Share

Dikejar Mantan

Penulis: See Sophie
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-06 20:13:43

"Urgh!" seru Maya seraya membanting berkasnya dengan kesal.

Nama Sylvia ada di setiap kertas yang ia baca hari ini. Semenjak pertemuan tak sengaja keduanya, perasaannya berubah drastis. Ada rasa kesal karena sikap tak bersahabat yang ditunjukkan wanita cantik itu.

"Cantik muka, kelakuan minus!" makinya nyaris terdengar oleh Monika yang menoleh ke arahnya.

Seisi ruangan sudah bersiap untuk pulang, kecuali Maya yang masih diam di tempat. Maniknya tertuju pada ponsel yang terus berdering tak karuan. 

Nama Gamma tertulis jelas di layar. Namun gadis itu malah mengacuhkan panggilan sang CEO. Terhitung 25 panggilan yang masuk dan tak terjawab. 

Tak hanya mengacuhkan, gadis itu bahkan meninggalkan ponselnya di meja dan bergerak ke sana ke mari, mengurusi pekerjaannya seorang diri di tengah ruangan yang mulai kosong.

"Kau mengacuhkan panggilanku?"

"Astaga!" Maya memegangi dada yang terkejut bukan main. "Apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya ketus.

Wajah yang sejak tadi tak ingin dibayangkan mendadak muncul, tepat di hadapannya. Maya buru-buru menariknya keluar, tak mau seorang pun melihat dan curiga akan hubungan keduanya.

"Mengapa kau tak mengangkat teleponku, hah?" tanya Gamma dengan manik mengancam.

"Aku sedang sibuk!" jawabnya seraya menunjukkan meja yang penuh berkas.

"Cih!" dengus pria itu kesal. "Ikut aku ke rumah, sekarang juga! Oma ingin bertemu lagi!" ajaknya seraya menggandeng tangan Maya.

Namun gadis itu diam di tempat, memelototi tangan besar yang kini menggandengnya erat. Ditepisnya pelan, berusaha untuk tetap sopan walau kepalanya mendidih dengan sikap kasar sang CEO.

"Sekali lagi ku tekankan bahwa aku banyak pekerjaan! Dan aku memiliki hak untuk menolak permintaanmu, Bapak Gamma yang terhormat!" tegasnya seraya mendorong tubuh pria itu untuk keluar dari ruangan.

Maya melangkah kembali ke meja kerjanya. Sepersekian detik, dilihatnya bayangan Gamma yang sudah tak lagi di tempat. Pria itu pergi dengan langkah tegap yang terdengar bak paskibraka.

Namun baru saja ia akan kembali ke laptop, seseorang masuk kembali ke ruangan. Mulut bergincunya sudah siap meracau, memaki Gamma yang mungkin kembali untuk memaksanya pergi. 

"Sudah ku katakan bahwa aku..."

"Kau lembur?"

Maya tercekat, melihat sosok pria yang beberapa hari lalu menyakiti dan membunuh seluruh cinta yang ia miliki. Tatapannya tajam, enggan bersahabat.

"Mau apalagi?" tanya Maya ketus.

Frans mendekati meja Maya, menarik salah satu kursi kosong dan mengambil posisi sedekat mungkin dengan mantan kekasihnya itu. Sayangnya gadis itu malah mengambil jarak dengan mendorong kursinya sedikit menjauh.

"Aku sedang banyak pekerjaan, kau bisa pergi jika tak ada hal penting yang akan dibicarakan!" tegas Maya meluapkan seluruh emosinya.

Ia tak bisa memaki Gamma yang sudah pergi, jadilah Frans yang menjadi kambing hitam. Toh pria itu juga punya dosa besar yang sampai saat ini belum bisa dimaafkan.

"Aku tunggu sampai selesai, dan kita pulang bersama. Bagaimana?" tawarnya dengan senyum termanis yang pernah muncul.

Sayangnya, tak demikian bagi Maya. Gadis itu menatap jijik. Perasaannya sudah benar-benar hilang. Hanya bayangan Frans dan wanita itu yang muncul setiap kali melihat sang mantan.

"Pergilah, aku tak sudi melihatmu lagi!" jawab Maya dengan penolakan yang mantap.

"Sayang, bukan, maksudku Maya! Kita sudah lima tahun bersama, coba kamu pikir baik-baik. Masa hanya karena masalah sepele kita berpisah?" 

Gadis itu tergelak, menertawakan sikap Frans yang menganggap perselingkuhan sebagai masalah ringan. Padahal kesetiaan adalah wajib bagi setiap hubungan. 

"Justru karena sudah lima tahun, harusnya kamu tahu kalau selingkuh itu enggak boleh! Otak kamu di mana, sih? Bisa-bisanya kamu bilang kalau itu masalah sepele!" cecarnya kesal.

Semua perasaan yang sempat reda, mendadak memuncak, lagi. Frans benar-benar menggali lubangnya sendiri. Dengan sikap sok polosnya itu malah membuat Maya geram bukan main.

"Loh, loh, kamu mau ke mana?" tanya Frans bingung.

Tangan Maya kini berkemas, memasukkan semua barang-barang ke dalam tas. Wajahnya merah padam, tak sanggup lagi menahan emosi. Melihat wajah Frans hanya membuat kepalanya sakit.

"Pulang! Udah enggak mood buat kerja!" jawabnya seraya pergi tanpa menunggu Frans yang terus membuntuti.

Langkah kaki Maya semakin cepat, berusaha untuk lepas dari sang mantan. Namun pria itu juga menyeimbangkan gerak tubuhnya hingga posisi keduanya sama. 

"Kamu mau apalagi sih, Frans? Aku sudah bilang kalau kita putus!" kata Maya tepat di depan pintu lift.

Matanya menunjukkan tingkat serius yang lebih dari biasanya. Ia sungguh tak mau hidupnya kembali diganggu oleh pria yang tak hanya menggores tapi juga memberikan bekas luka yang entah kapan hilangnya.

"May, please... kasih aku kesempatan. Aku janji, aku enggak bakalan selingkuh lagi! Aku juga janji bakal berubah lebih baik! Aku akan penuhi semua kebutuhan kamu dan..."

"Cukup!" potong Maya berteriak. 

Jengah, itulah yang ia rasakan saat ini. Jika saja bisa, ingin sekali ia membubuhkan sebuah tamparan untuk pria itu. Namun sayang, kekerasan bukan hal yang bisa dilakukannya.

"Jangan pernah ikuti aku!" tegasnya seraya berbalik dan hendak masuk ke dalam lift yang terbuka.

Tiba-tiba saja Frans menarik lengan Maya dan berusaha menahan tubuh gadis itu dengan satu tarikan lain di tas jinjing yang dikenakan oleh mantan kekasihnya itu.

Maya menepis, hingga isi tasnya jatuh berserakan. Namun Frans tak menyerah. Dengan sekuat tenaga ia menjauhkan tubuh ramping sang mantan kekasih dari lift, merapatkannya ke dinding.

"Kau memang tak bisa diberi hati!" kata Frans yang tiba-tiba mencengkram kedua lengan kekasihnya sekuat tenaga.

Maya mendelik, berusaha melawan. Namun cengkraman Frans semakin kuat dan mulai menyakitinya. Tangannya berusaha menepis, tapi ternyata ia kalah tenaga.

"Frans sakit!" serunya setengah berteriak.

Sayangnya Frans semakin menggila. Tangannya menempel di dagu Maya, berusaha untuk mendekatkan wajah keduanya. 

Gadis itu mengelak, berusaha menoleh ke arah kanan, menghindari bibir mantan kekasihnya. Matanya terpejam, merasa jijik, teringat perbuatan pria itu pada wanita bayarannya malam itu.

BUGH!

"Argh!"

Tiba-tiba saja Frans tersungkur, jatuh dengan mimik kesakitan.

Sontak mata Maya terbuka, ia menyaksikan Gamma yang sudah berdiri di sampingnya. Matanya nyalang, siap kembali beraksi jikalau Frans coba melawan.

"Apa yang kau lakukan di kantorku?" 

Suara pria itu menggelegar dengan suasana kantor yang sudah kosong. Wajah Frans langsung tertunduk, malu. Rasanya malu dan takut akan atasannya itu membuatnya diam tanpa kata.

Gamma merunduk, memungut barang-barang Maya dan memasukkan pada tas yang sudah rusak akibat ulah Frans. Tak hanya itu, pria itu membuka jasnya dan menggantungkannya di bahu Maya yang gemetaran. Dua telapaknya mengelus lembut lengan gadis itu, coba menenangkan.

"Ini peringatan pertama dan terakhir untukmu! Jika sekali lagi ku lihat kau menyakiti Maya ataupun karyawan lain, aku tak segan-segan untuk memecatmu!" ancam Gamma yang langsung merangkul dan membawa gadisnya pergi.

Sementara Frans melihat sang mantan kekasih dengan tatapan penuh curiga. Ia melihat sikap Gamma tak biasa dilakukan pada karyawan biasa sekelas Maya.

***

Bab terkait

  • Hasrat di Balik Kontrak Sang CEO   Tinggal Satu Atap

    "Kau tak apa?"Mata Gamma terarah pada jalan raya, tangannya bahkan sibuk mengemudi. Tapi mulutnya tak henti bertanya tentang kondisi Maya. "Aku tak apa," jawab gadis itu, lagi.Entah sudah berapa kali pria itu menanyakan hal yang sama. Namun jawaban Maya sepertinya tak membuatnya puas.Wajar saja jika Gamma merasa gadis itu tak baik-baik saja. Selain jadi pendiam, gadis itu hanya memandang jalan dengan tatapan kosong. Kondisinya cukup mengkhawatirkan, walau mulutnya terus berkata baik-baik saja."Ini di mana?" tanya Maya bingung.Maniknya berkeliling, coba mengenali lokasi yang kini mereka kunjungi. Tapi ia tak punya clue sama sekali. Diliriknya Gamma yang sudah turun dan berjalan menuju ke arahnya. Pria itu membukakan pintu, berlagak gentlement, sebuah hal langka namun cukup membuat Maya tersanjung."Apartemenku," jawab pria itu seraya maju lebih dulu.Kening gadis itu mengernyit, bingung. Entah berapa banyak properti yang dimiliki sang CEO tapi yang jelas semuanya begitu mewah dan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Hasrat di Balik Kontrak Sang CEO   Orang Ketiga

    "Selamat pagi!"Sapaan dengan suara berat itu masuk memenuhi dapur, bersama dengan sebuah senyum sumringah dari wanita tua yang sibuk merapikan meja makan. Tangannya terbuka, menyambut sang cucu kesayangan.Gamma memeluk Oma Grace, hangat. Pria itu nampak sangat berbeda ketika dekat dengan wanita itu. Senyumnya bahkan muncul, sungguh sebuah keajaiban yang jarang sekali terjadi, terutama bagi Maya, gadis yang kini mengikutinya di belakang.Tangan Maya penuh dengan sebuket besar bunga hidup yang wanginya semerbak. Wajahnya nyaris tak nampak, saking besarnya buket itu, dan Gamma sama sekali tak membantunya untuk sekedar membawa. Padahal itu semua adalah ide sang CEO."Wow, terima kasih! Kau selalu tahu apa yang aku suka!" puji Oma Grace setelah mengambil buket bunga di tangan Maya.Gadis itu tercekat, setengah kesal karena tak dianggap. Kini ia tahu dari mana sikap arogan Gamma berasal. Ya, kedua orang yang dilihatnya kini begitu mirip, yaitu sama-sama menyebalkan."Tapi Maya yang memili

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08
  • Hasrat di Balik Kontrak Sang CEO   Nyaris Saja!

    "Maya, tolong ke ruangan saya!"Gamma berjalan merewati ruang Divisi Bussiness Development dengan tenang. Ia berlagak seolah tak terjadi apa-apa. Berbanding terbalik dengan para karyawan yang memandang Maya dengan penuh tanya.Sejak kepulangan mereka dari rumah Oma Grace, keduanya langsung berpisah, agar tak meninggalkan kecurigaan dari rekan-rekan yang lain. Namun sikapnya kini malah membuat semua mata memandang heran ke arah kekasihnya."O-oh, itu! Pasti mau ngomongin berkas yang kemarin!" seru Maya beralasan.Sontak semua orang ber-oh ria tanpa banyak tanya. Sudah menjadi rahasia umum bahwa presentasi untuk proyek baru semakin dekat, dan Maya adalah kandidat terkuat yang akan melakukannya."Ke sana dulu, ya!" pamitnya seraya mengambil langkah seribu sebelum ada yang mencurigainya.Gadis itu setengah berlari, tak mau ada satupun yang mengajukan pertanyaan yang macam-macam. Rasanya seperti menyimpan rahasia yang akan membunuhnya hidup-hidup."Kau sengaja, hah?" seru Maya begitu masuk

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09
  • Hasrat di Balik Kontrak Sang CEO   Selingkuh Dibalas Selingkuh

    "Luxury Bar, Pak!"Entah apa yang merasuki Maya, dia tiba-tiba saja dengan impulsif meminta sopir taksi untuk mengantarnya ke sebuah bar mewah yang seumur hidup tak pernah disentuh.Hatinya seperti diremas-remas. Nyeri tak karuan mengingat kekasih yang dulu begitu protektif dan tak mengizinkannya untuk pergi ke tempat hiburan malam seperti ini, malah kepergok berselingkuh dengan wanita lain di apartemen pria itu.Maya memejamkan mata, mengingat bagaimana tempat itu pernah menjadi saksi bisu kisah cintanya selama lima tahun terakhir. Bercengkrama, berbincang tentang pekerjaan hingga pembahasan tak penting lainnya, semua dilakukan di apartemen itu. Dan kini tempat itu pula yang menjadi lokasi perselingkuhannya.Gadis itu baru saja masuk dan taksi baru akan jalan saat Maya melihat Frans, sang kekasih yang menggedor-gedor kaca taksi dengan menggunakan boxer.Ingatan Maya kembali pada pemandangan tak senonoh yang ia saksikan dengan mata kepalanya sendiri. Bagaimana gerakan Frans menusuk i

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • Hasrat di Balik Kontrak Sang CEO   Hubungan Baru

    Di perjalanan pulang, tak henti-hentinya Maya menatap Gamma dengan tajam. Semua ini terasa seperti mimpi, tapi mimpi buruk! Baru saja ia mendapati kekasihnya tidur dengan wanita lain, tapi esok harinya ia juga sudah menjadi kekasih seorang pria. Dan orang itu adalah atasannya!Maya meletakkan tangannya ke depan kening. Berusaha memijat kepalanya yang tiba-tiba pusing. Entah situasi seperti apa yang kini tengah terjadi dalam hidupnya. Sikap arogan yang dimiliki Gamma membuat Maya tak tahan. Titahnya bak raja, memerintah ini, itu dan tak bisa ditolak. Semua perintah harus dijalankan saat itu juga, termasuk menandatangani kontrak yang sudah ada bahkan mungkin sebelum ia bangun dari tidur."Jangan lagi tinggal di tempat kumuh ini. Mulai besok pindah saja ke apartemen!" kata Gamma setelah mobil yang ia kendarai berhenti di sebuah gang.Mendengar itu, Maya memanyunkan bibir. Tak suka dengan perkataan yang Gamma lontarkan.Menurut Maya, rumah kontrakan yang ia tinggali itu tidak begitu kumuh

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • Hasrat di Balik Kontrak Sang CEO   Kesempatan Dalam Kesempitan

    "Tanda tangan!" Gamma menunjuk nama terang Maya dan posisi di mana gadis itu harus membubuhkan tanda tangannya. Maya menarik napas dalam. Baru saja sampai di kantor, ia sudah harus berurusan dengan CEO arogan yang terus mengingatkan tentang kontrak di antara mereka. Ancamannya? Tentu CCTV yang belum pernah ia lihat seperti apa isinya. Jangankan melihat, mau tahu saja ia tak sudi.Semua bayangan tentang malam itu ia hapus buru-buru, tak mau terlalu larut hingga membuat hidupnya kesal sepanjang hari. "Cepat, tunggu apalagi?" seru Gamma tak sabar."Iya, iya!" Maya menarik bolpoin tinta dan menggerakkan tangannya perlahan.Gamma Wiranata adalah seorang CEO yang terkenal tukang perintah dan anti penolakan. Walau baru saja diangkat, namun desas-desus itu terdengar nyaring, terutama bagi Maya yang berperan sebagai karyawan di perusahaan One Corporation."Malam ini kita akan makan malam bersama keluargaku. Beli pakaian yang bagus dan berdandanlah!" perintah Gamma, lagi dan lagi tanpa berta

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • Hasrat di Balik Kontrak Sang CEO   Kemunculan Tunangan Gamma

    "Banyak banget!"Maya memandangi tumpukan berkas di atas meja kerja yang baru saja dikirim oleh sang atasan. Sebuah proyek baru yang akan digarap oleh divisinya ternyata akan dimulai hari ini. "Namanya juga proyek baru!" seru Monika, salah satu rekan kerja Maya yang duduk tepat di seberang kursinya.Tangannya mulai menarik satu per satu berkas, coba membaca dan mempelajari proyek yang akan digarap oleh divisinya saat ini. Maklumlah, sebagai salah satu karyawan di bidang pengembangan bisnis, divisinyalah yang paling sibuk untuk jika ada proyek baru.Suasana hening dengan melodi keyboard yang diketuk satu per satu mulai mengisi ruangan. Semua orang fokus pada pekerjaan masing-masing, termasuk dengan Maya. Namun tiba-tiba saja, salah satu karyawan berdiri dengan mata dan mulut terbuka lebar."Cantik banget!"Mendadak teman-teman lainnya ikut menatap ke arah yang sama. Dan tak lama, seorang wanita melangkah di sepanjang koridor dengan bunyi sepatu berhak tinggi yang terdengar penuh irama.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06

Bab terbaru

  • Hasrat di Balik Kontrak Sang CEO   Nyaris Saja!

    "Maya, tolong ke ruangan saya!"Gamma berjalan merewati ruang Divisi Bussiness Development dengan tenang. Ia berlagak seolah tak terjadi apa-apa. Berbanding terbalik dengan para karyawan yang memandang Maya dengan penuh tanya.Sejak kepulangan mereka dari rumah Oma Grace, keduanya langsung berpisah, agar tak meninggalkan kecurigaan dari rekan-rekan yang lain. Namun sikapnya kini malah membuat semua mata memandang heran ke arah kekasihnya."O-oh, itu! Pasti mau ngomongin berkas yang kemarin!" seru Maya beralasan.Sontak semua orang ber-oh ria tanpa banyak tanya. Sudah menjadi rahasia umum bahwa presentasi untuk proyek baru semakin dekat, dan Maya adalah kandidat terkuat yang akan melakukannya."Ke sana dulu, ya!" pamitnya seraya mengambil langkah seribu sebelum ada yang mencurigainya.Gadis itu setengah berlari, tak mau ada satupun yang mengajukan pertanyaan yang macam-macam. Rasanya seperti menyimpan rahasia yang akan membunuhnya hidup-hidup."Kau sengaja, hah?" seru Maya begitu masuk

  • Hasrat di Balik Kontrak Sang CEO   Orang Ketiga

    "Selamat pagi!"Sapaan dengan suara berat itu masuk memenuhi dapur, bersama dengan sebuah senyum sumringah dari wanita tua yang sibuk merapikan meja makan. Tangannya terbuka, menyambut sang cucu kesayangan.Gamma memeluk Oma Grace, hangat. Pria itu nampak sangat berbeda ketika dekat dengan wanita itu. Senyumnya bahkan muncul, sungguh sebuah keajaiban yang jarang sekali terjadi, terutama bagi Maya, gadis yang kini mengikutinya di belakang.Tangan Maya penuh dengan sebuket besar bunga hidup yang wanginya semerbak. Wajahnya nyaris tak nampak, saking besarnya buket itu, dan Gamma sama sekali tak membantunya untuk sekedar membawa. Padahal itu semua adalah ide sang CEO."Wow, terima kasih! Kau selalu tahu apa yang aku suka!" puji Oma Grace setelah mengambil buket bunga di tangan Maya.Gadis itu tercekat, setengah kesal karena tak dianggap. Kini ia tahu dari mana sikap arogan Gamma berasal. Ya, kedua orang yang dilihatnya kini begitu mirip, yaitu sama-sama menyebalkan."Tapi Maya yang memili

  • Hasrat di Balik Kontrak Sang CEO   Tinggal Satu Atap

    "Kau tak apa?"Mata Gamma terarah pada jalan raya, tangannya bahkan sibuk mengemudi. Tapi mulutnya tak henti bertanya tentang kondisi Maya. "Aku tak apa," jawab gadis itu, lagi.Entah sudah berapa kali pria itu menanyakan hal yang sama. Namun jawaban Maya sepertinya tak membuatnya puas.Wajar saja jika Gamma merasa gadis itu tak baik-baik saja. Selain jadi pendiam, gadis itu hanya memandang jalan dengan tatapan kosong. Kondisinya cukup mengkhawatirkan, walau mulutnya terus berkata baik-baik saja."Ini di mana?" tanya Maya bingung.Maniknya berkeliling, coba mengenali lokasi yang kini mereka kunjungi. Tapi ia tak punya clue sama sekali. Diliriknya Gamma yang sudah turun dan berjalan menuju ke arahnya. Pria itu membukakan pintu, berlagak gentlement, sebuah hal langka namun cukup membuat Maya tersanjung."Apartemenku," jawab pria itu seraya maju lebih dulu.Kening gadis itu mengernyit, bingung. Entah berapa banyak properti yang dimiliki sang CEO tapi yang jelas semuanya begitu mewah dan

  • Hasrat di Balik Kontrak Sang CEO   Dikejar Mantan

    "Urgh!" seru Maya seraya membanting berkasnya dengan kesal.Nama Sylvia ada di setiap kertas yang ia baca hari ini. Semenjak pertemuan tak sengaja keduanya, perasaannya berubah drastis. Ada rasa kesal karena sikap tak bersahabat yang ditunjukkan wanita cantik itu."Cantik muka, kelakuan minus!" makinya nyaris terdengar oleh Monika yang menoleh ke arahnya.Seisi ruangan sudah bersiap untuk pulang, kecuali Maya yang masih diam di tempat. Maniknya tertuju pada ponsel yang terus berdering tak karuan. Nama Gamma tertulis jelas di layar. Namun gadis itu malah mengacuhkan panggilan sang CEO. Terhitung 25 panggilan yang masuk dan tak terjawab. Tak hanya mengacuhkan, gadis itu bahkan meninggalkan ponselnya di meja dan bergerak ke sana ke mari, mengurusi pekerjaannya seorang diri di tengah ruangan yang mulai kosong."Kau mengacuhkan panggilanku?""Astaga!" Maya memegangi dada yang terkejut bukan main. "Apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya ketus.Wajah yang sejak tadi tak ingin dibayangkan m

  • Hasrat di Balik Kontrak Sang CEO   Kemunculan Tunangan Gamma

    "Banyak banget!"Maya memandangi tumpukan berkas di atas meja kerja yang baru saja dikirim oleh sang atasan. Sebuah proyek baru yang akan digarap oleh divisinya ternyata akan dimulai hari ini. "Namanya juga proyek baru!" seru Monika, salah satu rekan kerja Maya yang duduk tepat di seberang kursinya.Tangannya mulai menarik satu per satu berkas, coba membaca dan mempelajari proyek yang akan digarap oleh divisinya saat ini. Maklumlah, sebagai salah satu karyawan di bidang pengembangan bisnis, divisinyalah yang paling sibuk untuk jika ada proyek baru.Suasana hening dengan melodi keyboard yang diketuk satu per satu mulai mengisi ruangan. Semua orang fokus pada pekerjaan masing-masing, termasuk dengan Maya. Namun tiba-tiba saja, salah satu karyawan berdiri dengan mata dan mulut terbuka lebar."Cantik banget!"Mendadak teman-teman lainnya ikut menatap ke arah yang sama. Dan tak lama, seorang wanita melangkah di sepanjang koridor dengan bunyi sepatu berhak tinggi yang terdengar penuh irama.

  • Hasrat di Balik Kontrak Sang CEO   Kesempatan Dalam Kesempitan

    "Tanda tangan!" Gamma menunjuk nama terang Maya dan posisi di mana gadis itu harus membubuhkan tanda tangannya. Maya menarik napas dalam. Baru saja sampai di kantor, ia sudah harus berurusan dengan CEO arogan yang terus mengingatkan tentang kontrak di antara mereka. Ancamannya? Tentu CCTV yang belum pernah ia lihat seperti apa isinya. Jangankan melihat, mau tahu saja ia tak sudi.Semua bayangan tentang malam itu ia hapus buru-buru, tak mau terlalu larut hingga membuat hidupnya kesal sepanjang hari. "Cepat, tunggu apalagi?" seru Gamma tak sabar."Iya, iya!" Maya menarik bolpoin tinta dan menggerakkan tangannya perlahan.Gamma Wiranata adalah seorang CEO yang terkenal tukang perintah dan anti penolakan. Walau baru saja diangkat, namun desas-desus itu terdengar nyaring, terutama bagi Maya yang berperan sebagai karyawan di perusahaan One Corporation."Malam ini kita akan makan malam bersama keluargaku. Beli pakaian yang bagus dan berdandanlah!" perintah Gamma, lagi dan lagi tanpa berta

  • Hasrat di Balik Kontrak Sang CEO   Hubungan Baru

    Di perjalanan pulang, tak henti-hentinya Maya menatap Gamma dengan tajam. Semua ini terasa seperti mimpi, tapi mimpi buruk! Baru saja ia mendapati kekasihnya tidur dengan wanita lain, tapi esok harinya ia juga sudah menjadi kekasih seorang pria. Dan orang itu adalah atasannya!Maya meletakkan tangannya ke depan kening. Berusaha memijat kepalanya yang tiba-tiba pusing. Entah situasi seperti apa yang kini tengah terjadi dalam hidupnya. Sikap arogan yang dimiliki Gamma membuat Maya tak tahan. Titahnya bak raja, memerintah ini, itu dan tak bisa ditolak. Semua perintah harus dijalankan saat itu juga, termasuk menandatangani kontrak yang sudah ada bahkan mungkin sebelum ia bangun dari tidur."Jangan lagi tinggal di tempat kumuh ini. Mulai besok pindah saja ke apartemen!" kata Gamma setelah mobil yang ia kendarai berhenti di sebuah gang.Mendengar itu, Maya memanyunkan bibir. Tak suka dengan perkataan yang Gamma lontarkan.Menurut Maya, rumah kontrakan yang ia tinggali itu tidak begitu kumuh

  • Hasrat di Balik Kontrak Sang CEO   Selingkuh Dibalas Selingkuh

    "Luxury Bar, Pak!"Entah apa yang merasuki Maya, dia tiba-tiba saja dengan impulsif meminta sopir taksi untuk mengantarnya ke sebuah bar mewah yang seumur hidup tak pernah disentuh.Hatinya seperti diremas-remas. Nyeri tak karuan mengingat kekasih yang dulu begitu protektif dan tak mengizinkannya untuk pergi ke tempat hiburan malam seperti ini, malah kepergok berselingkuh dengan wanita lain di apartemen pria itu.Maya memejamkan mata, mengingat bagaimana tempat itu pernah menjadi saksi bisu kisah cintanya selama lima tahun terakhir. Bercengkrama, berbincang tentang pekerjaan hingga pembahasan tak penting lainnya, semua dilakukan di apartemen itu. Dan kini tempat itu pula yang menjadi lokasi perselingkuhannya.Gadis itu baru saja masuk dan taksi baru akan jalan saat Maya melihat Frans, sang kekasih yang menggedor-gedor kaca taksi dengan menggunakan boxer.Ingatan Maya kembali pada pemandangan tak senonoh yang ia saksikan dengan mata kepalanya sendiri. Bagaimana gerakan Frans menusuk i

DMCA.com Protection Status