Share

Hasrat di Balik Kontrak Sang CEO
Hasrat di Balik Kontrak Sang CEO
Penulis: See Sophie

CEO One Corporation

Penulis: See Sophie
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-28 19:14:55

"Pokoknya, kamu harus bertunangan dengan Tuan Bernard hari ini juga! Jangan egois kamu, Maya!"

Seorang pria paruh baya menahan lengan seorang gadis dengan erat dan berusaha untuk tidak bersuara kencang. Emosi yang tertahan membuat wajah pria itu memerah.

"Egois?" Maya bertanya dengan mimik tak suka. "Paman yang egois! Dari awal aku enggak pernah setuju dengan pertunangan ini!"

Gadis itu berusaha keras melepaskan cengkraman tangan pamannya yang kekeuh memaksanya untuk bertunangan dengan Bernard, pria paruh baya yang seusia dengan pamannya itu.

Maya tentu menolak, apalagi basis pertunangan ini adalah demi melunasi utang keluarga dan juga kesejahteraan bisnis keluarga pamannya. Mana mungkin Maya harus rela menikahi pria tua yang berperut buncit itu?!

Apalagi rumornya Bernard sudah memiliki lima istri yang mana semuanya selalu tidak akur. Sebab, berita tentang istri-istrinya yang berbuat skandal selalu wara-wiri di dunia entertainment.

Maya bergidik ngeri saat membayangkan harus menjadi istri keenam Bernard dan ikut muncul di TV sebagai salah satu yang berkonflik. 

Memikirkan itu membuat Maya mantap untuk pergi. Sampai kapan pun, dia tak akan merelakan masa depannya!

"Maya! Maya!"

Melihat Maya yang sudah berbalik dan kabur, Emran menahan diri untuk tak berteriak. Dengan penuh amarah dia memerintahkan para pengawalnya untuk mengejar Maya dan menyeret gadis itu kembali.

“Kalau perlu, ikat tangan dan kakinya!!

Mendengar perintah pamannya yang terdengar tidak waras, Maya berlari semakin kencang dan menembus keramaian pesta mewah yang sengaja diadakan untuk meresmikan hubungannya dengan Bernard. 

Di belakangnya, para pengawal suruhan pamannya berlari kencang dalam diam sehingga membuat Maya tak bisa memprediksi jarak yang tercipta di antara mereka.

Gadis itu semakin panik, karena merasa bahwa para pengawal itu semakin dekat. Sebab, pamannya itu memang tak pernah setengah-setengah dalam menyewa bawahan. 

Maya yakin kalau para pengawal ini paling tidak berada di kelas mantan agen atau mantan pasukan khusus. Jadi, mereka sangat terlatih!

Kaki Maya bergerak semakin lincah untuk melewati setiap orang agar lepas dari pandangan para pria suruhan sang paman. Seringkali juga dia membuat gerakan zig-zag agar orang-orang berbadan kekar itu terkecoh. 

Maya menyeringai saat akhirnya dia berhasil keluar dari pintu utama gedung. Namun, saat melewati belokan, matanya membelalak lebar.

BRAK!!!

Ia menabrak seseorang.

Maya mendongak untuk menatap tubuh besar yang ia tabrak tanpa sengaja. Aroma maskulin menyeruak, membuatnya diam sejenak. 

Namun suara teriakan para pengawal membuatnya sadar bahwa ia harus segera pergi. Sayangnya, tak ada jalan pergi lagi karena jarak mereka sudah terlampau dekat. Apalagi pria itu memegangi pinggangnya dengan posesif.

Maya menatap ke arah para pengawal itu dan mereka semakin dekat. Tanpa sadar, adrenalin membuat tubuh Maya gemetar. 

Dia takut karena masa depannya terancam!

Tubuh mungil Maya lalu bergerak membalik tubuh besar itu dan berharap tak akan terlihat, walau sudah terlambat. 

Tangan Maya yang gemetaran memegangi lengan berotot yang diselimuti jas berbahan kulit itu, kemudian dengan berani menenggelamkan kepalanya di dada sang pria.

"Tolong aku. Aku tak mau dibawa!" bisik Maya. 

Pria itu lalu membuka kacamata hitamnya dan menatap dalam sepasang manik cokelat yang kini penuh pengharapan. Ia menoleh ke arah para pria yang sudah berhenti di hadapan mereka, saling berbisik menyebut nama perusahaan yang ia miliki.

"Bukankah dia Gamma dari One Corporation?" bisik mereka saling menatap satu sama lain.

Mendengar itu, Maya mendongak dan menatap bingung. Diperhatikannya wajah tampan dengan garis muka yang tegas. 

Rasanya memang tak asing, tapi ingatannya tak jua kembali. Gadis itu masih tak tahu pasti apakah benar pria itu adalah Gamma Wiranata.

"Berani mengganggu kekasihku? Kalian ingin mati?" 

Suara maskulin yang berat itu membuat Maya meleleh terkejut dan jantungnya berpacu semakin kencang.

Tak disangka Gamma mau membantunya!

Sontak semua mata terbelalak kaget, mendengar ucapan pria itu yang terdengar posesif. Apalagi tangan Gamma yang awalnya berada di pinggang Maya naik hingga ke leher gadis itu.

Merapatkan tubuh mereka menjadi semakin dekat.

"Pergi dari sini! Kalau tidak, bayangkan kehancuran apa yang akan kulakukan pada kalian." tegasnya sebelum menarik tubuh Maya masuk ke dalam mobil bersamanya.

Bak kerbau yang dicucuk hidungnya, Maya menurut. 

Setelah mobil sedan itu mulai bergerak, Gamma langsung melepaskan pelukan Maya dan membuat gadis itu mengerutkan dahi tidak rela.

“Jangan keasikan kamu.”

Suara Gamma membuat Maya tersentak dan memperbaiki posisinya. Bagaimana bisa dia terlena dengan pelukan Gamma?!

“Terima kasih sudah menolongku, Tuan Gamma.”

"Kamu mengenalku?” Gamma bersuara.

Maya mengangguk pelan, berharap perkiraannya tak salah. 

"Berani sekali. Apa yang sebaiknya kamu lakukan untuk membayar pertolonganku tadi ya?" katanya dengan tatapan tajam. “Karena kamu, bisa saja aku terseret skandal dan merusak nama baikku.”

"Bayar? Apa yang harus kulaku-"

"Persiapkan dirimu, karena kita akan menyelesaikannya di tempatku." potong Gamma dengan ekspresi datar. 

Pria itu lalu sibuk menatap ke jalan, meninggalkan Maya yang sibuk dengan berbagai skenario dan kemungkinan di dalam kepalanya. 

Apa dia akan diperkosa? Dijual? Atau dijadikan sebagai budak nafsu pria itu?!

Memikirkan hal-hal itu, membuat Maya sakit kepala dan banyak-banyak berdoa. Semoga saja pria itu tidak melakukan hal yang aneh-aneh kepadanya. Soalnya dia masih suci!

Sayangnya semua tinggal harapan, karena ternyata Gamma membawanya ke sebuah hotel mewah. Di sana, dia digiring seperti anak domba yang masuk ke sarang serigala. 

Pikiran Maya semakin melayang. Apa yang hendak pria itu lakukan sebenarnya?!

"Minumlah." 

Gamma menyodorkan sebotol minuman yang diambilnya dari kulkas sebelum kemudian duduk di kursi dengan kaki saling menimpa. 

Tatapannya pria itu masih tajam dan aura dominannya lebih terasa dibandingkan tadi.

"Terima kasih," bisik Maya nyaris tak terdengar.

Gamma lalu menatap ke arah Maya dari ujung kaki sampai kepala. Setiap jengkal tubuh gadis itu benar-benar ia lihat dengan teliti, tanpa cela. Sebelum kemudian pria itu menyerahkan sebuah map berwarna coklat.

"Jadilah kekasihku.”

Maya menganga.

23 tahun hidup di dunia yang keras ini, dia sama sekali tidak pernah menjalin kasih dengan siapapun. 

Kehidupannya dipenuhi dengan belajar dan membantu bisnis sang paman yang terus merosot tajam sebagai balas budi, karena pria itu telah merawatnya sejak kecil.

Oleh karena itu, permintaan Gamma ini terasa seperti mimpi baginya. Apalagi pria itu, Gamma, memiliki status yang tidak main-main di dunia bisnis!

"Sepertinya Anda salah pikir. Saya sama sekali bukan gadis yang sesuai dengan Anda. Saya–"

"Berani menolak? Kamu ternyata lebih suka dengan tua bangka itu ya?" Gamma merujuk pada pria yang nyaris saja menjadi tunangannya malam ini. 

"Aku bisa melunasi utang keluargamu sekaligus membuatmu bebas dari pernikahan itu, Maya Kendra.”

Manik cokelat Maya melebar. Kenapa pria itu bisa tahu?! 

Maya yang diam membuat Gamma memajukan tubuhnya dan memperpendek jarak di antara mereka, membuat Maya harus mundur dan bersandar di sofa.

"A-apa yang harus aku lakukan selain menjadi kekasihmu?" tanya gadis itu gagap. 

Maya yakin kalau Gamma tidak akan melepaskannya begitu saja. Jadi, sebelum menerima, pastinya ia harus mengetahui job desk-nya dulu kan?

Gamma menyeringai. 

Semua data diri Maya di tangannya ternyata sungguh benar. Gadis itu pintar, bahkan bisa ia katakan sangat cerdas sehingga tak perlu repot menjelaskan panjang-lebar. 

Hanya saja ia dipelihara oleh keluarga yang salah. 

"Turuti semua keinginanku, tanpa terkecuali."

Bab terkait

  • Hasrat di Balik Kontrak Sang CEO   Malaikat Pelindung

    "Persiapkan dirimu dan temui aku besok di tempat yang telah kutentukan. Ingat perjanjian kita."Maya mengangguk tanda mengerti. Gadis itu lalu beranjak turun dari mobil tepat di depan rumah mewah pamannya. Namun, belum sempat ia keluar dari mobil sepenuhnya, pintu rumah itu tiba-tiba terbuka dan menunjukkan seorang wanita paruh baya yang menatap nyalang. Langkah wanita itu bergerak cepat menuju Maya dan tangannya maju, menjambak rambut panjang gadis itu. Seolah tindakan itu adalah hal biasa, ia menyambar dengan cepat tanpa ragu."Bibi! Tolong lepas!" jerit Maya kesakitan.Maya melirik ke arah Gamma yang masih ada di dalam mobil dan berharap pria itu tak menyaksikan apa yang kini sedang terjadi. Namun, semua sudah terlambat karena manik hitam Gamma tertuju tepat ke arahnya. Tanpa berkata apa-apa, Gamma hendak beranjak keluar tapi tatapan Maya menahannya."Dasar anak kurang ajar! Nggak bisa dikasih hati!" maki wanita itu tanpa basa-basi. "Bikin malu keluarga!" tambahnya dengan tangan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • Hasrat di Balik Kontrak Sang CEO   Hari Pertama Sandiwara

    "Nenek tidak bisa memutuskan secara sepihak! Aku akan pulang saat ini juga! Jangan lakukan apapun!" Suara Gamma yang kencang membuat Maya terjaga. Gadis itu makin terperanjat begitu melihat jam di ponselnya yang menunjukkan pukul tujuh pagi. Ia tak biasanya terlambat bangun, kecuali di saat-saat tertentu, seperti saat ini.Sebab, meski dia akhirnya tidur di ranjang dan Gamma tidur di sofa ruang kerjanya, bisa saja pria itu masuk kapan pun dan menyerangnya kan?Oleh karena itu, setelah memastikan pintu masih tertutup, dengan cepat ia melompat ke lantai dan menarik cardigan berbahan sutra untuk menutupi gaun tidurnya yang tipis.Terlebih dia tidak pakai bra.Saat sedang menguncir rambutnya di depan cermin, Maya memperhatikan barang-barang yang melekat di tubuhnya itu dengan seksama. Ukurannya pas dan neat.Entah dari mana Gamma mendapatkan barang-barang wanita secepat itu, tapi yang jelas segala kebutuhannya terpenuhi tanpa ada yang tertinggal. Termasuk sikat gigi dan parfum.BRAK!"G

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • Hasrat di Balik Kontrak Sang CEO   Orang Ketiga

    "Jadi apa pekerjaanmu saat ini?" tanya Nenek Grace mulai melakukan identifikasi pada calon cucu menantunya.Maya melirik Gamma takut-takut. Namun pria itu mempersilakannya untuk menjawab dengan wajah santai, seolah pernyataan apapun tak akan membuat perubahan besar di wajah sang nenek."Saat ini saya bekerja di perusahaan keluarga, Nek. Kebetulan kami sedang mengalami sedikit kesulitan."Gadis itu menunduk malu karena harus menjelaskan kondisi keluarga pamannya secara tidak langsung. Tangannya bertaut. Namun, dengan mudahnya Gamma menarik salah satu dan menggenggamnya erat."Maya adalah Asisten CEO, Nek." ujar Gamma lagi. Mendengar itu, Nenek Grace menggenggam tangan Maya lembut. "Sangat hebat! Aku bersyukur Gamma bisa mendapatkanmu, Nak." pujinya. Gadis itu berkaca-kaca, tak sanggup mendengar pujian yang bisa dihitung jari. Ia jarang sekali mendapatkan sebuah penghargaan, terutama dari keluarganya sendiri. Sebab, hanya caci-maki dan segunung luka yang selama ini selalu diterima.T

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • Hasrat di Balik Kontrak Sang CEO   Pesta yang Berantakan

    “Memangnya harus sampai seperti ini?” Maya menggerutu kesal sembari menatap para pekerja salon yang sedang memoles wajahnya. Sepulangnya dari rumah Nenek Grace, pria itu memang langsung menyeretnya ke salon untuk menghadiri pesta bersama kolega perusahaan.“Datang bersamaku akan menjadikanmu sorotan.” Gamma yang sejak tadi sibuk dengan laptop dan ponselnya mendadak bergerak mendekati gadis itu. “Sebab, posisimu adalah idaman setiap wanita di ruangan itu. Mana bisa kau tampil dengan biasa-biasa saja.” lanjut pria itu lagi dengan datar.Mendengar itu, tubuh Maya melemas saat membayangkan semua mata tertuju padanya, wanita yang akan menjadi ‘calon istri’ seorang Gamma Wiranata.“Tapi ini berlebi-”“Berlebihan itu lebih baik daripada biasa saja. Lagipula, akan ada banyak orang dari kalangan atas yang datang. Termasuk Sylvia.” potong Gamma lagi. Tentu saja itu mengubah wajah Maya seketika. Tatapan lesunya berubah. Ada setitik rasa keangkuhan yang muncul hingga membuat kepalanya terangka

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28

Bab terbaru

  • Hasrat di Balik Kontrak Sang CEO   Pesta yang Berantakan

    “Memangnya harus sampai seperti ini?” Maya menggerutu kesal sembari menatap para pekerja salon yang sedang memoles wajahnya. Sepulangnya dari rumah Nenek Grace, pria itu memang langsung menyeretnya ke salon untuk menghadiri pesta bersama kolega perusahaan.“Datang bersamaku akan menjadikanmu sorotan.” Gamma yang sejak tadi sibuk dengan laptop dan ponselnya mendadak bergerak mendekati gadis itu. “Sebab, posisimu adalah idaman setiap wanita di ruangan itu. Mana bisa kau tampil dengan biasa-biasa saja.” lanjut pria itu lagi dengan datar.Mendengar itu, tubuh Maya melemas saat membayangkan semua mata tertuju padanya, wanita yang akan menjadi ‘calon istri’ seorang Gamma Wiranata.“Tapi ini berlebi-”“Berlebihan itu lebih baik daripada biasa saja. Lagipula, akan ada banyak orang dari kalangan atas yang datang. Termasuk Sylvia.” potong Gamma lagi. Tentu saja itu mengubah wajah Maya seketika. Tatapan lesunya berubah. Ada setitik rasa keangkuhan yang muncul hingga membuat kepalanya terangka

  • Hasrat di Balik Kontrak Sang CEO   Orang Ketiga

    "Jadi apa pekerjaanmu saat ini?" tanya Nenek Grace mulai melakukan identifikasi pada calon cucu menantunya.Maya melirik Gamma takut-takut. Namun pria itu mempersilakannya untuk menjawab dengan wajah santai, seolah pernyataan apapun tak akan membuat perubahan besar di wajah sang nenek."Saat ini saya bekerja di perusahaan keluarga, Nek. Kebetulan kami sedang mengalami sedikit kesulitan."Gadis itu menunduk malu karena harus menjelaskan kondisi keluarga pamannya secara tidak langsung. Tangannya bertaut. Namun, dengan mudahnya Gamma menarik salah satu dan menggenggamnya erat."Maya adalah Asisten CEO, Nek." ujar Gamma lagi. Mendengar itu, Nenek Grace menggenggam tangan Maya lembut. "Sangat hebat! Aku bersyukur Gamma bisa mendapatkanmu, Nak." pujinya. Gadis itu berkaca-kaca, tak sanggup mendengar pujian yang bisa dihitung jari. Ia jarang sekali mendapatkan sebuah penghargaan, terutama dari keluarganya sendiri. Sebab, hanya caci-maki dan segunung luka yang selama ini selalu diterima.T

  • Hasrat di Balik Kontrak Sang CEO   Hari Pertama Sandiwara

    "Nenek tidak bisa memutuskan secara sepihak! Aku akan pulang saat ini juga! Jangan lakukan apapun!" Suara Gamma yang kencang membuat Maya terjaga. Gadis itu makin terperanjat begitu melihat jam di ponselnya yang menunjukkan pukul tujuh pagi. Ia tak biasanya terlambat bangun, kecuali di saat-saat tertentu, seperti saat ini.Sebab, meski dia akhirnya tidur di ranjang dan Gamma tidur di sofa ruang kerjanya, bisa saja pria itu masuk kapan pun dan menyerangnya kan?Oleh karena itu, setelah memastikan pintu masih tertutup, dengan cepat ia melompat ke lantai dan menarik cardigan berbahan sutra untuk menutupi gaun tidurnya yang tipis.Terlebih dia tidak pakai bra.Saat sedang menguncir rambutnya di depan cermin, Maya memperhatikan barang-barang yang melekat di tubuhnya itu dengan seksama. Ukurannya pas dan neat.Entah dari mana Gamma mendapatkan barang-barang wanita secepat itu, tapi yang jelas segala kebutuhannya terpenuhi tanpa ada yang tertinggal. Termasuk sikat gigi dan parfum.BRAK!"G

  • Hasrat di Balik Kontrak Sang CEO   Malaikat Pelindung

    "Persiapkan dirimu dan temui aku besok di tempat yang telah kutentukan. Ingat perjanjian kita."Maya mengangguk tanda mengerti. Gadis itu lalu beranjak turun dari mobil tepat di depan rumah mewah pamannya. Namun, belum sempat ia keluar dari mobil sepenuhnya, pintu rumah itu tiba-tiba terbuka dan menunjukkan seorang wanita paruh baya yang menatap nyalang. Langkah wanita itu bergerak cepat menuju Maya dan tangannya maju, menjambak rambut panjang gadis itu. Seolah tindakan itu adalah hal biasa, ia menyambar dengan cepat tanpa ragu."Bibi! Tolong lepas!" jerit Maya kesakitan.Maya melirik ke arah Gamma yang masih ada di dalam mobil dan berharap pria itu tak menyaksikan apa yang kini sedang terjadi. Namun, semua sudah terlambat karena manik hitam Gamma tertuju tepat ke arahnya. Tanpa berkata apa-apa, Gamma hendak beranjak keluar tapi tatapan Maya menahannya."Dasar anak kurang ajar! Nggak bisa dikasih hati!" maki wanita itu tanpa basa-basi. "Bikin malu keluarga!" tambahnya dengan tangan

  • Hasrat di Balik Kontrak Sang CEO   CEO One Corporation

    "Pokoknya, kamu harus bertunangan dengan Tuan Bernard hari ini juga! Jangan egois kamu, Maya!"Seorang pria paruh baya menahan lengan seorang gadis dengan erat dan berusaha untuk tidak bersuara kencang. Emosi yang tertahan membuat wajah pria itu memerah."Egois?" Maya bertanya dengan mimik tak suka. "Paman yang egois! Dari awal aku enggak pernah setuju dengan pertunangan ini!"Gadis itu berusaha keras melepaskan cengkraman tangan pamannya yang kekeuh memaksanya untuk bertunangan dengan Bernard, pria paruh baya yang seusia dengan pamannya itu.Maya tentu menolak, apalagi basis pertunangan ini adalah demi melunasi utang keluarga dan juga kesejahteraan bisnis keluarga pamannya. Mana mungkin Maya harus rela menikahi pria tua yang berperut buncit itu?!Apalagi rumornya Bernard sudah memiliki lima istri yang mana semuanya selalu tidak akur. Sebab, berita tentang istri-istrinya yang berbuat skandal selalu wara-wiri di dunia entertainment.Maya bergidik ngeri saat membayangkan harus menjadi i

DMCA.com Protection Status