Share

06 || Dia?

Author: Liaprill
last update Last Updated: 2021-08-20 22:40:55

Welcome 🌷

*****

Hari Sabtu yang cerah.

"Nak, tolong gantikan Umi sebentar buat ngaduk adonan kue, ya. Umi ada sedikit urusan, nanti kalau udah langsung masukin ke panci terus di kukus 30 menit. Ngerti?" Umi Fatimah mengusap kepalaku yang tertutup hijab warna biru tua, aku mengangguk sambil tersenyum kemudian langsung mengambil alih pekerjaan Umi.

"Cuma sebentar kok. Nanti Umi langsung pulang."

"Iya, Umi. Tenang aja kalau sama Ara pasti semuanya bisa beres. Hati-hati dijalan."

"Iya Umi percaya deh. Kalau gitu Umi pergi sekarang, ya. Kamu juga hati-hati di rumah. Assalamualaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Setelah mengusap lembut kepalaku lagi, barulah Umi Fatimah berbalik badan meninggalkan aku di dapur bersama beberapa loyang adonan kue. Aku tidak tahu Umi Fatimah ada urusan apa, jadi lebih baik aku segera menyelesaikan apa yang tadi Umi Fatimah sampaikan. Umi bilang katanya ada orang yang memesan kue untuk acara arisan.

Memang beginilah aku menghabiskan waktu di akhir pekan. Jika tidak di rumah, ya, aku pasti akan berada di rumah Umi untuk sekedar membantu Umi mengerjakan pekerjaan rumah atau membuat kue pesanan orang. Itu sudah menjadi hobi bagiku, tentunya selain hobi melamun yang sering dikatakan oleh Agatha.

Sesuai pesan Umi, begitu adonan kue telah siap dan tercampur sempurna, aku memasukkannya ke dalam panci kukusan yang sebelumnya sudah Umi siapkan. Sambil menunggu selama 30 menit, aku membereskan dapur serta mencuci alat-alat masak.

Entah berapa lama Umi pergi, tiba-tiba Umi sudah datang kembali dan berdiri di sampingku yang masih sibuk bergulat dengan busa sabun cuci piring. Wanita paruh baya itu menatapku lembut serta sarat akan kasih sayang, membuat hatiku menghangat.

"Sudah selesai membuat kuenya, Nak?" tanya Umi.

Aku mengangguk lalu fokus pada kegiatanku, sedangkan Umi kulihat tengah mengeluarkan buah-buahan dari dalam keranjang belanja. Apakah tadi Umi pergi ke pasar? Kira-kira apa yang akan Umi buat dengan buah-buahan sebanyak itu? Aku jadi penasaran dan hendak bertanya, namun kupikir sepertinya tidak perlu.

"Tadi Umi pergi ke rumah Bu Haji, terus beliau kasih Umi buah-buahan ini. Katanya kemarin kebun buah beliau baru panen, hitung-hitung sedekah juga." Umi bercerita tanpa perlu aku tanyai. Aku mengangguk merespon ucapan Umi, selesai mengelap tangan, aku mengambil nanas yang terlihat masih sangat segar.

"Ara mau makan nanas?" tanya Umi lagi.

"Apa boleh, Umi?"

"Boleh dong, Nak. Nanti Umi potongkan buat kamu, ya," balas Umi terkekeh geli melihat bahasa isyarat dariku.

Aku mengangguk semangat. "Terimakasih banyak, Umi."

"Sama-sama, Ara. Oh iya Umi boleh minta tolong satu kali lagi?"

"Apa, Umi?"

"Nanti tolong antarkan kue yang tadi kita bikin ke rumah Ibu Tiara, ya. Biar Umi yang bilang kalau kue pesanannya sama kamu."

Aku terdiam sejenak kemudian mengangguk paham. Hanya mengantarkan kue bukan? Itu mudah dan aku sudah terbiasa.

*****

Langkah kakiku berhenti di depan gerbang berwarna hitam yang menjulang tinggi. Mengecek sekali lagi, memastikan bahwa alamat yang ditulis oleh Umi Fatimah tidak salah. Kemudian mengalihkan pandangan pada sebuah rumah mewah bertingkat dua yang berada di balik gerbang.

'Komplek perumahan Cendana Indah, rumah nomor 23. Kalau dari alamat yang Umi tulis emang bener ini rumahnya. Tapi kok kelihatannya sepi banget, ya?' gumamku dalam hati.

Aku berjalan lebih mendekat ke arah gerbang. Mencari siapa tahu ada bel yang bisa aku pencet. Namun, seorang satpam sudah terlebih dahulu keluar dari dalam sebuah pos yang letaknya agak jauh dari gerbang. Satpam pria paruh baya itu segera berlari.

"Maaf cari siapa mbak?" tanyanya. Aku terdiam sejenak, mencoba berpikir bagaimana caranya aku memberitahu satpam itu bahwa aku ingin mengantarkan kue pada Ibu Tiara sementara aku sendiri juga lupa membawa buku kecil ataupun pulpen.

"Mbak?"

Tersadar aku mengerjap beberapa kali. Menggaruk pipi bingung, kira-kira jika aku menggunakan bahasa isyarat apakah satpam itu akan mengerti? Akhirnya tak ada pilihan lain lagi. Setelah menarik napas panjang, tanganku mulai menunjuk ke arah box berisi kue, lalu beralih menunjuk ke arah rumah berlantai dua tersebut. Semoga pak satpam itu paham.

"Maaf ... mbak tunawicara, ya?" tanya satpam itu pelan. Aku mengangguk kecil.

"Mau bertemu dengan nyonya?" tanyanya lagi, aku kembali mengangguk. Lantas pria yang aku prediksi berusia sekitar 40 tahunan tersebut langsung membukakan gerbang, mempersilahkan aku masuk.

Mataku menatap ke seluruh penjuru halaman rumah yang begitu luas, mengalahkan luasnya lapangan bola. Menelisik bangunan mewah yang tampak sangat indah dan mempesona. Ternyata Ibu Tiara bukan orang sembarangan.

"Mari mbak saya akan mengantar mbak bertemu dengan nyonya." Aku menoleh pada pak satpam itu, mengikutinya di belakang menuju pintu utama rumah. Dalam hati aku terus berdecak kagum.

"Hai! Kamu pasti Ara kan? Anaknya Umi Fatimah?" Seorang wanita cantik berpenampilan modis keluar dari dalam. Menganggukkan kepala kemudian aku meraih tangan kanan wanita itu untuk selanjutnya aku kecup.

"Ya ampun cantik banget, ya, kamu. Solehah pula," ujarnya setelah aku mencium punggung tangannya, mengelus kepalaku yang tertutup hijab. Berikutnya tanpa berlama-lama di luar, Ibu Tiara membawaku masuk. Kami berdua duduk berdampingan di sofa, aku menyerahkan box yang sedari tadi dibawa.

"Terimakasih, ya, Ara. Saya baru tahu loh kalau Umi Fatimah punya anak secantik kamu. Padahal saya udah cukup lama langganan kue sama beliau."

Aku hanya tersenyum mendengar perkataan Ibu Tiara yang ceria, bahkan senyum manis terus ditampakkannya. Selain kaya raya, ternyata Ibu Tiara cantik luar bisa. Kulitnya seputih susu, wajahnya awet muda mirip remaja berusia 17 tahun, pakaiannya elegan dan tak terlalu terbuka walaupun beliau tidak berhijab. 

Kami terus berbincang, lebih tepatnya Ibu Tiara terus berceloteh riang bagai anak kecil yang sedang menceritakan kegiatannya selama di sekolah kepada ibunya. Ibu Tiara membicarakan banyak hal, pembawaannya tenang serta tidak canggung meskipun baru pertama bertemu denganku.

Sesekali aku akan tertawa tanpa suara, apalagi ketika Ibu Tiara menceritakan perihal anaknya yang susah sekali diatur. Atau tentang suaminya yang suka bepergian ke luar negeri karena urusan pekerjaan hingga berbulan-bulan lamanya.

Aku masih asik mendengarkan cerita Ibu Tiara, sedetik kemudian perhatianku teralihkan ketika mendengar suara seseorang dan ketukan sepatu yang beradu dengan lantai.

"Bunda! Aku pergi keluar dulu sama temen-temen, ya!"

•To be continued•

Related chapters

  • I Am Your Eyes   07 || Al-Ghifari HA

    Welcome 🌷*****Author POVLangkahnya sontak berhenti setelah kedua kakinya menapak lantai dasar, matanya mengarah ke satu objek membuat keningnya mengerut dalam. Seraya melipat kemejanya hingga siku, laki-laki berparas tampan itu perlahan berjalan mendekati seseorang yang duduk di samping sang bunda."Lo ... si cewek bisu itu kan?" tanyanya santai, salah satu alisnya terangkat. Tak menjawab, orang yang ditanya malah menundukkan kepalanya dalam-dalam. Entah kebetulan macam apa, lagi-lagi Ara bertemu dengan laki-laki sombong ini."Ghifar! Ngomong apa kamu?! Jangan sembarangan, ya!" sentak Tiara pada anak laki-lakinya sembari menggelengkan kepala.Pemuda bernama Ghifar itu beralih menatap ibunya beberapa detik, s

    Last Updated : 2021-08-27
  • I Am Your Eyes   08 || Ingatan menyakitkan

    Welcome 🌷*****Kedua kakiku terus melangkah menapaki jalan beraspal sedangkan tanganku sibuk mengorek-ngorek plastik berisi bahan makanan dan kue yang baru saja aku beli dari pasar. Menghitung serta memastikan bahwa jumlahnya pas dan tak ada yang terlupa. Cuaca di hari Ahad cukup panas, matahari bersinar terik, panasnya kentara sekali menyengat permukaan kulit.Semalam saat aku hendak tidur, aku teringat jika bahan makanan di dapur mulai habis. Jadi aku memutuskan untuk pergi belanja dan pagi tadi sekitar pukul 8 Umi Fatimah datang ke rumah mengajakku ke pasar, katanya bahan-bahan untuk membuat kue habis, jadi daripada beliau harus capek berjalan jauh, lebih baik sekalian saja aku yang membelikannya.Kala mataku bergulir ke arah kanan, sesuatu di sana menghentikan langkahku. Sebuah tulisan yang tertempel di kaca sebuah toko roti yang menjelaskan bahwa toko

    Last Updated : 2021-08-30
  • I Am Your Eyes   09 || Dia Vano?

    Welcome 🌷*****Author POV"Apaan sih lo?" Agatha menyentak kasar lengan Ghifar yang mencengkram pergelangan tangannya. Laki-laki itu berbalik menghadap penuh ke arah gadis berambut sebahu yang menjabat sebagai kekasihnya."Pulang," ujar Ghifar singkat namun penuh penekanan."Gue gak mau. Lo duluan aja sana gue masih mau nemenin Ara.""Sejak kapan lo jadi peduli gini sama dia?""Ara teman gue.""Sejak kapan kalian berteman?""Banyak tanya lo. Udah sana pulang. Gue nanti".Agatha hendak berbalik tapi lagi-lagi tangannya dicekal oleh Ghifar. Dengan gerakan malas, Agatha menoleh sembari

    Last Updated : 2021-09-01
  • I Am Your Eyes   10 || Hilang?

    Welcome 🌷*****"Kamu yakin mau berangkat sekolah, Nak? Badan kamu emang udah gak panas?" tanya Umi Fatimah begitu aku sudah duduk di sofa. Umi membawa sepiring nasi goreng dan segelas teh manis hangat.Aku menggeleng. "Ara udah agak mendingan, Umi. Hari ini ada ulangan kimia jadi Ara harus masuk sekolah. Umi tenang aja, ya.""Tapi tetap aja Umi khawatir, Ra. Lagian sih kemarin Umi udah suruh kamu bawa payung tapi gak mau. Jadi pulangnya hujan-hujanan gitu sampai demam. Kalau Umi kasih nasihat itu nurut."Aku tertawa geli mendapat rentetan omelan Umi yang terdengar sangat lucu. Tanganku meraih piring dan gelas dari tangan Umi, meletakkannya ke atas meja lalu menarik Umi agar duduk di sampingku."Iya, Umi. Maafin Ara, ya. Kemarin Ara kira gak bakal turun hujan,"

    Last Updated : 2021-09-07
  • I Am Your Eyes   11 || Lelaki kasar

    Welcome 🌷*****Sudah lima hari Agatha menghilang dan selama itu pula laki-laki bernama Ghifar selalu meneror ku dengan pertanyaan yang sama "dimana Agatha?". Sungguh aku sendiri juga tidak tahu kemana Agatha pergi. Aku pun khawatir karena gadis berambut sebahu itu mendadak seperti lenyap ditelan bumi. Bodohnya aku tidak tahu dimana letak rumah Agatha. Wajar saja kami baru berteman beberapa Minggu yang lalu, aku juga tidak pernah menanyakan apapun kepada Agatha. Entahlah rasanya aku tak ingin terlalu peduli dengan urusan hidup orang lain. Yang aku tahu, aku dan Agatha sudah berteman. Itu saja.Seperti sekarang ini, bel istirahat baru berbunyi 5 detik yang lalu dan Ghifar kembali datang ke kelasku, berdiri tepat di depan mejaku dengan wajah datar andalannya. Aku menghela napas lelah. "Dimana A

    Last Updated : 2021-09-15
  • I Am Your Eyes   01 || Kecelakaan pagi hari

    Welcome 🌷*****"Assalamualaikum warahmatullah.""Assalamualaikum warahmatullah."Ya Allah, hamba datang kembali untuk meminta ampunan-Mu atas semua dosa yang pernah hamba lakukan.Ya Ghofur, ampunilah semua dosa-dosa hamba. Baik yang disengaja maupun yang tidak. Baik yang kecil maupun yang besar. Baik yang dilakukan secara terang-terangan maupun yang tersembunyi.Ampunilah juga dosa kedua orang tua hamba, Ya Rabb. Berikanlah mereka tempat yang tinggi di surgaMu. Pertemukan kembali hamba dengan ibu dan ayah kelak di surga, Ya Rabb. Kami semua ingin berkumpul bersama disana.Ya Allah, berikanlah selalu hamba semangat untuk menjalani aktivitas sehari-hari. Berik

    Last Updated : 2021-08-20
  • I Am Your Eyes   02 || Valencia SM

    Welcome 🌷*****"Lo kalau jalan tuh lihat-lihat! Udah tahu gue mau lewat lo malah nutup jalan! Lo pikir ini jalan punya nenek moyang lo, hah?!"Mataku sedikit melirik ke arah laki-laki berseragam sama sepertiku yang tengah berdiri seraya berteriak marah. Aku memejamkan mata sejenak, mencoba bersabar meskipun sebenarnya dalam hati aku kesal. Tentu saja. Laki-laki itu yang barusan menyenggol lenganku hingga membuat aku terjatuh bersama kue-kue basah milik Umi Fatimah. Tapi malah dia yang marah-marah.Aku menatap nanar kue-kue yang berserakan. Dengan cepat aku mengumpulkan kembali dan memasukkannya ke dalam kotak. Setelahnya aku berdiri menghadap ke arah laki-laki yang sama sekali tidak merasa bersalah. Dapat aku lihat kedua alis tebalnya menukik ke dalam, keningnya kusut, serta jangan lupakan tatapan matanya yang tajam.

    Last Updated : 2021-08-20
  • I Am Your Eyes   03 || Nice Day

    Welcome 🌷*****Senyum terus terukir di wajahku bahkan setelah aku keluar dari dalam ruangan Pak Imam. Bisa aku dengar dengusan dari Agatha yang berjalan di sampingku yang mungkin merasa jengah karena aku terus-terusan tersenyum lebar seperti orang aneh."Mingkem, Ra. Tuh gigi udah kering kayaknya gara-gara lo senyum-senyum terus," ujar Agatha. Tersadar atas apa yang sudah aku lakukan, kepalaku menunduk menahan malu.Aku menghentikan langkah secara mendadak, otomatis Agatha pun ikut berhenti juga. Agatha mendelik ke arahku dengan sebelah alis terangkat seolah bertanya, "kenapa berhenti?". Buru-buru aku mengeluarkan kertas dan satu buah pulpen yang senantiasa aku bawa kemana-mana."Makasih udah temenin aku ketemu sama Pak Imam, ya." Itu yang aku tulis di kertas.

    Last Updated : 2021-08-20

Latest chapter

  • I Am Your Eyes   11 || Lelaki kasar

    Welcome 🌷*****Sudah lima hari Agatha menghilang dan selama itu pula laki-laki bernama Ghifar selalu meneror ku dengan pertanyaan yang sama "dimana Agatha?". Sungguh aku sendiri juga tidak tahu kemana Agatha pergi. Aku pun khawatir karena gadis berambut sebahu itu mendadak seperti lenyap ditelan bumi. Bodohnya aku tidak tahu dimana letak rumah Agatha. Wajar saja kami baru berteman beberapa Minggu yang lalu, aku juga tidak pernah menanyakan apapun kepada Agatha. Entahlah rasanya aku tak ingin terlalu peduli dengan urusan hidup orang lain. Yang aku tahu, aku dan Agatha sudah berteman. Itu saja.Seperti sekarang ini, bel istirahat baru berbunyi 5 detik yang lalu dan Ghifar kembali datang ke kelasku, berdiri tepat di depan mejaku dengan wajah datar andalannya. Aku menghela napas lelah. "Dimana A

  • I Am Your Eyes   10 || Hilang?

    Welcome 🌷*****"Kamu yakin mau berangkat sekolah, Nak? Badan kamu emang udah gak panas?" tanya Umi Fatimah begitu aku sudah duduk di sofa. Umi membawa sepiring nasi goreng dan segelas teh manis hangat.Aku menggeleng. "Ara udah agak mendingan, Umi. Hari ini ada ulangan kimia jadi Ara harus masuk sekolah. Umi tenang aja, ya.""Tapi tetap aja Umi khawatir, Ra. Lagian sih kemarin Umi udah suruh kamu bawa payung tapi gak mau. Jadi pulangnya hujan-hujanan gitu sampai demam. Kalau Umi kasih nasihat itu nurut."Aku tertawa geli mendapat rentetan omelan Umi yang terdengar sangat lucu. Tanganku meraih piring dan gelas dari tangan Umi, meletakkannya ke atas meja lalu menarik Umi agar duduk di sampingku."Iya, Umi. Maafin Ara, ya. Kemarin Ara kira gak bakal turun hujan,"

  • I Am Your Eyes   09 || Dia Vano?

    Welcome 🌷*****Author POV"Apaan sih lo?" Agatha menyentak kasar lengan Ghifar yang mencengkram pergelangan tangannya. Laki-laki itu berbalik menghadap penuh ke arah gadis berambut sebahu yang menjabat sebagai kekasihnya."Pulang," ujar Ghifar singkat namun penuh penekanan."Gue gak mau. Lo duluan aja sana gue masih mau nemenin Ara.""Sejak kapan lo jadi peduli gini sama dia?""Ara teman gue.""Sejak kapan kalian berteman?""Banyak tanya lo. Udah sana pulang. Gue nanti".Agatha hendak berbalik tapi lagi-lagi tangannya dicekal oleh Ghifar. Dengan gerakan malas, Agatha menoleh sembari

  • I Am Your Eyes   08 || Ingatan menyakitkan

    Welcome 🌷*****Kedua kakiku terus melangkah menapaki jalan beraspal sedangkan tanganku sibuk mengorek-ngorek plastik berisi bahan makanan dan kue yang baru saja aku beli dari pasar. Menghitung serta memastikan bahwa jumlahnya pas dan tak ada yang terlupa. Cuaca di hari Ahad cukup panas, matahari bersinar terik, panasnya kentara sekali menyengat permukaan kulit.Semalam saat aku hendak tidur, aku teringat jika bahan makanan di dapur mulai habis. Jadi aku memutuskan untuk pergi belanja dan pagi tadi sekitar pukul 8 Umi Fatimah datang ke rumah mengajakku ke pasar, katanya bahan-bahan untuk membuat kue habis, jadi daripada beliau harus capek berjalan jauh, lebih baik sekalian saja aku yang membelikannya.Kala mataku bergulir ke arah kanan, sesuatu di sana menghentikan langkahku. Sebuah tulisan yang tertempel di kaca sebuah toko roti yang menjelaskan bahwa toko

  • I Am Your Eyes   07 || Al-Ghifari HA

    Welcome 🌷*****Author POVLangkahnya sontak berhenti setelah kedua kakinya menapak lantai dasar, matanya mengarah ke satu objek membuat keningnya mengerut dalam. Seraya melipat kemejanya hingga siku, laki-laki berparas tampan itu perlahan berjalan mendekati seseorang yang duduk di samping sang bunda."Lo ... si cewek bisu itu kan?" tanyanya santai, salah satu alisnya terangkat. Tak menjawab, orang yang ditanya malah menundukkan kepalanya dalam-dalam. Entah kebetulan macam apa, lagi-lagi Ara bertemu dengan laki-laki sombong ini."Ghifar! Ngomong apa kamu?! Jangan sembarangan, ya!" sentak Tiara pada anak laki-lakinya sembari menggelengkan kepala.Pemuda bernama Ghifar itu beralih menatap ibunya beberapa detik, s

  • I Am Your Eyes   06 || Dia?

    Welcome 🌷*****Hari Sabtu yang cerah."Nak, tolong gantikan Umi sebentar buat ngaduk adonan kue, ya. Umi ada sedikit urusan, nanti kalau udah langsung masukin ke panci terus di kukus 30 menit. Ngerti?" Umi Fatimah mengusap kepalaku yang tertutup hijab warna biru tua, aku mengangguk sambil tersenyum kemudian langsung mengambil alih pekerjaan Umi."Cuma sebentar kok. Nanti Umi langsung pulang.""Iya, Umi. Tenang aja kalau sama Ara pasti semuanya bisa beres. Hati-hati dijalan.""Iya Umi percaya deh. Kalau gitu Umi pergi sekarang, ya. Kamu juga hati-hati di rumah. Assalamualaikum.""Wa'alaikumsalam."Setelah mengusap lembut kepalaku lagi, barulah Umi Fatimah berbalik badan meninggal

  • I Am Your Eyes   05 || Murid baru?

    Welcome 🌷*****"Valencia!"Aku terperanjat ketika wajah Agatha tiba-tiba muncul tepat di hadapanku dan berjarak sangat dekat. Belum lagi Agatha juga memukul meja keras mengakibatkan tulisanku keluar dari garis buku. Aku menghela napas pelan sedangkan Agatha menggaruk belakang kepalanya."Kaget, ya? Maaf hehe ....," Agatha meringis sampai memperlihatkan deretan giginya yang putih. Aku menggelengkan kepala, agak takjub juga dengan tingkah gadis yang satu ini. Di satu sisi Agatha bisa terlihat begitu menyeramkan karena wajahnya yang datar, di sisi lain rupanya Agatha juga bisa bertingkah konyol."Udah istirahat kaga mau ke kantin? Hari Jumat lo kaga puasa kan?" tanya Agatha. Aku mengangguk."Ya udah ayo!" ajak Agatha tidak sabaran. Aku pasrah saat Agatha langsung membereskan buku

  • I Am Your Eyes   04 || Masa lalu dan sebias rindu

    Welcome 🌷*****"Lo?!"Anak laki-laki yang seragam sekolahnya dikeluarkan dari celana tersebut terus memandangiku tanpa berkedip. Aku merasa tidak nyaman dengan tatapannya. Apa dia datang karena ingin meminta maaf? Ah, kurasa tidak. Apa dia sungguh tidak merasa bersalah? Sombong sekali.Aku refleks berdiri dari bangku ketika laki-laki itu berjalan mendekat. Baru satu langkah, dia berhenti kembali, menatapku dengan sorot matanya yang tajam. Aku mati-matian menahan badanku yang sudah gemetar, kedua tanganku tanpa sadar meremas kuat rok abu-abu yang aku kenakan. Aku menunduk lagi tak berani membalas tatapannya.Sebenarnya aku tidak ingin terlihat lemah di depannya. Namun, entah mengapa aku selalu otomatis akan tertunduk kala ada yang menatapku lekat. Atmosfir kantin berubah mencekam dan sunyi. Aku benci berada di situasi

  • I Am Your Eyes   03 || Nice Day

    Welcome 🌷*****Senyum terus terukir di wajahku bahkan setelah aku keluar dari dalam ruangan Pak Imam. Bisa aku dengar dengusan dari Agatha yang berjalan di sampingku yang mungkin merasa jengah karena aku terus-terusan tersenyum lebar seperti orang aneh."Mingkem, Ra. Tuh gigi udah kering kayaknya gara-gara lo senyum-senyum terus," ujar Agatha. Tersadar atas apa yang sudah aku lakukan, kepalaku menunduk menahan malu.Aku menghentikan langkah secara mendadak, otomatis Agatha pun ikut berhenti juga. Agatha mendelik ke arahku dengan sebelah alis terangkat seolah bertanya, "kenapa berhenti?". Buru-buru aku mengeluarkan kertas dan satu buah pulpen yang senantiasa aku bawa kemana-mana."Makasih udah temenin aku ketemu sama Pak Imam, ya." Itu yang aku tulis di kertas.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status