Kelopak mata Amarise terbuka perlahan. Senyum manis itu terlihat di paras cantiknya. Ia selalu menyukai bangun tidur berada dalam pelukan Nic.Tangan kanan Amarise terangkat membelai paras tampan Nic. Bentuk alis, hidung mancung, bibir kemerahan dan rahang tegas serta permukaan wajah bersih itu menarik perhatian Amarise, selain sikap pria itu yang dapat memikat hatinya. “Suamiku sangat tampan,” cetusnya tidak bisa menyembunyikan senyum dan debaran kuat di dada.Amarise bergerak maju, menumpukan sebelah siku dan mencari pendaratan sempurna di bibir suaminya. Cup! Ia bersemu dan berniat menarik diri, tapi tersentak mendapati pinggangnya ditarik kuat dan pagutan lembut itu menyapanya. “Aku memang selalu tampan di matamu,” bisik Nic membuka mata dan bersitatap jahil dengan sang istri.“Aku pikir kamu masih tidur,” gerutu Amarise merasakan pipinya terasa panas menjalar hingga memerah di leher jenjang.Nic tertawa kecil dan memberikan kecupan ringan di permukaan wajah Amarise. “Apa kita aka
“Perempuan muda itu masih bersikukuh ingin bertemu Anda, Nyonya.”Raut wajah perempuan dewasa berstatus manajer restoran itu terlihat datar sambil menutup buku pemeriksaan keuangan di hadapannya. “Sudah aku katakan untuk membuatnya pergi dari sini. Aku tidak memiliki banyak waktu, selain itu dia tidak membuat janji temu padaku,” cetusnya datar.Kurang dari satu jam lagi ia harus menghadiri tepat waktu pentas dari sekolah anaknya. Waktu berlebih sudah cukup tersita saat harus berkunjung ke gerai toko roti miliknya sendiri, lalu melanjutkan pekerjaan yang sudah ditekuni selama hampir tiga tahun terakhir ini. “Aku harus datang tepat waktu ke sekolah anakku.”“Katakan saja untuk membuat janji temu terlebih dahulu. Aku tidak ada waktu menyambut orang asing hari ini,” lanjutnya berdiri seraya mengambil tas kecilnya.“Tapi perempuan itu mengatakan, jika dia mengenal Anda, Nyonya. Terlebih dia mengenal Anda sebaik mengenal Tuan Nicholas.”Stiletto dengan tinggi hak kurang dari lima senti itu
Air mata Amarise jatuh tidak terbendung dengan bibir gemetar. Dadanya sesak luar biasa, terasa nyeri di sudut terkecil hatinya. “Ha-mil?”Nolia mengangguk. Sorot sendu Nolia tidak mampu membuat Amarise menghentikan isak tangis yang mulai keluar. “Dia sudah berusia sebelas minggu,” sahut Nolia mengusap perut, menghancurkan perasaan Amarise.“Tidak! Kamu pasti berbohong! Aku tidak memercayaimu, Perempuan Murahan!” pekik Amarise frustrasi.“Bagaimana mungkin semua terjadi tanpa sepengetahuan—“ seluruh kalimat Amarise tertelan detik itu juga. Ia menegang.Ingatan perempuan itu terlempar saat menemui Nic malam hari di balkon kamar tamu. Tepat saat tatapan sedih Nic mengajak Amarise bercinta untuk kali kedua setelah pernikahan mereka memasuki bulan ketiga.Amarise menggeleng lemah. “Kenapa kamu memilih membiarkan janin itu tumbuh, sedangkan kamu tidak mencintai Nic sama sekali?”Hancur sudah harapan Amarise. Nic memanfaatkan kelemahan dirinya, mencari pelampiasan atas kabar itu. “Nic pernah
‘Datanglah ke gedung teater yang dihadiri sekolah anakku dan lainnya. Ambil duduk di kursi antara 40 – 50 agar kamu bisa melihat jelas apa saja yang aku lakukan bersama Nic. Interaksi kami berdua tidak sama lagi. Karena kami berdua sudah menemukan titik selesai.’Amarise mengambil duduk di kursi 43 dari sisi kiri menghadap panggung, sedangkan matanya sesekali melihat ke arah satu tingkat di bawah sebelah kanan; sesuai apa yang dijelaskan Nolia. Dirinya bisa melihat interaksi antara Nic dan Nolia duduk bersebelahan.Tentu posisi Amarise tidak akan dilihat Nic yang sudah sedari awal mengisi kursi para tamu dari pihak orangtua murid dan wali pengganti mereka.“Bagaimana tidurmu semalam di apartemen?” tanya Nolia menoleh ke samping. Sekilas ia menoleh ke atas dari sisi Nic dan mendapati Amarise juga menatapnya.Ruangan teater cukup redup karena acara sudah akan dimulai. Lagipula Nic tidak mengetahui keberadaan Amarise sama sekali.“Cukup baik,” balas Nic tersenyum tipis dan memilih menata
“Rishi?” panggil Nic meraih tangan lain Amarise yang tidak mengobati luka di wajahnya.“Ya?”Nic menatap lekat manik coklat Amarise. Perempuan itu memilih fokus mengobati luka lebam dan bekas darah segar mengalir di sudut bibir Nic. Tidak sedikitpun Amarise menatap ke arah dirinya.“Kamu tidak ingin bertanya lagi?” tanya Nic memperjelas sahutannya tadi.Kedua sudut bibir Amarise tertarik tipis. Sangat tipis hingga menimbulkan sensasi perih di hati Nic. Ia merasa keterdiaman Amarise setelah Nic memberi pengakuan di depan unit apartemen tadi, mengubah sikap Amarise.“Biasanya kamu akan bertanya lebih jauh, memastikan banyak hal dan terus mendesakku agar kamu mendapatkan jawaban yang runut tanpa ingin aku menutupi semuanya,” jelas pria itu meraih dagu Amarise.Ia memaksa lembut Amarise untuk meninggalkan pekerjaan yang sudah selesai tersebut. Sorot teduh Amarise berbanding gusar dengan tatapan menelisik Nic. “Katakan sesuatu agar aku bisa memastikan kamu tidak marah padaku,” pinta Nic me
Selama lima jam Nic berkutat di dalam ruang kerja. Ia merasa kesepian dan memilih bekerja karena satu rencana tiba-tiba saja masuk dalam pikirannya. Nic akan melakukan jadwal penerbangan bersama Amarise mengunjungi Disneyland di negara lain.Ia ingin mengabulkan impian lain Amarise dan menjadikannya sebagai kejutan. Perempuan itu tidak mengetahui rencana ini.Beberapa kali ia juga menghubungi Amarise dan meminta perempuan itu mengirim foto area yang didatangi.Rishi: Apa aku harus memberikan foto saat di toilet perempuan juga?Nic menyeringai kecil melihat satu pesan masuk dengan jarak setengah jam mereka melanjutkan kesibukan masing-masing.Nic: Itu pengecualian.Baru saja Nic akan meletakkan ponsel. Satu pesan masuk itu membuatnya kembali membuka fitur komunikasi tersebut. Sepersekian detik Nic terpaku, merasakan dadanya berdesir dan miliknya bereaksi di bawah sana.Ia menahan napas ketika jemari tangannya menggulir pose lain yang baru dikirim Amarise.Rishi: Bagaimana lingerie hita
“Mengkhianati Rishi?”“Jangan berpura-pura tidak menyadari kesalahan kamu, Nic! Aku tidak pernah menyangka kamu sudah membuat kontrak pernikahan dengan Amarise!”“Pernikahan adalah hal sakral dan suci! Apa yang ada dipikiranmu hingga menodainya, ha?! Dalam hal ini, tetaplah pihak perempuan yang paling dirugikan!” bentak Nyonya Isaac semakin menangis kuat.Dada wanita itu bergemuruh saat pesan terakhir Amarise ditinggalkan dengan sangat cepat—mengubah atmosfer manis antara Ibu mertua dan menantu hancur. Semua hancur karena tindakan berengsek putra semata wayangnya.Nic terkesiap, merasakan tubuhnya menegang dan merasa mati rasa pada setiap bagian tubuh saat pukulan bertubi-tubi menghujam bahu juga dada bidangnya. “Perempuan mana yang membuat kamu lebih memilih dia dibandingkan istri sahmu?! Amarise tetaplah jauh lebih sempurna dibandingkan perempuan itu! Aku yakin! Dan aku memastikan kamu akan menyesal dengan pilihan bodohmu!”Dunia Nic berputar terlalu cepat. Runut manis sedari pagi h
Dua Minggu Kemudian ....“Amarise, bagian kamu pagi ini di suite room nomor 267,” titah Manager Housekeeping menunjuk Amarise.“Baik, Bu,” balasnya segera melakukan tugas.Amarise sudah bekerja di salah satu hotel bintang lima yang berada di kawasan Bali hampir satu minggu. Alasan utama ia mengambil pekerjaan ini adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup.Kali terakhir Amarise mengambil uang pemberian Nic sebelum menuju bandara. Ia mengambil uang secukupnya dan tidak akan mengambil lagi dengan pemikiran jika hal tersebut bisa dilacak Nic dalam mode transaksi terakhir.Selama itupula, Amarise berusaha menepis segala hal tentang Nic. Amarise masih mencari cara untuk memberitahu masalah perceraiannya bersama pengacara keluarga Amarise. Terlebih, ia tidak pernah mengatakan tentang pernikahan. Ia malu untuk mengungkapkan status dari seorang keponakan menjadi istri.Di sisi lain, Amarise bersyukur tidak dicari oleh keluarga Nic. Biarlah semua berjalan seperti ini, meskipun Amarise merasa sudut