Tidak ada yang istimewa ataupun menarik dari kehidupan seorang gadis remaja bernama Ara. Kegiatan sehari-harinya berjalan seperti biasa. Ara, dia hanya seorang gadis tunawicara biasa, itu yang membuat Ara lebih suka kesendirian. Sampai pada akhirnya Ara bertemu dengan dua orang yang memberi warna kehidupan baru.
Lihat lebih banyakWelcome 🌷*****Sudah lima hari Agatha menghilang dan selama itu pula laki-laki bernama Ghifar selalu meneror ku dengan pertanyaan yang sama "dimana Agatha?". Sungguh aku sendiri juga tidak tahu kemana Agatha pergi. Aku pun khawatir karena gadis berambut sebahu itu mendadak seperti lenyap ditelan bumi. Bodohnya aku tidak tahu dimana letak rumah Agatha. Wajar saja kami baru berteman beberapa Minggu yang lalu, aku juga tidak pernah menanyakan apapun kepada Agatha. Entahlah rasanya aku tak ingin terlalu peduli dengan urusan hidup orang lain. Yang aku tahu, aku dan Agatha sudah berteman. Itu saja.Seperti sekarang ini, bel istirahat baru berbunyi 5 detik yang lalu dan Ghifar kembali datang ke kelasku, berdiri tepat di depan mejaku dengan wajah datar andalannya. Aku menghela napas lelah. "Dimana A
Welcome 🌷*****"Kamu yakin mau berangkat sekolah, Nak? Badan kamu emang udah gak panas?" tanya Umi Fatimah begitu aku sudah duduk di sofa. Umi membawa sepiring nasi goreng dan segelas teh manis hangat.Aku menggeleng. "Ara udah agak mendingan, Umi. Hari ini ada ulangan kimia jadi Ara harus masuk sekolah. Umi tenang aja, ya.""Tapi tetap aja Umi khawatir, Ra. Lagian sih kemarin Umi udah suruh kamu bawa payung tapi gak mau. Jadi pulangnya hujan-hujanan gitu sampai demam. Kalau Umi kasih nasihat itu nurut."Aku tertawa geli mendapat rentetan omelan Umi yang terdengar sangat lucu. Tanganku meraih piring dan gelas dari tangan Umi, meletakkannya ke atas meja lalu menarik Umi agar duduk di sampingku."Iya, Umi. Maafin Ara, ya. Kemarin Ara kira gak bakal turun hujan,"
Welcome 🌷*****Author POV"Apaan sih lo?" Agatha menyentak kasar lengan Ghifar yang mencengkram pergelangan tangannya. Laki-laki itu berbalik menghadap penuh ke arah gadis berambut sebahu yang menjabat sebagai kekasihnya."Pulang," ujar Ghifar singkat namun penuh penekanan."Gue gak mau. Lo duluan aja sana gue masih mau nemenin Ara.""Sejak kapan lo jadi peduli gini sama dia?""Ara teman gue.""Sejak kapan kalian berteman?""Banyak tanya lo. Udah sana pulang. Gue nanti".Agatha hendak berbalik tapi lagi-lagi tangannya dicekal oleh Ghifar. Dengan gerakan malas, Agatha menoleh sembari
Welcome 🌷*****Kedua kakiku terus melangkah menapaki jalan beraspal sedangkan tanganku sibuk mengorek-ngorek plastik berisi bahan makanan dan kue yang baru saja aku beli dari pasar. Menghitung serta memastikan bahwa jumlahnya pas dan tak ada yang terlupa. Cuaca di hari Ahad cukup panas, matahari bersinar terik, panasnya kentara sekali menyengat permukaan kulit.Semalam saat aku hendak tidur, aku teringat jika bahan makanan di dapur mulai habis. Jadi aku memutuskan untuk pergi belanja dan pagi tadi sekitar pukul 8 Umi Fatimah datang ke rumah mengajakku ke pasar, katanya bahan-bahan untuk membuat kue habis, jadi daripada beliau harus capek berjalan jauh, lebih baik sekalian saja aku yang membelikannya.Kala mataku bergulir ke arah kanan, sesuatu di sana menghentikan langkahku. Sebuah tulisan yang tertempel di kaca sebuah toko roti yang menjelaskan bahwa toko
Welcome 🌷*****Author POVLangkahnya sontak berhenti setelah kedua kakinya menapak lantai dasar, matanya mengarah ke satu objek membuat keningnya mengerut dalam. Seraya melipat kemejanya hingga siku, laki-laki berparas tampan itu perlahan berjalan mendekati seseorang yang duduk di samping sang bunda."Lo ... si cewek bisu itu kan?" tanyanya santai, salah satu alisnya terangkat. Tak menjawab, orang yang ditanya malah menundukkan kepalanya dalam-dalam. Entah kebetulan macam apa, lagi-lagi Ara bertemu dengan laki-laki sombong ini."Ghifar! Ngomong apa kamu?! Jangan sembarangan, ya!" sentak Tiara pada anak laki-lakinya sembari menggelengkan kepala.Pemuda bernama Ghifar itu beralih menatap ibunya beberapa detik, s
Welcome 🌷*****Hari Sabtu yang cerah."Nak, tolong gantikan Umi sebentar buat ngaduk adonan kue, ya. Umi ada sedikit urusan, nanti kalau udah langsung masukin ke panci terus di kukus 30 menit. Ngerti?" Umi Fatimah mengusap kepalaku yang tertutup hijab warna biru tua, aku mengangguk sambil tersenyum kemudian langsung mengambil alih pekerjaan Umi."Cuma sebentar kok. Nanti Umi langsung pulang.""Iya, Umi. Tenang aja kalau sama Ara pasti semuanya bisa beres. Hati-hati dijalan.""Iya Umi percaya deh. Kalau gitu Umi pergi sekarang, ya. Kamu juga hati-hati di rumah. Assalamualaikum.""Wa'alaikumsalam."Setelah mengusap lembut kepalaku lagi, barulah Umi Fatimah berbalik badan meninggal
Welcome 🌷*****"Valencia!"Aku terperanjat ketika wajah Agatha tiba-tiba muncul tepat di hadapanku dan berjarak sangat dekat. Belum lagi Agatha juga memukul meja keras mengakibatkan tulisanku keluar dari garis buku. Aku menghela napas pelan sedangkan Agatha menggaruk belakang kepalanya."Kaget, ya? Maaf hehe ....," Agatha meringis sampai memperlihatkan deretan giginya yang putih. Aku menggelengkan kepala, agak takjub juga dengan tingkah gadis yang satu ini. Di satu sisi Agatha bisa terlihat begitu menyeramkan karena wajahnya yang datar, di sisi lain rupanya Agatha juga bisa bertingkah konyol."Udah istirahat kaga mau ke kantin? Hari Jumat lo kaga puasa kan?" tanya Agatha. Aku mengangguk."Ya udah ayo!" ajak Agatha tidak sabaran. Aku pasrah saat Agatha langsung membereskan buku
Welcome 🌷*****"Lo?!"Anak laki-laki yang seragam sekolahnya dikeluarkan dari celana tersebut terus memandangiku tanpa berkedip. Aku merasa tidak nyaman dengan tatapannya. Apa dia datang karena ingin meminta maaf? Ah, kurasa tidak. Apa dia sungguh tidak merasa bersalah? Sombong sekali.Aku refleks berdiri dari bangku ketika laki-laki itu berjalan mendekat. Baru satu langkah, dia berhenti kembali, menatapku dengan sorot matanya yang tajam. Aku mati-matian menahan badanku yang sudah gemetar, kedua tanganku tanpa sadar meremas kuat rok abu-abu yang aku kenakan. Aku menunduk lagi tak berani membalas tatapannya.Sebenarnya aku tidak ingin terlihat lemah di depannya. Namun, entah mengapa aku selalu otomatis akan tertunduk kala ada yang menatapku lekat. Atmosfir kantin berubah mencekam dan sunyi. Aku benci berada di situasi
Welcome 🌷*****Senyum terus terukir di wajahku bahkan setelah aku keluar dari dalam ruangan Pak Imam. Bisa aku dengar dengusan dari Agatha yang berjalan di sampingku yang mungkin merasa jengah karena aku terus-terusan tersenyum lebar seperti orang aneh."Mingkem, Ra. Tuh gigi udah kering kayaknya gara-gara lo senyum-senyum terus," ujar Agatha. Tersadar atas apa yang sudah aku lakukan, kepalaku menunduk menahan malu.Aku menghentikan langkah secara mendadak, otomatis Agatha pun ikut berhenti juga. Agatha mendelik ke arahku dengan sebelah alis terangkat seolah bertanya, "kenapa berhenti?". Buru-buru aku mengeluarkan kertas dan satu buah pulpen yang senantiasa aku bawa kemana-mana."Makasih udah temenin aku ketemu sama Pak Imam, ya." Itu yang aku tulis di kertas.
Welcome 🌷*****"Assalamualaikum warahmatullah.""Assalamualaikum warahmatullah."Ya Allah, hamba datang kembali untuk meminta ampunan-Mu atas semua dosa yang pernah hamba lakukan.Ya Ghofur, ampunilah semua dosa-dosa hamba. Baik yang disengaja maupun yang tidak. Baik yang kecil maupun yang besar. Baik yang dilakukan secara terang-terangan maupun yang tersembunyi.Ampunilah juga dosa kedua orang tua hamba, Ya Rabb. Berikanlah mereka tempat yang tinggi di surgaMu. Pertemukan kembali hamba dengan ibu dan ayah kelak di surga, Ya Rabb. Kami semua ingin berkumpul bersama disana.Ya Allah, berikanlah selalu hamba semangat untuk menjalani aktivitas sehari-hari. Berik...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen