Home / Fantasi / I Am The Queen / 7. Pemilik Sebagian Esensi Gelap

Share

7. Pemilik Sebagian Esensi Gelap

Author: Rosee_
last update Last Updated: 2024-08-12 11:28:26

"Kau tahu ... esensi gelap dalam dirimu akan semakin mendominasi jika kau tidak bisa menahan diri." Pohon dunia memperingati.

"Apa bedanya? Aku sudah jatuh dalam kegelapan sejak kehidupan lama. Kau sendiri yang menunjukkan memori itu padaku."

Di hamparan rumput yang luas, hanya ada mereka di sini. Tempat ini tidak lagi seperti pertama kali saat dirinya hanya melihat ruang kosong.

"Kau masih tidak ingat apa pun, Achlys?"

Corvina berdehem kecil. "Aku hanya ingat rasa sakit saat diujung kematianku," gumamnya. Semua ingatan itu masih tampak buram, meski begitu, rasa sakit itu begitu nyata ia rasakan.

Ia bisa merasakan bagaimana puluhan anak panah menusuknya, pedang yang menikamnya berkali-kali, kepala yang dipenggal, bahkan siksaan yang lebih baik mati daripada bertahan — ia merasakan seluruh rasa sakit itu. Meski tidak tahu alasannya — manusia terlibat di dalamnya.

"Semua itu — adalah kenangan yang tidak ingin kau ingat."

"Aku tahu."

Lahir tanpa ingatan — semua tidak lebih dari campur tangan pohon dunia yang menyimpan setiap perjalanan makhluk hidup, namun pohon dunia hanya seperti mitos. Tidak ada siapa pun yang benar-benar melihat keberadaannya, kecuali yang terpilih.

"Kau menghapus ingatan kelam demi mencegahku jatuh dalam kegelapan abadi, tapi takdir tidak mengizinkan hal itu.”

"Takdir telah memiliki catatannya sendiri, Achlys. Semua itu adalah ujianmu sebagai penguasa dari dua esensi berbahaya untuk dimiliki oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab." Kedua esensi yang mampu menyesatkan pemiliknya dalam kegelapan dan menjatuhkan pemiliknya ke dalam lubang keserakahan akan cahaya.

"Kau adalah ibu dari kegelapan dan cahaya."

-

-

-

"Kau masih berkomunikasi dengan pohon dunia? Memangnya apa yang bisa dilakukan pohon itu." Cibiran angkuh itu segera menyadarkan Corvina pada duninya. Jiwanya dipaksa kembali pada kesadarannya.

Pria ini lagi! Sama seperti terakhir kali, pria itu muncul di kamarnya.

"Beraninya kau datang lag —" Pria itu, berdiri tepat di belakangnya hingga Corvina tidak sengaja menabraknya. Tangan pria itu segera memeluk pinggang Corvina.

"Kau tidak penasaran tentangku?" bisik Theron.

"Aku tidak pernah memiliki hubungan dengan raja iblis," desis Corvina seraya tangannya mulai mengeluarkan energi gelap.

Namun, sebelum gadis itu menyerang lagi, Theron segera menggenggam tangan kecil yang tidak sebesar tangannya itu.

"Kenapa kau suka sekali menyerang? Kau akan menyesalinya saat memiliki ingatan tentangku." Theron memasang wajah berpura-pura sedihnya.

"Kenapa aku harus menyesalinya?" Corvina tampak tidak peduli sama sekali.

"Benar juga. Sang Achlys telah kehilangan kehangatannya sejak lama." Pria itu bergumam seolah sedang berpikir, membuat Corvina sedikit terganggu dengan ucapan itu.

"Kau ingin bilang ... jika aku wanita tidak berperasaan?"

"Memangnya tidak?" Theron menyeringai. Corvina tidak dapat menyangkalnya.

"Di kehidupan kali ini, esensi gelapmu lebih mendominasi. Apa kau sudah bosan berbuat baik sehingga cahayamu mulai redup?" Tangan Theron bergerak menyentuh rambutnya.

"Sebenarnya apa yang kau inginkan dariku?" Corvina geram seraya menepis tangan pria itu.

"Hidup lebih lama denganku," jawabnya langsung.

"Dasar sinting!" umpat Corvina seraya mendorong pria itu agar melepaskan pelukannya. Gadis itu kemudian berjalan menuju balkon. Tidak ada gunanya mengusir iblis itu karena ia bisa datang dan pergi semaunya.

Esensi milik Theron terlalu kuat. Mungkin karena ia raja iblis yang telah berkuasa selama ribuan tahun. Tapi, kenapa pria itu selalu datang?

"Aku bisa membuatmu merasakan hal yang berbeda di kehidupan kali ini, Achlys. Setidaknya — kau tidak perlu mati untuk siapa pun."

Corvina terkekeh kecil. "Tidak ada yang bisa ikut campur dalam takdir seseorang, termasuk raja iblis!"

"Tapi, kau bisa menjalaninya dengan cara yang berbeda."

"Dengan apa? Lebih baik kau membantuku agar tidak bangun lagi," hardik Corvina sambil menatap pria itu dengan tajam, kemudian memalingkan wajahnya. Ia lebih suka mati selamanya, daripada hidup berulang kali.

Corvina merasakan kepalanya sedikit sakit. Jujur saja proses ingatannya kali ini lebih lambat dari sebelumnya. Dalam setahun sejak memasuki tempat ini — seharusnya ia telah mendapatkan seluruh ingatannya.

"Aku sudah menunggumu selama ratusan tahun. Bagaimana bisa aku membuatmu tidak bangun lagi?"

Corvina mengabaikannya dan bertanya hal lain. "Bagaimana kau bisa masuk — ke wilayahku?"

"Haruskah ku katakan?"

"Tidak perlu!" Theron langsung terkekeh.

"Jika aku mengatakannya, kau tidak akan mencoba mengingatkanku. Cobalah ingat aku."

"Lupakan sa —"

Perkataan Corvina terhenti tiba-tiba saat sesuatu seolah menusuk-nusuk bagian dada kirinya. Tangannya spontan menyentuh dan mencengkeram tempat rasa sakit tersebut muncul. Setiap nafas yang diambil terasa berat, menciptakan rasa sakit yang teramat pedih seakan - akan ada luka tak terlihat yang menganga lebar di sana.

Rasa sakit ini selalu muncul setiap kepingin ingatan akan datang.

"Sial! Inilah mengapa aku benci kau menghapus ingatanmu!" hardik Theron. Entah sejak Corvina berada dalam rengkuhannya.

"Aku tidak menghapus!" Dalam situasi ini pun, gadis itu masih ingin berdebat dengannya.

"Dasar bodoh!" umpat Theron kesal. "Pohon dunia sialan itu tidak akan menghapusnya jika kau tidak memintanya," ungkap pria itu.

Apa? Corvina tidak hanya terpaku diam dengan pikiran serta rasa sakitnya dalam rengkuhan pria itu. Sebenarnya seberapa banyak iblis ini mengenalnya? Mengapa seolah-olah iblis ini lebih mengenalnya daripada dirinya sendiri?

Mengapa ia meminta pohon dunia menghapus ingatannya? Bukankah hal ini termasuk proses alami saat kelahiran kembali ke tubuh baru?

Dimana Leucos dan Lucien?! Biasanya mereka selalu datang tepat waktu!

"Siapa kau?" Corvina bertanya pada akhirnya dengan suara lemah. Theron mendudukkannya di atas ranjang.

"Salah satu pemilik esensi gelap dalam dirimu."

***

"Menyingkirlah! Kami harus melihat keadaan ratu!" bentak Leucos yang telah menerbangkan puluhan kelelawar di sekitarnya.

Tidak tahu betapa kacaunya keadaan di luar kamar Corvina saat ini. Sulur - sulur indah dari tanaman para fairy yang merambat di dinding sebagai hiasan pun tidak lagi utuh.

Elias yang merupakan tangan kanan Theron tidak membiarkan Leucos menemui sang ratu sehingga terjadi pertengkaran yang membuat para fairy bersembunyi ketakutan. Esensi gelap dari iblis tidak dapat dinetralisir tanpa keberadaan Corvina.

Sang ratu sedang kesakitan bersama raja iblis. Semua makhluk dapat mengetahuinya saat tumbuhan serta pohon di hutan terlarang mengerut layu.

"Raja iblis tidak boleh membawa ratu lagi. Ratu tidak boleh berhubungan dengan manusia!" Salah satu fairy berteriak pada Elias. Aeris, salah satu pemimpin para fairy.

"Raja juga membenci manusia," balas Elias. Tidak mungkin raja melakukannya.

"Tapi raja tinggal di dunia manusia!" Emery, salah satu fairy juga berteriak. "Dia akan membawa ratu tinggal bersamanya seperti dulu."

"Benar! Ratu bisa mati di tangan manusia lagi," sahut fairy ketiga, Dulcy.

"Kau tidak pernah menceritakan soal itu, Leucos."

Ratu?! Sejak kapan ia berdiri di sana?

Spontan semuanya terdiam. Aura gelap yang mengelilingi sekitar juga mereda seketika. Ketiga fairy itu juga langsung bersembunyi di belakang Leucos.

"Aku tidak berbohong, kan?" Theron menampilkan seringaian di belakang Corvina.

°°°°°

Related chapters

  • I Am The Queen   8. Saksi Kematian

    Di sebuah kamar yang terletak di bagian teratas lantai kastel dari struktur bangunan megah tersebut, lilin – lilin menyala redup tersebar di sekitar ruangan. Di tengah ruangan terdapat tempat tidur besar dengan baldaquin yang dilapisi dengan kain sutra emas berpadu merah. Di atasnya, seorang gadis terbaring dengan mata terpejam. Wajahnya dipenuhi ekspresi gelisah yang membuat tidurnya tampak sangat terganggu. “Jadi, kalian membuat keributan di luar hanya untuk melihatnya kesakitan?” tanya Theron dengan nada rendah yang terdengar mencemooh. Corvina – pingsan di hadapan mereka semua tak lama setelah mendengar pernyataan yang di debatkan para fairy beberapa saat lalu. Rasa sakit di dada – sebenarnya adalah tanda jika potongan ingatan yang lain akan segera menghampiri Corvina. “Setidaknya kami harus memastikan kondisi ratu,” balas Leucos dengan wajah tak ramah. Lucien tidak banyak bicara di sebelahnya. Namun, tidak dapat dibantah jika tidak ada yang bisa mereka lakukan saat sang ratu

    Last Updated : 2024-08-13
  • I Am The Queen   9. Grand Duchess?

    Corvina menyaksikan melalui jendela — dunia luar yang telah ia tinggalkan selama empat tahun. Kali ini, ia keluar dari persembunyiannya bersama seorang raja iblis yang menjanjikannya akan sesuatu yang berbeda — sebuah kepuasan baru.Kereta kuda berhenti di depan bangunan besar. Di depan mansion Grand Duke, terdapat jalan masuk yang luas dan megah. Bendera dengan lambang naga berkibar di tiang-tiang sebagai tanda kediaman Grand Duke. Di depan kastel utama yang terlihat menjulang dengan bangunan-bangunan kokoh yang megah terdapat taman kecil penuh bunga dengan air mancur dan patung-patung. Corvina memperhatikan setiap detailnya dari dalam kereta kuda. "Itu kereta Grand Duchess. Aku melihat kecantikannya dari lukisan.""Benar! Rumor mengenai Grand Duchess masih hangat hingga sekarang. Para bangsawan pasti akan bersiap saat mendengar kedatangannya." "Menurutmu Grand Duchess akan mengikuti pertemuan sosial? Semua orang pasti penasaran secantik apa istri Grand Duke.""Entahlah." "Grand D

    Last Updated : 2024-08-20
  • I Am The Queen   10. Ingatan yang Hilang

    Corvina membuka matanya perlahan. Suara – suara burung kecil yang berkicau di pepohonan, serta angin sepoi – sepoi yang sejuk membawa aroma bunga – bunga liar menyadarkannya bahwa dirinya kini berada di atas padang rumput yang luas.Apa ini? Baru saja tertidur di kamarnya sebagai Grand Duchess. Apa kenangan ingatan lagi? Dirinya baik – baik saja sebelumnya.Perlahan, ia bangkit. Tempat ini sungguh asing, namun tidak dapat menyangkal bahwa ini adalah tempat paling indah yang pernah ia lihat. Padang rumput? Tempat ini lebih cocok disebut ladang bunga.Corvina mengedarkan pandangannya, kemudian menyadari ada orang lain di sana. Seorang gadis kecil terkikik pelan sambil bersembunyi tidak jauh darinya. Sebenarnya ingatan apa ini?“Achlys ... kau di mana?” Seruan itu membuat Corvina mencari asal suara.Achlys? Corvina kemudian melihat seorang wanita datang, seperti mencari seseorang. Wanita itu memilik rambut perak seperti bulan dan mata birunya yang berbinar indah.Ibu?“Achlys ... jangan

    Last Updated : 2024-08-22
  • I Am The Queen   11. Cobalah Ingat Lagi

    Bulir - bulir keringat mengalir dari pelipis Corvina yang langsung terbangun. Dadanya naik turun karena nafas yang memburu cepat. Apa yang terjadi? Apa yang terjadi pada ibunya setelah itu? Kenapa ingatan itu terputus tanpa ia tahu apa yang terjadi selanjutnya?! "Achlys," panggil seseorang yang baru saja masuk, membuat Corvina mengangkat kepalanya ke asal suara."Kau mengingat mimpi buruk lagi?" Theron mencoba menyentuh rambut perak panjangnya yang tergerai bebas dan sedikit basah oleh keringat. "Kau tidur sejak siang hingga malam —""Apa yang kau lakukan?" Suara Corvina hampir menyerupai gumaman. Theron mengangkat sebelah alisnya, heran. "Apa yang kau lakukan pada ibuku?" Nadanya kini berubah dingin. Sosok itu — sosok yang ia lihat dalam ingatan lamanya, sosok yang menggunakan wujud iblis dengan sayap hitam besar di punggung serta tanduk kecil di atas kepalanya. Dia — Theron Eryx sang Raja kegelapan. "Ibumu?""Kita bertemu di kehidupan pertamaku," desis Corvina tajam. "Kau — kau

    Last Updated : 2024-08-26
  • I Am The Queen   12. Misteri Sang Achlys

    Di suatu tempat di istana kekaisaran, seorang gadis berdiri di antara rak – rak yang mengoleksi ribuan buku di dalamnya. Perpustakaan yang hanya bisa dimasuki oleh anggota kerajaan – menyimpan berbagai pengetahuan dan sejarah kekaisaran di masa lalu. Dengan kemampuannya, Corvina dengan mudah masuk ke dalamnya tanpa perlu ketahuan oleh penjaga di luar. “Apa yang Anda cari, Ratu? Biar saya membantu.” Lucien bergerak ke sana – kemari tanpa berminat menyentuh buku – buku di sana. Jangan tanya di mana Leucos. Pria itu harus kembali ke kastel terlarang untuk memantau keadaan setiap saat. “Diamlah!” Corvina menelusuri setiap buku dengan judul – judul seperti, “Sejarah Kekaisaran Acheron”, “Silsilah Keluarga Bangsawan”, dan apa saja yang sekiranya berhubungan dengan dirinya di masa lalu. Mungkin saja ia bisa mendapat jawaban atas kelahirannya yang abadi. Kehidupan pertama – kapan tepatnya ia lahir, seperti apa ibu dan keluarganya, seperti apa dirinya di mata sejarah, dan sebagainya. M

    Last Updated : 2024-08-30
  • I Am The Queen   13. Wanita Elf

    "Salam kepala Yang mulia Grand Duchess. Nama saya Ivy. Dulunya saya seorang budak yang dibeli oleh Yang mulia Grand Duke. Saya akan menjadi pelayan Anda mulai sekarang." Wanita bernama Ivy sedikit membungkuk dengan pandangan ke bawah."Budak? Aku suka gadis yang terus-terang sepertimu." Wanita yang menjadi nyonya barunya itu mengulangi dengan suaranya yang halus dan terdengar lembut. Ivy belum berani menatap wajahnya, namun ia melihat saat kaki jenjang sang nyonya berhenti di depannya."Terima kasih, Nyonya." Entah mengapa atmosfer di ruangan ini sedikit mencekiknya sejak ia masuk. Pantas saja pelayan lain takut untuk berhadapan dengan nyonya mereka dalam waktu yang lama."Iblis itu memilih pelayan yang cantik." Deg! Ivy masih menunduk. "Kau punya telinga yang cantik ... sayang sekali tidak ada yang bisa melihatnya, bukan?" "Saya tidak mengerti maksud Anda, Nyonya." Ucapan itu membuat Ivy menjadi waspada dan menahan diri, namun saat tangan Corvina hendak menyentuh telinganya, Ivy

    Last Updated : 2024-09-04
  • I Am The Queen   14. Perjanjian Gelap

    Dahulu kala, ada manusia yang sederhana, cantik, dan lembut tutur katanya. Saat ia muncul, semua orang tersenyum untuk menyapanya. Ia wanita tercantik yang membuat semua orang terpesona. Sampai akhirnya, ia bertemu sosok mengerikan dari bangsa iblis. Saat semua orang ketakutan terhadapnya, gadis itu justru mengulurkan tangannya yang suci pada iblis yang kotor. "Memangnya itu aneh? Manusia dan iblis hanya berbeda ras saja." "Iya," jawab Theron datar. "Dua bawahan mu adalah iblis. Tentu saja tidak aneh bagimu." "Aku minta kau bercerita tentang ibuku, bukan kisah manusia dan iblis!" Corvina sudah cukup kesal sejak awal. Theron mendekatkan wajahnya. "Aku menceritakan ibumu, Bodoh!" Disertai sentilan cukup keras di dahinya. "Kau!" "Ibumu punya jiwa yang bersih, mungkin itu sebabnya kau dianugerahi esensi cahaya. Kau pasti tidak ingat, tapi ibumu adalah seorang saintess." Theron melanjutkan. "Saintess? Dia seorang putri kerajaan. Apanya yang wanita suci." "Dia wanita s

    Last Updated : 2025-01-24
  • I Am The Queen   Prolog

    "Pernahkah kau membayangkan - menjadi yang terkuat di antara yang terkuat saat kau dilahirkan sebagai orang lemah di antara mereka yang kuat?" *** "CORVINA BERHENTI ...!" Aku terus berlari dalam ketidakpastiaan, menyeret sepasang kakiku ke tempat yang lebih jauh sambil mengabaikan teriakan ayahku, Kaisar negeri ini - yang mengejarku bersama para ksatria dengan tekad tak kenal lelah. Kakiku mulai melambat untuk mengatur nafas, membiarkan oksigen mengisi paru-paruku sebelum melangkahkannya lagi dengan cepat. Di belakang, suara langkah berat para ksatria terus menggema hingga membuatku tidak memiliki keberanian untuk berhenti. Rambut panjang biru langitku sudah kusut dan kotor sehingga tidak lagi menampakkan keindahannya, gaun putihku tidak lagi layak, dan kaki yang kubuat berlari pun tidak ku hiraukan lagi rasa sakitnya - luka gores dan lebam yang kini menghiasi sekitaran tapakku yang telanjang. Tepat di depanku, pohon - pohon raksasa dengan dedaunan lebat yang hampir menutup

    Last Updated : 2024-07-25

Latest chapter

  • I Am The Queen   14. Perjanjian Gelap

    Dahulu kala, ada manusia yang sederhana, cantik, dan lembut tutur katanya. Saat ia muncul, semua orang tersenyum untuk menyapanya. Ia wanita tercantik yang membuat semua orang terpesona. Sampai akhirnya, ia bertemu sosok mengerikan dari bangsa iblis. Saat semua orang ketakutan terhadapnya, gadis itu justru mengulurkan tangannya yang suci pada iblis yang kotor. "Memangnya itu aneh? Manusia dan iblis hanya berbeda ras saja." "Iya," jawab Theron datar. "Dua bawahan mu adalah iblis. Tentu saja tidak aneh bagimu." "Aku minta kau bercerita tentang ibuku, bukan kisah manusia dan iblis!" Corvina sudah cukup kesal sejak awal. Theron mendekatkan wajahnya. "Aku menceritakan ibumu, Bodoh!" Disertai sentilan cukup keras di dahinya. "Kau!" "Ibumu punya jiwa yang bersih, mungkin itu sebabnya kau dianugerahi esensi cahaya. Kau pasti tidak ingat, tapi ibumu adalah seorang saintess." Theron melanjutkan. "Saintess? Dia seorang putri kerajaan. Apanya yang wanita suci." "Dia wanita s

  • I Am The Queen   13. Wanita Elf

    "Salam kepala Yang mulia Grand Duchess. Nama saya Ivy. Dulunya saya seorang budak yang dibeli oleh Yang mulia Grand Duke. Saya akan menjadi pelayan Anda mulai sekarang." Wanita bernama Ivy sedikit membungkuk dengan pandangan ke bawah."Budak? Aku suka gadis yang terus-terang sepertimu." Wanita yang menjadi nyonya barunya itu mengulangi dengan suaranya yang halus dan terdengar lembut. Ivy belum berani menatap wajahnya, namun ia melihat saat kaki jenjang sang nyonya berhenti di depannya."Terima kasih, Nyonya." Entah mengapa atmosfer di ruangan ini sedikit mencekiknya sejak ia masuk. Pantas saja pelayan lain takut untuk berhadapan dengan nyonya mereka dalam waktu yang lama."Iblis itu memilih pelayan yang cantik." Deg! Ivy masih menunduk. "Kau punya telinga yang cantik ... sayang sekali tidak ada yang bisa melihatnya, bukan?" "Saya tidak mengerti maksud Anda, Nyonya." Ucapan itu membuat Ivy menjadi waspada dan menahan diri, namun saat tangan Corvina hendak menyentuh telinganya, Ivy

  • I Am The Queen   12. Misteri Sang Achlys

    Di suatu tempat di istana kekaisaran, seorang gadis berdiri di antara rak – rak yang mengoleksi ribuan buku di dalamnya. Perpustakaan yang hanya bisa dimasuki oleh anggota kerajaan – menyimpan berbagai pengetahuan dan sejarah kekaisaran di masa lalu. Dengan kemampuannya, Corvina dengan mudah masuk ke dalamnya tanpa perlu ketahuan oleh penjaga di luar. “Apa yang Anda cari, Ratu? Biar saya membantu.” Lucien bergerak ke sana – kemari tanpa berminat menyentuh buku – buku di sana. Jangan tanya di mana Leucos. Pria itu harus kembali ke kastel terlarang untuk memantau keadaan setiap saat. “Diamlah!” Corvina menelusuri setiap buku dengan judul – judul seperti, “Sejarah Kekaisaran Acheron”, “Silsilah Keluarga Bangsawan”, dan apa saja yang sekiranya berhubungan dengan dirinya di masa lalu. Mungkin saja ia bisa mendapat jawaban atas kelahirannya yang abadi. Kehidupan pertama – kapan tepatnya ia lahir, seperti apa ibu dan keluarganya, seperti apa dirinya di mata sejarah, dan sebagainya. M

  • I Am The Queen   11. Cobalah Ingat Lagi

    Bulir - bulir keringat mengalir dari pelipis Corvina yang langsung terbangun. Dadanya naik turun karena nafas yang memburu cepat. Apa yang terjadi? Apa yang terjadi pada ibunya setelah itu? Kenapa ingatan itu terputus tanpa ia tahu apa yang terjadi selanjutnya?! "Achlys," panggil seseorang yang baru saja masuk, membuat Corvina mengangkat kepalanya ke asal suara."Kau mengingat mimpi buruk lagi?" Theron mencoba menyentuh rambut perak panjangnya yang tergerai bebas dan sedikit basah oleh keringat. "Kau tidur sejak siang hingga malam —""Apa yang kau lakukan?" Suara Corvina hampir menyerupai gumaman. Theron mengangkat sebelah alisnya, heran. "Apa yang kau lakukan pada ibuku?" Nadanya kini berubah dingin. Sosok itu — sosok yang ia lihat dalam ingatan lamanya, sosok yang menggunakan wujud iblis dengan sayap hitam besar di punggung serta tanduk kecil di atas kepalanya. Dia — Theron Eryx sang Raja kegelapan. "Ibumu?""Kita bertemu di kehidupan pertamaku," desis Corvina tajam. "Kau — kau

  • I Am The Queen   10. Ingatan yang Hilang

    Corvina membuka matanya perlahan. Suara – suara burung kecil yang berkicau di pepohonan, serta angin sepoi – sepoi yang sejuk membawa aroma bunga – bunga liar menyadarkannya bahwa dirinya kini berada di atas padang rumput yang luas.Apa ini? Baru saja tertidur di kamarnya sebagai Grand Duchess. Apa kenangan ingatan lagi? Dirinya baik – baik saja sebelumnya.Perlahan, ia bangkit. Tempat ini sungguh asing, namun tidak dapat menyangkal bahwa ini adalah tempat paling indah yang pernah ia lihat. Padang rumput? Tempat ini lebih cocok disebut ladang bunga.Corvina mengedarkan pandangannya, kemudian menyadari ada orang lain di sana. Seorang gadis kecil terkikik pelan sambil bersembunyi tidak jauh darinya. Sebenarnya ingatan apa ini?“Achlys ... kau di mana?” Seruan itu membuat Corvina mencari asal suara.Achlys? Corvina kemudian melihat seorang wanita datang, seperti mencari seseorang. Wanita itu memilik rambut perak seperti bulan dan mata birunya yang berbinar indah.Ibu?“Achlys ... jangan

  • I Am The Queen   9. Grand Duchess?

    Corvina menyaksikan melalui jendela — dunia luar yang telah ia tinggalkan selama empat tahun. Kali ini, ia keluar dari persembunyiannya bersama seorang raja iblis yang menjanjikannya akan sesuatu yang berbeda — sebuah kepuasan baru.Kereta kuda berhenti di depan bangunan besar. Di depan mansion Grand Duke, terdapat jalan masuk yang luas dan megah. Bendera dengan lambang naga berkibar di tiang-tiang sebagai tanda kediaman Grand Duke. Di depan kastel utama yang terlihat menjulang dengan bangunan-bangunan kokoh yang megah terdapat taman kecil penuh bunga dengan air mancur dan patung-patung. Corvina memperhatikan setiap detailnya dari dalam kereta kuda. "Itu kereta Grand Duchess. Aku melihat kecantikannya dari lukisan.""Benar! Rumor mengenai Grand Duchess masih hangat hingga sekarang. Para bangsawan pasti akan bersiap saat mendengar kedatangannya." "Menurutmu Grand Duchess akan mengikuti pertemuan sosial? Semua orang pasti penasaran secantik apa istri Grand Duke.""Entahlah." "Grand D

  • I Am The Queen   8. Saksi Kematian

    Di sebuah kamar yang terletak di bagian teratas lantai kastel dari struktur bangunan megah tersebut, lilin – lilin menyala redup tersebar di sekitar ruangan. Di tengah ruangan terdapat tempat tidur besar dengan baldaquin yang dilapisi dengan kain sutra emas berpadu merah. Di atasnya, seorang gadis terbaring dengan mata terpejam. Wajahnya dipenuhi ekspresi gelisah yang membuat tidurnya tampak sangat terganggu. “Jadi, kalian membuat keributan di luar hanya untuk melihatnya kesakitan?” tanya Theron dengan nada rendah yang terdengar mencemooh. Corvina – pingsan di hadapan mereka semua tak lama setelah mendengar pernyataan yang di debatkan para fairy beberapa saat lalu. Rasa sakit di dada – sebenarnya adalah tanda jika potongan ingatan yang lain akan segera menghampiri Corvina. “Setidaknya kami harus memastikan kondisi ratu,” balas Leucos dengan wajah tak ramah. Lucien tidak banyak bicara di sebelahnya. Namun, tidak dapat dibantah jika tidak ada yang bisa mereka lakukan saat sang ratu

  • I Am The Queen   7. Pemilik Sebagian Esensi Gelap

    "Kau tahu ... esensi gelap dalam dirimu akan semakin mendominasi jika kau tidak bisa menahan diri." Pohon dunia memperingati. "Apa bedanya? Aku sudah jatuh dalam kegelapan sejak kehidupan lama. Kau sendiri yang menunjukkan memori itu padaku." Di hamparan rumput yang luas, hanya ada mereka di sini. Tempat ini tidak lagi seperti pertama kali saat dirinya hanya melihat ruang kosong. "Kau masih tidak ingat apa pun, Achlys?" Corvina berdehem kecil. "Aku hanya ingat rasa sakit saat diujung kematianku," gumamnya. Semua ingatan itu masih tampak buram, meski begitu, rasa sakit itu begitu nyata ia rasakan. Ia bisa merasakan bagaimana puluhan anak panah menusuknya, pedang yang menikamnya berkali-kali, kepala yang dipenggal, bahkan siksaan yang lebih baik mati daripada bertahan — ia merasakan seluruh rasa sakit itu. Meski tidak tahu alasannya — manusia terlibat di dalamnya. "Semua itu — adalah kenangan yang tidak ingin kau ingat." "Aku tahu." Lahir tanpa ingatan — semua tidak l

  • I Am The Queen   6. Penyihir Agung?

    Kawanan laba-laba itu — secara serentak bergerak menjauh bahkan sebelum menancapkan taringnya pada pangeran Helios. Secara bersamaan pula, aura menyesakkan seakan mencekik saluran pernapasan mereka. Para laba-laba semakin beringsut mundur dan bergerak gelisah seolah ada sesuatu yang lebih berbahaya datang. "Orang gila mana yang berani memasuki hutan mati? Setidaknya bawalah ksatria suci untuk menepis sihir gelap." Suara wanita yang terdengar lembut, tetapi jelas tengah mengejek muncul tiba-tiba. Helios beserta yang lainnya sontak mencari asal suara. Siapa pun ia, pastilah sosok yang ditakuti oleh para laba-laba itu. Tepat dibelakang mereka — seorang gadis dengan rambut perak panjang memancarkan kecantikan memukau dan mempesona menunjukkan seolah gadis itu adalah dewi, namun mata grey-nya memancarkan aura dingin dan keengganan yang jelas. Gadis itu duduk santai di atas seekor serigala bertubuh besar yang menatap nyalang ke arah mereka. Makhluk legenda! "Siapa kau?" Cyrus seger

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status