudah kesal bukan kepalang sambil mengepalkan tangannya dengan geram menatap kepergian Killian dengan marah.
Ya, seminggu yang lalu Tiffani dan Killian sudah putus karena Tiffani kepergok selingkuh dengan pria lain di apartemen wanita itu.
Saat itu Killian yang sedang bosan di rumah berinisiatif mengunjungi kekasihnya di apartemen wanita itu dengan diantar supirnya. Menggunakan tongkat bantunya, Killian berjalan perlahan ke apartemen Tiffani. Begitu sampai di depan unit kekasihnya, Killian memencet kode keamanan.
Dia tau kodenya karena Killian terkadang mampir kesana.
Begitu membuka pintu apartemen itu, Killian langsung di suguhkan adegan kekasihnya yang sedang terlentang di atas sofa dan berada dibawah seorang pria yang sedang memacunya dengan cepat. Kedua sejoli itu sedang sama-sama polos, bermandikan peluh, erangan dan desahan bersahut-sahutan dan mereka sama sekali tidak sadar kalau ada orang lain yang masuk ke unit apartemen dan melihat adegan tidak senonoh itu.
Killian yang kaget luar biasa langsung berteriak marah” Apa yang sedang kamu lakukan Tiff!!”
Tiffani yang sedang dipuncak langsung kaget setengah mati ketika dia dan selingkuhannya menengok kearah suara yang sedang marah itu. Begitu sadar Killian kekasihnya yang memergokinya, cepat-cepat mereka saling melepaskan diri dan berusaha memungut dan mengenakan pakaian mereka yang sudah tercecer kemana-mana.
“Killian…aku bisa jelaskan” cegah Tiffani ketika dilihatnya Killian yang sudah berjalan keluar unit apartemennya.
Dengan terengah Tiffani mengejar Killian dan berusaha menggandeng lengan laki-laki itu tetapi langsung ditepis oleh Killian. “Lepas Tiff!”
“Lian, please listen to me”
“Kita putus!!” jawab Killian, kemudian langsung melangkah kedalam lift yang pintunya sudah terbuka dan memencet tombol turun meninggalkan Tiffani yang terbengong syok karena diputuskan Killian Tjahyadinata ikan kakap tangkapannya yang harus dilepas dengan paksa.
“Shit!” kesal Tiffani sambil berjalan menghentakkan kakinya ke arah unit apartemennya.
Meskipun Killian sangat marah memergoki perbuatan maksiat kekasihnya tapi itu lebih ke marah karena egonya sebagai seorang pria yang di khianati tetapi dalam hatinya Killian senang luar biasa karena memiliki alasan untuk memutuskan hubungan mereka yang sudah membuat Killian bosan sejak sebulan lalu.
“YES!!” sambil tersenyum senang Killian meninggalkan gedung apartemen mantan kekasihnya, mencegat taxi yang melintas di depannya dan pergi ke kantor Bayu sahabatnya untuk merayakan kebebasannya.
***
Di Ruang kerja Thomas, Killian sedang duduk disofa di samping Ibunya Ellena. Mereka baru saja selesai makan malam dan hendak membahas sesuatu atas permintaan Killian.
“Ada apa Son?” tanya Thomas heran tidak biasanya Killian berwajah serius seperti itu.
Killian menghela napas pelan kemudian menatap serius ayahnya tepat dimatanya “Aku ingin pindah ke New York Yah”
***
Bersambung...
Seorang wanita berjalan tergesa-gesa menuju unit apartemennya. Bunyi sepasang sepatu hak tinggi memenuhi koridor apartemen mewah di lantai dua puluh itu. Koridor yang sepi membuat suasana semakin mencekam. Wanita itu membetulkan tas mahalnya yang tersampir di pundaknya yang terpampang mulus, dress mahalnya yang bermodel sabrina memang seksi dan mempertegas lekukan tubuhnya yang semampai dan berisi. Sampai di depan unit apartemen tujuannya, dengan percaya diri wanita itu memencet kode private dan mulai melangkah masuk ke unit apartemen tersebut dengan perlahan. Ruangan yang temaram menyambut penglihatan wanita itu. Melepas sepatu heelsnya, meletakkan tas mahalnya dan mulai menyalakan saklar lampu untuk menerangi ruangan tersebut, wanita itu mulai berjalan dengan santai menjelajahi ruangan-ruangan di apartemen tersebut, hingga saat di ruangan dapur tiba-tiba ada sepasang tangan kekar yang mendekap wanita itu dari belakang, memeluknya erat
‘Sial!’ Batin Angga. “Jawab Pa!” Teriak Putri sudah mulai murka. “Ma, Papa bisa jelaskan” Angga berusaha membujuk istrinya, Putri agar mendengarkannya. Perlahan di tuntunnya istrinya untuk duduk di sofa di kamar mereka, tetapi Putri menepis tangan Angga dengan kasar dan mulai berjalan sendiri kearah sofa dan duduk di sana dengan anggun. “Aku mendengarkan” Mulai Putri dengan dingin sambil menatap tajam Angga tanpa senyum sama sekali. Tangannya bersedekap di dada menunggu penjelasan atau entah kebohongan apalagi yang akan di katakan suaminya itu. Melihat gesture istrinya, Angga menelan saliva gugup kemudian berdeham tidak ingin terlihat salah tingkah dan berusaha tenang, lalu duduk di samping istrinya dan mulai menjelaskan. “Ma, itu…jadi ehem” Angga berdehem lagi karena merasa terintimidasi dengan tatapan tajam istrinya. Putri bergeming di tempat duduknya tidak mengindahkan kegelisahan Angga. “Ma, kemarin mama tau kan kalau perus
Marcia yang tidak siap di dorong sekuat itu langsung jatuh ke arah motor yang baru saja di parkir dan knalpotnya masih panas ketika tiba-tiba sebuah tangan menangkapnya. “Sayang!” teriak Keenan sambil menangkap tubuh Marcia yang punggungnya sudah hampir menghantam badan motor. Ditariknya tubuh Marcia dengan gesit ke dalam pelukannya. “Kamu udah gila hah!” sentak Keenan kepada Amira yang uda kesal karena melihat Keenan cowok incarannya memeluk Marcia cewek yang paling tidak disukainya. “Kalau sampai Marcia terluka aku tidak akan memaafkanmu!” hardik Keenan masih tidak suka atas kelakuan Amira. Kemudian Keenan langsung menggandeng tangan Marcia dan membawanya berjalan menjauh. “Ayo Sayang kita pergi” &n
"Sudahlah Killian, jangan minum lagi. Kamu tuh udah mabuk berat. Ayo aku antar sampai ke apartemenmu" cegah Benjamin salah satu sahabat Killian. Selama di New York, Killian dan Benjamin memang kerap hangout bersama. Malam ini sebenarnya Killian ingin menyendiri tapi entah bagaimana Benjamin tau dirinya sedang mabuk berat begini. Karena sudah mabuk berat Killian menyerah dan dia pun ambruk di parkiran di depan mobilnya sendiri. Benjamin yang melihat itu menghela napas dalam lalu segera memapah Killian dan membawanya masuk ke dalam mobil. "Berat banget sih kamu Lian...kamu berhutang padaku sobat" gumam Benjamin sambil menyalakan mesin mobil di kursi pengemudi lalu membawa killian pulang ke apartemennya dengan selamat. *** "Duhhh...sakit" Killian memegangi kepalanya yang sakit bukan main pagi itu. Biarpun uda sering mabuk tapi rasanya mabuk kali ini sangat be
“Ya?”“Agung, atur penerbangan untukku kembali ke Jakarta”“Secepatnya!”“Baik Bos”Killian kemudian mematikan ponselnya, menuangkan wine ke dalam gelas dan menyesapnya perlahan sambil memandang hamparan langit sore dari jendela besar di apartemennya di New York. Sambil memikirkan langkah-langkah yang harus di ambilnya saat di Jakarta nanti.Tapi pertama-tama ia harus mendelegasikan tugasnya terdahulu kepada wakilnya di Phoenix Corporation cabang New York.***Jakarta, Kampus“Marcia!” panggil Adel Handoko sahabat Marcia di kampus.“Ya?” Marcia yang sedang menerima telpon membalikkan tubuhnya dan memandang penuh tanya pada temannya sambil memegang ponselnya di telinga.“Ok Bu, nanti aku jemput Kak Killian di bandara. Jam 5 sore kan pesawatnya?” lanjut Marcia berbicara pada ponselnya dimana ada ibunya yan
Mereka bertiga turun dari mobil sambil tertawa dan bercanda. Adel bahkan udah nggak malu-malu lagi bicara dengan Killian. Marcia bahkan sampai geleng-geleng kepala sambil tersenyum geli melihat Adel lebih mendominasi pembicaraan dengan Killian. “Sayang, kamu sudah pulang?” sapa Keenan dari arah ruang keluarga. “Keenan!” jawab Marcia sambil tersenyum berjalan kearah Keenan yang menantinya di sofa. Marcia langsung duduk di sebelah Keenan dan mencomot kentang goreng mayonaise dari meja sofa. Killian yang melihat itu langsung terdiam tidak suka akan kedatangan Keenan ke rumahnya. “Kakak ke kamar dulu Darl. Yuk Keenan dan Adel duluan ya” tukas Killian sambil melihat sekilas dengan datar ke Keenan. Lalu bergegas naik ke kamarnya di lantai dua. “Iya Kak. Istirahat dulu. Kalau sudah mau makan malam nanti Cia panggil” sahut Marcia yang sedang duduk disamping Keenan.
Keenan Putra Widodo usia 23 tahun baru saja bertunangan dengan Marcia Kellgaren kekasih yang sudah di pacarinya lima tahun terakhir. Saat kuliah, Keenan memulai karirnya dengan magang sebagai Staff di divisi Marketing dan Pengembangan Strategi di PT Putra Persada, perusahaan ayahnya Angga Widodo. PT Putra Persada adalah perusahaan yang bergerak di bidang otomotif khususnya mobil mewah termasuk semua accessoriesnya dan perusahaan ini sudah menguasai pasar otomotif mobil mewah di Asia Tenggara. Dengan kepribadiannya yang ramah memudahkan Keenan mudah berbaur dengan berbagai kalangan dalam bisnis mobil mewah. Membuatnya memiliki relasi di mana-mana di berbagai Negara di Asia dalam usia yang masih sangat muda. Dan otaknya yang tajam dan selalu berpikir cepat, mambawanya melenggang mulus dari seorang Staff Marketing dan Pengembangan Strategi untuk menempati posisi Manager Area untuk pasar otomotif mobil mewah untuk wilayah Asia. Hal
Eagle Star adalah sebuah perusahaan international di bidang mobil mewah, sparepart dan accessories. Sejak 30 tahun yang lalu Eagle Star sudah menunjukkan eksistensinya dalam kancah bisnis otomotif spesialisasi mobil mewah. Bermula dari Jason Star sebagai pendiri dan pemilik perusahaan dan sekarang di tangani putranya Christopher Star. Di tangan Christopher Star, Eagle Star mencapai hasil yang signifikan dan mulai membuka cabangnya di Asia sejak sepuluh tahun yang lalu. Eagle Star Asia bekerja sama dengan PT Putra Persada sebagai partner bisnis sejak setahun lalu di bawah kepemimpinan Keenan. Hal tersebut membuat hubungan Keenan dengan Christopher cukup dekat baik sebagai sesama pengusaha ataupun sebagai partner bisnis. “Happy anniversary ke-10 Eagle Star Asia Christ” Keenan membawa Marcia menghampiri pasangan yang sedang berbincang dengan tamu mereka dan memberi selamat kepada Christopher begitu bertemu dengan sang empunya acara yang sedang di
“Bagaimana keadaan ayah saya dokter”“Pak Angga mengalami koma” Keterangan dokter membuat Keenan bagai di hantam truk tronton.Dadanya berdebar nyeri mendengar ayahnya mengalami kecelakan dan koma seperti ini. Bagaimanapun buruknya sang ayah, Angga tetap seorang ayah yang penyayang untuk Keenan.Sejak kecil Angga berusaha membersamai tumbuh kembang Keenan kecil sampai masa dewasanya. Meskipun caranya terbilang ekstrim sampai menyakiti orang lain, Keenan tetap menyayangi ayahnya.Keenan sudah tidak bisa mendengarkan penjelasan dokter. Dia hanya bisa diam dan mengangguk kecil sebagai responnya untuk penjelasan dokter.Keenan menatap sang ayah yang sedang di tangani di ruang ICU. Sedikit mengusap sudut matanya dan berusaha tetap tenang.Tanpa di sadarinya ada Soraya yang tiba-tiba sudah berdiri di belakangnya dan mengusap pundaknya dari belakang “Bersabarl
Killian sampai rumah jam sepuluh malam. Rumah sudah sepi karena semua pelayan sudah masuk ke kamar masing-masing.Dengan perlahan Killian membuka pintu kamar dan mendapati Marcia yang tertidur sambil memeluk Kieran yang tidur di sampingnya.Kedua hartanya yang paling berharga. Killian sangat terharu melihat impiannya terwujud di depan matanya dan sedang terlelap dengan nyenyak saat ini.Berusaha tidak menimbulkan suara, Killian melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Dia harus mandi sampai bersih apalagi tadi darah si supir sempat muncrat ke bajunya.Selesai membersihkan diri, Killian berjalan ke walk in closetnya dan mengenakan piyamanya di sana kemudian berjalan ke tempat tidur dan mengecup pelan kening Marcia dan Kieran lalu merebahkan dirinya di samping sang istri.Killian lalu tidur dan melepas lelah sambil memeluk belahan jiwanya sampai pagi menyapa.&n
Supir itu terkesiap “Ja-jangan tolong!” Supir itu memohon dengan gemetar.Tapi Killian sudah kepalang murka. Dalam sekali tebas darah segar langsung mengucur di dada supir truck tersebut. Teriakan kesakitannya terdengar sangat menyakitkan memenuhi ruangan suram itu.“AAAAAKKKKKKHHH SAKITT!!!” Teriak supir itu.“Cih!” Kesal Killian membersihkan cipratan darah yang mengotori tangannya. Kemudian Killian tersenyum kejam menatap datar supir itu.Ketika tangannya akan menyayat tubuh di depannya lagi, supir tersebut langsung berteriak “Jangan saya mohon! Saya akan katakan semuanya tapi tolong ! Tolong” Teriak supir itu sambil menangis meratapi luka sayatan di dadanya yang cukup dalam itu.Mendengar perkataan supir itu Killian mendengus. Kemudian menghela napas dalam lalu menatap Agung di sampingnya.Agung yang mengerti kode dari Killian langsung menarik supir itu ag
Sejak mengetahui Marcia sedang kritis di rumah sakit dan mengetahui tentang kekejaman papanya, Keenan belum bertemu lagi dengan sang papa. Dia hanya kembali ke rumah sang mama dan di penghujung hari setelah pulang dari kantor, Keenan akan pulang ke apartemennya.Meskipun Amira selalu menelponnya yang tidak pernah di angkat oleh Keenan karena Keenan mengetahui Soraya, ibunya Amira juga ikut andil dalam mencelakai Marcia meskipun tidak secara langsung.Keenan sangat muak dengan ibu dan anak itu yang selalu membayangi hidupnya. Mereka berdua tidak ubahnya lintah yang terus menempel dan menghabiskan harta papanya.Tidak cukupkah mereka menghancurkan keluarganya, membuat papa dan mamamya bercerai dan membuatnya hidup tanpa kasih sayang yang utuh dari papanya. Meskipun Keenan tumbuh besar dalam pengasuhan kedua orangtuanya di tempat terpisah. Mengingat itu Keenan menjadi kesal.Alhasil yang Keenan lakukan
Pemandangan indah penuh bunga dan rumput musim semi menyapa Marcia yang tiba-tiba menginjakkan kakinya di padang indah itu.Sejauh mata memandang hanya ada hamparan rumput hijau dan bunga-bunga berbagai warna dengan aromanya yang harum. Marcia sangat menyukai bunga dan musim semi. Karena itulah dia sangat suka padang ini dalam sekali lihat.“Wah....Yuhuuuu...” Teriak Marcia dengan penuh semangat merentangkan kedua tangannya dan berlari berputar-putar menjelajahi padang bunga itu.“Cantik banget tempat ini”Kemudian Marcia menarik napas dalam sambil memejamkan mata dan menghembuskannya. Menikmati suasana sekitarnya yang sunyi dan udaranya yang segar dengan senyuman tidak henti menghiasi wajah cantiknya.“Aku ingin tunjukin tempat ini ke Kak Lian. Eh, tapi kok Kak Lian dari tadi ‘gak ada ya” Gumam Marcia baru sadar kalau sejak tadi dia sendirian.Kemudian Marci
Sepasang suami istri itu berlarian dengan panik di lorong rumah sakit. Keduanya mendapat kabar dari Agung kalau putra-putri mereka mendapat kecelakaan dan sekarang Marcia sedang di operasi untuk mengeluarkan bayinya.Thomas berjalan secepat mungkin ke arah ruang operasi dan menemukan Killian yang sedang tertunduk lesu.Kemeja dan celana panjangnya terdapat banyak noda darah.‘Apa Killian terluka?’ Batin Thomas cemas.“Lian!” Ellena sang ibu memanggil putranya dan segera memeluk sang putra saat di lihatnya putranya sedang tidak baik-baik saja.Killian langsung memeluk ibunya dan menangis tersedu di sana. Dia sudah tidak bisa menahan air matanya lagi. Segala resah, cemas, takut dan khawatir istri dan bayinya kenapa- kenapa campur aduk menjadi satu.Thomas yang melihat putranya sedang butuh dukungan langsung memeluk istri dan anaknya deng
“Marcia adalah putri dari wanita yang aku cintai sepenuh hati. Sejak dulu. Bahkan sampai saat ini” Angga berkata dengan lugas.Menatap Lucy langsung ke dalam matanya.Mendengar pengakuan Angga entah kenapa hati Lucy serasa tercubit. Bertahun-tahun bersama Angga rupanya tidak pernah membuat pria itu jatuh cinta padanya ternyata.Lucy kira selama ini Angga mencintainya karena itulah dia bercerai dengan istrinya, tidak pernah menikah lagi dan selalu mencarinya jika butuh untuk di puaskan. Ternyata kisahnya bukan seperti yang selama ini di pikirkannya.‘Brengsek!’ Maki Lucy dalam hati. Tatapan matanya menajam menatap Angga yang duduk di hadapannya. Tapi dia masih berusaha tenang.“Wanita yang kau cintai itu maksudnya Misato Kellgaren?” Tanya Lucy“Misato Minamoto. Itu namanya sebelum menikah dengan Andrew Kellgaren si pembully itu!” Kata Angga. Matanya berkilat p
“Sabar ya nak. Sebentar lagi kita sampai ke rumah sakit. Kita akan segera bertemu sayang. Tenang-tenang dulu ya di dalam perut mama” Bisik Killian berulang-ulang ke perut Marcia sambil tidak henti mengelus perut sang istri.Sesekali Killian mengecup kening Marcia yang sudah tidak sadarkan diri. Jantungnya bertalu-talu. Takut dirinya sudah terlambat menyelamatkan istrinya.***Sepuluh menit kemudian mereka berhasil mencapai rumah sakit terdekat di daerah pinggiran kota. Killian langsung menggendong Marcia yang sudah tidak sadarkan diri keluar dari mobil dan berteriak ke arah petugas kesehatan yang sudah membawa brangkar agar segera menyelamatkan istrinya.Wajah Killian sangat pucat, panik menguasai pikirannya yang biasanya selalu tenang meskipun dalam keadaan terjepit. Ketakutan sangat kentara di wajahnya yang tampan.“Tolong selamatkan istri saya!” Teriak Killian sambil membaringkan Marcia di atas brankar.Dokter dan perawat segera membawa Marcia ke ruang IGD dan mulai melakukan pemer
Dengan senyum kemenangan, Lucy berkata “Aku tau apa yang kau lakukan Angga” Bisiknya pelan.Tidak ingin terpancing oleh wanita paruh baya di hadapannya ini, Angga berusaha bersikap santai. Kemudian dia duduk di sofa single di depan Lucy sambil menyilangkan kaki dan memantik cerutu.Seketika asap cerutu berkualitas tinggi membubung tinggi keluar dari bibir Angga. Kemudian sambil duduk santai dan menyenderkan punggungnya pria paruh baya itu menatap Lucy dengan tajam.“Apa maksudmu Lucy” Tanya Angga pura-pura tidak tahu.Lucy tersenyum sinis. “Aku sudah melihat isi laptopmu. Dan tau apa yang sudah kau lakukan bertahun lalu” Kata Lucy terus terang.Dia malas tarik ulur. Lucy sudah tarik ulur dengan Angga belasan tahun dan sudah muak melakukannya. Kalau dapat hasil sih tidak masalah tapi yang ada malah capek melayani lelaki tua ini!“Tidak ku sangka kalau kau dan Misato saling mengenal” Kata Lucy sekilas otaknya langsung traveling ke beberapa tahun silam saat Angga terlihat bahagia di hari