Share

I Am The Queen
I Am The Queen
Penulis: Rosee_

Prolog

"Pernahkah kau membayangkan - menjadi yang terkuat di antara yang terkuat saat kau dilahirkan sebagai orang lemah di antara mereka yang kuat?"

***

"CORVINA BERHENTI ...!"

Aku terus berlari dalam ketidakpastiaan, menyeret sepasang kakiku ke tempat yang lebih jauh sambil mengabaikan teriakan ayahku, Kaisar negeri ini - yang mengejarku bersama para ksatria dengan tekad tak kenal lelah. Kakiku mulai melambat untuk mengatur nafas, membiarkan oksigen mengisi paru-paruku sebelum melangkahkannya lagi dengan cepat. Di belakang, suara langkah berat para ksatria terus menggema hingga membuatku tidak memiliki keberanian untuk berhenti.

Rambut panjang biru langitku sudah kusut dan kotor sehingga tidak lagi menampakkan keindahannya, gaun putihku tidak lagi layak, dan kaki yang kubuat berlari pun tidak ku hiraukan lagi rasa sakitnya - luka gores dan lebam yang kini menghiasi sekitaran tapakku yang telanjang.

Tepat di depanku, pohon - pohon raksasa dengan dedaunan lebat yang hampir menutupi langit, menciptakan kanopi yang menutupi sinar matahari. Akar - akar yang menjalar dan lumut - lumut yang menggantung memberikan kesan mistis, serta kabut yang menyelimuti bagian luarnya seolah tempat itu berasal dari dunia lain.

Hutan terlarang - yang dipenuhi oleh bayangan dan rahasia. Sebuah tempat yang dipenuhi oleh legenda dari makhluk - makhluk mitos yang berbahaya.

Apa yang harus ku lakukan? Aku tidak mungkin berhenti, tapi juga tidak mungkin memasuki hutan yang telah menjadi simbol peringatan untuk mendekatinya. Namun, tidak ada petunjuk apapun. Diam di tempat bukan pilihan yang tepat.

"CORVINA ... JANGAN MASUK KESANA!" Ayahku berteriak lagi.

Kenapa jika aku masuk? Setidaknya masih ada dua pilihan di dalam sana - hidup atau mati. Kenapa ayah berteriak seolah khawatir padaku? Aku tidak butuh belas kasih. Aku tidak ingin hidup dalam penjara yang dipenuhi kegelapan dan tipu muslihat. Aku tidak mau hidup dalam kesulitan seperti itu lagi.

"BERHENTI, PUTRI!"

Terlambat. Dengan kesadaran penuh aku berlari memasuki hutan. Teriakan ayah dan para kesatria terdengar mulai mengecil setelahnya. Aku menoleh kebelakang untuk memastikan jika mereka berhenti mengejarku, namun kaki kananku tidak sengaja tersandung oleh akar pohon besar yang tumbuh liar, membuat tubuhku tersungkur begitu saja di atas permukaan tanah. Untungnya orang - orang itu telah berhenti mengejar. Ayahku yang gila rupanya tahu untuk berhenti. Bahkan seorang kaisar tidak berani menyentuh hutan ini.

"Hutan terlarang ...," bisikku, sambil mengamati seluruh objek yang bisa kulihat.

Katanya - ini adalah tempat dimana tidak ada satu pun yang bisa keluar setelah melangkah masuk ke dalamnya. Diduga mereka telah menjadi mangsa para binatang buas yang ditakuti oleh seluruh kekaisaran.

"Begitu?" Aku hanya bisa menertawakan diriku sendiri. "Lebih baik seperti itu daripada mati di tangan para manusia serakah."

Tubuhku yang kelelahan, serta kakiku yang sakit kubiarkan kembali bergerak, memutuskan untuk berjalan lebih jauh. Dengan terseok - seok, aku semakin berjalan lebih dalam menyusuri hutan belantara yang tidak tahu seperti apa ujungnya ini.

Aku berjalan dalam udara yang tebal dan mencekam. Di dalamnya, segala sesuatu terasa hidup, seolah ada sesuatu yang mengintai setiap langkahku. Cahaya bulan yang remang - remang menjadi satu - satunya penerangan yang kumiliki saat ini. Namun, Cahaya itu juga menciptakan bayang - bayang yang menakutkan di sekitarku.

Apa ini? Semakin jauh aku berjalan, atmosfer semakin berubah. Sihir? Aku merasakan energi magis mengalir melalui udara dengan kekuatan yang tak terduga. Energi ini sangat berbeda dengan energi magis yang biasa ku rasakan di luar hutan, seolah terasa mampu menyapu jiwa dan mempengaruhi siapa saja. Bisa kurasakan di setiap sudut hutan ini mengalir energi magis yang pekat, namun bukan sesuatu yang bisa dijangkau manusia. Kemungkinan mengenai adanya makhluk - makhluk mistis legenda cukup meyakinkan.

Sekarang, aku mengerti. Meski tidak mati di mangsa binatang buas, manusia akan mati karena tekanan mana yang kuat dari - sihir gelap yang melapisi hutan ini. Benar, tekanan ini berasal dari sihir gelap. Aku mungkin akan mati sebentar lagi. Anehnya, aku belum merasakan apapun sejauh ini, kecuali atmosfer hutan yang mencekam.

"Uhh ... aku lapar." Aku berhenti untuk menyentuh perutku yang mulai sakit.

Aku belum memakan apapun sejak pagi karena terus bersembunyi dari kejaran ksatria yang tiba - tiba menggeledah seluruh penginapan tempatku singgah pagi ini. Aku tidak dapat bersembunyi dengan leluasa saat seluruh kekaisaran mengenali wajah tuan putri mereka yang tersebar di seluruh penjuru wilayah. Sayangnya, aku hanya putri yang tidak memiliki sihir sehingga tidak dapat menyembunyikan wajahku walau sebentar saja.

Aku memejamkan mata setelah duduk di bawah salah satu pohon besar. Mungkin, aku tertidur sebentar karena cukup menenangkan. Satu menit, dua menit, tiga menit, dan ... sesuatu mengembalikan kesadaranku secara penuh.

"Siapa?"

Aku terkesiap. Ada sesuatu yang menyentuh kakiku dan yakin bahwa itu bukan mimpi atau sekedar perasaan saja, namun tidak ada apapun disini, kecuali - buah ... buah? Hal itu semakin mengejutkanku. Kepalaku berputar dengan cepat - mencari siapa saja yang bisa kutemukan. Ada orang lain selain aku disini.

"Aku tahu kau disini - akhh ...!" Sontak aku terjerembap ke belakang. "Si - siapa kau?"

Sesuatu yang memiliki wajah cantik, keanggunan, dan mata yang berkilau seperti embun yang memancarkan kebaikan muncul dari balik pohon besar yang ada di depanku. Tubuhnya terbuat dari kayu yang kokoh, namun memiliki fisik seperti manusia, menarik siapa pun untuk terpesona oleh kehadiran mereka.

"Orang menyebut saya Dryad, Ratu." Makhluk itu bersuara, lembut seperti daun dan memiliki langkah ringan seperti angin.

Dryad? Untuk pertama kalinya aku melihat sendiri wujud makhluk legendaris yang bersemayam di hutan ini. Aku pernah membaca sosoknya di perpustakaan kastel. Mereka adalah perwujudan kehidupan dari pohon - pohon yang menjulang tinggi dan dianggap sebagai penjaga hutan. Para Dryad mampu mengendalikan dan berkomunikasi dengan alam dan makhluk - makhluk lainnya dengan kekuatan magis mereka, juga makhluk yang terkenal bijaksana dan penuh kasih.

Tapi - tunggu ... apa dia baru saja memanggilku ratu?

"Aku bukan ratumu. Namaku Corvina," jelasku tanpa ragu, namun Dryad itu tersenyum menanggapi.

"Siapapun Anda, kami akan selalu menyambut kedatangan Anda, Yang Mulia Ratu Penguasa Kegelapan dan Cahaya." Makhluk itu membungkuk, bersama dengan puluhan Dryad yang tiba - tiba muncul bersamaan.

Aku terpaku dengan tanda tanya besar di benakku. Aku terlalu syok untuk memikirkan semua kejutan masalah yang terjadi hari ini. Aku seharusnya mati, bukan menjadi ratu yang aku sendiri tidak mengerti. Anehnya - aku merasakan ikatan yang familiar di tempat ini.

°°°

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status