Yang mau liat ilustrasi, bisa ke i* @arosee23 ya
---------------- Corvina membuka matanya spontan setelah merasakan energi asing berada di dekatnya. Kepalanya bergerak waspada bersama sorot matanya yang tajam, mengitari seisi kamar temaram miliknya ini. Energi ini — adalah esensi yang sama pada hari itu. “Mustahil ada iblis yang bisa masuk ke wilayahku tanpa seizinku,” gumamnya seraya bangkit dari ranjang miliknya. Gaun malamnya terseret di atas lantai marmer yang dingin bersama langkahnya yang ringan. Corvina membuka balkon kamarnya lebar-lebar, kemudian mengamati seluruh hutan yang terbentang luas di hadapannya. Kastel tempatnya berpijak dibatasi sebuah danau kecil yang mengelilingi seluruh istana. Di tempat ini — tidak ada yang pernah luput dari pandangannya, tapi ia baru saja kehilangan satu esensi yang dirinya sendiri tidak ketahui bentuknya. “Gaia ...” panggil Corvina dengan nada netral. Jauh di bawah sana, sesuatu dengan cahaya hijau bergerak keluar dari hutan. Sesosok makhluk rupawan nan anggun menunduk hormat padanya. Auranya dipenuhi oleh kebajikan. Dryad — ras penuh kasih sayang yang mampu menjadi kejam saat mengenali musuhnya dan ras yang menyambutnya pertama kali. “Apa ada sesuatu yang mengganggu tidur Anda, Ratuku?” tanya Gaia. Melihat makhluk itu tidak menunjukkan emosi apa pun, artinya Gaia tidak merasakan esensi itu melewatinya. Siapa pun yang memasuki hutan terlarang, makhluk itu akan segera menyadarinya meski baru memasukkan satu langkah kaki ke dalamnya. “Aku hanya terbangun,” jawabnya pelan. “Haruskan saya menyuruh peri hutan untuk bernyanyi, Ratu?” Gaia tersenyum sangat lembut. “Kau menyuruh sekelompok peri untuk menyanyikan iblis?” “Anda bukan iblis, Ratu. Hanya esensi yang lebih gelap daripada iblis,” ujar Gaia tenang, tidak memedulikan tatapan jengah sang ratu. “Hiburanmu tidak berguna, Gaia.” Corvina berbalik untuk kembali ke dalam. “Tapi, Anda juga cahaya yang lebih terang dari sang mentari,” tambahnya, membuat Corvina berbalik lagi untuk melihatnya. “Dan manusia berumur pendek!” Corvina menambahkan, kemudian masuk meninggalkan balkon. “Anda tidak pernah berubah ratu — sebanyak apa pun Anda lahir,” gumam Gaia tersenyum seraya melangkah memasuki hutan. Gadis itu — selalu memiliki kehampaan di balik matanya. Sudah takdirnya untuk kembali, kembali dan kembali ke tubuh manusia yang akan menghantarkannya pada kematian. Tidak peduli sebanyak apa kehidupan manusia yang dijalaninya, Corvina akan selalu kembali ke wujud aslinya — sang Achlys yang jiwanya telah jatuh dalam kegelapan dan penderitaan tiada akhir. Kematian tidak akan mencegahnya dari kehidupan baru dengan penderitaan selanjutnya. Di atas batuan gunung tinggi, seseorang dengan mata ungu berambut merah bersama seekor gagak di pundaknya menatap kastel dengan ekspresi menyeringainya yang puas. Ada pun seseorang dengan tudung di kepalanya berdiri di belakangnya. “Kau lihat itu, Elias? Sampai sekarang pun, gadis itu tidak bisa mengingatku.” Bukan — lebih tepatnya, Achlys tidak pernah berniat untuk mengingatnya di setiap kehidupan. “Bukan hanya Anda, Tuan. Ratu belum memiliki ingatan tentang kehidupannya sendiri.” Ia telah mengawasi sang ratu sejak insiden penculikan yang direncanakan tuannya gagal karena ulah iblis yang menjadi bawahan ratu di hutan terlarang melindunginya lebih dulu. Insiden penculikan berkedok persembahan. “Kita tidak bisa membawa ratu sekarang. Cahayanya bisa membunuh seluruh pasukan iblis,” ujar Elias pada tuannya. Theron Eryx menampilkan senyum miring penuh kepuasan. Kekuatan gadis itu tidak akan pernah membuatnya takut. “Dia semakin kuat saja, kan, Elias? Kematian tidak akan membuatnya lemah. Esensi gelap dan cahaya yang dibawanya sejak kehidupan pertama akan terus berkembang.” Elias mendengarkan dalam diam. Selama ribuan tahun bersama sang tuan, ia telah melihat kelahiran ratu di kehidupan pertamanya. Pada saat itu, ratu hanya seorang bayi kecil yang lugu, tapi siapa sangka jika bayi lugu tersebut telah melahirkan dua esensi yang bertentangan dan mustahil untuk saling menyatu. Bayi itu — akhirnya mengundang ketertarikan seorang raja iblis dari dunia bawah yang tidak lain adalah Theron Eryx. Pria itu membenci ras manusia dan ras lainnya selain bangsa iblisnya sendiri. Sang ratu — satu-satunya orang yang membuat Theron mengejarnya di setiap kehidupan — dengan kebencian atau rasa lain yang tidak bisa dijelaskan. “In this life - you can't run away from me, Corvina Achlys." Kemudian menghilang bagai asap yang tidak meninggalkan jejak. *** Di kamarnya, Corvina tidak melanjutkan tidurnya. Gadis itu seperti menunggu di sofa. Wajahnya menghadap ke langit-langit dengan segelas anggur di tangannya yang terkulai di samping sofa. Kakinya menyilang, menyingkap belahan gaun di bagian pahanya yang mengekspos kaki jenjangnya. Dalam keheningan itu, Corvina tiba-tiba berdiri, kemudian menghilang dalam kedipan mata dengan sihir teleportasi yang memindahkannya langsung ke atas gunung yang berada di belakang istananya. Rambutnya berkibar-kibar akibat terpaan angin kuat. “Dia baru saja ada di sini ...” Sambil mengamati daerah sekitarnya. “Iblis!” Giginya menggeletuk marah. “Kau mengikutiku karena gagal menjadikanku mangsa di hari itu? Muncul-lah! Akan kutunjukkan bagaimana cara menjadi mangsa yang benar bagi kegelapan!” pekik Corvina. Suaranya menggema di atas sana. “Kalau begitu tunjukkan padaku,” bisik seseorang di telinganya, membuat Corvina dengan cepat melesatkan serangan dari esensi gelap miliknya. Sulur – sulur gelapnya lantas mengikat seseorang yang terkekeh pelan di sana. “Siapa kau!” Ia tidak akan peduli meski sulur-sulur itu akan mencengkeramnya sampai mati. Pria dengan suara bariton itu hanya tertawa kecil tanpa menujukkan ketakutan sama sekali. “Ratu!” Lucien muncul di sebelahnya sebagai pengawal bayangan sang ratu, membuat Elias yang ada di bayang-bayang juga keluar untuk melindungi tuannya. Pria itu seharusnya sudah pergi, tapi sepenggal kata dari mulut ratu membuat Theron tidak tahan untuk muncul. Ia tidak akan menyiakan kesenangan ini. “Dia penguasa dunia bawah, Raja Theron Eryx dari ras iblis,” ungkap Lucien pada sang ratu sambil mengacungkan pedangnya ke arah Theron dan Elias. Dunia bawah? Theron Eryx? Corvina mulai menyentuh kepalanya yang berdenyut. “Dia salah satu dari ingatanku, kan?” Lucien mengiyakan. Pria itu memiliki wajah tampan dengan garis rahang, kulit putih, serta otot-otot biseps yang terlihat dari luar pakaiannya. Apa ras iblis selalu memiliki ketampanan yang rupawan? Tidak heran jika mereka menyesatkan. “Kau sudah menyadarinya.” Dengan gerakan kecil dari tangan Theron, sulur - sulur gelap milik Corvina terpecah bagai debu. Kening Corvina hanya mengkerut sedikit. Orang ini termasuk musuh yang kuat jika ia melawannya. Esensi hitam pekat bercampur merah api — salah satu esensi terkuat setelah kegelapan dan kekuatan suci. “Apa yang di inginkan raja iblis dariku? Sepertinya Raja begitu frustasi karena kehilangan mangsanya,” tanya Corvina pada Theron tanpa rasa takut. “Tentu saja. Aku sangat sedih karena kehilangan kelinciku yang lezat.” Theron mulai mendekat padanya. “Menjauhlah, Ratu,” peringat Lucien, belum menurunkan pedangnya. Corvina mengangkat tangannya — menurunkan acungan pedang Lucien. Pria itu menurut, tetapi tidak menurunkan kewaspadaannya, sedangkan Corvina ikut mendekat pada Theron. “Kelinci? Apa kau pernah melihat kelinci menghunuskan pedang pada iblis?” “Tuan!” Elias bergerak cepat, namun tetap terlambat menahan serangan cepat yang diberikan oleh Corvina. Sebuah pedang telah menancap di tubuh Theron — tepat di bawah bahunya, membuat pria itu berlutut di atas tanah bebatuan dengan darah hitam mengotori pakaiannya. Lucien juga tidak sempat melihat kapan pedang miliknya berpindah ke tangan Corvina. “Ingatlah baik – baik rasanya ditusuk oleh kelinci,” peringatnya seraya berjalan mendekat. Theron mengangkat sebelah tangannya pada Elias agar tidak menghalangi gadis itu. “Benda ini tidak akan membuatmu mati. Aku tahu ras iblis bisa menyembuhkan luka mereka sendiri. Jadi ... ini hanya lah bentuk sambutan dariku, King Theron. Menjauhkan dari wilayahku!” katanya dengan nada angkuh tak terbantahkan. Theron terkekeh pelan, berdiri, kemudian menarik pedang yang menusuknya tepat di hadapan Corvina. Pria itu mengangkat pedangnya, lalu menjatuhkannya di tanah bebatu yang menyebabkan suara dentingan besi. “I won’t forget it, my Queen. I have remembered you for hundreds of years.” Corvina hanya menatapnya dengan dingin. “See you again, my Queen.” ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩAcheron Empire Langkah kaki seseorang bergerak terburu-buru menuju aula utama di mana sang kaisar menempati singgasananya. Laki-laki dengan rambut pirang sebagai ciri khas keluarga kerajaan memasuki ruangan tanpa pemberitahuan. “Di mana kakak?” tanya Helios Acheron mendesak. Kepanikan terlihat jelas di wajah tampannya. Perbincangan antar bangsawan pun terhenti setelah kedatangannya. Beberapa waktu lalu, Helios baru mendapat kabar bahwa sang putri telah menghilang. Selama di akademi, ia tidak pernah tertarik dengan berita luar, namun ia tidak sengaja mendengarnya saat di perjalanan pulang. Poster – poster mengenai pencarian putri tersebar di sepanjang jalannya pulang. “Aku di sini. Siapa yang kau cari?” Pangeran mahkota Isaac memasuki aula yang pintunya masih terbuka. Pria itu membungkukkan badan pada kaisar Zeron, sang ayah. “Maafkan ketidaksopanan pangeran Helios, Baginda. Sepertinya dia kehilangan tata krama selama berada di akademi,” ujarnya. Kaisar Zeron hanya menatap r
Kastel yang selalu di kelilingi oleh kegelapan — seorang wanita dengan sorot mata tajam menunjukkan ketegasan menghadap pada sosok tertinggi di hutan terlarang. "Komandan pasukan gelap menghadap pada Ratu Achlys — sang kegelapan dan cahaya," tunduknya dengan hormat. "Langsung katakan saja, Hera," ucap Corvina. Di sampingnya berdiri Leucos sebagai kepala istana yang senantiasa berada di dekat sang ratu. Hera Wintour — satu-satunya wanita yang berasal dari ras dark elf yang memiliki ciri kulit berwarna gelap seperti malam dan mata yang berkilauan seperti permata biru. Rambut perak panjangnya yang diikat tergerai di belakangnya. Tangannya memegang sebuah tombak yang memiliki aura magis sebagai lambang atas kekuatan dan keberaniannya, serta baju pelindung besi terpasang di tubuhnya. Hera dikenal memiliki kemampuan bertarung yang hebat dan keahlian dalam sihir gelap. Ia adalah benteng terakhir yang melindungi kerajaan dari segala ancaman. "Kaisar Acheron mengubah titahnya pad
Kawanan laba-laba itu — secara serentak bergerak menjauh bahkan sebelum menancapkan taringnya pada pangeran Helios. Secara bersamaan pula, aura menyesakkan seakan mencekik saluran pernapasan mereka. Para laba-laba semakin beringsut mundur dan bergerak gelisah seolah ada sesuatu yang lebih berbahaya datang. "Orang gila mana yang berani memasuki hutan mati? Setidaknya bawalah ksatria suci untuk menepis sihir gelap." Suara wanita yang terdengar lembut, tetapi jelas tengah mengejek muncul tiba-tiba. Helios beserta yang lainnya sontak mencari asal suara. Siapa pun ia, pastilah sosok yang ditakuti oleh para laba-laba itu. Tepat dibelakang mereka — seorang gadis dengan rambut perak panjang memancarkan kecantikan memukau dan mempesona menunjukkan seolah gadis itu adalah dewi, namun mata grey-nya memancarkan aura dingin dan keengganan yang jelas. Gadis itu duduk santai di atas seekor serigala bertubuh besar yang menatap nyalang ke arah mereka. Makhluk legenda! "Siapa kau?" Cyrus seger
"Kau tahu ... esensi gelap dalam dirimu akan semakin mendominasi jika kau tidak bisa menahan diri." Pohon dunia memperingati. "Apa bedanya? Aku sudah jatuh dalam kegelapan sejak kehidupan lama. Kau sendiri yang menunjukkan memori itu padaku." Di hamparan rumput yang luas, hanya ada mereka di sini. Tempat ini tidak lagi seperti pertama kali saat dirinya hanya melihat ruang kosong. "Kau masih tidak ingat apa pun, Achlys?" Corvina berdehem kecil. "Aku hanya ingat rasa sakit saat diujung kematianku," gumamnya. Semua ingatan itu masih tampak buram, meski begitu, rasa sakit itu begitu nyata ia rasakan. Ia bisa merasakan bagaimana puluhan anak panah menusuknya, pedang yang menikamnya berkali-kali, kepala yang dipenggal, bahkan siksaan yang lebih baik mati daripada bertahan — ia merasakan seluruh rasa sakit itu. Meski tidak tahu alasannya — manusia terlibat di dalamnya. "Semua itu — adalah kenangan yang tidak ingin kau ingat." "Aku tahu." Lahir tanpa ingatan — semua tidak l
Di sebuah kamar yang terletak di bagian teratas lantai kastel dari struktur bangunan megah tersebut, lilin – lilin menyala redup tersebar di sekitar ruangan. Di tengah ruangan terdapat tempat tidur besar dengan baldaquin yang dilapisi dengan kain sutra emas berpadu merah. Di atasnya, seorang gadis terbaring dengan mata terpejam. Wajahnya dipenuhi ekspresi gelisah yang membuat tidurnya tampak sangat terganggu. “Jadi, kalian membuat keributan di luar hanya untuk melihatnya kesakitan?” tanya Theron dengan nada rendah yang terdengar mencemooh. Corvina – pingsan di hadapan mereka semua tak lama setelah mendengar pernyataan yang di debatkan para fairy beberapa saat lalu. Rasa sakit di dada – sebenarnya adalah tanda jika potongan ingatan yang lain akan segera menghampiri Corvina. “Setidaknya kami harus memastikan kondisi ratu,” balas Leucos dengan wajah tak ramah. Lucien tidak banyak bicara di sebelahnya. Namun, tidak dapat dibantah jika tidak ada yang bisa mereka lakukan saat sang ratu
Corvina menyaksikan melalui jendela — dunia luar yang telah ia tinggalkan selama empat tahun. Kali ini, ia keluar dari persembunyiannya bersama seorang raja iblis yang menjanjikannya akan sesuatu yang berbeda — sebuah kepuasan baru.Kereta kuda berhenti di depan bangunan besar. Di depan mansion Grand Duke, terdapat jalan masuk yang luas dan megah. Bendera dengan lambang naga berkibar di tiang-tiang sebagai tanda kediaman Grand Duke. Di depan kastel utama yang terlihat menjulang dengan bangunan-bangunan kokoh yang megah terdapat taman kecil penuh bunga dengan air mancur dan patung-patung. Corvina memperhatikan setiap detailnya dari dalam kereta kuda. "Itu kereta Grand Duchess. Aku melihat kecantikannya dari lukisan.""Benar! Rumor mengenai Grand Duchess masih hangat hingga sekarang. Para bangsawan pasti akan bersiap saat mendengar kedatangannya." "Menurutmu Grand Duchess akan mengikuti pertemuan sosial? Semua orang pasti penasaran secantik apa istri Grand Duke.""Entahlah." "Grand D
Corvina membuka matanya perlahan. Suara – suara burung kecil yang berkicau di pepohonan, serta angin sepoi – sepoi yang sejuk membawa aroma bunga – bunga liar menyadarkannya bahwa dirinya kini berada di atas padang rumput yang luas.Apa ini? Baru saja tertidur di kamarnya sebagai Grand Duchess. Apa kenangan ingatan lagi? Dirinya baik – baik saja sebelumnya.Perlahan, ia bangkit. Tempat ini sungguh asing, namun tidak dapat menyangkal bahwa ini adalah tempat paling indah yang pernah ia lihat. Padang rumput? Tempat ini lebih cocok disebut ladang bunga.Corvina mengedarkan pandangannya, kemudian menyadari ada orang lain di sana. Seorang gadis kecil terkikik pelan sambil bersembunyi tidak jauh darinya. Sebenarnya ingatan apa ini?“Achlys ... kau di mana?” Seruan itu membuat Corvina mencari asal suara.Achlys? Corvina kemudian melihat seorang wanita datang, seperti mencari seseorang. Wanita itu memilik rambut perak seperti bulan dan mata birunya yang berbinar indah.Ibu?“Achlys ... jangan
Bulir - bulir keringat mengalir dari pelipis Corvina yang langsung terbangun. Dadanya naik turun karena nafas yang memburu cepat. Apa yang terjadi? Apa yang terjadi pada ibunya setelah itu? Kenapa ingatan itu terputus tanpa ia tahu apa yang terjadi selanjutnya?! "Achlys," panggil seseorang yang baru saja masuk, membuat Corvina mengangkat kepalanya ke asal suara."Kau mengingat mimpi buruk lagi?" Theron mencoba menyentuh rambut perak panjangnya yang tergerai bebas dan sedikit basah oleh keringat. "Kau tidur sejak siang hingga malam —""Apa yang kau lakukan?" Suara Corvina hampir menyerupai gumaman. Theron mengangkat sebelah alisnya, heran. "Apa yang kau lakukan pada ibuku?" Nadanya kini berubah dingin. Sosok itu — sosok yang ia lihat dalam ingatan lamanya, sosok yang menggunakan wujud iblis dengan sayap hitam besar di punggung serta tanduk kecil di atas kepalanya. Dia — Theron Eryx sang Raja kegelapan. "Ibumu?""Kita bertemu di kehidupan pertamaku," desis Corvina tajam. "Kau — kau
Dahulu kala, ada manusia yang sederhana, cantik, dan lembut tutur katanya. Saat ia muncul, semua orang tersenyum untuk menyapanya. Ia wanita tercantik yang membuat semua orang terpesona. Sampai akhirnya, ia bertemu sosok mengerikan dari bangsa iblis. Saat semua orang ketakutan terhadapnya, gadis itu justru mengulurkan tangannya yang suci pada iblis yang kotor. "Memangnya itu aneh? Manusia dan iblis hanya berbeda ras saja." "Iya," jawab Theron datar. "Dua bawahan mu adalah iblis. Tentu saja tidak aneh bagimu." "Aku minta kau bercerita tentang ibuku, bukan kisah manusia dan iblis!" Corvina sudah cukup kesal sejak awal. Theron mendekatkan wajahnya. "Aku menceritakan ibumu, Bodoh!" Disertai sentilan cukup keras di dahinya. "Kau!" "Ibumu punya jiwa yang bersih, mungkin itu sebabnya kau dianugerahi esensi cahaya. Kau pasti tidak ingat, tapi ibumu adalah seorang saintess." Theron melanjutkan. "Saintess? Dia seorang putri kerajaan. Apanya yang wanita suci." "Dia wanita s
"Salam kepala Yang mulia Grand Duchess. Nama saya Ivy. Dulunya saya seorang budak yang dibeli oleh Yang mulia Grand Duke. Saya akan menjadi pelayan Anda mulai sekarang." Wanita bernama Ivy sedikit membungkuk dengan pandangan ke bawah."Budak? Aku suka gadis yang terus-terang sepertimu." Wanita yang menjadi nyonya barunya itu mengulangi dengan suaranya yang halus dan terdengar lembut. Ivy belum berani menatap wajahnya, namun ia melihat saat kaki jenjang sang nyonya berhenti di depannya."Terima kasih, Nyonya." Entah mengapa atmosfer di ruangan ini sedikit mencekiknya sejak ia masuk. Pantas saja pelayan lain takut untuk berhadapan dengan nyonya mereka dalam waktu yang lama."Iblis itu memilih pelayan yang cantik." Deg! Ivy masih menunduk. "Kau punya telinga yang cantik ... sayang sekali tidak ada yang bisa melihatnya, bukan?" "Saya tidak mengerti maksud Anda, Nyonya." Ucapan itu membuat Ivy menjadi waspada dan menahan diri, namun saat tangan Corvina hendak menyentuh telinganya, Ivy
Di suatu tempat di istana kekaisaran, seorang gadis berdiri di antara rak – rak yang mengoleksi ribuan buku di dalamnya. Perpustakaan yang hanya bisa dimasuki oleh anggota kerajaan – menyimpan berbagai pengetahuan dan sejarah kekaisaran di masa lalu. Dengan kemampuannya, Corvina dengan mudah masuk ke dalamnya tanpa perlu ketahuan oleh penjaga di luar. “Apa yang Anda cari, Ratu? Biar saya membantu.” Lucien bergerak ke sana – kemari tanpa berminat menyentuh buku – buku di sana. Jangan tanya di mana Leucos. Pria itu harus kembali ke kastel terlarang untuk memantau keadaan setiap saat. “Diamlah!” Corvina menelusuri setiap buku dengan judul – judul seperti, “Sejarah Kekaisaran Acheron”, “Silsilah Keluarga Bangsawan”, dan apa saja yang sekiranya berhubungan dengan dirinya di masa lalu. Mungkin saja ia bisa mendapat jawaban atas kelahirannya yang abadi. Kehidupan pertama – kapan tepatnya ia lahir, seperti apa ibu dan keluarganya, seperti apa dirinya di mata sejarah, dan sebagainya. M
Bulir - bulir keringat mengalir dari pelipis Corvina yang langsung terbangun. Dadanya naik turun karena nafas yang memburu cepat. Apa yang terjadi? Apa yang terjadi pada ibunya setelah itu? Kenapa ingatan itu terputus tanpa ia tahu apa yang terjadi selanjutnya?! "Achlys," panggil seseorang yang baru saja masuk, membuat Corvina mengangkat kepalanya ke asal suara."Kau mengingat mimpi buruk lagi?" Theron mencoba menyentuh rambut perak panjangnya yang tergerai bebas dan sedikit basah oleh keringat. "Kau tidur sejak siang hingga malam —""Apa yang kau lakukan?" Suara Corvina hampir menyerupai gumaman. Theron mengangkat sebelah alisnya, heran. "Apa yang kau lakukan pada ibuku?" Nadanya kini berubah dingin. Sosok itu — sosok yang ia lihat dalam ingatan lamanya, sosok yang menggunakan wujud iblis dengan sayap hitam besar di punggung serta tanduk kecil di atas kepalanya. Dia — Theron Eryx sang Raja kegelapan. "Ibumu?""Kita bertemu di kehidupan pertamaku," desis Corvina tajam. "Kau — kau
Corvina membuka matanya perlahan. Suara – suara burung kecil yang berkicau di pepohonan, serta angin sepoi – sepoi yang sejuk membawa aroma bunga – bunga liar menyadarkannya bahwa dirinya kini berada di atas padang rumput yang luas.Apa ini? Baru saja tertidur di kamarnya sebagai Grand Duchess. Apa kenangan ingatan lagi? Dirinya baik – baik saja sebelumnya.Perlahan, ia bangkit. Tempat ini sungguh asing, namun tidak dapat menyangkal bahwa ini adalah tempat paling indah yang pernah ia lihat. Padang rumput? Tempat ini lebih cocok disebut ladang bunga.Corvina mengedarkan pandangannya, kemudian menyadari ada orang lain di sana. Seorang gadis kecil terkikik pelan sambil bersembunyi tidak jauh darinya. Sebenarnya ingatan apa ini?“Achlys ... kau di mana?” Seruan itu membuat Corvina mencari asal suara.Achlys? Corvina kemudian melihat seorang wanita datang, seperti mencari seseorang. Wanita itu memilik rambut perak seperti bulan dan mata birunya yang berbinar indah.Ibu?“Achlys ... jangan
Corvina menyaksikan melalui jendela — dunia luar yang telah ia tinggalkan selama empat tahun. Kali ini, ia keluar dari persembunyiannya bersama seorang raja iblis yang menjanjikannya akan sesuatu yang berbeda — sebuah kepuasan baru.Kereta kuda berhenti di depan bangunan besar. Di depan mansion Grand Duke, terdapat jalan masuk yang luas dan megah. Bendera dengan lambang naga berkibar di tiang-tiang sebagai tanda kediaman Grand Duke. Di depan kastel utama yang terlihat menjulang dengan bangunan-bangunan kokoh yang megah terdapat taman kecil penuh bunga dengan air mancur dan patung-patung. Corvina memperhatikan setiap detailnya dari dalam kereta kuda. "Itu kereta Grand Duchess. Aku melihat kecantikannya dari lukisan.""Benar! Rumor mengenai Grand Duchess masih hangat hingga sekarang. Para bangsawan pasti akan bersiap saat mendengar kedatangannya." "Menurutmu Grand Duchess akan mengikuti pertemuan sosial? Semua orang pasti penasaran secantik apa istri Grand Duke.""Entahlah." "Grand D
Di sebuah kamar yang terletak di bagian teratas lantai kastel dari struktur bangunan megah tersebut, lilin – lilin menyala redup tersebar di sekitar ruangan. Di tengah ruangan terdapat tempat tidur besar dengan baldaquin yang dilapisi dengan kain sutra emas berpadu merah. Di atasnya, seorang gadis terbaring dengan mata terpejam. Wajahnya dipenuhi ekspresi gelisah yang membuat tidurnya tampak sangat terganggu. “Jadi, kalian membuat keributan di luar hanya untuk melihatnya kesakitan?” tanya Theron dengan nada rendah yang terdengar mencemooh. Corvina – pingsan di hadapan mereka semua tak lama setelah mendengar pernyataan yang di debatkan para fairy beberapa saat lalu. Rasa sakit di dada – sebenarnya adalah tanda jika potongan ingatan yang lain akan segera menghampiri Corvina. “Setidaknya kami harus memastikan kondisi ratu,” balas Leucos dengan wajah tak ramah. Lucien tidak banyak bicara di sebelahnya. Namun, tidak dapat dibantah jika tidak ada yang bisa mereka lakukan saat sang ratu
"Kau tahu ... esensi gelap dalam dirimu akan semakin mendominasi jika kau tidak bisa menahan diri." Pohon dunia memperingati. "Apa bedanya? Aku sudah jatuh dalam kegelapan sejak kehidupan lama. Kau sendiri yang menunjukkan memori itu padaku." Di hamparan rumput yang luas, hanya ada mereka di sini. Tempat ini tidak lagi seperti pertama kali saat dirinya hanya melihat ruang kosong. "Kau masih tidak ingat apa pun, Achlys?" Corvina berdehem kecil. "Aku hanya ingat rasa sakit saat diujung kematianku," gumamnya. Semua ingatan itu masih tampak buram, meski begitu, rasa sakit itu begitu nyata ia rasakan. Ia bisa merasakan bagaimana puluhan anak panah menusuknya, pedang yang menikamnya berkali-kali, kepala yang dipenggal, bahkan siksaan yang lebih baik mati daripada bertahan — ia merasakan seluruh rasa sakit itu. Meski tidak tahu alasannya — manusia terlibat di dalamnya. "Semua itu — adalah kenangan yang tidak ingin kau ingat." "Aku tahu." Lahir tanpa ingatan — semua tidak l
Kawanan laba-laba itu — secara serentak bergerak menjauh bahkan sebelum menancapkan taringnya pada pangeran Helios. Secara bersamaan pula, aura menyesakkan seakan mencekik saluran pernapasan mereka. Para laba-laba semakin beringsut mundur dan bergerak gelisah seolah ada sesuatu yang lebih berbahaya datang. "Orang gila mana yang berani memasuki hutan mati? Setidaknya bawalah ksatria suci untuk menepis sihir gelap." Suara wanita yang terdengar lembut, tetapi jelas tengah mengejek muncul tiba-tiba. Helios beserta yang lainnya sontak mencari asal suara. Siapa pun ia, pastilah sosok yang ditakuti oleh para laba-laba itu. Tepat dibelakang mereka — seorang gadis dengan rambut perak panjang memancarkan kecantikan memukau dan mempesona menunjukkan seolah gadis itu adalah dewi, namun mata grey-nya memancarkan aura dingin dan keengganan yang jelas. Gadis itu duduk santai di atas seekor serigala bertubuh besar yang menatap nyalang ke arah mereka. Makhluk legenda! "Siapa kau?" Cyrus seger