Kastel yang selalu di kelilingi oleh kegelapan — seorang wanita dengan sorot mata tajam menunjukkan ketegasan menghadap pada sosok tertinggi di hutan terlarang.
"Komandan pasukan gelap menghadap pada Ratu Achlys — sang kegelapan dan cahaya," tunduknya dengan hormat. "Langsung katakan saja, Hera," ucap Corvina. Di sampingnya berdiri Leucos sebagai kepala istana yang senantiasa berada di dekat sang ratu. Hera Wintour — satu-satunya wanita yang berasal dari ras dark elf yang memiliki ciri kulit berwarna gelap seperti malam dan mata yang berkilauan seperti permata biru. Rambut perak panjangnya yang diikat tergerai di belakangnya. Tangannya memegang sebuah tombak yang memiliki aura magis sebagai lambang atas kekuatan dan keberaniannya, serta baju pelindung besi terpasang di tubuhnya. Hera dikenal memiliki kemampuan bertarung yang hebat dan keahlian dalam sihir gelap. Ia adalah benteng terakhir yang melindungi kerajaan dari segala ancaman. "Kaisar Acheron mengubah titahnya pada kedua pangeran. Siapa pun yang menemukan anda — akan menjadi kaisar di masa depan. Mereka sedang bersiap memasuki hutan," jelas Hera. "Kalau begitu tidak akan ada yang menjadi kaisar." Leucos berpendapat dengan senyum jahatnya. "Kecuali — mereka bisa menembus dimensi yang dibuat ratu." Corvina hanya menompang kepalanya dengan malas. Ia tidak peduli dengan keadaan istana itu, apa yang terjadi pada anggota kerajaan, bahkan nasib mereka, tapi mereka tetap harus diawasi setiap memiliki niat pada hutan terlarang. Leucos mengangkat tangannya dan muncul pola - pola sihir. Di hadapan mereka kemudian muncul sebuah gambaran yang menunjukkan keadaan para pasukan Acheron yang telah memasuki hutan. "Mereka akan mati dalam sehari setelah kegelapan menekan jantung mereka secara perlahan," tambah Hera dengan nada dinginnya. "Gaia terlalu baik. Mereka seharusnya tidak bertahan selama itu." Leucos berdecak. Lama? Satu hari itu sangat singkat untuk seorang manusia! "Mereka tidak akan bertahan setelah memasuki hutan mati," sahut Hera. Dirinya sama tidak sukanya dengan Leucos pada ras manusia yang memiliki nafsu paling besar dan serakah. Tidak ada respon dari Corvina yang tidak menunjukkan ekspresi apa pun, kecuali matanya yang terus menonton pada gambar sihir. Gadis itu tidak akan peduli dengan kematian mereka. Begitulah Achlys yang mereka kenal selama ratusan tahun. Laba-laba monster ... lindungi pangeran! Teriakan dari komandan mereka terdengar. Pada prajurit mulai bertarung — melawan laba-laba raksasa yang menghuni hutan mati di wilayah hutan terlarang, menandakan mereka telah melangkah cukup jauh dari perbatasan hutan dan kerajaan. "Sepertinya aku baru lihat orang itu," kata Leucos. "Dia pangeran kedua — adik kandung Isaac." Bukan Hera yang menjawab, melainkan Corvina yang sudah berdiri dari kursinya dan berjalan ke arah jendela. Matanya menatap dalam ke bagian hutan. Ratu membuka mulut? Keduanya lantas terkejut melihat senyum kecil terbit di sudut bibir Corvina. Bukan senyum lembut, melainkan senyum licik khas gadis itu. Sang ratu pasti tertarik pada sesuatu. "Hentikan laba-laba dan lepaskan para troll ke utara." Leucos tersenyum lebar. Pangeran mahkota yang pernah menumbalkan ratunya berada di utara, dekat pegunungan batu — wilayah para goblin yang ganas. "Sepertinya anda menyayangi pangeran kedua, Ratu." Leucos mulai mengeluarkan sihir gelapnya lagi. "Tapi, kenapa harus para troll? Ada banyak goblin di utara." "Mereka tidak boleh mati." Tidak dengan mudahnya. Akan sedikit menyenangkan jika orang itu terluka, kan? Kita lihat betapa tidak bergunanya pangeran berbakat itu menghadapi sekumpulan troll yang rakus. "Saya akan pergi sekarang." Leucos mengundurkan diri. "Bagaimana dengan pasukan di hutan mati?" tanya Hera. "Serahkan padaku. Kau bisa kembali ke tempatmu." "Anda tidak perlu merepotkan diri untuk makhluk rendah seperti mereka, Ratu." "Hera ..." Corvina menatapnya, menunjukkan tidak ada bantahan. "Saya undur diri, Ratuku." Hera membungkuk dengan sebelah tangan mengepal di belakang tubuhnya. Wanita itu berbalik hendak keluar, namun suara sang ratu kembali menghentikannya. "Kau boleh mengurus para pencuri sebagai gantinya." Corvina tersenyum. "Para dwarf itu?" Hera tampak antusias. "Kantong emas mereka sudah terlalu besar daripada ukuran tubuhnya. Bantu mereka mengurangi beban." "Jangan khawatir, Ratu. Akan saya buat mereka tidak bisa membawa satu koin emas pun nantinya." Sejauh ini sang ratu selalu membiarkan para pencuri - pencuri bertubuh pendek itu mengambil banyak emas di manor harta. Tentu saja ia senang untuk memberi mereka pelajaran. "Bersenang-senang lah. Ingat, jangan membunuh. Mereka berguna untuk membuat senjata, " kata Corvina santai. "Baik, Ratu!" Setelah Hera pergi, seekor serigala besar muncul di sebelahnya. Corvina tersenyum seraya mengelus kepalanya sambil matanya belum berpaling dari hutan. "Hari ini kita kedatangan banyak sekali tamu, River." Kemudian, gadis itu menghilang dan menyisakan ruangan kosong tak berpenghuni. *** Di bagian barat hutan kematian, terdapat pohon - pohon tandus yang mengalir sihir gelap. Hutan mati — salah satu wilayah paling berbahaya di dalam hutan terlarang. Terdapat satu jenis spesies berupa laba-laba yang ukurannya dua kali lebih besar dari manusia yang tak terhitung jumlahnya. Mereka akan memangsa siapa saja yang memasuki sarangnya dengan jaring-jaring perangkap yang tersebar di berbagai tempat di hutan mati. Sihir gelap juga membantu mereka untuk menyesatkan jalan para mangsanya agar tidak menemukan jalan keluar dari hutan mati. Namun, siapa yang tahu saat tidak ada yang pernah datang ke tempat itu? Begitulah bagaimana Helios dan pasukan ksatria yang berjumlah lima orang terperangkap di tempat itu. Dentingan pedang pun beradu melawan puluhan laba-laba yang datang tanpa henti seolah tidak ada habisnya. "Kita belum masuk cukup dalam, tapi sudah banyak monster yang kita hadapi!" teriak salah satu ksatria pada rekan-rekannya. Mereka semua disibukkan dengan musuh masing-masing. Helios mengabaikan semua kesulitan dan melawan dengan pedangnya. Tempat ini yang paling dekat dengan perbatasan di mana kakaknya masuk. Kemungkinan sang kakak juga masuk ke sini. "PANGERAN, DI BELAKANG!" teriak Cyrus. Nyaris mulut besar dari laba-laba itu menikamnya. Untungnya, Helios mengelak dengan cepat. "Aku baik-baik saja," seru Helios. Tampak semua orang mulai kewalahan. Beberapa luka pun telah mereka dapatkan. Mustahil baik-baik saja di situasi seperti ini. Lebih baik melawan pasukan musuh di medan perang dibanding melawan para monster yang tidak ada habisnya. Ditambah, mereka melawan spesies yang sekali bertelur saja bisa melahirkan ribuan anak laba-laba. "Kita tidak bisa berhenti. Mereka terus berdatangan." "Kita akan mati jika berhenti." Sial! Helios sendiri tidak tahu harus bagaimana. Semoga kau tidak masuk ke tempat ini, kakak. Gadis itu — tidak mungkin bertahan dalam kondisi ini. Helios mulai lengah. Tanpa sadar, seekor laba-laba sudah mendorongnya ke tanah dengan mulut besarnya yang terbuka — bersiap untuk memangsa. "PANGERAN!"Kawanan laba-laba itu — secara serentak bergerak menjauh bahkan sebelum menancapkan taringnya pada pangeran Helios. Secara bersamaan pula, aura menyesakkan seakan mencekik saluran pernapasan mereka. Para laba-laba semakin beringsut mundur dan bergerak gelisah seolah ada sesuatu yang lebih berbahaya datang. "Orang gila mana yang berani memasuki hutan mati? Setidaknya bawalah ksatria suci untuk menepis sihir gelap." Suara wanita yang terdengar lembut, tetapi jelas tengah mengejek muncul tiba-tiba. Helios beserta yang lainnya sontak mencari asal suara. Siapa pun ia, pastilah sosok yang ditakuti oleh para laba-laba itu. Tepat dibelakang mereka — seorang gadis dengan rambut perak panjang memancarkan kecantikan memukau dan mempesona menunjukkan seolah gadis itu adalah dewi, namun mata grey-nya memancarkan aura dingin dan keengganan yang jelas. Gadis itu duduk santai di atas seekor serigala bertubuh besar yang menatap nyalang ke arah mereka. Makhluk legenda! "Siapa kau?" Cyrus seger
"Kau tahu ... esensi gelap dalam dirimu akan semakin mendominasi jika kau tidak bisa menahan diri." Pohon dunia memperingati. "Apa bedanya? Aku sudah jatuh dalam kegelapan sejak kehidupan lama. Kau sendiri yang menunjukkan memori itu padaku." Di hamparan rumput yang luas, hanya ada mereka di sini. Tempat ini tidak lagi seperti pertama kali saat dirinya hanya melihat ruang kosong. "Kau masih tidak ingat apa pun, Achlys?" Corvina berdehem kecil. "Aku hanya ingat rasa sakit saat diujung kematianku," gumamnya. Semua ingatan itu masih tampak buram, meski begitu, rasa sakit itu begitu nyata ia rasakan. Ia bisa merasakan bagaimana puluhan anak panah menusuknya, pedang yang menikamnya berkali-kali, kepala yang dipenggal, bahkan siksaan yang lebih baik mati daripada bertahan — ia merasakan seluruh rasa sakit itu. Meski tidak tahu alasannya — manusia terlibat di dalamnya. "Semua itu — adalah kenangan yang tidak ingin kau ingat." "Aku tahu." Lahir tanpa ingatan — semua tidak l
Di sebuah kamar yang terletak di bagian teratas lantai kastel dari struktur bangunan megah tersebut, lilin – lilin menyala redup tersebar di sekitar ruangan. Di tengah ruangan terdapat tempat tidur besar dengan baldaquin yang dilapisi dengan kain sutra emas berpadu merah. Di atasnya, seorang gadis terbaring dengan mata terpejam. Wajahnya dipenuhi ekspresi gelisah yang membuat tidurnya tampak sangat terganggu. “Jadi, kalian membuat keributan di luar hanya untuk melihatnya kesakitan?” tanya Theron dengan nada rendah yang terdengar mencemooh. Corvina – pingsan di hadapan mereka semua tak lama setelah mendengar pernyataan yang di debatkan para fairy beberapa saat lalu. Rasa sakit di dada – sebenarnya adalah tanda jika potongan ingatan yang lain akan segera menghampiri Corvina. “Setidaknya kami harus memastikan kondisi ratu,” balas Leucos dengan wajah tak ramah. Lucien tidak banyak bicara di sebelahnya. Namun, tidak dapat dibantah jika tidak ada yang bisa mereka lakukan saat sang ratu
Corvina menyaksikan melalui jendela — dunia luar yang telah ia tinggalkan selama empat tahun. Kali ini, ia keluar dari persembunyiannya bersama seorang raja iblis yang menjanjikannya akan sesuatu yang berbeda — sebuah kepuasan baru.Kereta kuda berhenti di depan bangunan besar. Di depan mansion Grand Duke, terdapat jalan masuk yang luas dan megah. Bendera dengan lambang naga berkibar di tiang-tiang sebagai tanda kediaman Grand Duke. Di depan kastel utama yang terlihat menjulang dengan bangunan-bangunan kokoh yang megah terdapat taman kecil penuh bunga dengan air mancur dan patung-patung. Corvina memperhatikan setiap detailnya dari dalam kereta kuda. "Itu kereta Grand Duchess. Aku melihat kecantikannya dari lukisan.""Benar! Rumor mengenai Grand Duchess masih hangat hingga sekarang. Para bangsawan pasti akan bersiap saat mendengar kedatangannya." "Menurutmu Grand Duchess akan mengikuti pertemuan sosial? Semua orang pasti penasaran secantik apa istri Grand Duke.""Entahlah." "Grand D
Corvina membuka matanya perlahan. Suara – suara burung kecil yang berkicau di pepohonan, serta angin sepoi – sepoi yang sejuk membawa aroma bunga – bunga liar menyadarkannya bahwa dirinya kini berada di atas padang rumput yang luas.Apa ini? Baru saja tertidur di kamarnya sebagai Grand Duchess. Apa kenangan ingatan lagi? Dirinya baik – baik saja sebelumnya.Perlahan, ia bangkit. Tempat ini sungguh asing, namun tidak dapat menyangkal bahwa ini adalah tempat paling indah yang pernah ia lihat. Padang rumput? Tempat ini lebih cocok disebut ladang bunga.Corvina mengedarkan pandangannya, kemudian menyadari ada orang lain di sana. Seorang gadis kecil terkikik pelan sambil bersembunyi tidak jauh darinya. Sebenarnya ingatan apa ini?“Achlys ... kau di mana?” Seruan itu membuat Corvina mencari asal suara.Achlys? Corvina kemudian melihat seorang wanita datang, seperti mencari seseorang. Wanita itu memilik rambut perak seperti bulan dan mata birunya yang berbinar indah.Ibu?“Achlys ... jangan
Bulir - bulir keringat mengalir dari pelipis Corvina yang langsung terbangun. Dadanya naik turun karena nafas yang memburu cepat. Apa yang terjadi? Apa yang terjadi pada ibunya setelah itu? Kenapa ingatan itu terputus tanpa ia tahu apa yang terjadi selanjutnya?! "Achlys," panggil seseorang yang baru saja masuk, membuat Corvina mengangkat kepalanya ke asal suara."Kau mengingat mimpi buruk lagi?" Theron mencoba menyentuh rambut perak panjangnya yang tergerai bebas dan sedikit basah oleh keringat. "Kau tidur sejak siang hingga malam —""Apa yang kau lakukan?" Suara Corvina hampir menyerupai gumaman. Theron mengangkat sebelah alisnya, heran. "Apa yang kau lakukan pada ibuku?" Nadanya kini berubah dingin. Sosok itu — sosok yang ia lihat dalam ingatan lamanya, sosok yang menggunakan wujud iblis dengan sayap hitam besar di punggung serta tanduk kecil di atas kepalanya. Dia — Theron Eryx sang Raja kegelapan. "Ibumu?""Kita bertemu di kehidupan pertamaku," desis Corvina tajam. "Kau — kau
Di suatu tempat di istana kekaisaran, seorang gadis berdiri di antara rak – rak yang mengoleksi ribuan buku di dalamnya. Perpustakaan yang hanya bisa dimasuki oleh anggota kerajaan – menyimpan berbagai pengetahuan dan sejarah kekaisaran di masa lalu. Dengan kemampuannya, Corvina dengan mudah masuk ke dalamnya tanpa perlu ketahuan oleh penjaga di luar. “Apa yang Anda cari, Ratu? Biar saya membantu.” Lucien bergerak ke sana – kemari tanpa berminat menyentuh buku – buku di sana. Jangan tanya di mana Leucos. Pria itu harus kembali ke kastel terlarang untuk memantau keadaan setiap saat. “Diamlah!” Corvina menelusuri setiap buku dengan judul – judul seperti, “Sejarah Kekaisaran Acheron”, “Silsilah Keluarga Bangsawan”, dan apa saja yang sekiranya berhubungan dengan dirinya di masa lalu. Mungkin saja ia bisa mendapat jawaban atas kelahirannya yang abadi. Kehidupan pertama – kapan tepatnya ia lahir, seperti apa ibu dan keluarganya, seperti apa dirinya di mata sejarah, dan sebagainya. M
"Salam kepala Yang mulia Grand Duchess. Nama saya Ivy. Dulunya saya seorang budak yang dibeli oleh Yang mulia Grand Duke. Saya akan menjadi pelayan Anda mulai sekarang." Wanita bernama Ivy sedikit membungkuk dengan pandangan ke bawah."Budak? Aku suka gadis yang terus-terang sepertimu." Wanita yang menjadi nyonya barunya itu mengulangi dengan suaranya yang halus dan terdengar lembut. Ivy belum berani menatap wajahnya, namun ia melihat saat kaki jenjang sang nyonya berhenti di depannya."Terima kasih, Nyonya." Entah mengapa atmosfer di ruangan ini sedikit mencekiknya sejak ia masuk. Pantas saja pelayan lain takut untuk berhadapan dengan nyonya mereka dalam waktu yang lama."Iblis itu memilih pelayan yang cantik." Deg! Ivy masih menunduk. "Kau punya telinga yang cantik ... sayang sekali tidak ada yang bisa melihatnya, bukan?" "Saya tidak mengerti maksud Anda, Nyonya." Ucapan itu membuat Ivy menjadi waspada dan menahan diri, namun saat tangan Corvina hendak menyentuh telinganya, Ivy
"Salam kepala Yang mulia Grand Duchess. Nama saya Ivy. Dulunya saya seorang budak yang dibeli oleh Yang mulia Grand Duke. Saya akan menjadi pelayan Anda mulai sekarang." Wanita bernama Ivy sedikit membungkuk dengan pandangan ke bawah."Budak? Aku suka gadis yang terus-terang sepertimu." Wanita yang menjadi nyonya barunya itu mengulangi dengan suaranya yang halus dan terdengar lembut. Ivy belum berani menatap wajahnya, namun ia melihat saat kaki jenjang sang nyonya berhenti di depannya."Terima kasih, Nyonya." Entah mengapa atmosfer di ruangan ini sedikit mencekiknya sejak ia masuk. Pantas saja pelayan lain takut untuk berhadapan dengan nyonya mereka dalam waktu yang lama."Iblis itu memilih pelayan yang cantik." Deg! Ivy masih menunduk. "Kau punya telinga yang cantik ... sayang sekali tidak ada yang bisa melihatnya, bukan?" "Saya tidak mengerti maksud Anda, Nyonya." Ucapan itu membuat Ivy menjadi waspada dan menahan diri, namun saat tangan Corvina hendak menyentuh telinganya, Ivy
Di suatu tempat di istana kekaisaran, seorang gadis berdiri di antara rak – rak yang mengoleksi ribuan buku di dalamnya. Perpustakaan yang hanya bisa dimasuki oleh anggota kerajaan – menyimpan berbagai pengetahuan dan sejarah kekaisaran di masa lalu. Dengan kemampuannya, Corvina dengan mudah masuk ke dalamnya tanpa perlu ketahuan oleh penjaga di luar. “Apa yang Anda cari, Ratu? Biar saya membantu.” Lucien bergerak ke sana – kemari tanpa berminat menyentuh buku – buku di sana. Jangan tanya di mana Leucos. Pria itu harus kembali ke kastel terlarang untuk memantau keadaan setiap saat. “Diamlah!” Corvina menelusuri setiap buku dengan judul – judul seperti, “Sejarah Kekaisaran Acheron”, “Silsilah Keluarga Bangsawan”, dan apa saja yang sekiranya berhubungan dengan dirinya di masa lalu. Mungkin saja ia bisa mendapat jawaban atas kelahirannya yang abadi. Kehidupan pertama – kapan tepatnya ia lahir, seperti apa ibu dan keluarganya, seperti apa dirinya di mata sejarah, dan sebagainya. M
Bulir - bulir keringat mengalir dari pelipis Corvina yang langsung terbangun. Dadanya naik turun karena nafas yang memburu cepat. Apa yang terjadi? Apa yang terjadi pada ibunya setelah itu? Kenapa ingatan itu terputus tanpa ia tahu apa yang terjadi selanjutnya?! "Achlys," panggil seseorang yang baru saja masuk, membuat Corvina mengangkat kepalanya ke asal suara."Kau mengingat mimpi buruk lagi?" Theron mencoba menyentuh rambut perak panjangnya yang tergerai bebas dan sedikit basah oleh keringat. "Kau tidur sejak siang hingga malam —""Apa yang kau lakukan?" Suara Corvina hampir menyerupai gumaman. Theron mengangkat sebelah alisnya, heran. "Apa yang kau lakukan pada ibuku?" Nadanya kini berubah dingin. Sosok itu — sosok yang ia lihat dalam ingatan lamanya, sosok yang menggunakan wujud iblis dengan sayap hitam besar di punggung serta tanduk kecil di atas kepalanya. Dia — Theron Eryx sang Raja kegelapan. "Ibumu?""Kita bertemu di kehidupan pertamaku," desis Corvina tajam. "Kau — kau
Corvina membuka matanya perlahan. Suara – suara burung kecil yang berkicau di pepohonan, serta angin sepoi – sepoi yang sejuk membawa aroma bunga – bunga liar menyadarkannya bahwa dirinya kini berada di atas padang rumput yang luas.Apa ini? Baru saja tertidur di kamarnya sebagai Grand Duchess. Apa kenangan ingatan lagi? Dirinya baik – baik saja sebelumnya.Perlahan, ia bangkit. Tempat ini sungguh asing, namun tidak dapat menyangkal bahwa ini adalah tempat paling indah yang pernah ia lihat. Padang rumput? Tempat ini lebih cocok disebut ladang bunga.Corvina mengedarkan pandangannya, kemudian menyadari ada orang lain di sana. Seorang gadis kecil terkikik pelan sambil bersembunyi tidak jauh darinya. Sebenarnya ingatan apa ini?“Achlys ... kau di mana?” Seruan itu membuat Corvina mencari asal suara.Achlys? Corvina kemudian melihat seorang wanita datang, seperti mencari seseorang. Wanita itu memilik rambut perak seperti bulan dan mata birunya yang berbinar indah.Ibu?“Achlys ... jangan
Corvina menyaksikan melalui jendela — dunia luar yang telah ia tinggalkan selama empat tahun. Kali ini, ia keluar dari persembunyiannya bersama seorang raja iblis yang menjanjikannya akan sesuatu yang berbeda — sebuah kepuasan baru.Kereta kuda berhenti di depan bangunan besar. Di depan mansion Grand Duke, terdapat jalan masuk yang luas dan megah. Bendera dengan lambang naga berkibar di tiang-tiang sebagai tanda kediaman Grand Duke. Di depan kastel utama yang terlihat menjulang dengan bangunan-bangunan kokoh yang megah terdapat taman kecil penuh bunga dengan air mancur dan patung-patung. Corvina memperhatikan setiap detailnya dari dalam kereta kuda. "Itu kereta Grand Duchess. Aku melihat kecantikannya dari lukisan.""Benar! Rumor mengenai Grand Duchess masih hangat hingga sekarang. Para bangsawan pasti akan bersiap saat mendengar kedatangannya." "Menurutmu Grand Duchess akan mengikuti pertemuan sosial? Semua orang pasti penasaran secantik apa istri Grand Duke.""Entahlah." "Grand D
Di sebuah kamar yang terletak di bagian teratas lantai kastel dari struktur bangunan megah tersebut, lilin – lilin menyala redup tersebar di sekitar ruangan. Di tengah ruangan terdapat tempat tidur besar dengan baldaquin yang dilapisi dengan kain sutra emas berpadu merah. Di atasnya, seorang gadis terbaring dengan mata terpejam. Wajahnya dipenuhi ekspresi gelisah yang membuat tidurnya tampak sangat terganggu. “Jadi, kalian membuat keributan di luar hanya untuk melihatnya kesakitan?” tanya Theron dengan nada rendah yang terdengar mencemooh. Corvina – pingsan di hadapan mereka semua tak lama setelah mendengar pernyataan yang di debatkan para fairy beberapa saat lalu. Rasa sakit di dada – sebenarnya adalah tanda jika potongan ingatan yang lain akan segera menghampiri Corvina. “Setidaknya kami harus memastikan kondisi ratu,” balas Leucos dengan wajah tak ramah. Lucien tidak banyak bicara di sebelahnya. Namun, tidak dapat dibantah jika tidak ada yang bisa mereka lakukan saat sang ratu
"Kau tahu ... esensi gelap dalam dirimu akan semakin mendominasi jika kau tidak bisa menahan diri." Pohon dunia memperingati. "Apa bedanya? Aku sudah jatuh dalam kegelapan sejak kehidupan lama. Kau sendiri yang menunjukkan memori itu padaku." Di hamparan rumput yang luas, hanya ada mereka di sini. Tempat ini tidak lagi seperti pertama kali saat dirinya hanya melihat ruang kosong. "Kau masih tidak ingat apa pun, Achlys?" Corvina berdehem kecil. "Aku hanya ingat rasa sakit saat diujung kematianku," gumamnya. Semua ingatan itu masih tampak buram, meski begitu, rasa sakit itu begitu nyata ia rasakan. Ia bisa merasakan bagaimana puluhan anak panah menusuknya, pedang yang menikamnya berkali-kali, kepala yang dipenggal, bahkan siksaan yang lebih baik mati daripada bertahan — ia merasakan seluruh rasa sakit itu. Meski tidak tahu alasannya — manusia terlibat di dalamnya. "Semua itu — adalah kenangan yang tidak ingin kau ingat." "Aku tahu." Lahir tanpa ingatan — semua tidak l
Kawanan laba-laba itu — secara serentak bergerak menjauh bahkan sebelum menancapkan taringnya pada pangeran Helios. Secara bersamaan pula, aura menyesakkan seakan mencekik saluran pernapasan mereka. Para laba-laba semakin beringsut mundur dan bergerak gelisah seolah ada sesuatu yang lebih berbahaya datang. "Orang gila mana yang berani memasuki hutan mati? Setidaknya bawalah ksatria suci untuk menepis sihir gelap." Suara wanita yang terdengar lembut, tetapi jelas tengah mengejek muncul tiba-tiba. Helios beserta yang lainnya sontak mencari asal suara. Siapa pun ia, pastilah sosok yang ditakuti oleh para laba-laba itu. Tepat dibelakang mereka — seorang gadis dengan rambut perak panjang memancarkan kecantikan memukau dan mempesona menunjukkan seolah gadis itu adalah dewi, namun mata grey-nya memancarkan aura dingin dan keengganan yang jelas. Gadis itu duduk santai di atas seekor serigala bertubuh besar yang menatap nyalang ke arah mereka. Makhluk legenda! "Siapa kau?" Cyrus seger
Kastel yang selalu di kelilingi oleh kegelapan — seorang wanita dengan sorot mata tajam menunjukkan ketegasan menghadap pada sosok tertinggi di hutan terlarang. "Komandan pasukan gelap menghadap pada Ratu Achlys — sang kegelapan dan cahaya," tunduknya dengan hormat. "Langsung katakan saja, Hera," ucap Corvina. Di sampingnya berdiri Leucos sebagai kepala istana yang senantiasa berada di dekat sang ratu. Hera Wintour — satu-satunya wanita yang berasal dari ras dark elf yang memiliki ciri kulit berwarna gelap seperti malam dan mata yang berkilauan seperti permata biru. Rambut perak panjangnya yang diikat tergerai di belakangnya. Tangannya memegang sebuah tombak yang memiliki aura magis sebagai lambang atas kekuatan dan keberaniannya, serta baju pelindung besi terpasang di tubuhnya. Hera dikenal memiliki kemampuan bertarung yang hebat dan keahlian dalam sihir gelap. Ia adalah benteng terakhir yang melindungi kerajaan dari segala ancaman. "Kaisar Acheron mengubah titahnya pad