Beranda / Fiksi Remaja / I Am Your Eyes / 04 || Masa lalu dan sebias rindu

Share

04 || Masa lalu dan sebias rindu

Penulis: Liaprill
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-20 10:30:51

Welcome 🌷

*****

"Lo?!"

Anak laki-laki yang seragam sekolahnya dikeluarkan dari celana tersebut terus memandangiku tanpa berkedip. Aku merasa tidak nyaman dengan tatapannya. Apa dia datang karena ingin meminta maaf? Ah, kurasa tidak. Apa dia sungguh tidak merasa bersalah? Sombong sekali.

Aku refleks berdiri dari bangku ketika laki-laki itu berjalan mendekat. Baru satu langkah, dia berhenti kembali, menatapku dengan sorot matanya yang tajam. Aku mati-matian menahan badanku yang sudah gemetar, kedua tanganku tanpa sadar meremas kuat rok abu-abu yang aku kenakan. Aku menunduk lagi tak berani membalas tatapannya.

Sebenarnya aku tidak ingin terlihat lemah di depannya. Namun, entah mengapa aku selalu otomatis akan tertunduk kala ada yang menatapku lekat. Atmosfir kantin berubah mencekam dan sunyi. Aku benci berada di situasi seperti ini.

"Lo bukannya cewek yang tadi pagi jatoh itu kan? Cewek yang bawa kotak isi kue?" tanyanya. Aku tidak menjawab, bisa aku rasakan kini perhatian semua orang tertuju padaku dan laki-laki ini.

"Kok diem? Lo bisu?"

Deg!

Seharusnya aku biasa saja ketika dipanggil seperti itu karena memang tak ada yang salah dengan perkataannya. Tapi ... entah apa penyebabnya, kali ini hatiku terasa sakit. Aku tidak tahu. Namun, ucapan laki-laki asing ini seolah telah menorehkan luka.

"Maksud lo nanya gitu apaan?" sahut Agatha ikut bersuara.

"Gue cuma nanya. Ada yang salah? Soalnya dia ditanya bukannya jawab malah diem aja," bela laki-laki itu lagi. Kalimatnya terdengar santai sekali. Tanpa ada yang mengetahui, kedua pelupuk mataku mulai berkaca-kaca dan dalam satu kedipan siap tumpah.

"Pertanyaan lo itu gak guna sumpah. Kalau mau ngomong itu dipikir dulu, main asal ceplos aja. Cih!" Agatha masih terus membalas. Sebuah tangan tiba-tiba sudah menggenggam lembut telapak tanganku, melirik sekilas ternyata itu tangan milik Agatha yang sudah berdiri di sampingku tapi matanya tetap lurus ke depan.

"Kok lo yang jadi sensi? Jangan-jangan ucapan gue bener lagi kalau cewek itu bisu, iya, kan?"

"Dasar mulut sampah!" desis Agatha kemudian langsung menarik aku pergi dari kantin, beberapa kali bahuku menabrak murid lain yang sedari tadi menonton.

Tangis yang sejak tadi aku tahan, seketika pecah tatkala Agatha membawaku masuk ke dalam salah satu toilet. Aku berjongkok dan menyembunyikan wajahku di lipatan tangan yang berada di atas lutut. Dadaku rasanya sesak luar biasa. Aku ingin berteriak tapi aku tidak bisa. Akhirnya aku membiarkan air mataku mengalir deras membasahi pipi sebagai gantinya.

Sebuah usapan lembut aku rasakan. Aku mengangkat kepala, mendapati Agatha ikut berjongkok di depanku. Tangannya masih setiap mengusap punggungku namun wajahnya datar. Agatha tidak mengucapkan apapun, ia hanya diam melihat aku yang menangis tanpa suara. Aku semakin terisak.

Rasanya sakit sekali, Ya Rabb. Hamba selalu berusaha agar tidak mengeluh atas ketetapan yang telah Engkau tuliskan. Tapi terkadang hati kecil hamba diam-diam merasakan iri saat melihat bagaimana orang-orang bisa berbicara dan tertawa lepas.

*****

Author POV

"Ara anak ibu yang cantik kenapa nangis?" Wanita paruh baya berhijab itu berjongkok di depan putri kecilnya yang menangis sesenggukan.

"Hiks mereka bilang kalau Ara gak bisa ngomong. Jadi mereka gak bolehin Ara ikut main, Bu. Mereka juga bilang kalau Ara gak punya ayah." Anak kecil perempuan yang mengenakan hijab warna merah muda tersebut menggerakkan kedua lengan kecilnya.

"Ara sayang. Dengarkan ibu, ya. Ara itu bukan gak bisa ngomong. Tapi itu satu keistimewaan yang Allah kasih buat Ara. Itu tandanya Allah sayang banget sama Ara. Allah gak mau Ara masuk neraka gara-gara ada kalimat Ara yang bikin orang lain sakit. Bukannya ibu udah sering bilang, ya, kalau Ara itu punya ayah. Bedanya ayah Ara udah ada di tempat yang namanya surga. Ara jangan putus berdoa biar bisa ketemu sama ayah nanti, ya, Nak." Wanita itu mengusap lelehan air mata di pipi anaknya.

"Jadi itu artinya kalau Allah sayang sama Ara, ya, Bu? Terus Ara masih punya ayah? Surga itu apa, Bu? Kapan Ara bisa ketemu sama ayah?" Anak kecil perempuan berusia 3 tahun itu bertanya lagi lewat bahasa isyarat tangannya meskipun sebenarnya ia tidak cukup mengerti akan kalimat sang ibu.

"Iya Ara sayang. Surga itu tempat berkumpulnya orang-orang beriman, orang-orang baik, orang-orang soleh dan solehah. Nanti, ya, Ara pasti bakal ketemu sama ayah."

*****

Ara POV

Sehabis mandi dan melaksanakan solat ashar, aku membaringkan badan ke atas kasur empuk sembari menatap langit-langit kamar berwarna abu-abu. Mataku terpejam, jiwaku terasa tenang sekali. Berbanding terbalik saat aku masih berada di sekolah.

Banyak kejadian baru yang aku lalui selama seharian ini. Dimulai kejadian pagi yang tak sengaja disenggol oleh seseorang hingga jatuh, mendapat seorang teman baru bernama Agatha, hingga kejadian memalukan di kantin. Benar-benar tidak pernah terbayangkan sebelumnya.

Mengenai kue-kue Umi Fatimah, aku bersyukur ternyata beliau sama sekali tidak marah saat aku beritahu jika kue-kuenya bukan habis karena terjual, melainkan jatuh karena sebuah insiden. Yang ada Umi Fatimah malah mengkhawatirkan kondisiku apakah baik-baik saja atau tidak. Ah, mengingatnya kembali aku jadi rindu ibu dan ayah.

Kira-kira mereka sedang apa di sana? Apa mereka merasakan hal yang sama sepertiku? Sudah berapa tahun keduanya pergi tanpa berpamitan terlebih dahulu denganku? Padahal aku sudah berpesan pada ibu agar jangan seperti ayah yang pergi mendadak lupa berpamitan.

Menghembuskan napas panjang, dalam kesendirian pikiranku kembali berkelana. Tepatnya saat usiaku masih sekitar 7 atau 8 tahun. Masih terekam jelas di benakku, bagaimana aku menangis karena dijauhi oleh teman-teman, diejek karena tidak punya ayah, tidak bisa berbicara. Sebuah senyum samar terukir.

Ibu, anakmu yang dulu pernah menangis ini rupanya masih belum dewasa. Ara gak bisa bohong kalau Ara masih sering sakit hati kalau ada yang bilang Ara bisu. Maafin Ara, Ibu.

•To be continued•

Bab terkait

  • I Am Your Eyes   05 || Murid baru?

    Welcome 🌷*****"Valencia!"Aku terperanjat ketika wajah Agatha tiba-tiba muncul tepat di hadapanku dan berjarak sangat dekat. Belum lagi Agatha juga memukul meja keras mengakibatkan tulisanku keluar dari garis buku. Aku menghela napas pelan sedangkan Agatha menggaruk belakang kepalanya."Kaget, ya? Maaf hehe ....," Agatha meringis sampai memperlihatkan deretan giginya yang putih. Aku menggelengkan kepala, agak takjub juga dengan tingkah gadis yang satu ini. Di satu sisi Agatha bisa terlihat begitu menyeramkan karena wajahnya yang datar, di sisi lain rupanya Agatha juga bisa bertingkah konyol."Udah istirahat kaga mau ke kantin? Hari Jumat lo kaga puasa kan?" tanya Agatha. Aku mengangguk."Ya udah ayo!" ajak Agatha tidak sabaran. Aku pasrah saat Agatha langsung membereskan buku

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-20
  • I Am Your Eyes   06 || Dia?

    Welcome 🌷*****Hari Sabtu yang cerah."Nak, tolong gantikan Umi sebentar buat ngaduk adonan kue, ya. Umi ada sedikit urusan, nanti kalau udah langsung masukin ke panci terus di kukus 30 menit. Ngerti?" Umi Fatimah mengusap kepalaku yang tertutup hijab warna biru tua, aku mengangguk sambil tersenyum kemudian langsung mengambil alih pekerjaan Umi."Cuma sebentar kok. Nanti Umi langsung pulang.""Iya, Umi. Tenang aja kalau sama Ara pasti semuanya bisa beres. Hati-hati dijalan.""Iya Umi percaya deh. Kalau gitu Umi pergi sekarang, ya. Kamu juga hati-hati di rumah. Assalamualaikum.""Wa'alaikumsalam."Setelah mengusap lembut kepalaku lagi, barulah Umi Fatimah berbalik badan meninggal

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-20
  • I Am Your Eyes   07 || Al-Ghifari HA

    Welcome 🌷*****Author POVLangkahnya sontak berhenti setelah kedua kakinya menapak lantai dasar, matanya mengarah ke satu objek membuat keningnya mengerut dalam. Seraya melipat kemejanya hingga siku, laki-laki berparas tampan itu perlahan berjalan mendekati seseorang yang duduk di samping sang bunda."Lo ... si cewek bisu itu kan?" tanyanya santai, salah satu alisnya terangkat. Tak menjawab, orang yang ditanya malah menundukkan kepalanya dalam-dalam. Entah kebetulan macam apa, lagi-lagi Ara bertemu dengan laki-laki sombong ini."Ghifar! Ngomong apa kamu?! Jangan sembarangan, ya!" sentak Tiara pada anak laki-lakinya sembari menggelengkan kepala.Pemuda bernama Ghifar itu beralih menatap ibunya beberapa detik, s

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-27
  • I Am Your Eyes   08 || Ingatan menyakitkan

    Welcome 🌷*****Kedua kakiku terus melangkah menapaki jalan beraspal sedangkan tanganku sibuk mengorek-ngorek plastik berisi bahan makanan dan kue yang baru saja aku beli dari pasar. Menghitung serta memastikan bahwa jumlahnya pas dan tak ada yang terlupa. Cuaca di hari Ahad cukup panas, matahari bersinar terik, panasnya kentara sekali menyengat permukaan kulit.Semalam saat aku hendak tidur, aku teringat jika bahan makanan di dapur mulai habis. Jadi aku memutuskan untuk pergi belanja dan pagi tadi sekitar pukul 8 Umi Fatimah datang ke rumah mengajakku ke pasar, katanya bahan-bahan untuk membuat kue habis, jadi daripada beliau harus capek berjalan jauh, lebih baik sekalian saja aku yang membelikannya.Kala mataku bergulir ke arah kanan, sesuatu di sana menghentikan langkahku. Sebuah tulisan yang tertempel di kaca sebuah toko roti yang menjelaskan bahwa toko

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-30
  • I Am Your Eyes   09 || Dia Vano?

    Welcome 🌷*****Author POV"Apaan sih lo?" Agatha menyentak kasar lengan Ghifar yang mencengkram pergelangan tangannya. Laki-laki itu berbalik menghadap penuh ke arah gadis berambut sebahu yang menjabat sebagai kekasihnya."Pulang," ujar Ghifar singkat namun penuh penekanan."Gue gak mau. Lo duluan aja sana gue masih mau nemenin Ara.""Sejak kapan lo jadi peduli gini sama dia?""Ara teman gue.""Sejak kapan kalian berteman?""Banyak tanya lo. Udah sana pulang. Gue nanti".Agatha hendak berbalik tapi lagi-lagi tangannya dicekal oleh Ghifar. Dengan gerakan malas, Agatha menoleh sembari

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-01
  • I Am Your Eyes   10 || Hilang?

    Welcome 🌷*****"Kamu yakin mau berangkat sekolah, Nak? Badan kamu emang udah gak panas?" tanya Umi Fatimah begitu aku sudah duduk di sofa. Umi membawa sepiring nasi goreng dan segelas teh manis hangat.Aku menggeleng. "Ara udah agak mendingan, Umi. Hari ini ada ulangan kimia jadi Ara harus masuk sekolah. Umi tenang aja, ya.""Tapi tetap aja Umi khawatir, Ra. Lagian sih kemarin Umi udah suruh kamu bawa payung tapi gak mau. Jadi pulangnya hujan-hujanan gitu sampai demam. Kalau Umi kasih nasihat itu nurut."Aku tertawa geli mendapat rentetan omelan Umi yang terdengar sangat lucu. Tanganku meraih piring dan gelas dari tangan Umi, meletakkannya ke atas meja lalu menarik Umi agar duduk di sampingku."Iya, Umi. Maafin Ara, ya. Kemarin Ara kira gak bakal turun hujan,"

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-07
  • I Am Your Eyes   11 || Lelaki kasar

    Welcome 🌷*****Sudah lima hari Agatha menghilang dan selama itu pula laki-laki bernama Ghifar selalu meneror ku dengan pertanyaan yang sama "dimana Agatha?". Sungguh aku sendiri juga tidak tahu kemana Agatha pergi. Aku pun khawatir karena gadis berambut sebahu itu mendadak seperti lenyap ditelan bumi. Bodohnya aku tidak tahu dimana letak rumah Agatha. Wajar saja kami baru berteman beberapa Minggu yang lalu, aku juga tidak pernah menanyakan apapun kepada Agatha. Entahlah rasanya aku tak ingin terlalu peduli dengan urusan hidup orang lain. Yang aku tahu, aku dan Agatha sudah berteman. Itu saja.Seperti sekarang ini, bel istirahat baru berbunyi 5 detik yang lalu dan Ghifar kembali datang ke kelasku, berdiri tepat di depan mejaku dengan wajah datar andalannya. Aku menghela napas lelah. "Dimana A

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-15
  • I Am Your Eyes   01 || Kecelakaan pagi hari

    Welcome 🌷*****"Assalamualaikum warahmatullah.""Assalamualaikum warahmatullah."Ya Allah, hamba datang kembali untuk meminta ampunan-Mu atas semua dosa yang pernah hamba lakukan.Ya Ghofur, ampunilah semua dosa-dosa hamba. Baik yang disengaja maupun yang tidak. Baik yang kecil maupun yang besar. Baik yang dilakukan secara terang-terangan maupun yang tersembunyi.Ampunilah juga dosa kedua orang tua hamba, Ya Rabb. Berikanlah mereka tempat yang tinggi di surgaMu. Pertemukan kembali hamba dengan ibu dan ayah kelak di surga, Ya Rabb. Kami semua ingin berkumpul bersama disana.Ya Allah, berikanlah selalu hamba semangat untuk menjalani aktivitas sehari-hari. Berik

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-20

Bab terbaru

  • I Am Your Eyes   11 || Lelaki kasar

    Welcome 🌷*****Sudah lima hari Agatha menghilang dan selama itu pula laki-laki bernama Ghifar selalu meneror ku dengan pertanyaan yang sama "dimana Agatha?". Sungguh aku sendiri juga tidak tahu kemana Agatha pergi. Aku pun khawatir karena gadis berambut sebahu itu mendadak seperti lenyap ditelan bumi. Bodohnya aku tidak tahu dimana letak rumah Agatha. Wajar saja kami baru berteman beberapa Minggu yang lalu, aku juga tidak pernah menanyakan apapun kepada Agatha. Entahlah rasanya aku tak ingin terlalu peduli dengan urusan hidup orang lain. Yang aku tahu, aku dan Agatha sudah berteman. Itu saja.Seperti sekarang ini, bel istirahat baru berbunyi 5 detik yang lalu dan Ghifar kembali datang ke kelasku, berdiri tepat di depan mejaku dengan wajah datar andalannya. Aku menghela napas lelah. "Dimana A

  • I Am Your Eyes   10 || Hilang?

    Welcome 🌷*****"Kamu yakin mau berangkat sekolah, Nak? Badan kamu emang udah gak panas?" tanya Umi Fatimah begitu aku sudah duduk di sofa. Umi membawa sepiring nasi goreng dan segelas teh manis hangat.Aku menggeleng. "Ara udah agak mendingan, Umi. Hari ini ada ulangan kimia jadi Ara harus masuk sekolah. Umi tenang aja, ya.""Tapi tetap aja Umi khawatir, Ra. Lagian sih kemarin Umi udah suruh kamu bawa payung tapi gak mau. Jadi pulangnya hujan-hujanan gitu sampai demam. Kalau Umi kasih nasihat itu nurut."Aku tertawa geli mendapat rentetan omelan Umi yang terdengar sangat lucu. Tanganku meraih piring dan gelas dari tangan Umi, meletakkannya ke atas meja lalu menarik Umi agar duduk di sampingku."Iya, Umi. Maafin Ara, ya. Kemarin Ara kira gak bakal turun hujan,"

  • I Am Your Eyes   09 || Dia Vano?

    Welcome 🌷*****Author POV"Apaan sih lo?" Agatha menyentak kasar lengan Ghifar yang mencengkram pergelangan tangannya. Laki-laki itu berbalik menghadap penuh ke arah gadis berambut sebahu yang menjabat sebagai kekasihnya."Pulang," ujar Ghifar singkat namun penuh penekanan."Gue gak mau. Lo duluan aja sana gue masih mau nemenin Ara.""Sejak kapan lo jadi peduli gini sama dia?""Ara teman gue.""Sejak kapan kalian berteman?""Banyak tanya lo. Udah sana pulang. Gue nanti".Agatha hendak berbalik tapi lagi-lagi tangannya dicekal oleh Ghifar. Dengan gerakan malas, Agatha menoleh sembari

  • I Am Your Eyes   08 || Ingatan menyakitkan

    Welcome 🌷*****Kedua kakiku terus melangkah menapaki jalan beraspal sedangkan tanganku sibuk mengorek-ngorek plastik berisi bahan makanan dan kue yang baru saja aku beli dari pasar. Menghitung serta memastikan bahwa jumlahnya pas dan tak ada yang terlupa. Cuaca di hari Ahad cukup panas, matahari bersinar terik, panasnya kentara sekali menyengat permukaan kulit.Semalam saat aku hendak tidur, aku teringat jika bahan makanan di dapur mulai habis. Jadi aku memutuskan untuk pergi belanja dan pagi tadi sekitar pukul 8 Umi Fatimah datang ke rumah mengajakku ke pasar, katanya bahan-bahan untuk membuat kue habis, jadi daripada beliau harus capek berjalan jauh, lebih baik sekalian saja aku yang membelikannya.Kala mataku bergulir ke arah kanan, sesuatu di sana menghentikan langkahku. Sebuah tulisan yang tertempel di kaca sebuah toko roti yang menjelaskan bahwa toko

  • I Am Your Eyes   07 || Al-Ghifari HA

    Welcome 🌷*****Author POVLangkahnya sontak berhenti setelah kedua kakinya menapak lantai dasar, matanya mengarah ke satu objek membuat keningnya mengerut dalam. Seraya melipat kemejanya hingga siku, laki-laki berparas tampan itu perlahan berjalan mendekati seseorang yang duduk di samping sang bunda."Lo ... si cewek bisu itu kan?" tanyanya santai, salah satu alisnya terangkat. Tak menjawab, orang yang ditanya malah menundukkan kepalanya dalam-dalam. Entah kebetulan macam apa, lagi-lagi Ara bertemu dengan laki-laki sombong ini."Ghifar! Ngomong apa kamu?! Jangan sembarangan, ya!" sentak Tiara pada anak laki-lakinya sembari menggelengkan kepala.Pemuda bernama Ghifar itu beralih menatap ibunya beberapa detik, s

  • I Am Your Eyes   06 || Dia?

    Welcome 🌷*****Hari Sabtu yang cerah."Nak, tolong gantikan Umi sebentar buat ngaduk adonan kue, ya. Umi ada sedikit urusan, nanti kalau udah langsung masukin ke panci terus di kukus 30 menit. Ngerti?" Umi Fatimah mengusap kepalaku yang tertutup hijab warna biru tua, aku mengangguk sambil tersenyum kemudian langsung mengambil alih pekerjaan Umi."Cuma sebentar kok. Nanti Umi langsung pulang.""Iya, Umi. Tenang aja kalau sama Ara pasti semuanya bisa beres. Hati-hati dijalan.""Iya Umi percaya deh. Kalau gitu Umi pergi sekarang, ya. Kamu juga hati-hati di rumah. Assalamualaikum.""Wa'alaikumsalam."Setelah mengusap lembut kepalaku lagi, barulah Umi Fatimah berbalik badan meninggal

  • I Am Your Eyes   05 || Murid baru?

    Welcome 🌷*****"Valencia!"Aku terperanjat ketika wajah Agatha tiba-tiba muncul tepat di hadapanku dan berjarak sangat dekat. Belum lagi Agatha juga memukul meja keras mengakibatkan tulisanku keluar dari garis buku. Aku menghela napas pelan sedangkan Agatha menggaruk belakang kepalanya."Kaget, ya? Maaf hehe ....," Agatha meringis sampai memperlihatkan deretan giginya yang putih. Aku menggelengkan kepala, agak takjub juga dengan tingkah gadis yang satu ini. Di satu sisi Agatha bisa terlihat begitu menyeramkan karena wajahnya yang datar, di sisi lain rupanya Agatha juga bisa bertingkah konyol."Udah istirahat kaga mau ke kantin? Hari Jumat lo kaga puasa kan?" tanya Agatha. Aku mengangguk."Ya udah ayo!" ajak Agatha tidak sabaran. Aku pasrah saat Agatha langsung membereskan buku

  • I Am Your Eyes   04 || Masa lalu dan sebias rindu

    Welcome 🌷*****"Lo?!"Anak laki-laki yang seragam sekolahnya dikeluarkan dari celana tersebut terus memandangiku tanpa berkedip. Aku merasa tidak nyaman dengan tatapannya. Apa dia datang karena ingin meminta maaf? Ah, kurasa tidak. Apa dia sungguh tidak merasa bersalah? Sombong sekali.Aku refleks berdiri dari bangku ketika laki-laki itu berjalan mendekat. Baru satu langkah, dia berhenti kembali, menatapku dengan sorot matanya yang tajam. Aku mati-matian menahan badanku yang sudah gemetar, kedua tanganku tanpa sadar meremas kuat rok abu-abu yang aku kenakan. Aku menunduk lagi tak berani membalas tatapannya.Sebenarnya aku tidak ingin terlihat lemah di depannya. Namun, entah mengapa aku selalu otomatis akan tertunduk kala ada yang menatapku lekat. Atmosfir kantin berubah mencekam dan sunyi. Aku benci berada di situasi

  • I Am Your Eyes   03 || Nice Day

    Welcome 🌷*****Senyum terus terukir di wajahku bahkan setelah aku keluar dari dalam ruangan Pak Imam. Bisa aku dengar dengusan dari Agatha yang berjalan di sampingku yang mungkin merasa jengah karena aku terus-terusan tersenyum lebar seperti orang aneh."Mingkem, Ra. Tuh gigi udah kering kayaknya gara-gara lo senyum-senyum terus," ujar Agatha. Tersadar atas apa yang sudah aku lakukan, kepalaku menunduk menahan malu.Aku menghentikan langkah secara mendadak, otomatis Agatha pun ikut berhenti juga. Agatha mendelik ke arahku dengan sebelah alis terangkat seolah bertanya, "kenapa berhenti?". Buru-buru aku mengeluarkan kertas dan satu buah pulpen yang senantiasa aku bawa kemana-mana."Makasih udah temenin aku ketemu sama Pak Imam, ya." Itu yang aku tulis di kertas.

DMCA.com Protection Status