Beranda / Young Adult / I Am Your Eyes / 07 || Al-Ghifari HA

Share

07 || Al-Ghifari HA

Penulis: Liaprill
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-27 22:09:44

Welcome 🌷

*****

Author POV

Langkahnya sontak berhenti setelah kedua kakinya menapak lantai dasar, matanya mengarah ke satu objek membuat keningnya mengerut dalam. Seraya melipat kemejanya hingga siku, laki-laki berparas tampan itu perlahan berjalan mendekati seseorang yang duduk di samping sang bunda.

"Lo ... si cewek bisu itu kan?" tanyanya santai, salah satu alisnya terangkat. Tak menjawab, orang yang ditanya malah menundukkan kepalanya dalam-dalam. Entah kebetulan macam apa, lagi-lagi Ara bertemu dengan laki-laki sombong ini.

"Ghifar! Ngomong apa kamu?! Jangan sembarangan, ya!" sentak Tiara pada anak laki-lakinya sembari menggelengkan kepala.

Pemuda bernama Ghifar itu beralih menatap ibunya beberapa detik, sebelum asistensi kembali fokus pada gadis berhijab biru tua yang sedari diam menunduk. Jari-jari bergerak gelisah memainkan ujung hijabnya.

"Berarti bener kalau lo itu bisu," ujar Ghifar lagi.

"Al-Ghifari Hamzah Arosy! Bunda gak suka, ya, kamu berbicara kayak gitu! Udah sana katanya mau pergi kan? Pulangnya malam aja sekalian nggak apa-apa."

Ghifar memutar bola matanya malas mendengar ucapan dari bundanya. Memilih bersikap tidak peduli dan langsung pergi meninggalkan Tiara berdua bersama gadis yang tentu masih Ghifar ingat dia adalah gadis yang pernah ditabraknya tempo hari.

Sekarang Ghifar sudah paham mengapa gadis itu selalu diam setiap ditanya dan Ghifar baru mengetahuinya. Mereka berdua memang satu sekolah, namun selama ini gadis itu sangat jarang—lebih tepatnya tidak pernah—menampakkan diri di keramaian. Ditambah Ghifar yang masa bodoh dengan sekitarnya.

Satu yang belum Ghifar ketahui. Yaitu nama dari gadis tersebut. Ah, udahlah gak penting juga, pikir Ghifar.

Selepas Ghifar benar-benar sudah pergi, Tiara menggenggam telapak tangan Ara, gadis itu seketika mendongak dengan kedua matanya yang mulai berlinang. Ara tersenyum kecil, menahan kuat agar tidak menangis. Tatapan Ara turun pada saat tangannya diusap pelan oleh Tiara.

"Itu tadi anak laki-laki saya. Namanya Ghifar. Saya minta maaf karena Ghifar udah bersikap kurang ajar sama kamu. Saya bakal kasih Ghifar pelajaran kalau dia udah pulang nanti," ujar Tiara lembut dibalas anggukan singkat dari Ara.

"Kalian satu sekolah kan?" tanya Tiara. Ara lagi-lagi mengangguk.

"Di sekolah dia sering kayak gitu ke kamu?" Kening Ara mengernyit tidak mengerti maksud dari ucapan Tiara. Melihatnya wanita itu tertawa pelan, sepertinya paham akan raut wajah bingung Ara.

"Maksud saya Ghifar sering ngomong kasar kayak tadi di sekolah? Kalau iya, bilang aja biar nanti saya marahin. Kalau perlu saya kirim dia ke Jerman biar tinggal sama pamannya."

Ara menggeleng cepat sambil melotot sempurna. "Jangan, Bu. Dia gak pernah gitu kok, kita berdua aja gak pernah ketemu walaupun satu sekolah. Ara baru ketemu sama dia beberapa hari yang lalu." Setelahnya Ara terdiam saat menyadari bahwa ia baru saja berbicara menggunakan bahasa gerakan jari.

"Oh, ya? Jadi kalian jarang ketemu di sekolah gitu?"

Ara terkejut. Sungguh saking terkejutnya gadis berhijab biru tua itu hampir tersedak ludahnya sendiri. Rupanya Tiara paham dengan bahasa isyarat, Ara mendesah lega dalam hati.

"Iya saya ngerti sama bahasa isyarat. Dulu waktu saya masih kuliah, saya sering ikut kegiatan bakti sosial gitu. Pergi ke panti asuhan, ketemu sama anak-anak disabilitas di sana, jadi saya bisa paham." Tiara tertawa kala mengingat masa-masa saat kuliah.

Kemudian dengan sedikit bercanda, Ara membalas. "Ara juga pengen ketemu sama anak-anak itu. Pasti lucu dan menyenangkan." Berikutnya Ara tertawa.

"Boleh. Nanti kapan-kapan saya ajak kamu ke panti buat ketemu sama mereka. Kamu dan anak-anak itu, kalian, adalah manusia istimewa yang terpilih." Tanpa Ara duga ternyata candaannya direspon serius oleh Tiara.

*****

Ara POV

Jam di dinding menunjukkan pukul 22.30, hampir tengah malam dan kedua mataku tidak kunjung terpejam. Rasanya aku tidak mengantuk sama sekali, aku tak bisa tidur entah karena apa. Aku sudah wudhu dan solat dua rakaat, membaca Al-Qur'an berharap dengan cara itu aku bisa mengantuk, namun sayang aku malah semakin terjaga.

Ingatanku kembali terbang ketika aku masih berada di rumah Ibu Tiara. Fakta bahwa wanita cantik itu adalah ibu dari laki-laki menyebalkan yang mari kita panggil saja Ghifar, sukses mengejutkanku. Aku bersungguh-sungguh tidak pernah berharap bisa bertemu dengannya, yang ada aku berdoa semoga tidak pernah bertatapan dengan dia.

Entahlah, aku merasa Ghifar seperti mempunyai aura tersendiri. Manik matanya yang hitam senantiasa terlihat tajam, serta jangan lupakan wajahnya yang angkuh itu. Ck! Mengingatnya aku tiba-tiba kesal! Ghifar juga belum meminta maaf atas insiden tempo hari yang menabrakku. Apakah laki-laki itu lupa? Atau hanya berpura-pura?

Tersadar atas apa yang aku lakukan, aku buru-buru mengucapkan istighfar dalam hati. Tidak sepantasnya aku membayangkan laki-laki yang bukan mahram. Itu bisa menjerumuskan ke dalam zina hati. Juga tidak seharusnya aku terus mengingat-ingat kejadian yang telah lalu. Aku tidak boleh menjadi sosok pendendam. Maafkan Ghifar, Ara.

Hah, baiklah.

Aku beranjak dari atas kasur hendak menuju dapur untuk menenggak sedikit air, rasanya tenggorokanku sangat kering. Belum juga hajatku itu terpenuhi, tepat di depan sebuah kalender, kedua kakiku berhenti dengan sendirinya. Badanku berputar menghadap benda berwarna putih yang tergantung di dinding.

Terdiam sambil terus memandang ke arah satu tanggal yang sengaja aku lingkari oleh spidol hitam selama beberapa menit. Mataku terpejam saat sebersit perasaan sesak tersebut muncul kembali. Benar, aku hampir melupakan sesuatu.

Besok adalah waktunya.

•To be continued•

Bab terkait

  • I Am Your Eyes   08 || Ingatan menyakitkan

    Welcome 🌷*****Kedua kakiku terus melangkah menapaki jalan beraspal sedangkan tanganku sibuk mengorek-ngorek plastik berisi bahan makanan dan kue yang baru saja aku beli dari pasar. Menghitung serta memastikan bahwa jumlahnya pas dan tak ada yang terlupa. Cuaca di hari Ahad cukup panas, matahari bersinar terik, panasnya kentara sekali menyengat permukaan kulit.Semalam saat aku hendak tidur, aku teringat jika bahan makanan di dapur mulai habis. Jadi aku memutuskan untuk pergi belanja dan pagi tadi sekitar pukul 8 Umi Fatimah datang ke rumah mengajakku ke pasar, katanya bahan-bahan untuk membuat kue habis, jadi daripada beliau harus capek berjalan jauh, lebih baik sekalian saja aku yang membelikannya.Kala mataku bergulir ke arah kanan, sesuatu di sana menghentikan langkahku. Sebuah tulisan yang tertempel di kaca sebuah toko roti yang menjelaskan bahwa toko

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-30
  • I Am Your Eyes   09 || Dia Vano?

    Welcome 🌷*****Author POV"Apaan sih lo?" Agatha menyentak kasar lengan Ghifar yang mencengkram pergelangan tangannya. Laki-laki itu berbalik menghadap penuh ke arah gadis berambut sebahu yang menjabat sebagai kekasihnya."Pulang," ujar Ghifar singkat namun penuh penekanan."Gue gak mau. Lo duluan aja sana gue masih mau nemenin Ara.""Sejak kapan lo jadi peduli gini sama dia?""Ara teman gue.""Sejak kapan kalian berteman?""Banyak tanya lo. Udah sana pulang. Gue nanti".Agatha hendak berbalik tapi lagi-lagi tangannya dicekal oleh Ghifar. Dengan gerakan malas, Agatha menoleh sembari

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-01
  • I Am Your Eyes   10 || Hilang?

    Welcome 🌷*****"Kamu yakin mau berangkat sekolah, Nak? Badan kamu emang udah gak panas?" tanya Umi Fatimah begitu aku sudah duduk di sofa. Umi membawa sepiring nasi goreng dan segelas teh manis hangat.Aku menggeleng. "Ara udah agak mendingan, Umi. Hari ini ada ulangan kimia jadi Ara harus masuk sekolah. Umi tenang aja, ya.""Tapi tetap aja Umi khawatir, Ra. Lagian sih kemarin Umi udah suruh kamu bawa payung tapi gak mau. Jadi pulangnya hujan-hujanan gitu sampai demam. Kalau Umi kasih nasihat itu nurut."Aku tertawa geli mendapat rentetan omelan Umi yang terdengar sangat lucu. Tanganku meraih piring dan gelas dari tangan Umi, meletakkannya ke atas meja lalu menarik Umi agar duduk di sampingku."Iya, Umi. Maafin Ara, ya. Kemarin Ara kira gak bakal turun hujan,"

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-07
  • I Am Your Eyes   11 || Lelaki kasar

    Welcome 🌷*****Sudah lima hari Agatha menghilang dan selama itu pula laki-laki bernama Ghifar selalu meneror ku dengan pertanyaan yang sama "dimana Agatha?". Sungguh aku sendiri juga tidak tahu kemana Agatha pergi. Aku pun khawatir karena gadis berambut sebahu itu mendadak seperti lenyap ditelan bumi. Bodohnya aku tidak tahu dimana letak rumah Agatha. Wajar saja kami baru berteman beberapa Minggu yang lalu, aku juga tidak pernah menanyakan apapun kepada Agatha. Entahlah rasanya aku tak ingin terlalu peduli dengan urusan hidup orang lain. Yang aku tahu, aku dan Agatha sudah berteman. Itu saja.Seperti sekarang ini, bel istirahat baru berbunyi 5 detik yang lalu dan Ghifar kembali datang ke kelasku, berdiri tepat di depan mejaku dengan wajah datar andalannya. Aku menghela napas lelah. "Dimana A

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-15
  • I Am Your Eyes   01 || Kecelakaan pagi hari

    Welcome 🌷*****"Assalamualaikum warahmatullah.""Assalamualaikum warahmatullah."Ya Allah, hamba datang kembali untuk meminta ampunan-Mu atas semua dosa yang pernah hamba lakukan.Ya Ghofur, ampunilah semua dosa-dosa hamba. Baik yang disengaja maupun yang tidak. Baik yang kecil maupun yang besar. Baik yang dilakukan secara terang-terangan maupun yang tersembunyi.Ampunilah juga dosa kedua orang tua hamba, Ya Rabb. Berikanlah mereka tempat yang tinggi di surgaMu. Pertemukan kembali hamba dengan ibu dan ayah kelak di surga, Ya Rabb. Kami semua ingin berkumpul bersama disana.Ya Allah, berikanlah selalu hamba semangat untuk menjalani aktivitas sehari-hari. Berik

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-20
  • I Am Your Eyes   02 || Valencia SM

    Welcome 🌷*****"Lo kalau jalan tuh lihat-lihat! Udah tahu gue mau lewat lo malah nutup jalan! Lo pikir ini jalan punya nenek moyang lo, hah?!"Mataku sedikit melirik ke arah laki-laki berseragam sama sepertiku yang tengah berdiri seraya berteriak marah. Aku memejamkan mata sejenak, mencoba bersabar meskipun sebenarnya dalam hati aku kesal. Tentu saja. Laki-laki itu yang barusan menyenggol lenganku hingga membuat aku terjatuh bersama kue-kue basah milik Umi Fatimah. Tapi malah dia yang marah-marah.Aku menatap nanar kue-kue yang berserakan. Dengan cepat aku mengumpulkan kembali dan memasukkannya ke dalam kotak. Setelahnya aku berdiri menghadap ke arah laki-laki yang sama sekali tidak merasa bersalah. Dapat aku lihat kedua alis tebalnya menukik ke dalam, keningnya kusut, serta jangan lupakan tatapan matanya yang tajam.

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-20
  • I Am Your Eyes   03 || Nice Day

    Welcome 🌷*****Senyum terus terukir di wajahku bahkan setelah aku keluar dari dalam ruangan Pak Imam. Bisa aku dengar dengusan dari Agatha yang berjalan di sampingku yang mungkin merasa jengah karena aku terus-terusan tersenyum lebar seperti orang aneh."Mingkem, Ra. Tuh gigi udah kering kayaknya gara-gara lo senyum-senyum terus," ujar Agatha. Tersadar atas apa yang sudah aku lakukan, kepalaku menunduk menahan malu.Aku menghentikan langkah secara mendadak, otomatis Agatha pun ikut berhenti juga. Agatha mendelik ke arahku dengan sebelah alis terangkat seolah bertanya, "kenapa berhenti?". Buru-buru aku mengeluarkan kertas dan satu buah pulpen yang senantiasa aku bawa kemana-mana."Makasih udah temenin aku ketemu sama Pak Imam, ya." Itu yang aku tulis di kertas.

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-20
  • I Am Your Eyes   04 || Masa lalu dan sebias rindu

    Welcome 🌷*****"Lo?!"Anak laki-laki yang seragam sekolahnya dikeluarkan dari celana tersebut terus memandangiku tanpa berkedip. Aku merasa tidak nyaman dengan tatapannya. Apa dia datang karena ingin meminta maaf? Ah, kurasa tidak. Apa dia sungguh tidak merasa bersalah? Sombong sekali.Aku refleks berdiri dari bangku ketika laki-laki itu berjalan mendekat. Baru satu langkah, dia berhenti kembali, menatapku dengan sorot matanya yang tajam. Aku mati-matian menahan badanku yang sudah gemetar, kedua tanganku tanpa sadar meremas kuat rok abu-abu yang aku kenakan. Aku menunduk lagi tak berani membalas tatapannya.Sebenarnya aku tidak ingin terlihat lemah di depannya. Namun, entah mengapa aku selalu otomatis akan tertunduk kala ada yang menatapku lekat. Atmosfir kantin berubah mencekam dan sunyi. Aku benci berada di situasi

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-20

Bab terbaru

  • I Am Your Eyes   11 || Lelaki kasar

    Welcome 🌷*****Sudah lima hari Agatha menghilang dan selama itu pula laki-laki bernama Ghifar selalu meneror ku dengan pertanyaan yang sama "dimana Agatha?". Sungguh aku sendiri juga tidak tahu kemana Agatha pergi. Aku pun khawatir karena gadis berambut sebahu itu mendadak seperti lenyap ditelan bumi. Bodohnya aku tidak tahu dimana letak rumah Agatha. Wajar saja kami baru berteman beberapa Minggu yang lalu, aku juga tidak pernah menanyakan apapun kepada Agatha. Entahlah rasanya aku tak ingin terlalu peduli dengan urusan hidup orang lain. Yang aku tahu, aku dan Agatha sudah berteman. Itu saja.Seperti sekarang ini, bel istirahat baru berbunyi 5 detik yang lalu dan Ghifar kembali datang ke kelasku, berdiri tepat di depan mejaku dengan wajah datar andalannya. Aku menghela napas lelah. "Dimana A

  • I Am Your Eyes   10 || Hilang?

    Welcome 🌷*****"Kamu yakin mau berangkat sekolah, Nak? Badan kamu emang udah gak panas?" tanya Umi Fatimah begitu aku sudah duduk di sofa. Umi membawa sepiring nasi goreng dan segelas teh manis hangat.Aku menggeleng. "Ara udah agak mendingan, Umi. Hari ini ada ulangan kimia jadi Ara harus masuk sekolah. Umi tenang aja, ya.""Tapi tetap aja Umi khawatir, Ra. Lagian sih kemarin Umi udah suruh kamu bawa payung tapi gak mau. Jadi pulangnya hujan-hujanan gitu sampai demam. Kalau Umi kasih nasihat itu nurut."Aku tertawa geli mendapat rentetan omelan Umi yang terdengar sangat lucu. Tanganku meraih piring dan gelas dari tangan Umi, meletakkannya ke atas meja lalu menarik Umi agar duduk di sampingku."Iya, Umi. Maafin Ara, ya. Kemarin Ara kira gak bakal turun hujan,"

  • I Am Your Eyes   09 || Dia Vano?

    Welcome 🌷*****Author POV"Apaan sih lo?" Agatha menyentak kasar lengan Ghifar yang mencengkram pergelangan tangannya. Laki-laki itu berbalik menghadap penuh ke arah gadis berambut sebahu yang menjabat sebagai kekasihnya."Pulang," ujar Ghifar singkat namun penuh penekanan."Gue gak mau. Lo duluan aja sana gue masih mau nemenin Ara.""Sejak kapan lo jadi peduli gini sama dia?""Ara teman gue.""Sejak kapan kalian berteman?""Banyak tanya lo. Udah sana pulang. Gue nanti".Agatha hendak berbalik tapi lagi-lagi tangannya dicekal oleh Ghifar. Dengan gerakan malas, Agatha menoleh sembari

  • I Am Your Eyes   08 || Ingatan menyakitkan

    Welcome 🌷*****Kedua kakiku terus melangkah menapaki jalan beraspal sedangkan tanganku sibuk mengorek-ngorek plastik berisi bahan makanan dan kue yang baru saja aku beli dari pasar. Menghitung serta memastikan bahwa jumlahnya pas dan tak ada yang terlupa. Cuaca di hari Ahad cukup panas, matahari bersinar terik, panasnya kentara sekali menyengat permukaan kulit.Semalam saat aku hendak tidur, aku teringat jika bahan makanan di dapur mulai habis. Jadi aku memutuskan untuk pergi belanja dan pagi tadi sekitar pukul 8 Umi Fatimah datang ke rumah mengajakku ke pasar, katanya bahan-bahan untuk membuat kue habis, jadi daripada beliau harus capek berjalan jauh, lebih baik sekalian saja aku yang membelikannya.Kala mataku bergulir ke arah kanan, sesuatu di sana menghentikan langkahku. Sebuah tulisan yang tertempel di kaca sebuah toko roti yang menjelaskan bahwa toko

  • I Am Your Eyes   07 || Al-Ghifari HA

    Welcome 🌷*****Author POVLangkahnya sontak berhenti setelah kedua kakinya menapak lantai dasar, matanya mengarah ke satu objek membuat keningnya mengerut dalam. Seraya melipat kemejanya hingga siku, laki-laki berparas tampan itu perlahan berjalan mendekati seseorang yang duduk di samping sang bunda."Lo ... si cewek bisu itu kan?" tanyanya santai, salah satu alisnya terangkat. Tak menjawab, orang yang ditanya malah menundukkan kepalanya dalam-dalam. Entah kebetulan macam apa, lagi-lagi Ara bertemu dengan laki-laki sombong ini."Ghifar! Ngomong apa kamu?! Jangan sembarangan, ya!" sentak Tiara pada anak laki-lakinya sembari menggelengkan kepala.Pemuda bernama Ghifar itu beralih menatap ibunya beberapa detik, s

  • I Am Your Eyes   06 || Dia?

    Welcome 🌷*****Hari Sabtu yang cerah."Nak, tolong gantikan Umi sebentar buat ngaduk adonan kue, ya. Umi ada sedikit urusan, nanti kalau udah langsung masukin ke panci terus di kukus 30 menit. Ngerti?" Umi Fatimah mengusap kepalaku yang tertutup hijab warna biru tua, aku mengangguk sambil tersenyum kemudian langsung mengambil alih pekerjaan Umi."Cuma sebentar kok. Nanti Umi langsung pulang.""Iya, Umi. Tenang aja kalau sama Ara pasti semuanya bisa beres. Hati-hati dijalan.""Iya Umi percaya deh. Kalau gitu Umi pergi sekarang, ya. Kamu juga hati-hati di rumah. Assalamualaikum.""Wa'alaikumsalam."Setelah mengusap lembut kepalaku lagi, barulah Umi Fatimah berbalik badan meninggal

  • I Am Your Eyes   05 || Murid baru?

    Welcome 🌷*****"Valencia!"Aku terperanjat ketika wajah Agatha tiba-tiba muncul tepat di hadapanku dan berjarak sangat dekat. Belum lagi Agatha juga memukul meja keras mengakibatkan tulisanku keluar dari garis buku. Aku menghela napas pelan sedangkan Agatha menggaruk belakang kepalanya."Kaget, ya? Maaf hehe ....," Agatha meringis sampai memperlihatkan deretan giginya yang putih. Aku menggelengkan kepala, agak takjub juga dengan tingkah gadis yang satu ini. Di satu sisi Agatha bisa terlihat begitu menyeramkan karena wajahnya yang datar, di sisi lain rupanya Agatha juga bisa bertingkah konyol."Udah istirahat kaga mau ke kantin? Hari Jumat lo kaga puasa kan?" tanya Agatha. Aku mengangguk."Ya udah ayo!" ajak Agatha tidak sabaran. Aku pasrah saat Agatha langsung membereskan buku

  • I Am Your Eyes   04 || Masa lalu dan sebias rindu

    Welcome 🌷*****"Lo?!"Anak laki-laki yang seragam sekolahnya dikeluarkan dari celana tersebut terus memandangiku tanpa berkedip. Aku merasa tidak nyaman dengan tatapannya. Apa dia datang karena ingin meminta maaf? Ah, kurasa tidak. Apa dia sungguh tidak merasa bersalah? Sombong sekali.Aku refleks berdiri dari bangku ketika laki-laki itu berjalan mendekat. Baru satu langkah, dia berhenti kembali, menatapku dengan sorot matanya yang tajam. Aku mati-matian menahan badanku yang sudah gemetar, kedua tanganku tanpa sadar meremas kuat rok abu-abu yang aku kenakan. Aku menunduk lagi tak berani membalas tatapannya.Sebenarnya aku tidak ingin terlihat lemah di depannya. Namun, entah mengapa aku selalu otomatis akan tertunduk kala ada yang menatapku lekat. Atmosfir kantin berubah mencekam dan sunyi. Aku benci berada di situasi

  • I Am Your Eyes   03 || Nice Day

    Welcome 🌷*****Senyum terus terukir di wajahku bahkan setelah aku keluar dari dalam ruangan Pak Imam. Bisa aku dengar dengusan dari Agatha yang berjalan di sampingku yang mungkin merasa jengah karena aku terus-terusan tersenyum lebar seperti orang aneh."Mingkem, Ra. Tuh gigi udah kering kayaknya gara-gara lo senyum-senyum terus," ujar Agatha. Tersadar atas apa yang sudah aku lakukan, kepalaku menunduk menahan malu.Aku menghentikan langkah secara mendadak, otomatis Agatha pun ikut berhenti juga. Agatha mendelik ke arahku dengan sebelah alis terangkat seolah bertanya, "kenapa berhenti?". Buru-buru aku mengeluarkan kertas dan satu buah pulpen yang senantiasa aku bawa kemana-mana."Makasih udah temenin aku ketemu sama Pak Imam, ya." Itu yang aku tulis di kertas.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status