Share

3. Bagian Dari Ingatan

Yang mau liat ilustrasi, bisa ke i* @arosee23 ya

----------------

Corvina membuka matanya spontan setelah merasakan energi asing berada di dekatnya. Kepalanya bergerak waspada bersama sorot matanya yang tajam, mengitari seisi kamar temaram miliknya ini.

Energi ini — adalah esensi yang sama pada hari itu.

“Mustahil ada iblis yang bisa masuk ke wilayahku tanpa seizinku,” gumamnya seraya bangkit dari ranjang miliknya. Gaun malamnya terseret di atas lantai marmer yang dingin bersama langkahnya yang ringan.

Corvina membuka balkon kamarnya lebar-lebar, kemudian mengamati seluruh hutan yang terbentang luas di hadapannya. Kastel tempatnya berpijak dibatasi sebuah danau kecil yang mengelilingi seluruh istana. Di tempat ini — tidak ada yang pernah luput dari pandangannya, tapi ia baru saja kehilangan satu esensi yang dirinya sendiri tidak ketahui bentuknya.

“Gaia ...” panggil Corvina dengan nada netral. Jauh di bawah sana, sesuatu dengan cahaya hijau bergerak keluar dari hutan. Sesosok makhluk rupawan nan anggun menunduk hormat padanya. Auranya dipenuhi oleh kebajikan. Dryad — ras penuh kasih sayang yang mampu menjadi kejam saat mengenali musuhnya dan ras yang menyambutnya pertama kali.

“Apa ada sesuatu yang mengganggu tidur Anda, Ratuku?” tanya Gaia.

Melihat makhluk itu tidak menunjukkan emosi apa pun, artinya Gaia tidak merasakan esensi itu melewatinya. Siapa pun yang memasuki hutan terlarang, makhluk itu akan segera menyadarinya meski baru memasukkan satu langkah kaki ke dalamnya.

“Aku hanya terbangun,” jawabnya pelan.

“Haruskan saya menyuruh peri hutan untuk bernyanyi, Ratu?” Gaia tersenyum sangat lembut.

“Kau menyuruh sekelompok peri untuk menyanyikan iblis?”

“Anda bukan iblis, Ratu. Hanya esensi yang lebih gelap daripada iblis,” ujar Gaia tenang, tidak memedulikan tatapan jengah sang ratu.

“Hiburanmu tidak berguna, Gaia.” Corvina berbalik untuk kembali ke dalam.

“Tapi, Anda juga cahaya yang lebih terang dari sang mentari,” tambahnya, membuat Corvina berbalik lagi untuk melihatnya.

“Dan manusia berumur pendek!” Corvina menambahkan, kemudian masuk meninggalkan balkon.

“Anda tidak pernah berubah ratu — sebanyak apa pun Anda lahir,” gumam Gaia tersenyum seraya melangkah memasuki hutan.

Gadis itu — selalu memiliki kehampaan di balik matanya. Sudah takdirnya untuk kembali, kembali dan kembali ke tubuh manusia yang akan menghantarkannya pada kematian. Tidak peduli sebanyak apa kehidupan manusia yang dijalaninya, Corvina akan selalu kembali ke wujud aslinya — sang Achlys yang jiwanya telah jatuh dalam kegelapan dan penderitaan tiada akhir. Kematian tidak akan mencegahnya dari kehidupan baru dengan penderitaan selanjutnya.

Di atas batuan gunung tinggi, seseorang dengan mata ungu berambut merah bersama seekor gagak di pundaknya menatap kastel dengan ekspresi menyeringainya yang puas. Ada pun seseorang dengan tudung di kepalanya berdiri di belakangnya.

“Kau lihat itu, Elias? Sampai sekarang pun, gadis itu tidak bisa mengingatku.” Bukan — lebih tepatnya, Achlys tidak pernah berniat untuk mengingatnya di setiap kehidupan.

“Bukan hanya Anda, Tuan. Ratu belum memiliki ingatan tentang kehidupannya sendiri.” Ia telah mengawasi sang ratu sejak insiden penculikan yang direncanakan tuannya gagal karena ulah iblis yang menjadi bawahan ratu di hutan terlarang melindunginya lebih dulu.

Insiden penculikan berkedok persembahan.

“Kita tidak bisa membawa ratu sekarang. Cahayanya bisa membunuh seluruh pasukan iblis,” ujar Elias pada tuannya.

Theron Eryx menampilkan senyum miring penuh kepuasan. Kekuatan gadis itu tidak akan pernah membuatnya takut.

“Dia semakin kuat saja, kan, Elias? Kematian tidak akan membuatnya lemah. Esensi gelap dan cahaya yang dibawanya sejak kehidupan pertama akan terus berkembang.”

Elias mendengarkan dalam diam. Selama ribuan tahun bersama sang tuan, ia telah melihat kelahiran ratu di kehidupan pertamanya. Pada saat itu, ratu hanya seorang bayi kecil yang lugu, tapi siapa sangka jika bayi lugu tersebut telah melahirkan dua esensi yang bertentangan dan mustahil untuk saling menyatu.

Bayi itu — akhirnya mengundang ketertarikan seorang raja iblis dari dunia bawah yang tidak lain adalah Theron Eryx. Pria itu membenci ras manusia dan ras lainnya selain bangsa iblisnya sendiri.

Sang ratu — satu-satunya orang yang membuat Theron mengejarnya di setiap kehidupan — dengan kebencian atau rasa lain yang tidak bisa dijelaskan.

In this life - you can't run away from me, Corvina Achlys." Kemudian menghilang bagai asap yang tidak meninggalkan jejak.

***

Di kamarnya, Corvina tidak melanjutkan tidurnya. Gadis itu seperti menunggu di sofa. Wajahnya menghadap ke langit-langit dengan segelas anggur di tangannya yang terkulai di samping sofa. Kakinya menyilang, menyingkap belahan gaun di bagian pahanya yang mengekspos kaki jenjangnya.

Dalam keheningan itu, Corvina tiba-tiba berdiri, kemudian menghilang dalam kedipan mata dengan sihir teleportasi yang memindahkannya langsung ke atas gunung yang berada di belakang istananya. Rambutnya berkibar-kibar akibat terpaan angin kuat.

“Dia baru saja ada di sini ...” Sambil mengamati daerah sekitarnya. “Iblis!” Giginya menggeletuk marah.

“Kau mengikutiku karena gagal menjadikanku mangsa di hari itu? Muncul-lah! Akan kutunjukkan bagaimana cara menjadi mangsa yang benar bagi kegelapan!” pekik Corvina. Suaranya menggema di atas sana.

“Kalau begitu tunjukkan padaku,” bisik seseorang di telinganya, membuat Corvina dengan cepat melesatkan serangan dari esensi gelap miliknya. Sulur – sulur gelapnya lantas mengikat seseorang yang terkekeh pelan di sana.

“Siapa kau!” Ia tidak akan peduli meski sulur-sulur itu akan mencengkeramnya sampai mati.

Pria dengan suara bariton itu hanya tertawa kecil tanpa menujukkan ketakutan sama sekali.

“Ratu!” Lucien muncul di sebelahnya sebagai pengawal bayangan sang ratu, membuat Elias yang ada di bayang-bayang juga keluar untuk melindungi tuannya.

Pria itu seharusnya sudah pergi, tapi sepenggal kata dari mulut ratu membuat Theron tidak tahan untuk muncul. Ia tidak akan menyiakan kesenangan ini.

“Dia penguasa dunia bawah, Raja Theron Eryx dari ras iblis,” ungkap Lucien pada sang ratu sambil mengacungkan pedangnya ke arah Theron dan Elias.

Dunia bawah? Theron Eryx? Corvina mulai menyentuh kepalanya yang berdenyut.

“Dia salah satu dari ingatanku, kan?” Lucien mengiyakan.

Pria itu memiliki wajah tampan dengan garis rahang, kulit putih, serta otot-otot biseps yang terlihat dari luar pakaiannya. Apa ras iblis selalu memiliki ketampanan yang rupawan? Tidak heran jika mereka menyesatkan.

“Kau sudah menyadarinya.” Dengan gerakan kecil dari tangan Theron, sulur - sulur gelap milik Corvina terpecah bagai debu.

Kening Corvina hanya mengkerut sedikit. Orang ini termasuk musuh yang kuat jika ia melawannya. Esensi hitam pekat bercampur merah api — salah satu esensi terkuat setelah kegelapan dan kekuatan suci.

“Apa yang di inginkan raja iblis dariku? Sepertinya Raja begitu frustasi karena kehilangan mangsanya,” tanya Corvina pada Theron tanpa rasa takut.

“Tentu saja. Aku sangat sedih karena kehilangan kelinciku yang lezat.” Theron mulai mendekat padanya.

“Menjauhlah, Ratu,” peringat Lucien, belum menurunkan pedangnya.

Corvina mengangkat tangannya — menurunkan acungan pedang Lucien. Pria itu menurut, tetapi tidak menurunkan kewaspadaannya, sedangkan Corvina ikut mendekat pada Theron.

“Kelinci? Apa kau pernah melihat kelinci menghunuskan pedang pada iblis?”

“Tuan!” Elias bergerak cepat, namun tetap terlambat menahan serangan cepat yang diberikan oleh Corvina. Sebuah pedang telah menancap di tubuh Theron — tepat di bawah bahunya, membuat pria itu berlutut di atas tanah bebatuan dengan darah hitam mengotori pakaiannya.

Lucien juga tidak sempat melihat kapan pedang miliknya berpindah ke tangan Corvina.

“Ingatlah baik – baik rasanya ditusuk oleh kelinci,” peringatnya seraya berjalan mendekat. Theron mengangkat sebelah tangannya pada Elias agar tidak menghalangi gadis itu.

“Benda ini tidak akan membuatmu mati. Aku tahu ras iblis bisa menyembuhkan luka mereka sendiri. Jadi ... ini hanya lah bentuk sambutan dariku, King Theron. Menjauhkan dari wilayahku!” katanya dengan nada angkuh tak terbantahkan.

Theron terkekeh pelan, berdiri, kemudian menarik pedang yang menusuknya tepat di hadapan Corvina. Pria itu mengangkat pedangnya, lalu menjatuhkannya di tanah bebatu yang menyebabkan suara dentingan besi.

I won’t forget it, my Queen. I have remembered you for hundreds of years.”

Corvina hanya menatapnya dengan dingin.

See you again, my Queen.

ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status