Share

7. Pemilik Sebagian Esensi Gelap

"Kau tahu ... esensi gelap dalam dirimu akan semakin mendominasi jika kau tidak bisa menahan diri." Pohon dunia memperingati.

"Apa bedanya? Aku sudah jatuh dalam kegelapan sejak kehidupan lama. Kau sendiri yang menunjukkan memori itu padaku."

Di hamparan rumput yang luas, hanya ada mereka di sini. Tempat ini tidak lagi seperti pertama kali saat dirinya hanya melihat ruang kosong.

"Kau masih tidak ingat apa pun, Achlys?"

Corvina berdehem kecil. "Aku hanya ingat rasa sakit saat diujung kematianku," gumamnya. Semua ingatan itu masih tampak buram, meski begitu, rasa sakit itu begitu nyata ia rasakan.

Ia bisa merasakan bagaimana puluhan anak panah menusuknya, pedang yang menikamnya berkali-kali, kepala yang dipenggal, bahkan siksaan yang lebih baik mati daripada bertahan — ia merasakan seluruh rasa sakit itu. Meski tidak tahu alasannya — manusia terlibat di dalamnya.

"Semua itu — adalah kenangan yang tidak ingin kau ingat."

"Aku tahu."

Lahir tanpa ingatan — semua tidak lebih dari campur tangan pohon dunia yang menyimpan setiap perjalanan makhluk hidup, namun pohon dunia hanya seperti mitos. Tidak ada siapa pun yang benar-benar melihat keberadaannya, kecuali yang terpilih.

"Kau menghapus ingatan kelam demi mencegahku jatuh dalam kegelapan abadi, tapi takdir tidak mengizinkan hal itu.”

"Takdir telah memiliki catatannya sendiri, Achlys. Semua itu adalah ujianmu sebagai penguasa dari dua esensi berbahaya untuk dimiliki oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab." Kedua esensi yang mampu menyesatkan pemiliknya dalam kegelapan dan menjatuhkan pemiliknya ke dalam lubang keserakahan akan cahaya.

"Kau adalah ibu dari kegelapan dan cahaya."

-

-

-

"Kau masih berkomunikasi dengan pohon dunia? Memangnya apa yang bisa dilakukan pohon itu." Cibiran angkuh itu segera menyadarkan Corvina pada duninya. Jiwanya dipaksa kembali pada kesadarannya.

Pria ini lagi! Sama seperti terakhir kali, pria itu muncul di kamarnya.

"Beraninya kau datang lag —" Pria itu, berdiri tepat di belakangnya hingga Corvina tidak sengaja menabraknya. Tangan pria itu segera memeluk pinggang Corvina.

"Kau tidak penasaran tentangku?" bisik Theron.

"Aku tidak pernah memiliki hubungan dengan raja iblis," desis Corvina seraya tangannya mulai mengeluarkan energi gelap.

Namun, sebelum gadis itu menyerang lagi, Theron segera menggenggam tangan kecil yang tidak sebesar tangannya itu.

"Kenapa kau suka sekali menyerang? Kau akan menyesalinya saat memiliki ingatan tentangku." Theron memasang wajah berpura-pura sedihnya.

"Kenapa aku harus menyesalinya?" Corvina tampak tidak peduli sama sekali.

"Benar juga. Sang Achlys telah kehilangan kehangatannya sejak lama." Pria itu bergumam seolah sedang berpikir, membuat Corvina sedikit terganggu dengan ucapan itu.

"Kau ingin bilang ... jika aku wanita tidak berperasaan?"

"Memangnya tidak?" Theron menyeringai. Corvina tidak dapat menyangkalnya.

"Di kehidupan kali ini, esensi gelapmu lebih mendominasi. Apa kau sudah bosan berbuat baik sehingga cahayamu mulai redup?" Tangan Theron bergerak menyentuh rambutnya.

"Sebenarnya apa yang kau inginkan dariku?" Corvina geram seraya menepis tangan pria itu.

"Hidup lebih lama denganku," jawabnya langsung.

"Dasar sinting!" umpat Corvina seraya mendorong pria itu agar melepaskan pelukannya. Gadis itu kemudian berjalan menuju balkon. Tidak ada gunanya mengusir iblis itu karena ia bisa datang dan pergi semaunya.

Esensi milik Theron terlalu kuat. Mungkin karena ia raja iblis yang telah berkuasa selama ribuan tahun. Tapi, kenapa pria itu selalu datang?

"Aku bisa membuatmu merasakan hal yang berbeda di kehidupan kali ini, Achlys. Setidaknya — kau tidak perlu mati untuk siapa pun."

Corvina terkekeh kecil. "Tidak ada yang bisa ikut campur dalam takdir seseorang, termasuk raja iblis!"

"Tapi, kau bisa menjalaninya dengan cara yang berbeda."

"Dengan apa? Lebih baik kau membantuku agar tidak bangun lagi," hardik Corvina sambil menatap pria itu dengan tajam, kemudian memalingkan wajahnya. Ia lebih suka mati selamanya, daripada hidup berulang kali.

Corvina merasakan kepalanya sedikit sakit. Jujur saja proses ingatannya kali ini lebih lambat dari sebelumnya. Dalam setahun sejak memasuki tempat ini — seharusnya ia telah mendapatkan seluruh ingatannya.

"Aku sudah menunggumu selama ratusan tahun. Bagaimana bisa aku membuatmu tidak bangun lagi?"

Corvina mengabaikannya dan bertanya hal lain. "Bagaimana kau bisa masuk — ke wilayahku?"

"Haruskah ku katakan?"

"Tidak perlu!" Theron langsung terkekeh.

"Jika aku mengatakannya, kau tidak akan mencoba mengingatkanku. Cobalah ingat aku."

"Lupakan sa —"

Perkataan Corvina terhenti tiba-tiba saat sesuatu seolah menusuk-nusuk bagian dada kirinya. Tangannya spontan menyentuh dan mencengkeram tempat rasa sakit tersebut muncul. Setiap nafas yang diambil terasa berat, menciptakan rasa sakit yang teramat pedih seakan - akan ada luka tak terlihat yang menganga lebar di sana.

Rasa sakit ini selalu muncul setiap kepingin ingatan akan datang.

"Sial! Inilah mengapa aku benci kau menghapus ingatanmu!" hardik Theron. Entah sejak Corvina berada dalam rengkuhannya.

"Aku tidak menghapus!" Dalam situasi ini pun, gadis itu masih ingin berdebat dengannya.

"Dasar bodoh!" umpat Theron kesal. "Pohon dunia sialan itu tidak akan menghapusnya jika kau tidak memintanya," ungkap pria itu.

Apa? Corvina tidak hanya terpaku diam dengan pikiran serta rasa sakitnya dalam rengkuhan pria itu. Sebenarnya seberapa banyak iblis ini mengenalnya? Mengapa seolah-olah iblis ini lebih mengenalnya daripada dirinya sendiri?

Mengapa ia meminta pohon dunia menghapus ingatannya? Bukankah hal ini termasuk proses alami saat kelahiran kembali ke tubuh baru?

Dimana Leucos dan Lucien?! Biasanya mereka selalu datang tepat waktu!

"Siapa kau?" Corvina bertanya pada akhirnya dengan suara lemah. Theron mendudukkannya di atas ranjang.

"Salah satu pemilik esensi gelap dalam dirimu."

***

"Menyingkirlah! Kami harus melihat keadaan ratu!" bentak Leucos yang telah menerbangkan puluhan kelelawar di sekitarnya.

Tidak tahu betapa kacaunya keadaan di luar kamar Corvina saat ini. Sulur - sulur indah dari tanaman para fairy yang merambat di dinding sebagai hiasan pun tidak lagi utuh.

Elias yang merupakan tangan kanan Theron tidak membiarkan Leucos menemui sang ratu sehingga terjadi pertengkaran yang membuat para fairy bersembunyi ketakutan. Esensi gelap dari iblis tidak dapat dinetralisir tanpa keberadaan Corvina.

Sang ratu sedang kesakitan bersama raja iblis. Semua makhluk dapat mengetahuinya saat tumbuhan serta pohon di hutan terlarang mengerut layu.

"Raja iblis tidak boleh membawa ratu lagi. Ratu tidak boleh berhubungan dengan manusia!" Salah satu fairy berteriak pada Elias. Aeris, salah satu pemimpin para fairy.

"Raja juga membenci manusia," balas Elias. Tidak mungkin raja melakukannya.

"Tapi raja tinggal di dunia manusia!" Emery, salah satu fairy juga berteriak. "Dia akan membawa ratu tinggal bersamanya seperti dulu."

"Benar! Ratu bisa mati di tangan manusia lagi," sahut fairy ketiga, Dulcy.

"Kau tidak pernah menceritakan soal itu, Leucos."

Ratu?! Sejak kapan ia berdiri di sana?

Spontan semuanya terdiam. Aura gelap yang mengelilingi sekitar juga mereda seketika. Ketiga fairy itu juga langsung bersembunyi di belakang Leucos.

"Aku tidak berbohong, kan?" Theron menampilkan seringaian di belakang Corvina.

°°°°°

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status