Share

5. Hutan Mati

Kastel yang selalu di kelilingi oleh kegelapan — seorang wanita dengan sorot mata tajam menunjukkan ketegasan menghadap pada sosok tertinggi di hutan terlarang.

"Komandan pasukan gelap menghadap pada Ratu Achlys — sang kegelapan dan cahaya," tunduknya dengan hormat.

"Langsung katakan saja, Hera," ucap Corvina. Di sampingnya berdiri Leucos sebagai kepala istana yang senantiasa berada di dekat sang ratu.

Hera Wintour — satu-satunya wanita yang berasal dari ras dark elf yang memiliki ciri kulit berwarna gelap seperti malam dan mata yang berkilauan seperti permata biru. Rambut perak panjangnya yang diikat tergerai di belakangnya.

Tangannya memegang sebuah tombak yang memiliki aura magis sebagai lambang atas kekuatan dan keberaniannya, serta baju pelindung besi terpasang di tubuhnya.

Hera dikenal memiliki kemampuan bertarung yang hebat dan keahlian dalam sihir gelap. Ia adalah benteng terakhir yang melindungi kerajaan dari segala ancaman.

"Kaisar Acheron mengubah titahnya pada kedua pangeran. Siapa pun yang menemukan anda — akan menjadi kaisar di masa depan. Mereka sedang bersiap memasuki hutan," jelas Hera.

"Kalau begitu tidak akan ada yang menjadi kaisar." Leucos berpendapat dengan senyum jahatnya. "Kecuali — mereka bisa menembus dimensi yang dibuat ratu."

Corvina hanya menompang kepalanya dengan malas. Ia tidak peduli dengan keadaan istana itu, apa yang terjadi pada anggota kerajaan, bahkan nasib mereka, tapi mereka tetap harus diawasi setiap memiliki niat pada hutan terlarang.

Leucos mengangkat tangannya dan muncul pola - pola sihir. Di hadapan mereka kemudian muncul sebuah gambaran yang menunjukkan keadaan para pasukan Acheron yang telah memasuki hutan.

"Mereka akan mati dalam sehari setelah kegelapan menekan jantung mereka secara perlahan," tambah Hera dengan nada dinginnya.

"Gaia terlalu baik. Mereka seharusnya tidak bertahan selama itu." Leucos berdecak.

Lama? Satu hari itu sangat singkat untuk seorang manusia!

"Mereka tidak akan bertahan setelah memasuki hutan mati," sahut Hera. Dirinya sama tidak sukanya dengan Leucos pada ras manusia yang memiliki nafsu paling besar dan serakah.

Tidak ada respon dari Corvina yang tidak menunjukkan ekspresi apa pun, kecuali matanya yang terus menonton pada gambar sihir. Gadis itu tidak akan peduli dengan kematian mereka. Begitulah Achlys yang mereka kenal selama ratusan tahun.

Laba-laba monster ... lindungi pangeran! Teriakan dari komandan mereka terdengar.

Pada prajurit mulai bertarung — melawan laba-laba raksasa yang menghuni hutan mati di wilayah hutan terlarang, menandakan mereka telah melangkah cukup jauh dari perbatasan hutan dan kerajaan.

"Sepertinya aku baru lihat orang itu," kata Leucos.

"Dia pangeran kedua — adik kandung Isaac." Bukan Hera yang menjawab, melainkan Corvina yang sudah berdiri dari kursinya dan berjalan ke arah jendela. Matanya menatap dalam ke bagian hutan.

Ratu membuka mulut?

Keduanya lantas terkejut melihat senyum kecil terbit di sudut bibir Corvina. Bukan senyum lembut, melainkan senyum licik khas gadis itu. Sang ratu pasti tertarik pada sesuatu.

"Hentikan laba-laba dan lepaskan para troll ke utara."

Leucos tersenyum lebar. Pangeran mahkota yang pernah menumbalkan ratunya berada di utara, dekat pegunungan batu — wilayah para goblin yang ganas.

"Sepertinya anda menyayangi pangeran kedua, Ratu." Leucos mulai mengeluarkan sihir gelapnya lagi. "Tapi, kenapa harus para troll? Ada banyak goblin di utara."

"Mereka tidak boleh mati." Tidak dengan mudahnya. Akan sedikit menyenangkan jika orang itu terluka, kan? Kita lihat betapa tidak bergunanya pangeran berbakat itu menghadapi sekumpulan troll yang rakus.

"Saya akan pergi sekarang." Leucos mengundurkan diri.

"Bagaimana dengan pasukan di hutan mati?" tanya Hera.

"Serahkan padaku. Kau bisa kembali ke tempatmu."

"Anda tidak perlu merepotkan diri untuk makhluk rendah seperti mereka, Ratu."

"Hera ..." Corvina menatapnya, menunjukkan tidak ada bantahan.

"Saya undur diri, Ratuku." Hera membungkuk dengan sebelah tangan mengepal di belakang tubuhnya.

Wanita itu berbalik hendak keluar, namun suara sang ratu kembali menghentikannya. "Kau boleh mengurus para pencuri sebagai gantinya." Corvina tersenyum.

"Para dwarf itu?" Hera tampak antusias.

"Kantong emas mereka sudah terlalu besar daripada ukuran tubuhnya. Bantu mereka mengurangi beban."

"Jangan khawatir, Ratu. Akan saya buat mereka tidak bisa membawa satu koin emas pun nantinya." Sejauh ini sang ratu selalu membiarkan para pencuri - pencuri bertubuh pendek itu mengambil banyak emas di manor harta. Tentu saja ia senang untuk memberi mereka pelajaran.

"Bersenang-senang lah. Ingat, jangan membunuh. Mereka berguna untuk membuat senjata, " kata Corvina santai.

"Baik, Ratu!"

Setelah Hera pergi, seekor serigala besar muncul di sebelahnya. Corvina tersenyum seraya mengelus kepalanya sambil matanya belum berpaling dari hutan.

"Hari ini kita kedatangan banyak sekali tamu, River." Kemudian, gadis itu menghilang dan menyisakan ruangan kosong tak berpenghuni.

***

Di bagian barat hutan kematian, terdapat pohon - pohon tandus yang mengalir sihir gelap. Hutan mati — salah satu wilayah paling berbahaya di dalam hutan terlarang. Terdapat satu jenis spesies berupa laba-laba yang ukurannya dua kali lebih besar dari manusia yang tak terhitung jumlahnya.

Mereka akan memangsa siapa saja yang memasuki sarangnya dengan jaring-jaring perangkap yang tersebar di berbagai tempat di hutan mati. Sihir gelap juga membantu mereka untuk menyesatkan jalan para mangsanya agar tidak menemukan jalan keluar dari hutan mati.

Namun, siapa yang tahu saat tidak ada yang pernah datang ke tempat itu?

Begitulah bagaimana Helios dan pasukan ksatria yang berjumlah lima orang terperangkap di tempat itu. Dentingan pedang pun beradu melawan puluhan laba-laba yang datang tanpa henti seolah tidak ada habisnya.

"Kita belum masuk cukup dalam, tapi sudah banyak monster yang kita hadapi!" teriak salah satu ksatria pada rekan-rekannya. Mereka semua disibukkan dengan musuh masing-masing.

Helios mengabaikan semua kesulitan dan melawan dengan pedangnya. Tempat ini yang paling dekat dengan perbatasan di mana kakaknya masuk. Kemungkinan sang kakak juga masuk ke sini.

"PANGERAN, DI BELAKANG!" teriak Cyrus.

Nyaris mulut besar dari laba-laba itu menikamnya. Untungnya, Helios mengelak dengan cepat.

"Aku baik-baik saja," seru Helios.

Tampak semua orang mulai kewalahan. Beberapa luka pun telah mereka dapatkan. Mustahil baik-baik saja di situasi seperti ini. Lebih baik melawan pasukan musuh di medan perang dibanding melawan para monster yang tidak ada habisnya. Ditambah, mereka melawan spesies yang sekali bertelur saja bisa melahirkan ribuan anak laba-laba.

"Kita tidak bisa berhenti. Mereka terus berdatangan."

"Kita akan mati jika berhenti."

Sial! Helios sendiri tidak tahu harus bagaimana.

Semoga kau tidak masuk ke tempat ini, kakak.

Gadis itu — tidak mungkin bertahan dalam kondisi ini. Helios mulai lengah. Tanpa sadar, seekor laba-laba sudah mendorongnya ke tanah dengan mulut besarnya yang terbuka — bersiap untuk memangsa.

"PANGERAN!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status