Share

2. The Boss

Penulis: Black Aurora
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-09 00:54:53

Mungkin karena masih shock, hanya beberapa detik kemudian Amanda pun pingsan.

Ia bahkan sama sekali tidak sadar ketika Kairo mengangkat tubuhnya dari lantai dan membawanya keluar dari gudang tempat Enzio menyekap Amanda.

"Siapkan mobil!" Perintah lelaki bersurai legam itu kepada pria muda yang berdiri menunggunya di depan pintu gudang.

Pria itu mengangguk hormat, lalu sekilas melirik penuh rasa ingin tahu kepada wanita yang berada di dalam dekapan Tuannya.

Kairo membungkukkan badannya saat memasuki mobil Rolls Royce. Ia memasukkan tubuh Amanda perlahan untuk didudukkan di kursi bagian belakang.

Lalu dengan setengah tubuh yang masih berada di luar mobil, ia menatap lelaki muda yang berada di bagian kemudi depan.

"Sam, apa barang-barang Amanda sudah dibawa semua?"

Sam mengangguk kecil. "Sudah, Tuan. Koper Nona Amanda sudah aman di bagasi," sahutnya.

“Bagus,” tukas Kairo puas, lalu ia pun ikut masuk ke dalam mobil untuk duduk di samping Amanda.

Maniknya lekat menatap wajah cantik yang sedang terlelap itu, ketika satu tangannya terjulur untuk menyentuh leher jenjang Amanda yang terlihat jejak lebam di kulitnya.

"Enzio sudah kamu amankan?" Kairo bertanya pada Sam, namun netra abu-abu gelapnya tak lepas dari gadis di sampingnya.

"Dia sedang dalam perjalanan menuju The Tomb. Apa Tuan ingin dia segera dieksekusi?" Sahut Sam.

The Tomb adalah ruang bawah tanah, yang biasa digunakan Kairo sebagai tempat penyiksaan dan kurungan bagi tahanan musuhnya.

"Jangan sentuh Enzio. Biar aku yang akan memberikan pelajaran untuknya, tentang bagaimana rasanya menjadi korban perdagangan organ tubuh ilegal," tukas Kairo dengan seringai dinginnya.

Sam tidak menjawab, namun ia hanya mengangguk karena kali ini Kairo menatapnya tajam melalui spion atas.

Tatapan Kairo kembali tertuju kepada Amanda, dan sontak manik dingin itu pun melembut. Perlahan ia mendekatkan bibirnya dengan bibir ranum Amanda yang menggiurkan itu untuk mengecupnya hanya sekilas.

"Mi prenderò sempre cura di te, mia cara Amanda (Aku akan selalu menjagamu, Sayangku Amanda~terjemahan dari bahasa Italia)," bisiknya lembut di telinga gadis itu, lalu kembali mengecup bibirnya--kali ini dengan pagutan yang cukup lama dan penuh gairah.

Mengabaikan Sam di depan sana yang sempat melirik ke belakang dan langsung merasa salah tingkah.

Selama lima tahun mengabdi untuk Kairo, Sam tidak pernah melihat big boss-nya itu memperlakukan siapa pun selembut dan sehangat itu hingga membuatnya heran dan bingung.

Kairo Aldevara--Sang Pemimpin kejam itu lebih sering menyiksa musuhnya tanpa perasaan daripada bersikap normal seperti layaknya manusia biasa.

"Jalan, Sam. Kamu tahu tujuannya kemana," titah Kairo dengan ekspresi dingin tak terbaca, setelah ia puas melampiaskan hasrat terdalamnya kepada bibir merekah yang hampir membuatnya tak bisa menahan diri.

Akhirnya, Kairo pun merengkuh bahu Amanda hingga kepala mungil itu kini bersandar di dada bidangnya.

***

Amanda baru terbangun ketika mendengar suara dering ponsel dari samping tempat tidurnya.

Sambil meringis menahan nyeri di lehernya yang terasa tegang, gadis itu pun menjulurkan kedua tangannya ke atas nakas dimana alat komunikasi itu berada.

"Pronto (halo)?" Sapanya lirih dengan suara yang masih serak. Uh, lehernya masih sakit sekali.

"Agent Peacock!! Dari mana saja kamu?!" Seruan itu membuat Amanda sontak bergeming dari ranjangnya.

"Max?"

"Kamu membuatku khawatir saja! Sudah satu jam aku menelepon dan mengirimimu pesan, namun tak satu pun dibalas. Apa yang terjadi? Apa flash disc itu berhasil kamu dapatkan?!"

"Ehm... soal itu..." Amanda terdiam dan bingung tidak tahu mau menjawab apa. Dia sendiri tidak yakin kalau benda yang ditanya Max masih berada di tangannya.

Mungkin saja Enzio sudah mengambilnya, atau...

Seketika ingatan Amanda pun kembali ke dalam gudang di bandara tempat Dokter psycho itu mencekiknya.

"Max... Enzio tadi menyekapku," tuturnya pelan.

Keringat dingin sontak menetes di pelipisnya ketika bayang-bayang kejam wajah Dokter psikopat itu masih terekam di pelupuk matanya.

Tubuhnya menggigil saat mengingat betapa dekatnya ia dengan kematian, serta kemungkinan jika ia akan ditemukan dengan kondisi organ tubuh yang sudah tak lengkap.

Itu pun jika Enzio tidak membakar jasadnya.

Jika saja saat itu Kairo yang entah dari mana tidak datang untuk menyelamatkannya, semua skenario di atas sangat mungkin terjadi.

"Apa kamu bilang?? Enzio menyekapmu?!" Max terdengar terkejut dan kalut. "Apa kamu serius, Amanda? Lalu bagaimana bisa kamu lolos?!"

Gadis itu pun segera menceritakan semua yang terjadi tanpa ada yang ditutupi. Bahkan juga mengenai Kairo yang menyelamatkannya.

Amanda juga bercerita bagaimana ia dan pelukis jalanan itu pertama kali berkenalan.

"Kairo? Apa kamu tahu nama lengkapnya?" Tanya Max.

"Tidak. Aku dan dia juga tidak sedekat itu untuk saling mengatakan nama panjang kami," celetuk Amanda.

"Tapi dialah yang menyelamatkanmu, Agent Peacock. Dia juga tahu alamat apartemenmu, serta kuncinya yang berupa kode angka. Jika kamu tadi pingsan, maka siapa yang memberitahunya semua hal itu?" Balas Max.

Amanda memijat pelan pelipisnya. Itu juga yang membuatnya heran. Darimana Kairo bisa tahu? Apakah Amanda yang telah memberitahunya tanpa sadar?

"Aku... aku tidak tahu Max," tukas Amanda bingung. "Aku benar-benar tidak tahu..."

Terdengar helaan napas berat dari seberang sana. Max terdengar frustasi. Ya, ia begitu khawatir kepada Amanda yang baru menjalani tugas lapangan untuk pertama kalinya.

Sehingga ketika gadis itu mendadak tidak bisa dihubungi, Max yang sedang bertugas di London pun tidak bisa fokus dengan pekerjaan dan memutuskan untuk segera kembali ke Milan dengan private jet.

Ia hanya ingin memastikan kalau Amanda dalam keadaan baik-baik saja.

"Aku sedang di perjalanan menuju ke apartemenmu," Max pun tiba-tiba memberitahu.

"Hah? Max, bukankah kamu sedang berada di London sekarang?" Tanya Amanda kaget. Setahunya Max sedang menjalani agenda penting dan akan stay di sana selama tiga hari.

"Ya, dan aku langsung pulang ketika tahu ponselmu tidak diangkat selama satu jam, Agent Peacock. Jangan kemana-mana dan tunggu aku. Dan jangan buka pintu apartemenmu untuk siapa pun selain aku."

***

Amanda masih bengong tak percaya melihat seseorang yang masuk ke dalam apartemennya dengan tergesa-gesa.

Hanya satu orang yang tahu kode angka unit apartemen Amanda, dan itu adalah Max.

Ah ya, satu lagi manusia yang tahu--Kairo, meskipun hingga sekarang Amanda masih bingung entah bagaimana lelaki itu bisa mengetahuinya.

Tanpa buang waktu, Max langsung mendekati Amanda dan meletakkan kedua tangannya di pundak gadis itu.

Netra hazelnya saling beradu dengan manik zamrud Amanda, lalu beralih mengamati lebam mengerikan yang melingkar di leher wanita itu.

"Apa Enzo mencekikmu?"

Refleks Amanda menyentuh lehernya yang masih terasa nyeri. "Tak masalah. Yang penting aku berhasil mendapatkan flash disc itu," tukasnya sambil menyeringai bangga.

Ya, flash disc itu untungnya masih aman berada di dalam bra-nya. "Misi lapangan pertamaku ini berhasil, kan?"

Max mendengus keras dan melepaskan tangannya dari pundak Amanda untuk berkacak pinggang.

Lelaki berdarah ras campuran Amerika - Afrika itu terlihat gemas dengan sikap Amanda yang terlalu santai padahal sebelumnya nyawanya benar-benar berada di ujung tanduk.

Jari telunjuknya terangkat untuk diacungkan kepada Amanda. "Hei. Kamu itu hampir tewas, Agent Peacock! Jika saja orang asing yang bernama Kairo itu tidak segera datang, mungkin sekarang setiap organ tubuhmu telah berada di setiap negara yang berbeda!"

Amanda menggaruk kepalanya sambil mencebik--membuat Max semakin gemas.

Kalau sudah begini, Amanda terlihat sangat polos dan imut, apalagi rambut coklatnya yang sedikit berantakan dan wajahnya yang sudah bersih dari make up itu membuatnya seperti gadis remaja tanggung yang sedang ngambek.

Hilang sudah image 'wanita nakal' yang harus ia perankan selama ini, dan hanya di depan Max ia bisa membuka topeng serta menjadi diri sendiri.

"Max, please. Aku masih jet lag karena perbedaan waktu enam jam dan kamu malah membuat kepalaku semakin pusing!" Keluh Amanda sambil berdecih lalu dengan santainya merebahkan diri di atas sofa dan menutup matanya.

Gadis itu sama sekali tidak rikuh atau takut mengomeli bosnya seperti itu. Hubungan mereka yang lebih mirip teman daripada bawahan dan atasan, membuat Amanda jadi bersikap santai padanya.

Kembali Max menghempaskan nafasnya melihat gadis yang membuatnya khawatir sekaligus kesal ini.

Hei, dia adalah Pemimpin dari The Golden Badge! Bagaimana pun, tidak seharusnya Amanda yang notabene adalah bawahannya bersikap terlalu santai.

"Minggir!" Max lalu menepuk kasar kaki Amanda, dan segera menghempaskan bokongnya di material empuk itu ketika akhirnya kaki Amanda turun menjejak lantai.

"Bukan kamu saja yang jet lag, Agent Peacock," gerutu Max sambil memijat kepalanya yang berdenyut.

Ia sama sekali tidak jet lag, hanya saja otaknya sekarang serasa mau pecah karena cemas berlebihan yang dirasakan sebelum bertemu Amanda.

"Sekarang tolong buatkan sesuatu yang bisa dimakan. Aku lapar."

Amanda pun mendelik sambil berjengit. Apa-apaan lelaki ini?? Mana ada jet lag kalau jarak tempuh dan beda waktu antara London dan Milan hanya selisih satu jam??

"Jadi kamu menyuruhku untuk menyiapkan makanan??" Sergahnya tak percaya. "Kenapa aku harus melakukannya?"

Amanda merasa tidak harus menjamu bosnya ini, karena tidak biasanya Max singgah lama-lama di apartemennya.

Yang sudah-sudah, lelaki itu biasanya hanya datang jika ada perlu, dan langsung buru-buru pergi setelahnya.

Max menatap datar manik hijau zamrud berkilau di sampingnya. "Karena aku adalah bosmu. Dan karena aku yang menyuruhmu," tandas lelaki itu tajam dengan nada tak ingin dibantah.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • I Love You, Mr. Devil!   3. The Mission Has Not Been Completed

    Max menggigit sandwich daging asapnya sambil menatap lekat layar laptop di depannya. Ia sedang serius memeriksa flash disc yang berhasil diambil Amanda dari Enzio Morelli, dan mengirim seluruh isinya ke dalam e-mail. Max menghela napas lelah, namun tidak berhenti mengunyah sandwich yang dibuatkan Amanda untuknya. Bukti kuat untuk menjerat Enzio sudah ia pegang sekarang, meskipun Max sudah kehilangan jejak Dokter psikopat itu.Seluruh anak buahnya sudah dikerahkan untuk mencari Enzio Morelli. Namun Dokter gila itu hilang tanpa jejak seperti lenyap ditelan bumi. Mungkin ia sedang bersembunyi, sejak menyadari kalau flash disc yang berisi rekam jejak kejahatannya berupa pembunuhan serta data perdagangan organ tubuh ilegal telah menghilang. Well, Max sebenanarnya tidak terlalu cemas dengan menghilangnya penjahat itu. Toh, orang-orangnya yang bekerja di bawah organisasi The Golden Badges adalah orang-orang yang memiliki kemampuan luar biasa, selama ini tak sulit bagi mereka untuk mene

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-09
  • I Love You, Mr. Devil!   4. The Masquarade Party

    Kairo menelisik perlahan penampilan Amanda dari ujung kepala hingga ke ujung kaki dengan penuh kekaguman.Wanita itu sangat memukau dengan gaun merah menyala yang membuat kulit lembutnya yang keemasan terlihat semakin berkilau. Bagian atas gaun yang sangat ketat menyerupai bustier, memperlihatkan lengan yang ramping serta pundak yang indah. Kairo menatap tulang selangka di bawah leher Amanda yang menyembul dengan cantik, membayangkan keinginnya ia memberikan tanda kepemilikan di sana. Lalu pandangan lelaki itu pun turun hingga ke bagian dua aset Amanda yang terlihat sangat menggiurkan, bulat dan padat, membuat Kairo meneguk kasar salivanya. Aaarggh... Amanda membuat sekujur tubuhnya terasa panas dan gerah!Pandangan dari netra abu gelap itu semakin turun hingga ke perutnya yang datar dan pinggangnya yang sempit membuatnya mereka-reka sekecil apa pusarnya. 'Suatu saat aku akan melihat dan menjilatinya sampai puas,' batin Kairo sambil menyeringai.Tatapannya pu lalu berakhir di ba

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-09
  • I Love You, Mr. Devil!   5. The Chase

    Bab 5 : The Chase'Ini tidak bisa dibiarkan,' batin Max geram melihat Amanda yang sedang berdansa tango dengan seorang lelaki asing yang memakai topeng hijau tua.'Siapa lelaki itu? Kenapa Amanda memilih berdansa dengan orang asing dibandingkan denganku?Bukankah dia adalah pasanga kencanku malam ini?!'Max sendiri tidak merasa bahwa apa yang dilakukan Amanda sebenarnya tak jauh beda dengan apa yang dia lakukan dengan gadis pirang tadi.Tanpa berpikir panjang, Max pun mulai melangkahkan kakinya untuk menarik Amanda menjauh. Namun baru selangkah kakinya berjalan, terdengar suara ledakan keras yang membuat situasi kacau balau dan jeritan-jeritan sontak membahana di udara. Lalu tiba-tiba saja semua lampu yang menerangi ballroom besar itu pun seketika padam, membuat suasana menjadi gelap gulita tanpa cahaya. Ada asap tipis yang masuk dari luar rumah mewah itu melalui sela-sela ventilasi dan pintu, membuat suasana yang ada semakin mencekam. Max menarik senjata yang tersampir di sabuknya

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-11
  • I Love You, Mr. Devil!   6. The Moonlight Kiss

    "Kau bukanlah seorang pelukis atau bartender, bukan? Lalu siapa kau sebenarnya?!" Sentak Amanda dengan mata hijaunya yang beradu tatap dengan netra abu gelap Kairo. Tangannya yang menggenggam pisau bermata dua dengan sengaja menggores kulit leher lelaki itu, yang hanya beberapa senti dari urat nadinya.Kairo hendak mengucapkan sesuatu, namun tiba-tiba saja suara rentetan peluru terdengar, dan desingnya yang terasa panas tertuju kepada mereka berdua. "Tiarap!" Seru Kairo sambil menarik Amanda dan menjatuhkan tubuh mereka di atas tanah. Tanpa berpikir panjang, Kairo pun refleks menempatkan dirinya di atas tubuh Amanda, menjadi tameng dari serbuan timah panas yang bisa melukai wanita itu.Amanda tersentak dan mengerjap-kerjapkan matanya, tak menyangka dengan perbuatan heroik lelaki itu yang lagi-lagi bertujuan untuk menyelamatkan dirinya.Di antara suara desing peluru, Amanda menelisik wajah tampan yang kini sedang berada di atasnya itu. Wajah tegang yang sedang menoleh waspada ke ar

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-11
  • I Love You, Mr. Devil!   7. The Runaway

    "Pakai ini saja."Amanda menatap nanar pada sehelai kaos hitam besar dengan warna yang sudah pudar, dan celana jeans yang juga sama pudarnya.Demi apa, ia tidak mungkin menggunakan pakaian bekas dari seseorang! Meskipun Amanda bisa menghirup aroma pewangi yang segar dari kedua helai pakaian itu, dan meskipun lusuh tapi tampaknya cukup bersih.Apalagi ini adalah pakaian lelaki!Dia adalah seorang model, demi Tuhan! Yah, walaupun pekerjaan sampingannya satu lagi terkadang membuat Amanda jauh dari kata glamour karena harus menyamar tanpa mengenakan baju-baju yang fashionable, tapi paling tidak tak terlalu semengerikan mengenakan pakaian bekas lelaki entah siapa!Amanda meringis dan mengacungkan jempolnya kepada Kairo."Nope. Aku baik-baik saja, thanks. Aku tetap pakai bajuku ini saja," ucapnya dengan wajah masam.Kairo menaikkan satu alis lebatnya. "Kamu yakin? Setidaknya pakaian ini bersih, Amanda. Dan… tidak robek seperti bajumu," tukasnya sambil menunjuk bagian dada wanita itu yang s

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-11
  • I Love You, Mr. Devil!   8. The Fashion Show

    Bab 8 : The Fashion Show Amanda merasa sangat lega karena melihat kondisi Max yang baik-baik saja, setelah mereka terpisah saat insiden penyerangan misterius itu. Amanda yang saat itu tak bisa mengelak karena tangannya terus ditarik oleh Kairo keluar melalui pintu rahasia, terpaksa meninggalkan Max sendirian di kediaman Harrison Davis. Dengan langkahnya yang lebar dan pasti, Max berjalan menuju Amanda yang masih berdiri mematung di depan jendela yang terbuka. "Aaah!!" Amanda terkejut setengah mati, ketika merasakan tubuh Max yang tiba-tiba saja menubruknya dengan keras dan langsung mendekapnya erat-erat. "Syukurlah kamu baik-baik saja!" Ucap Max penuh dengan kelegaan. "Aku khawatir sekali saat sambungan telepon darimu terputus, dan ponselmu tidak bisa dihubungi lagi." Amanda memukul-mukul pelan bahu keras Max. "Uhm, Max... bisa lepas dulu? Aku nggak bisa bernafas!" Sentaknya dengan suara yang tersengal. Max pun langsung melepaskan pelukannya namun tidak melepas tangannya

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-11
  • I Love You, Mr. Devil!   9. The Mysterious Black Orchid

    "Wow. Apa itu bunga Black Orchid?"Suara bariton itu membuat Amanda menolehkan netranya ke arah pintu."Max?" Senyum manis pun terkembang dari bibir yang kali ini berlipstik merah menyala. Amanda melirik Nira yang bengong melihat Max yang masuk sembari membawa buket besar bunga mawar merah. Hari ini Max terlihat sangat tampan dengan jaket kulit hitam yang menutupi kaus turtleneck coklat mocca yang sewarna dengan matanya. Amanda terkikik geli dalam hati melihat Nira yang terkagum-kagum melihat pacarnya hingga meneteskan air liur."Nira, kenalkan ini Max, bodyguard-ku. Max, ini Nira, personal asisstant-ku," cetus Amanda memperkenalkan mereka."Bodyguard?" Netra coklat Max kini berkilat kesal menatap Amanda, karena memperkenalkan dirinya bukanlah sebagai pacar. Namun di satu sisi ia juga mengerti kenapa wanita itu berkata begitu. Pasti Amanda hanya berjaga-jaga saja agar hubungan mereka tidak sampai tercium oleh para petinggi di The Golden Badges.Namun ini tetap saja menyebalkan.M

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-12
  • I Love You, Mr. Devil!   10. The Flashback To The Past

    "Permisi, Tuan."Kairo mengangkat kepalanya dari dokumen yang sedang ia pelajari, dan melihat ajudannya Sam yang sedang berdiri di depan pintu ruang kerjanya. Ia pun segera menutup dokumen itu dan menatap Sam datar. "Masuk saja, Sam."Sam langsung melangkah cepat untuk kemudian berdiri tegak di depan meja kerja Kairo. "Ini tentang bukti pembelian obat terlarang oleh Cielo Nostra, data-data itu sudah diterima oleh Miss Amanda dan juga Mr. Maximilian," lapornya.Kening Kairo otomatis berkerut dalam saat mendengar nama Max disebutkan oleh Sam. "Bukankah data itu hanya dikirimkan kepada Amanda? Kenapa Max juga ikut menerimanya?"Sam mengangguk. "Benar, Tuan. Namun ketika data itu diberikan kepada Miss Amanda, bertepatan dengan Mr. Maximilian yang juga sedang berada di dekatnya," terang Sam.Kairo menghela napas pendek. Kedua bibirnya mengatup rapat pertanda dirinya sangat gusar. 'Sebenarnya sedekat apa sih Amanda dengan lelaki itu? Kenapa bisa-bisanya Max selalu berada di dekat Amand

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-12

Bab terbaru

  • I Love You, Mr. Devil!   26. The Innocent Prisoner

    "Signorina Amanda... apa Anda bisa mendengar saya?"Amanda mulai berusaha membuka kedua kelopak matanya meskipun masih terasa berat. Untuk sesaat nyeri terasa menusuk kepalanya, membuat wanita itu mengernyit dan berusaha untuk mengatur napas.Tampak olehnya seseorang yang berdiri di sampingnya, seorang wanita paruh baya berseragam restoran yang menatapnya lekat dengan ekspresi cemas.Amanda mengerjap dua kali. "Beatrice?" Ucapnya dengan suara yang lemah. Tenggorokannya terasa kering dan gatal sehingga membuatnya mendehem pelan hingga berkali-kali."Syukurlah Nona akhirnya sadar juga," tukas Beatrice dengan lega. "Apa Nona mau minum?" Tawarnya, yang dibalas dengan anggukan pelan Amanda."Mari saya bantu, Nona." Dengan cekatan, Beatrice membantu Amanda yang bergerak perlahan ingin duduk bersandar di headboard. Amanda meminum air putih dalam gelas yang disodorkan oleh Beatrice hingga tandas."Apa yang terjadi denganku?" Tanya Amanda setelah akhirnya ia kembali merebahkan diri di ranjan

  • I Love You, Mr. Devil!   25. The Lightning Strike

    Mungkin seharusnya Amanda merasa jengkel setengah mati dan menolak untuk makan, mengingat Kairo yang dengan kurang ajar sudah menculiknya. Bahkan lelaki itu juga mengambil kesempatan dalam kesempitan dari dirinya yang sedang tak sadar karena dipengaruhi obat terkutuk itu! Namun apa mau dikata... perut Amanda yang benar-benar keroncongan karena sangat kelaparan sudah tidak bisa lagi diajak kompromi, maka tanpa ragu wanita itu pun melahap hidangan lezat yang tersedia di meja bundar di dalam ruangan yang seperti resto mewah di dalam yacht ini.Amanda memang bukan jenis supermodel yang harus diet ketat demi menjaga penampilan, karena sejak dulu dia dikaruniai tubuh yang memang sempurna dan tidak gampang gemuk. Malah dulu ketika dia masih kecil, badannya kurus seperti triplek padahal makannya sangat lahap.Amanda mengunyah makanannya sembari memandangi lautan lepas yang membentang bagai permadani biru yang bertabur berlian berkilau ditimpa sinar mentari pagi. Bibir merah mudanya seketi

  • I Love You, Mr. Devil!   24. The Missing In Action

    Suara debur lautan lepas dengan ombaknya yang tenang membuat Amanda masih berdiri dan diam terpaku di bibir pintu. Tatapannya tak lepas memandang hamparan cakrawala biru yang membentang luas seakan tak berujung itu. Semalam ia masih berada di Milan, dan sama sekali tak terpikirkan olehnya kalau pagi ini Kairo telah membawanya ke tengah laut seperti ini! Meskipun Amanda tak menampik jika pemandangan laut di pagi hari ini begitu indah dan menyegarkan, namun bukankah membawa seseorang tanpa persetujuan juga bisa dikategorikan sebagai penculikan?? "Ini dimana?" Tanya Amanda dengan suara lirih, sementara manik hijau cemerlangnya tak jua lepas menatap pemandangan laut di hadapannya. Kairo tersenyum dan perlahan beranjak dari ranjang bergaya victorian itu, lalu meraih bath robe hitam yang tergeletak di lantai dan mengenakannya. Langkahnya dengan tenang berjalan mendekati Amanda, dan berhenti tepat di belakang tubuh berlekuk indah yang masih terkesima memandang water scape di hadapan m

  • I Love You, Mr. Devil!   23. The Passionate Night

    Amanda mengerang lirih ketika kesadarannya mulai terkumpul kembali. Seluruh tubuhnya terasa pegal luar biasa. Denyut nyeri masih terasa di bagian bawah tubuhnya. Leher, dada, perut dan beberapa bagian tubuhnya terasa panas seperti lebam, namun anehnya perasaannya seperti buluh bunga dandelion yang diterbangkan oleh angin. Ringan sekali.Bahkan wanita itu tak bisa menahan seuntai senyum yang tiba-tiba saja terkulum di bibir merah mudanya.Namun rasa melayang yang menyenangkan itu pun tak bisa bertahan lama, karena sebuah kesadaran baru seketika menghantam logikanya dan membuatnya tersadar.Tempat ini bukanlah kamar di apartemennya.Amanda pun terkesiap dan membelalakkan matanya lebar-lebar, lalu menyadari bahwa ada satu lagi kenyataan yang makin membuatnya menahan napas. Dia tidak berpakaian sama sekali! Dengan wajah pias dan napas menderu, Amanda memejamkan matanya. Jantungnya makin bertalu-talu karena ia menyadari bahwa tidak sendirian di ranjang itu. Ia bisa mendengar desah na

  • I Love You, Mr. Devil!   22. The Trapped

    [Jangan minum cocktail yang diberikan oleh Dominico, dia memasukkan sesuatu ke dalamnya]Amanda membaca pesan mengejutkan yang masuk ke dalam ponselnya, berasal dari salah satu agent yang ditugaskan Max untuk menjaga Amanda.Beberapa saat kemudian, wanita itu pun membalas pesan tersebut.[Terima kasih untuk infonya. Aku akan segera pergi dari sini. Kamu juga sebaiknya pulanglah]Fiuh. Kali ini Amanda bersyukur dengan tindakan Max yang sebelumnya ia anggap berlebihan dengan menaruh agent untuk mengawasinya. Paling tidak Amanda sudah sempat menduplikat seluruh data dari ponsel Dominico, jadi sekarang waktu yang tepat untuk menghilang sebelum lelaki paruh baya itu kembali dan memberinya minuman yang entah sudah diberi apa.Amanda melirik Kairo yang juga sudah berada tak begitu jauh darinya, sedang berbincang dengan seorang wanita berambut pirang dengan ukuran dada dan bokong super besar yang terlihat tidak manusiawi.Amanda berdecih, melihat betapa genitnya wanita yang mengenakan pakai

  • I Love You, Mr. Devil!   21. The Unexpected Guest

    Seorang lelaki berkaca mata hitam berjalan turun dari kursi pengemudi Rolls Royce--yang jenisnya hanya ada lima di dunia--dengan sikap waspada.Wajah tampan dengan gaya rambut comma hair itu pun mengedarkan pandangannya sejenak, sebelum ia membukakan pintu di bagian penumpang untuk tuannya.Naluri seorang pengawal sekaligus ajudan pribadi yang sudah mendarah daging akan selalu membuatnya cermat mengamati lingkungan sekitar, serta selalu menerapkan perilaku ekstra hati-hati.Mereka telah sampai di depan sebuah night club mewah yang biasa dikunjungi oleh kalangan jet set, dimana kaum hedonis kaya-raya menghamburkan harta mereka untuk sekedar mencicipi alkohol berkualitas tinggi dengan harga tidak masuk akal.Juga menikmati jalang kelas atas yang sudah pasti akan memuaskan hasrat duniawi mereka.Setelah yakin jika kondisi sekitar aman, Sam--sang ajudan--pun membukakan pintu mobil bagian penumpang dimana tuannya berada. "Silahkan, Tuan Kairo," ucap Sam sopan sambil membungkuk hormat keti

  • I Love You, Mr. Devil!   20. The New Mission

    Amanda terbangun dengan tubuh yang masih polos tertutup selimut. Sisa-sisa pergumulan panasnya semalam bersama Max masih terasa membekas di sekujur tubuhnya, terutama perih dan panas di bagian bawah tubuhnya. Tidak, dia bukan perawan yang baru merasakan bercinta, namun gempuran Max semalam benar-benar kasar dan membuatnya meringis sakit. Amanda mendesah. Mungkin Max hanya ingin menghukumnya setelah semalam ia kepergok bersama Kairo. Wanita bersurai coklat panjang itu pun menghela napas dan menoleh ke samping tempat tidurnya. Kosong. Kemana Max? Apa dia sudah berangkat ke kantor? Amanda melirik jam dinding di atas pintu, dan mengernyit bingung ketika menyadari bahwa saat ini masih jam enam pagi--terlalu pagi bagi Max untuk berangkat kerja. Serta-merta Amanda menghirup aroma lezat yang menguar dari luar kamarnya, tepatnya dari arah dapur. Senyum manis pun seketika terkembang lebar di bibir penuh merah muda itu, sebelum akhirnya ia bangun dan berdiri dari tempat tidur tanpa s

  • I Love You, Mr. Devil!   19. The Heartbreak And The Forgiven

    "Aku mau bicara." Mendengar suara bariton itu, Amanda pun buru-buru melepaskan kukunya yang sejak tadi dia gigiti, lalu menatap Max yang baru saja memasuki apartemen dengan sorot mata yang nanar. Lelaki itu terlihat sangat dingin tak tersentuh. Dan juga marah. Sangat marah. Tentu saja dia marah! Max memergoki kekasihnya sendiri yang sedang bercumbu dengan lelaki lain di depan apartemen! Padahal malam ini Max memang sengaja ingin memberikan kejutan kepada Amanda dengan menyiapkan makan malam romantis di apartemen gadis itu. Sejak sore hari ia sudah berkutat di dapur Amanda, meramu berbagai bahan masakan dibantu oleh tutorial video memasak dari Youtube. Namun rasanya semua jerih payahnya sia-sia belaka, ketika kekasih yang ia nantikan kedatangannya ternyata malah asik berciuman dengan lelaki lain! Sejak kejadian penyerangan di rumah Harrison Davis yang mengakibatkan menghilangnya Amanda, diam-diam sebenarnya Max telah memasang GPS tracker di ponsel kekasihnya, sehingga ia pun

  • I Love You, Mr. Devil!   18. The Ambush

    "Kairoo!!! Aaarrghh brengseekk!! Turunkaan!!" Amanda masih saja berteriak dan meronta, dan Kairo masih tetap berjalan dan membopongnya di pundak dengan menulikan telinganya. Bahkan dengan jahilnya, lelaki itu juga menepuk bokong sintal Amanda sambil tergelak. Namun tiba-tiba saja langkah lebar Kairo pun terhenti, ketika tiga lelaki berbadan besar muncul dan menghadangnya dengan wajah yang beringas. "Laiv," dengus sinis Kairo dengan tatapan tajamnya yang terarah pada lelaki yang berada beberapa meter di depannya. Mereka kini telah berada di bagian luar taman, tepatnya di sisi jalanan yang cukup sepi dan dengan penerangan yang kurang memadai. Lokasi yang akan dihindari oleh gadis-gadis yang berjalan sendirian di tengah malam seperti ini, karena terlihat seperti tempat-tempat yang rawan akan kejahatan. Kairo pun segera menurunkan Amanda perlahan dari pundaknya tanpa melepaskan tatapan permusuhannya kepada Laiv. Amanda yang menyadari adanya situasi mencekam ini pun tak pe

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status